Makalah Akhir Teori HK
Makalah Akhir Teori HK
BAB I
LATAR BELAKANG
DAN
POKOK PERMASALAHAN
Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia selalu berusaha untuk menghindar dan keluar dari
sama lain. Akibatnya tidak bisa dihindari munculnya perbedaan dan pertentangan
melalui proses litigasi (melalui pengadilan), dimana posisi para pihak berlawanan
satu dengan yang lainnya dan proses ini akan memakan waktu yang lama. Sistem
1
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah Hukum Adat dan Hukum Nasional (Jakarta:
Kencana, 2011), hal. 119.
2
peradilan dinilai terlalu bertele-tele, membutuhkan waktu yang lama, dan tidak
solusi lain yaitu melalui nonlitigasi (di luar pengadilan), alternatif ini didasarkan
atas kata sepakat (konsensus) yang dilakukan oleh para pihak yang bersengketa
baik tanpa bantuan pihak ketiga netral ataupun dengan bantuan pihak ketiga netral.3
perdamaian yang dapat ditempuh dengan proses mediasi dengan melibatkan pihak
ketiga yang memiliki keahlian mengenai prosedur mediasi yang efektif serta
perlindungan konsumen.
2
Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hal. 4.
3
Rachmadi Usman, Mediasi di Pengadilan dalam Teori dan Praktik (Jakarta: Sinar Grafika, 2012),
hal. 2.
4
Nurnaningsih, Op.Cit., hal. 28.
3
(BPSK) dalam penyelesaian sengketa maka didukung pula dengan konsep teori
sengketa, dimana BPSK dalam hal ini adalah Ketua Majelis dan menangani
penyelesaian sengketa sangat diupayakan untuk dapat berlaku adil baik terhadap
Konsumen ataupun Pelaku Usaha. Karena hingga saat ini terkait dengan aspek
teori hukum dalam hal ini akan menunjukkan bahwa keadilan memang menjadi
Teori hukum merupakan salah satu studi tentang sifat dari hal-hal yang
penting dalam hukum yang lazim terdapat dalam system-sistem hukum, dimana
salah satu objek kajiannya adalah pembahasan mengenai unsur-unsur dasar dari
hukum yang membuat hukum berbeda dari aturan standar lain yang bukan hukum.
tujuannya ialah untuk membedakan mana yang merupakan system hukum, dan
Pokok Permasalahan
1. Apa saja teori hukum yang berkaitan dengan peran BPSK dalam Penyelesaian
5
Munir Fuady, Teori-Teori Besar (Grand Theory) dalam Hukum (Jakarta: Kencana, 2013), hal.
2.
4
BAB II
Penyelesaian Sengketa
Teori Keadilan
Dengan mengambil inti ajaran kebijaksanaan Socrates, maka Plato sang
hukum. Namun, berbeda haluan dengan Socrates Plato justru melangkah lebih jauh.
Plato, justru mengaitkan kebijaksanaan dengan tipe ideal negara polis di bawah
individu hanya mungkin tercipta dalam konteks negara dibawah kendali para guru
moral, para pimpinan yang bijak, para mitra bestari, yakni kaum aristokrat.
Menurut Plato, pengungkapan kebaikan hanya diterima oleh kaum aristokrat itu.
yang terjadi maka hukum tidak diperlukan. Keadilan bisa tercipta tanpa hukum,
6
Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak dkk., Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas
Ruang dan Generasi (Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), hal. 40.
6
karena yang menjadi penguasa adalah kaum cerdik pandai, kaum arif bijaksana
tindakan. Ini diungkapkan Plato dalam buku The Republic. Dengan kata lain,
aristokrasi sebagai negara idela Plato, adalah bentuk negara yang pemerintahannya
dipegang oleh kaum arif bijaksana, yaitu para filsuf. Kaum bijak bertindak sebagai
kemewahan, kehormatan, dan kekayaan bagi diri sendiri. Dalam wujud oligarki,
sinilah hukum dibutuhkan sebagai sarana keadilan. Jadi dapat dikatakan hukum
dalam teori Plato adalah instrument untuk menghadirkan keadilan di tengah situasi
ketidakadilan.8
Secara lebih riil, Plato merumuskan teorinya tentang hukum, demikian: (i).
Hukum merupakan tatanan terbaik untuk menangani dunia fenomena yang penuh
situasi ketidakadilan, (ii). Aturan-aturan hukum harus dihimpun dalam satu kitab,
supaya tidak muncul kekacauan hukum, (iii). Setiap UU harus didahului preambule
tentang motif dan tujuan UU tersebut, (iv). Tugas hukum adalah membimbing para
7
Ibid., hal. 41.
8
Ibid.
7
warga (lewat UU) pada suatu hidup yang sempurna, (v). Orang yang melanggar
UU harus dihukum.9
dan keadilan dalam negara. Untuk menemukan pengertian yang benar mengenai
keadilan individual, terlebih dahulu harus ditemukan sifat-sifat dasar dari keadilan
“let us enquire first what it is the cities, then we will examine it in the single
man, looking for the likeness of the larger in the shape of the smaller”
individual identik dengan keadilan dalam negara. Hanya saja Plato melihat bahwa
keadilan timbul karena penyesuaian yang memberi tempat yang selaras kepada
keadilan menjadi jenis keadilan distributif dan keadilan korektif. Yang pertama
9
Ibid.
10
Bahder Johan Nasution, “Kajian Filosofis Tentang Konsep Keadilan Dari Pemikiran Klasik
Sampai Pemikiran Modern”, Yustisia, Vol. 3, No. 2, Mei - Agustus 2014, hal. 120.
8
berlaku dalam hukum publik, yang kedua dalam hukum perdata dan pidana.
bahwa apa yang ada dibenak Aristoteles ialah distribusi kekayaan dan barang
berharga lain berdasarkan nilai yang berlaku dikalangan warga. Distribusi yang
adil boleh jadi merupakan distribusi yang sesuai degan nilai kebaikannya, yakni
b. Di sisi lain, keadilan korektif berfokus pada pembetulan sesuatu yang salah.
Dari uraian ini nampak bahwa keadilan korektif merupakan wilayah peradilan
11
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis (Bandung: Nuansa dan
Nusamedia, 2004), hal. 25.
9
warga masyarakat, terutama yang ada pada posisi yang lemah akibat hubungan
hukum atau kedudukan yang tidak seimbang. Demikian halnya dengan adanya
12
Satjipto Rahardjo dalam Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (legal theory) dan Teori
Keadilan (Judicial Prudence) termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legis Prudence) (Jakarta:
Kencana, 2009), hal. 223.
13
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hal. 74.
14
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 53.
10
perlindungan pada konsumen. Menurut Philipus M. Hadjon ada dua kekuasan yang
hukum, yaitu:17
Selain itu perlindungan hukum juga menjadi suatu standar bahwa hukum
itu akan efektif berlaku di tengah-tengah masyarakat yang heterogen seperti yang
ada di Indonesia. Dengan demkian prinsip perlindungan hukum bagi rakyat adalah
pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia dan prinsip negara
hukum. Karena menurut sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang
pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia diarahkan kepada
pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban pada masyarakat dan pemerintah.
15
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum dalam Negara Hukum Pancasila, Simposium
Politik, Hak Asasi Manusia dan Pembangunan Hukum (Surabaya: Lustrum VII Universitas Airlangga,
1994), hal. 1.
16
Philipus M. Hadjon dalam Satjipto Rahardjo, Op.Cit., hal. 54.
17
Philipus M. Hadjon dalam Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia (Surabaya: Bina
Ilmu, 2002), hal. 38.
11
BAB III
penyidik umum, menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, memanggil
pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran, memanggil dan menghadirkan
saksi serta menjatuhkan sanksi administrative terhadap pelaku usaha yang melanggar
dari persengketaan antar konsumen dengan pelaku usaha, sehubungan dengan hal itu
saat ini pemerintah sudah membentuk suatu lembaga yang disebut Badan Penyelesaian
18
Zainul Akhyar, Harpani Matnuh dkk., “Peran Badan Penyelesaian Sengketa (BPSK) Kota
Banjarmasin”, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 5, No. 10, November 2015, hal. 774.
12
usaha. BPSK adalah sebagai konsekuensi yuridis dari adanya Undang-undang No. 8
atau arbitrase. Akan tetapi, tata cara penyelenggaraannya di atur tersendiri dalam
keputusan menteri perindustrian dan perdagangan. Untuk arbitrase, para pihak diberi
arbitrase dibuat dalam perjanjian tertulis dan dikuatkan dengan putusan majelis BPSK.
Atas dasar itu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
memberikan batasan dan jaminan terkait peningkatan harkat dan martabat konsumen
profesional dan menghargai hak dan kewajiban sebagai pelaku usaha. Konsekuensinya
19
Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk
penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan.
20
Sophar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
(Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hal. 331.
13
adalah dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 mencantumkan mengenai hak dan
kewajiban dari pelaku usaha dan konsumen, hal tersebut bertujuan untuk memberikan
Perlindungan konsumen merupakan suatu hal yang ada keterkaitannya dengan dunia
penyelesaian melalui badan di luar sistem peradilan yang disebut dengan BPSK,
kedudukan konsumen.
suatu pilihan yang eksklusif, yang tidak dapat tidak harus dipilih. Pilihan
penyelesaian sengketa melalui BPSK adalah pararel atau sejajar dengan pilihan
Konsumen (BPSK) yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan penanganan dan
21
Hesti Dwi Atuti, “Kendala Penyelesaian Sengketa Konsumen melalui Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK)”, Jurnal Mimbar Justitia, Vol. I, No. 02, Edisi Juli-Desember 2015, hal
575.
22
Gunawan Widjaja, Alternatif Penyelesaian Sengketa (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2005), hal. 73.
14
penyelesaian konsumen dengan melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi. Upaya
PERMA No. 1 Tahun 2008, sehingga dalam Pasal 4 PERMA tersebut, penyelesaian
bagian dari Pemerataan keadilan, terutama bagi konsumen yang merasa dirugikan oleh
pelaku usaha, karena sengketa di antara konsumen dengan pelaku usaha biasanya
karena tidak sebanding antara biaya perkara dengan besarnya kerugian yang akan
dituntut.
penyelesaian sengketa melalui BPSK, maka dukungan dari teori keadilan menjadi
sangat efektif, mengingat tidak menutup kemungkinan ketika para majelis BPSK
melakukan penyelesaian sengketa Antara konsumen dan pelaku usaha seringkali letak
kesalahan ada pada pihak konsumen, padahal ketika ditelisisk lebih dalam bahwa
23
Pasal 52 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
24
Gunawan Widjaja, Op.Cit., hal. 139.
15
sebagai konsumen tidak terpenuhi oleh pelaku usaha. Terkait dengan hak-hak
konsumen, yaitu:25
dan/atau jasa;
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
25
Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
16
barang dagangannya, bahkan seringkali konsumen yang awam terhadap hukum justru
jangan sampai tugas dan kewenangannya disalahgunakan oleh para majelis BPSK,
mengingat banyaknya kepentingan dari para elit penguasa yang memang tindakan apa
saja dapat mereka lakukan. Sehingga, sebagaimana teori yang telah di paparkan di atas
mengemukakan:27
Keadilan korektif berfokus pada pembetulan sesuatu yang salah. Jika suatu
pelanggaran dilanggar atau kesalahan dilakukan, maka keadilan korektif berusaha
memberikan kompensasi yang memadai bagi pihak yang dirugikan; jika suatu
26
Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak dkk.,Op.Cit. hal. 41.
27
Carl Joachim Friedrich, Op.Cit., hal. 27.
17
kejahatan telah dilakukan, maka hukuman yang sepantasnya perlu diberikan kepada si
pelaku.
Dari konsep teori keadilan yang diungkapkan oleh Plato dan Aristoteles, maka
tentu ini menjadi salah satu pondasi dasar ketika para majelis BPSK menjalankan
perannya sebagai penengah dalam tercapainya kesepakatan para pencari keadilan yan
gdalam hal ini ialah seorang konsumen dan pelaku usaha. Jangan nantinya bertindak
tidak atas didasarkan pada konsep keadilan sebagaimana mestinya. Agar masyarakat
khususnya berperan sebagai konsumen tidak merasa bahwa hak-hak mereka telah
dilanggar dan tidak diberikan sebagaimana mestinsya sesuai dengan ketentuan aturan
Oleh sebab itu Fungsi strategis dari BPSK adalah sebagai instrument hukun
arbitrase dan melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku oleh pelaku
usaha. Dengan asas murah, mudah dan cepat nantinya diaplikasikan dengan benar dan
sewajarnya di publik.
Selain itu Kapabilitas Majelis BPSK yang berlatar belakang keterwakilan unsur
memberikan rasa keadilan bagi para pihak yang bersengketa, bukan hanya bagi
konsumen termasuk juga bagi pelaku usaha, karena majelis BPSK akan mengarahkan
28
Hesti Dwi Atuti, Op.Cit., hal. 578.
18
BAB IV
Hukum
sengketa konsumen, tanpa harus melakukan pengurusan di pusat. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan kemudahan kepada konsumen untuk melakukan upaya hukum yang
(BPSK), maka terlebih dahulu para pihak mengetahui tugas dan wewenang dari majelis
BPSK, agar nantinya para pihak tidak miss dalam komunikasi dengan para mejelis
29
Rosmawati, Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Kencana, 2018), hal.
118.
30
Pasal 52 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
19
perlindunagn konsumen;
h. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang
ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h, yang
konsumen;
1. Asas-asas manfaat;
2. Keadilan;
3. Keseimbangan;
5. Kepastian hukum.
kelima asas perlindungan konsumen pada Pasal 2 UUPK tersebut, dapat dikatakan
bahwa perlindungan konsumen ibarat sekeping uang logam yang memiliki dua sisi
yang berbeda, satu sisi merupakan sisi konsumen, sedangkan sisi yang lalinnya sisi
pelaku usaha, dan tidak mungkin hanya menggunakan satu sisi tanpa menggunakan
Kecuali dalam asas keempat, yaitu asas keamanan dan keselamatan konsumen,
maksimal dengan biaya seminimal mungkin). Artinya tidak dibenarkan motif semata-
31
Pasal 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
32
Yusuf Shofie, Kapita Selekta Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia (Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2008), hal. 118.
33
Ibid.
21
melindungi diri;
informasi;
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
keselamatan konsumen.
secara damai, sehingga dapat memuaskan para pihak yang bersengketa (win-win
34
Pasal 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
22
di BPSK memiliki kadar keterikatan kepada aturan main yang bervariasi, dari yang
paling kaku dalam menjalankan aturan main sampai kepada yang paling relaks.35
Perlindungan hukum menjadi suatu standar bahwa hukum itu akan efektif
berlaku di tengah-tengah masyarakat yang heterogen seperti yang ada di Indonesia.
Dengan demkian prinsip perlindungan hukum bagi rakyat adalah pengakuan dan
perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia dan prinsip negara hukum. Karena
menurut sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan
perlindungan terhadap hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-
pembatasan dan peletakan kewajiban pada masyarakat dan pemerintah.
Terkait dengan teori perlindungan hukum dalam efektifitas peran BPSK,
pelaku usaha juga. Namun, yang seringkali terlihat bahwasanya konsumen sering
menjadi pihak yang dirugikan oleh pelaku usaha, karena memang yang bertindak
terhadap hukum, terutama terkait dengan haknya sebagai konsumen. Oleh karena
35
Mia Hadiati, Mariske Myeke Tampi, “Efektivitas Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa
Konsumen Oleh Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (Bpsk) Di D.K.I. Jakarta”, Jurnal Hukum
PRIORIS, Vol. 6, No. 1, Tahun 2017, hal. 70.
23
oleh Philipus M. Hadjon bahwa memang hak masyarkat ialah untuk dapat
keadaan apapun sebagai warga masyarakat dalam suatu negara tetap memiliki hak
Salmond bahwa:36
hukum yang diberikan kepada konsumen dalam hal ini merupakan gambaran dari
36
Fitzgerald mengutip istilah teori perlindungan hukum Salmond dalam http://digilib.iain-
palangkaraya.ac.id/449/6/File%203%20BAB%20II%20Landasan%20Teori.pdf, diakses pada tanggal
20 Mei 2019.
24
kemanfaatan dan kepastian hukum. Selain itu, fungsi hukum juga untuk
masyarakat yang ada pada posisi lemah akibat hubungan hukum atau kedudukan
yang tidak seimbang. Demikian halnya dengan Perlindungan hukum adalah suatu
perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum.
BPSK oleh karena itu, adapun bidang-bidang yang termasuk dalam perlindungan
konsumen, yaitu:37
a. Keselamatan fisik;
ganti kerugian;
37
Titus Alam Sinaga, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Air Minum atas Layanan Pdam
Tirta Siak Kota Pekanbaru Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen”, JOM Fakultas Hukum, Vol. III, No. 2, Oktober 2016, hal. 5.
25
dilakukan oleh BPSK pada dasarnya telah diterapkan sebagaimana tugas dan
masyarakat khususnya konsumen dan pelaku usaha diberikan wadah untuk dapat
pihak pelaku usaha dalam melindungi dirinya agar tidak mengalami kerugian dan
BAB V
Kesimpulan
Konsumen (BPSK) dalam penyelesaian sengketa. Pada dasarnya secara umum teori
yang seringkali digunakan dan sangat memiliki keterkaitan erat dengan tugas,
fungsi dan wewenang BPSK, yaitu teori keadilan dan teori perlindungan hukum.
Kedua teori ini memang memiliki hubungan satu dengan lainnya artinya Antara
keadilan lebih ditekankan pada aspek kesetaraan atau kesamaan dalam tindakan
hukum yang diberikan oleh aparat yang diamanahkan olehpemerintah dalam hal
hukum kepada konsumen melalui konsep teori hukum keadilan, bahwa penerapan
teori keadilan merupakan pondasi dasar ketika para majelis BPSK menjalankan
yang dalam hal ini ialah konsumen dan pelaku usaha. Sehingga nantinya seluruh
instrument yang berperan di BPSK bertindak tidak atas dasar konsep keadilan yang
merasa bahwa hak-hak mereka telah dilanggar dan tidak diberikan sebagaimana
dengan tujuan agar masyarakat khususnya konsumen dan pelaku usaha diberikan
wadah untuk dapat menyelesaikan sengketanya dengan proses atau jalan damai
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak dkk., Teori Hukum Strategi Tertib Manusia
Lintas Ruang dan Generasi. Yogyakarta: Genta Publishing, 2010.
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis. Bandung: Nuansa dan
Nusamedia, 2004.
Munir Fuady, Teori-Teori Besar (Grand Theory) dalam Hukum. Jakarta: Kencana,
2013.
Rachmadi Usman, Mediasi di Pengadilan dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Sinar
Grafika, 2012.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000.
Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah Hukum Adat dan Hukum Nasional.
Jakarta: Kencana, 2011.
Satjipto Rahardjo dalam Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (legal theory) dan Teori
Keadilan (Judicial Prudence) termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legis
Prudence). Jakarta: Kencana, 2009.
UNDANG-UNDANG
JURNAL
Bahder Johan Nasution, “Kajian Filosofis Tentang Konsep Keadilan Dari Pemikiran
Klasik Sampai Pemikiran Modern”, Yustisia, Vol. 3, No. 2, Mei - Agustus
2014.
Zainul Akhyar, Harpani Matnuh dkk., “Peran Badan Penyelesaian Sengketa (BPSK)
Kota Banjarmasin”, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 5, No. 10,
November 2015.
Titus Alam Sinaga, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Air Minum atas Layanan
Pdam Tirta Siak Kota Pekanbaru Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”, JOM Fakultas Hukum, Vol.
III, No. 2, Oktober 2016.
INTERNET