Anda di halaman 1dari 6

Tugas SAK

Nama : Yazid Ulinuha


NIM : PT/07183
Kelas : B

Biografi Tokoh Internasional (Abbas Bin Firnas)


Abbas bin Firnas (810–887 A.D.), juga dikenal sebagai Abbas Abu al-
Qasim bin Firnas ibn Wirdas al-Takurini (Arab: ‫)فرناس بن عباس‬, adalah
seorang polimatik Andalusia: seorang penemu, fisikawan, kimiawan,
teknisi, musisi Andalusia dan penyair berbahasa Arab. Sering dikatakan
keturunan Berber, ia lahir di Izn-Rand Onda, Al-Andalus (sekarang Ronda,
Spanyol), tinggal di Kekhalifahan Córdoba, dan dikenal karena berupaya
melakukan penerbangan. Kawah Ibn Firnas di Bulan dinamai untuk
menghormatinya, serta Bandar Udara Ibn Firnas di Baghdad dan salah satu
jembatan di sepanjang sungai Guadalquivir di Cordoba.
 Penemuan Abbas Bin Firnas
 "Al-Miqatah", merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
menentukan waktu yang dioperasikan dengan tenaga air
 Maket kubah langit
 Kapal terbang dengan dua sayap yang dapat bergerak,
dibuktikan dengan pengujian menerbangkannya dari Masjid
Kordoba
Pada abad ke-8, seorang Muslim Spanyol, Abbas Ibnu Firnas, telah
menemukan, membangun, dan menguji konsep pesawat terbang. Konsep
pesawat terbang Ibnu Firnas inilah yang kemudian dipelajari Roger Bacon
lepas 500 tahun setelah Ibn Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat
terbang.
Sekitar 200 tahun setelah Bacon atau 700 tahun pascaujicoba Ibnu
Firnas, barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan. Pada
tahun 875, Ibnu Firnas membuat sebuah prototipe atau model pesawat
terbang dengan meletakkan bulu pada sebuah bingkai kayu. Inilah catatan
dokumentasi pertama yang sangat kuno tentang pesawat terbang layang.
Ibnu Firnas merupakan ilmuwan yang sangat antusias dalam
melakukan penelitian ilmiah. Ia bahkan disebut-sebut sebagai orang
pertama yang berusaha melakukan percobaan penerbangan di udara.
Dalam bidang ilmiah, ia memusatkan perhatiannya pada bidang ilmu-ilmu
pasti (matematika) dan ilmu alam (fisika). Di antara bukti kecemerlangan
otaknya dalam bidang ini adalah keberhasilannya dalam membuat atap
rumahnya yang menyerupai bola langit. Hasil karyanya itu juga dilengkapi
oleh sebuah perangkat yang mampu memperlihatkan gambaran tentang
bintang, awan, kilat, dan halilintar di langit sebagaimana aslinya.
Salah satu dari dua versi catatan konstruksi pesawat terbang Ibnu
Firnas menyebutkan, setelah menyelesaikan model pesawat terbang yang
dibuatnya, Ibnu Firnas mengundang masyarakat Cordoba untuk datang dan
menyaksikan hasil karyanya itu.
Warga Cordoba saat itu menyaksikan dari dekat menara tempat Ibnu
Firnas akan memperagakan temuannya. Namun karena cara meluncur
yang kurang baik, Ibnu Firnas terhempas ke tanah bersama pesawat layang
buatannya. Dia pun mengalami cedera punggung yang sangat parah.
Cederanya inilah yang memaksa Ibnu Firnas tak berdaya untuk melakukan
ujicoba berikutnya.
Versi kedua catatan ini menyebutkan, Ibnu Firnas lalai
memperhatikan bagaimana burung menggunakan ekor mereka untuk
mendarat. Dia pun lupa untuk menambahkan ekor pada model pesawat
layang buatannya. Kelalaiannya inilah yang mengakibatkan dia gagal
mendaratkan pesawat ciptaannya dengan sempurna.
Cedera punggung yang tak kunjung sembuh mengantarkan Ibnu
Firnas pada proyek-proyek penelitian di dalam ruangan (laboratorium). Dia
pun meneliti gejala alam dan mempelajari mekanisme terjadinya halilintar
dan kilat. Ibnu Firnas berhasil mengembangkan formula untuk membuat
gelas dan kristal.
Sayang, tak lama setelah itu, tepatnya pada tahun 888, Ibnu Firnas
wafat dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang
diderita akibat kegagalan melakukan ujicoba pesawat layang buatannya.
Sekilas tentang Ibnu firnas Abbas Ibnu Firnas atau Abbas Qasim
Ibnu Firnas (dikenal dengan nama Latin Armen Firman) dilahirkan di Ronda,
Spanyol pada tahun 810 M. Dia dikenal sebagai orang Barbar yang ahli
dalam bidang kimia dan memiliki karakter yang humanis, kreatif, dan kerap
menciptakan barang- barang berteknologi baru saat itu.
Pria yang suka bermain musik dan puisi ini hidup pada saat
pemerintahan Khalifah Umayyah di Spanyol (dulu bernama Andalusia).
Masa kehidupan Ibnu Firnas berbarengan dengan masa kehidupan
musikus Irak, Ziryab.
Pada tahun 852, di bawah pemerintahan khalifah baru, Abdul
Rahman II, Ibnu Firnas membuat pengumuman yang menghebohkan
warga Cordoba saat itu. Dia ingin melakukan ujicoba terbang’ dari menara
Masjid Mezquita dengan menggunakan `sayap’ atau jubah tanpa lengan
yang dipasangkan di tubuhnya.
Dia berhasil mendarat walaupun dengan cedera ringan. Alat yang
digunakan Ibnu Firnas inilah yang kemudian dikenal dengan parasut
pertama di dunia. Menara Masjid Mezquita di Cordoba menjadi saksi bisu
perwujudan konsep pertama pesawat terbang yang lahir dari pemikiran
seorang Muslim.
Keberhasilannya itu tidak lantas membuat Ibnu Firnas berdiam diri.
Dia kembali melakukan serangkaian penelitian dan pengembangan konsep
serta teori dari gejala-gejala alam yang diperhatikannya.
Karya-karya baru pun bermunculan dari buah pemikiran Ibnu Firnas.
mulai dari puisi, kimia, sampai astronomi, semuanya dipelajarinya dengan
satu tujuan, yaitu mampu memberikan manfaat bagi umat manusia.
Di antara hasil karyanya yang monumental adalah konsep tentang
terjadinya halilintar dan kilat, jam air, serta cara membuat gelas dari garam.
Ibnu Firnas juga membuat rantai rangkaian yang menunjukkan pergerakan
benda-benda planet dan bintang. Selain itu, Ibnu Firnas pun menunjukkan
cara bagaimana memotong batu kristal yang saat itu hanya bisa dilakukan
oleh orang-orang Mesir.
Sejarah mencatat, pada tanggal 12 Juni 1979, Bryan L. Allen berhasil
menerbangkan pesawat bertenaga manusia yang disebut Albatross
Gossamer melintasi Selat Inggris. Penerbangan itu berlangsung 2 jam dan
49 menit pada ketinggian rata-rata 1.5m (5ft)
Biografi Tokoh Nasional Kemerdekaan (KH Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir
di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23
Februari 1923pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia. Ia adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H.
Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka
di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H.
Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat
penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.
K.H. Ahmad Dahlan adalah anak keempat dari tujuh bersaudara,
putra dari K.H. Abu Bakar bin Kiai Sulaiman dan Siti Aminah binti almarhum
K.H. Ibrahim. Ayahnya seorang khatib tetap Masjid Agung Yogyakarta.
Sedangkan adalah putri dari Penghulu Besar di Yogyakarta. K.H. Ahmad
Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta, tahun 1869. Sebelum ia mendapat
gelar dan nama K.H. Ahmad Dahlan, nama yang diberikan orangtuanya
adalah Muhammad Darwis. Nama K.H. Ahmad Dahlan, ia peroleh dari para
Kiai setelah ia selesai menunaikan ibadah haji.
Setelah ia kembali ke Kauman, ia berniat ingin mendirikan
Persyarikatan Muhammadiyah. Alasannya, karena ia merasa resah melihat
keadaan umat Islam waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh
dengan amalan-amalan yang bersifat mistik. Dari kondisi inilah hatinya
tergerak untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang
sebenarnya menurut ajaran dari Al Quran dan Hadis.
Tekadnya ini, ia amalkan dengan mendirikan Persyarikatan
Muhammadiyah. Organisasi ini, didirikan pada 8 Dzulhijjah 1330 H/18
November 1912. Pendirian organisasi ini dipengaruhi oleh
gerakantadjin (reformasi, pembaruan pemikiran Islam) yang digelorakan
oleh Muhammad bin Abd Al-Wahab di Arab Saudi, Muhammad Abduh,
Muhammad Rasyid Ridha di Mesir dan lain-lain. Bertolak dari sini, salah
satu tindakan nyata yang dilakukannya adalah memperbaiki arah kiblat,
yang awalnya lurus ke barat, tapi kemudian dengan mengacu pada ilmu
falak dibuat agak condong ke utara 22 derajat. Pembetulan arah kiblat ini
dimulai dari Langgar Kidul milik K.H. Ahmad Dahlan. Caranya dengan
membuat garis shaf.
Semenjak didirikan, Muhammadiyah banyak bergerak di bidang
pendidikan. Selain giat memberikan pengajian kepada ibu-ibu dan anak-
anak, ia juga mendirikan berbagai sekolah. Gerakan membangun
pendidikan itu terus berkembang hingga saat ini.
Dalam perjuangannya ini, K.H Dahlan jatuh sakit, dan pada Jumat
malam, 7 Rajab tahun 134 Hijriah, ia menghembuskan napas terakhirnya di
hadapan keluarganya. Kemudian ia dimakamkan di makam milik
keluarganya di Karangkajen, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai