Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Liquiditas bank menunjukan kemampuan bank untuk menyediakan
uang kas untuk memenuhi kewajiban dengan biaya wajar. Bank perlu
menyediakan liquiditas dalam jumlah cukup untuk dapat melayani nasabah
dan beropasi secara efisien. Kebutuhan dana bank dapat berubah secara
tiba-tiba sebagai respon dari kondisi ekonomi dan kondisi lainya. Selain
itu, kondisi liquiditas bank sangat cepat berubah. Suatu saat bank memiliki
liquiditas yang berlimpah, tapi dengan cepat kondisi ini dapat berubah.
Akibatnya, apabila pada satu saat kondisi liquiditas dinilai mencukupi,
maka pada kondisi lain bank tiba-tiba dapat mengalami tidak mampu
memenuhi kebutuhan pendanaan yang dibutuhkan.
Dalam likuiditas terdapat dua resiko pertama resiko ketika
kelebihan dana , hal ini akan menimbulkan pengorbanan tingkat bunga
yang tinggi. Kedua resiko ketika kekurangan dana, akibatnya dana yang
tersedia untuk mencukupi kebutuhan kewajiban jangka pendek tidak ada.
Dan juga akan mendapat pinalti dari bank sentral. Kedua keadaan ini tidak
diharapkan oleh bank karena akan mengganggu kinerja keuangan dan
kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ketika bank mengharapkan keuntungan yang maksimal akan
beresikopada tingkat likuiditas yang rendah atau ketika likuiditas tinggi
berarti tingkat keuntungan tidak maksimal. Disini tearjadi konflik
kepentingan antara mempertahankan likuiditas yang tinggi dan mencari
keuntungan yang tinggi.
Pengelolaan likuiditas sangat penting bagi bank terutama untuk
mengatasi resiko likuiditas yang disebabkan oleh dua hal diatas. Untuk
menjaga agar resiko likuiditas ini tidak terjadi kebijakan manajemen
likuiditas yang dapat dilakukan antara lain dengan menjaga asset jangka
pendek, seperti kas, memelihara earning assetnya yang dapat dijual dengan
mudah dan lain-lain.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian likuiditas?
2. Bagaimana cara untuk mengelola likuiditas?
3. Bagaimana perhitungan rasio likuiditas?
4. Bagaimana persoalan likuiditas perbankan yang ada di Indonesia?
5. Bagaimana cara untuk mendorong sektor perbankan agar lebih
kuat?
6. Bagaimana normalisasi peran perbankan sebagai intermediasi
perekonomian?
7. Bagaimana jalan keluar dangkalnya sektor keuangan?
8. Bagaimana upaya untuk meningkatkan likuiditas?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian likuiditas
2. Untuk menjelaskan cara untuk mengelola likuiditas
3. Untuk menjelaskan perhitungan rasio likuiditas
4. Untuk menjelaskan persoalan likuiditas perbankan yang ada di
Indonesia
5. Untuk menjelaskan cara untuk mendorong sektor perbankan agar
lebih kuat
6. Untuk menjelaskan normalisasi peran perbankan sebagai
intermediasi perekonomian
7. Untuk menjelaskan jalan keluar dangkalnya sektor keuangan
8. Untuk menjelaskan upaya untuk meningkatkan likuiditas

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash


flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai, dimana fungsi-fungsi
likuiditas secara umum adalah untuk menjalankan transaksi bisnisnya sehari-

2
hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, dan memuaskan permintaan
nasabah agar pinjaman dan fleksibilitas salam meraih kesempatan investasi
menarik yang menguntungkan.

Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi


kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Dari sudut aktiva,
adalah kemampuann untuk mengubah seluruh asset menjadi bentuk tunai,
sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank memenuhi
kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio liabilitas.

Konsep likuiditas meurut Oliver G. Wood, Jr., University of South


Carolina bahwa suatu bank dianggap likuid apabila bank memenuhi kategori
di bawah ini:

1. Memegang sejumlah alat likuid, cash assets, yang terdiri dari uang
kas, rekening pada bank sentral dan rekening pada bank-bank lainnya yang
sama dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan
2. Memegang kurang dari jumlah alat-alat likuid sebagaimana
disebutkan di atas akan tetapi bank tersebut memiliki surat-surat berharga
berkualitas tinggi yang dapat segera ditukar atau dialihkan menjadi uang
tanpa mengalami kerugian baik sebelum jatuh tempo maupun pada waktu
setelah jatuh tempo.
3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh alat-alat likuid melalui
penciptaan hutang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call money,
penjualan surat berharga dengan repurchase agreement

Bila kita tinjau maka, secara umum dapat dikatakan bahwa


sumber-sumber likuiditas perbankan dapat digolongkan dari dua bagian
baik itu dari sisi kiri maupun sisi kanan dari neraca tertimbang. Stored
Likuidity secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses yang alami
dalam artian bahwa sifat alami dari pinjaman bank dan fungsi-fungsi
investasi adalah untuk melemparkan kas untuk mendapatkan pembayaran
bunga, pembayaran pokok pinjaman, asset dana yang jatuh tempo. Proses
yang tidak berlangsung secara terus menerus mengikuti suatu aksi khusus

3
yang diambil oleh bank untuk mempercepat arus kas masuk. pada sisi
kanan neraca, sumber likuiditas antara lain insrumen pasar uang dan
instrument antar bank, surat-surat pasar uang, dan sebagainya.

B. Pengelolaan Likuiditas

Pengelolaan likuiditas bank juga merupakan bagian dari pengelolaan


liabilitas (lability management). Melalui pengelolaan likuiditas yang baik,
bank dapat memberikan keyakinan pada para penyimpan dana bahwa mereka
dapat mengambil dananya sewaktu-waktu atau pada saat jatuh tempo. Oleh
karena itu, bank harus mempertahankan sejumlah alat likuid guna memastikan
bahwa bank sewaktu-waktu dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Dalam likuiditas terdapat 2 resiko yaitu resiko kelebihan dana, hal ini
akan menimbulkan pengorbanan tingkat bunga yang tinggi. Selanjutnya
kekurangan dana, akibatnya dana yang tersedia untuk mencukupi kebutuhan
kewajiban jangka pendek tidak ada. Kedua keadaan ini tidak diharapkan oleh
bank. Karena akan mengganggu kinerja keuangan dan kepercayaan
masyarakat terhadap bank tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketika bank
mengharapkan keuntungan yang maksimal akan beresiko pada tingkat
likuiditas yang rendah atau ketika likuid tinggi berarti tingkat keuntungan
tidak maksimal disini terjadi konflik kepentingan antara memperhatikan
likuiditas yang tinggi dan mencari keuntungan yang tinggi.

Pada umumnya likuiditas bank ditentukan oleh adanya beberapa faktor:

1. kewajiban reserve yang ditetapkan otoritas moneter atau


bank sentral.
2. Tipe-tipe dana yang ditarik oleh bank.
3. Komitmen nasabah atau pihak lain untuk memberikan
fasilitas pembiayaan atau melakukan investasi.

Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu


perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus

4
dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh
suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari
perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai
kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban
finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan
tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar.

Kemampuan membayar baru terdapat pada perusahaan apabila


kekuatan membayar-nya adalah demikian besarnya sehingga dapat
memenuhi semua kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.
Dengan demikian maka kemampuan membayar itu dapat diketahui setelah
membandingkan kekuatan membayar-nya di satu pihak dengan kewajiban-
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi di lain pihak.

Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar


sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban
finansialnya yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan
tersebut adalah likuid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan
membayar adalah illikuid.

Dalam manajemen likuiditas bank berusaha mempertahankan


status rasio likuiditas, memperkecil dana yang menganggur guna
menaikan pendapatan, serta memenuhi kebutuhan cash inflow maupun
cash outflow. Selain itu, manajemen likuiditas diperlukan untuk
memelihara kepercayaan masyarakat, memperlancar usaha, dan
meningkatkan pendapatan dengan risiko sekecil mungkin.

Kebijakan manajemen likuiditas antara lain menjaga likuiditas


asset jangka pendek, misalnya kas, interbank, short term investment,
memelihara earning asset yang dapat dijual dengan mudah tanpa kerugian,
memperoleh dana jangka panjang misalnya dengan penjualan obligasi atau
go public, menciptakan dan memelihara hubungan dalam rangka mencari
sumber dana untuk memenuhi kebutuhan likuiditas, mencari altrnatif

5
sumber dana lain untuk memperkecil resiko bila terjadi penarikan dana
dari luar dugaan, serta menetukan sumber dana penunjang pada keadaan
kritis.

Tujuan manajemen likuiditas adalah :

- Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang
ditentukan bank sentral;
- Mengelola alat-alat likuid agar selalu dapat memenuhi semua
kebutuhan cash flow, termasuk kebutuhan yang tidak diperkirakan,
misalnya penarikan yang tiba-tiba terhadap sejumlah giro atau deposito
berjangka yang belum jatuh tempo;
- Sedapat mungkin memperkecil adanya idle funds.

Strategi mengamankan Likuiditas

Dalam rangka menjaga posisi likuiditas dan proyeksi cashflow agar


selalu berada dalam posisi aman, terutama dalam kondisi tingkat bunga
berfluktuasi, beberapa strategi yang dapat dikembangkan oleh bank sbb
(Raflus Rax, 1996):

- Memperpanjang jatuh tempo semua kewajiban bank, kecuali bila


tingkat bunga cenderung mengalami penurunan;
- Melakukan diversifikasi sumber dana bank;
- Menjaga keseimbangan jangka waktu aset dan kewajiban
- Memperbaiki posisi likuidias antara lain mengalihkan aset yang
kurang marketable menjadi lebih marketable.

Bank dianggap likuid apabila:

- Memiliki sejumlah likuiditas / memegang alat-alat likuid, cash


assets (uang kas, rekening pada bank sentral dan bank lainnya) sama
dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan.
- Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan, tetapi bank memiliki
surat-surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas, tanpa
mengalami kerugian baik sebelum / sesudah jatuh tempo.

6
- Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara
menciptakan uang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call
money, penjualan surat berharga dengan repurchase agreement (repo).

Ketentuan likuiditas wajib minimum :

- Bank dalam menghimpun dana diwajibkan memelihara sejumlah


likuiditas tertentu dari total DPK yang dihimpun oleh bank dalam
periode tertentu.
- Jumlah likuiditas wajib minimum tersebut harus ditempatkan
dalam rekening giro bank pada bank sentral atau disebut Giro Wajib
Minimum (GWM).
- Ketentuan BI: GWM Rupiah adalah 5% dari total DPK Rupiah
yang dihitung rata-rata harian dalam satu minggu dan harus dilaporkan
ke BI.

Sumber-sumber kebutuhan likuiditas

Sumber utama kebutuhan likuiditas bank berasal dari adanya


kebutuhan antara lain untuk memenuhi :

- Ketentuan likuiditas wajib (reserve requirement) atau cash ratio.


- Saldo rekening minimum pada bank koresponden.
- Penarikan simpanan dalam operasional bank sehari-hari.
- Permintaan kredit dari masyarakat.
C. Perhitungan Rasio Likuiditas

Untuk menilai likuiditas perusahaan terdapat beberapa rasio yang


dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menilai posisi likuiditas
perusahaan yaitu :

a. Current Ratio
Current ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur
keadaan likuiditas suatu perusahaan dan juga merupakan petunjuk
untuk dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya kita,
apabila memberikan kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah,
dapat merasa aman atau tidak. Dasar perbandingan tersebut di
pergunakan sebagai alat petunjuk, apakah perusahaan yang mendapat

7
kredit kira-kira mampu atau tidak untuk memenuhi kewajibannya
untuk melakukan pembayaran kembali atau pada pelunasan pada
tanggal tempo yang sudah ditentukan.
Rumus current ratio
Current ratio = (aktiva lancar : hutang lancar) x 100%
Apabila hasilnya menunjukkan Rasio lancar (current rasio) 1:1

atau 100% artinya aktiva lancar dapat menutupi kewajiban jangka

pendek dan akan lebih aman jika rasio lancar diatas satu atau

diatas 100% maka akan perusahaan akan mampu membayar

hutang lancarnya tanpa mengganggu operasi perusahaan


b. Quick Ratio
Quick ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar di
kurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini merupakan ukuran
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan, karena menganggap persediaan
memerlukan waktu lama untuk di realisasi menjadi kas, walaupun
kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang. Rasio ini
lebih tajam dari current ratio karena hanya membandingkan aktiva
yang sangat likuid. Jika current ratio tinggi tapi quick ratio rendah, hal
ini menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dengan
persediaan.
Rumus Quick ratio
Quick ratio = (aktiva lancar – persediaan) : (hutang lancar) x 100%
Jika hasilnya mencapai 1:1 atau 100&% maka ini akan berakibat
baik jika terjadi likuidasi karena perusahaan akan mudah untuk
menguangkan aktiva tersebut untuk membayar kewajibannya.
c. Cash Ratio

Rasio ini berguna untuk membandingkan antara kas dan aktiva


lancar yang bisa dengan segera menjadi uang kas dengan hutang
lancar. Dalam hal ini kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang
disimpan dikantor dan yang ada di bank dalam bentuk rekening koran.
Sedangakan harta setara dengan kas atau near cash adalah merupakan
harta lancar yang dengan mudah dan cepat untuk dapat diuangakan

8
kembali, hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Negara
yang menjadi domisili dari perusahaan yang bersangkutan.Rasio ini
akan menunjukan porsi jumlah kas ditambah dengan setara kas
kemudian dibandingkan dengan totoal aktiva lancar. Diamana kondisi
semakin besar rasionya semakin baik pula, rasio ini sama dengan
Quick ratio, dimana angkanya tidak harus mencapai 100% (Harahap,
2002 hal 302).

Rumus cash ratio

Cash ratio = (alat likuid : pinjaman yang harus segera dibayar) x 100%

(alat likuid : uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di BI

Jika hasil rasio menunjukan 1:1 atau 100% atau semakin besar
perbandingan kas atau setara kas dengan hutang akan semakin baik .

d. Loan to deposit ratio (LDR)


Loan to deposit ratio merupakan perbandingan total kredit
terhadap dana pihak ketiga yang dihimpun oleh Bank. Rasio ini akan
menunjukkan tingkat kemmapuan Bank dalam menyalurkan dananya
yang berasal dari masyarakat (berupa : Giro, Tabungan, Deposito
Berjangka dan Kewajiban segera lainnya) dalam bentuk kredit. Jika
LDR naik atau tinggi maka pendapatan bank dipastikan naik, dalam
arti memiliki pengaruh yang positif, tentunya sepanjang pemberian
kreditnya telah dilakukan secara prudential dan compliance terhadap
ketentuan yang ada sehingga tidak menimbulkan kredit bermasalah.
Karena semakin banyak kredit yang diberikan akan semakin tinggi
juga pendapatan bunga bank.
Rumus LDR = jumlah kredit yang diberikan : (total dana pihak
ketiga+KLBI+modal inti) x 100%
D. Persoalan Likuiditas Perbankan

Likuiditas perekonomian didominasi oleh sektor perbankan melalui


deposito, sekitar 41% dari produk domestik bruto (PDB) diikuti saham 27%
dan obligasi 14%. Likuiditas masih menjadi permasalahan bagi industri

9
perbankan. Tingginya penyaluran kredit yang tidak diimbangi dengan
perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi permasalahan utama.

Menjelang krisis ekonomi dan moneter 1998, pemerintah


mengeluarkan pakjul (paket juli) untuk membatasi kredit. Namun pada 1998
Indonesia jatuh dalam krisis moneter sehingga ada 16 perbankan yang
dilikuidasi. Untuk mengatasi krisis ini, pemerintah membuat program
strukturisasi perbankan yang menyeluruh kepada semua bank. Paket ini terdiri
atas dua bagian utama, pertama adalah kebijakan untuk menyiapkan
pemulihan ekonomi dengan membangun kembali perbankan yang sehat
melalui program rekapitalisasi dan penyempurnaan ketentuan dan peraturan
perbankan. Kedua, kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan
bank-bank melalui percepatan restrukturisasi bank.

1. Rekapitalisasi perbankan
Rekapitalisasi merupakan progam darurat penyuntikan modal agar
bank memenuhi kriteria terntentu untuk tetap hidup. Kriteria tersebut
adalah pemenuhan ketentuan CAR (Capital Adequency Ratio) atau
Kewajiban Penyediaan Dana Modal Minimum (KPDMM), yang
menunjukan rasio modal dengan aktiva tetap menurut resiko (ATMR),
Bank Indonesia menetapkan batas CAR sebesar 4% hingga akhir tahun
2000.
Program rekapitalisasi perbankan dilaksanakan melalui beberapa
tahapan, yaitu pemeriksaan kondisi keuangan (due diligence),
pengelompokan bank menurut kondisi permodalan, penilaian terhadap
rencana kerja (business plan) bank, penilaian kelayakan dan kesesuaian (fit
and proper test), serta penyetoran modal oleh pemilik/investor dan
pemerintah.
Pelaksanaan Progam Rekapitalisasi
a. Setiap bank umum dan Bank Pembangunan Daerah dilaksanakan
pemeriksaan. Hasilnya 280 bank yang ada hanya 10 bank yang tidak
mengikuti progam rekapitalisasi, 3 bank sudah menambah modalnya

10
dan sisanya 164 bank menjalani pemeriksaan tetapi belum ditentukan
kategorinya.
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan, bank umum dikelompokkan 3
kategori.
Kategori A : Bank umum dengan CAR sama dengan atau lebih besar
dari 4%.
Kategori B : bank umum dengan CAR lebih kecil 4% tetapi lebih
besar dari minus 25%
Kategori C : bank umum dengan CAR lebih kecil dari minus 25%

Bank dengan kategori A tidak perlu mengikuti program


rekapitalisasi tetap diwajibkan membuat rencana kerja dan
menyampaikannya kepada Bank Indonesia. Untuk bank kategori B dapat
menjadi peserta progam rekapitalisasi dan kesempatan mengikuti hanya
sekali, diwajibkan juga untuk membuat rencana kerja, pemegang saham,
direksi, dewan komisaris harus ikut feetd and proper test. Bank kategori C
dalam waktu 30 hari sejak pemberitahuan due diligency diwajibkan
melakukan penyetoran secara tunai untuk penambahan modalnya agar
dapat mencapai atas memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya seperti
bank dengan kategori B.

1. Pembekuan dan penutupan bank


2. Pendirian Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
 Program penyehatan perbankan (PP no. 17 / 1999) dimana
BPPN mendapat kewenangan khusus.
 Kepres No. 27 / 1998, BPPN, dapat:
 Melakukan pengadministrasian jaminan yang diberikan
pemerintah pada bank.
 Melakukan pengawasan, pembinaan dan upaya penyehatan
termasuk restruksasi bank yang tidak sehat.
 Melakukan tindakan hukum lain untukpenyehatan bank.
 Lembaga Penasehat dan Pengawas
 Kepengurusan BPPN, ketua bertindak mewakili lembaga
diangkat dan diperhatikan oleh presiden atas usulan Menteri
Keuangan.

11
 Anggaran BPPN bersumber dari “Penyelesaian dan
pengelolaan restrukturisasi”

Pengalaman tersebut membuat Indonesia makin berhati-hati


sehingga mampu masuk dalam era makro-mikro prudensial (2003-2009).
Sejak 2010, perbankan Indonesia mulai memasuki pertumbuhan yang
berkesinambungan, dan saat ini jumlah bank komersial di Indonesia yaitu
115 bank.

E. Mendorong Sektor Perbankan Lebih Kuat

Likuiditas sektor perbankan yang masih relatif dangkal dan inklusi


finansial yang masih rendah menyebabkan sektor keuangan relatif lebih
mudah untuk dipengaruhi oleh gejolak dari pasar keuangan dunia dengan
besaran votalitas yang lebih besar. Terkait dengan hal tersebut maka perlu
diusulkan beberapa kebijakan sebagai berikut:

a. Saat ini perbankan nasional sedang menghadapi tantangan


perlambatan pertumbuhan kredit. Berdasarkan data agustus,
pertumbuhan kredit terus melambat menjadi hanya 6,8%, yang
merupakan level terendah sejak akhir tahun 2009.
b. Diperlukan lebih banyak instrumen keuangan alternatif sebagai
sumber pembiayaan sektor swasta, misalnya melalui pasar modal. Pada
tahun 2016, instrument obligasi korporasi yang digunakan lebih banyak
ke instrument jangka panjang.
c. Sektor keuangan juga harus diperdalam dengan meningkatkan
aktivitas pasar repo. Peningkatan aktivitas pasar repo saat ini masih
didominasi oleh instrument surat berharga negara.
d. Lebih memperluas jangkauan pasar keuangan, peningkatan akses
layanan perbankan akan sangat membantu program pemerintah dalam
hal pengentasan rakyat dari kemiskinan.
F. Normalisasi Peran Perbankan Sebagai Intermediasi
Perekonomian

12
Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja
perbankan dan sektor keuangan secara keseluruhan yaitu:

a. Memacu Sektor Pergerakan Ekonomi

Upaya untuk mendukung perkembangan sektor perbankan juga harus


diikuti dengan memacu perkembangan sektor penggerak perekonomian.
Beberapa diantaranya adalah infastruktur, pariwisata dan property.

b. Mengelola Likuiditas

Upaya mengelola likuiditas perbankan tidak tidak dapat dilakukan secara


individual bank, tetapi harus didukung oleh regulator.

c. Memperbaiki Iklim Usaha Dan Bauran Kebijakan

Sektor keuangan adalah sektor yang diatur ketat oleh regulator.


Sayangnya sektir rill yang menjadi sektor terkait langsung dengan
aktivitas keuangan, tidak diperbaiki secara menyeluruh baik dari sisi arah
kebijakan maupun peta jalan, sehingga menyebabkan terbatasnya sektor
keuangan menjalankan fungsi intermediasinya.

d. Meningkatkan Literasi Keuangan

Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas


sektor perbankan adalah memperdalam literasi keuangan.

G. Jalan Keluar Dangkalnya Sektor Keuangan

FINTECH atau Financial Technology mengacu pada inovasi jasa


keuangan dengan sentuhan jasa teknologi modern. Financial technology
merupakan hasil gabungan antara jasa keuangan dengan teknologi yang
akhirnya mengubah model bisnis dari konvensional menjadi moderat, yang
awalnya dalam membayar harus bertatap-muka dan membawa sejumlah uang
kas, kini dapat melakukan transaksi jarak jauh dengan melakukan pembayaran
yang dapat dilakukan dalam hitungan detik saja.

13
FinTech muncul seiring perubahan gaya hidup masyarakat yang saat
ini didominasi oleh pengguna teknologi informasi tuntutan hidup yang serba
cepat. Dengan FinTech, permasalahan dalam transaksi jual-beli dan
pembayaran seperti tidak sempat mencari barang ke tempat perbelanjaan, ke
bank/ATM untuk mentransfer dana, keengganan mengunjungi suatu tempat
karena pelayanan yang kurang menyenangkan dapat diminimalkan. Dengan
kata lain, FinTech membantu transaksi jual beli dan sistem pembayaran
menjadi lebih efisien dan ekonomis namun tetap efektif.

Potensi FinTech di Indonesia cukup besar seiring kegagalan perbankan


dalam meningkatkan porsi simpanan terhadap produk domestic bruto (PDB)
yang terbilang sangat lambat. Dangkalnya sector keuangan juga terbukti
dalam hal kredit. Kredit sifatnya masih beredar di kota-kota besar, terjadi
konsentrasi penyaluran kredit yang kurang berpihak pada masyarakat di
pedesaan. Akses kredit ke UMKM juga berkaitan dengan mahalnya biaya
untuk menyalurkan kredit ke sector UMKM. Hal itu terjadi karena selama ini
model penyaluran kredit sifatnya masih sangat tradisional dan konvensional.

Salah satu jalan keluar yang ditawarkan adalah terus mendorong


FinTech. Akses simpanan ataupun pinjaman di era FinTech akan dilakukan
melalui telepon genggam tanpa bertatap muka. Peralihan dari offline ke
onlinebanking ini jelas akan memotong biaya gemuk yang selama ini
membuat net interest margin (NIM) menjadi tinggi. Pada akhirnya, dengan
menipisnya biaya operasional akan membuat bunga pinjaman menjadi lebih
murah dan ujungnya masyarakat serta pelaku usaha kecil yang lebih
diuntungkan.

H. Upaya untuk Meningkatkan Likuiditas

Untuk mengatasi persoalan likuiditas, ada beberapa cara yang dapat


ditempuh, yaitu:

1. Meningkatkan saving rate atau rasio tabungan masyarakat terhadap


produk domestic bruto / PDB

14
2. Mendorong bank daerah dan bank perkreditan rakyat agar lebih
giat meningkatkan jumlah penabung atau dana pihak ketiga (DPK).
3. Menekan non performing loans (NPL) sembari menyelesaikan
kredit/ pembiayaan yang bermasalah.
4. Mendorong perbankan untuk menurunkan net intersest margin
(NIM) yang saat ini masih relatif tinggi dibandingkan dengan NIM di
beberapa Negara tetangga.
5. Terus melaksanakan perbaikan iklim invertasi ditataran nasional
ataupun ditataran daerah sehingga investasi langsung asing meningkat.
6. Meningkatkan ekspor (meningkatkan devisa).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum, pengertian likuditas adalah kemampuan untuk


memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya
yang sesuai. Fungsi dari likuditas secara umum untuk menjalankan
transaksi bisnisnya sehari-hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak,
memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman dan memberikan
fleksibiltas dalam meraih kesempatan investasi menarik yang
menguntungkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Miftahudin. 2018. Lingkup Perekonomian Indonesia. Wonosobo:UNSIQ PRESS

www.bi.go.id

17

Anda mungkin juga menyukai