LI1 Additional Examination
LI1 Additional Examination
PENDAHULUAN
Selain kontroversi soal pasal "antikritik", ada beberapa pasal yang diubah dalam UU
MD3. Berikut ini beberapa pasal lain yang perubahannya menuai kontroversi.
Pasal 73
Sebelum direvisi UU MD3 menyatakan bahwa polisi membantu memanggil pihak yang
enggan datang saat diperiksa DPR. Kini pasal tersebut ditambah dengan poin bahwa
Polisi wajib memenuhi permintaan DPR untuk memanggil paksa.
"Dalam hal setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak hadir setelah
dipanggil 3 (tiga) kali berturut-turut tanpa alasan yang patut dan sah, DPR berhak
melakukan panggilan paksa dengan menggunakan Kepolisian Negara Republik
Indonesia."
Satu pimpinan tambahan ini akan menjadi jatah pemilik kursi terbanyak yang saat ini
dipegang oleh PDI-P. Pada pasal 15, pimpinan MPR awalnya terdiri atas satu ketua dan
empat wakil ketua, menjadi satu ketua dan tujuh wakil. MPR terdiri atas 10 fraksi partai
politik dan satu fraksi Kelompok DPD.
Bivitri Susanti, pakar hukum dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan, menyebut UU itu
merupakan kriminalisasi terhadap rakyat yang kritis terhadap DPR. Ia menegaskah bahwa
pasal yang seakan-akan menakut-nakuti masyarakat itu harus dibatalkan, karena tidak
sesuai dengan nafas konstitusi yang melindungi warga untuk menyatakan pendapat.
Selain itu, pasal lain yang dinilai bermasalah adalah wewenang pemanggilan paksa oleh
DPR. Menurut Bivitri, DPR bisa memanggil paksa setiap orang dalam konteks fungsi
tertentu.Pemanggilan paksa ini menggunakan kewenangan kepolisian, jadi kepolisian
wajib untuk memenuhi permintaan DPR sehingga hal tersebut dirasa dapat merusak
demokrasi di Indonesia.
Tujuan Umum
Menjelaskan penyimpangan sila ke-4 yang ditemukan terjadi pada revisi UU MD3
Tujuan Khusus
oleh Presiden
1.4 Manfaat
Adapun beberapa manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Akademik
2. Manfaat Terapan