PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Liquiditas bank menunjukan kemampuan bank untuk menyediakan
uang kas untuk memenuhi kewajiban dengan biaya wajar. Bank perlu
menyediakan liquiditas dalam jumlah cukup untuk dapat melayani nasabah
dan beropasi secara efisien. Kebutuhan dana bank dapat berubah secara
tiba-tiba sebagai respon dari kondisi ekonomi dan kondisi lainya. Selain
itu, kondisi liquiditas bank sangat cepat berubah. Suatu saat bank memiliki
liquiditas yang berlimpah, tapi dengan cepat kondisi ini dapat berubah.
Akibatnya, apabila pada satu saat kondisi liquiditas dinilai mencukupi,
maka pada kondisi lain bank tiba-tiba dapat mengalami tidak mampu
memenuhi kebutuhan pendanaan yang dibutuhkan.
Dalam likuiditas terdapat dua resiko pertama resiko ketika
kelebihan dana , hal ini akan menimbulkan pengorbanan tingkat bunga
yang tinggi. Kedua resiko ketika kekurangan dana, akibatnya dana yang
tersedia untuk mencukupi kebutuhan kewajiban jangka pendek tidak ada.
Dan juga akan mendapat pinalti dari bank sentral. Kedua keadaan ini tidak
diharapkan oleh bank karena akan mengganggu kinerja keuangan dan
kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ketika bank mengharapkan keuntungan yang maksimal akan
beresikopada tingkat likuiditas yang rendah atau ketika likuiditas tinggi
berarti tingkat keuntungan tidak maksimal. Disini tearjadi konflik
kepentingan antara mempertahankan likuiditas yang tinggi dan mencari
keuntungan yang tinggi.
Pengelolaan likuiditas sangat penting bagi bank terutama untuk
mengatasi resiko likuiditas yang disebabkan oleh dua hal diatas. Untuk
menjaga agar resiko likuiditas ini tidak terjadi kebijakan manajemen
likuiditas yang dapat dilakukan antara lain dengan menjaga asset jangka
pendek, seperti kas, memelihara earning assetnya yang dapat dijual dengan
mudah dan lain-lain.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian likuiditas?
2. Bagaimana cara untuk mengelola likuiditas?
3. Bagaimana perhitungan rasio likuiditas?
4. Bagaimana persoalan likuiditas perbankan yang ada di Indonesia?
5. Bagaimana cara untuk mendorong sektor perbankan agar lebih
kuat?
6. Bagaimana normalisasi peran perbankan sebagai intermediasi
perekonomian?
7. Bagaimana jalan keluar dangkalnya sektor keuangan?
8. Bagaimana upaya untuk meningkatkan likuiditas?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian likuiditas
2. Untuk menjelaskan cara untuk mengelola likuiditas
3. Untuk menjelaskan perhitungan rasio likuiditas
4. Untuk menjelaskan persoalan likuiditas perbankan yang ada di
Indonesia
5. Untuk menjelaskan cara untuk mendorong sektor perbankan agar
lebih kuat
6. Untuk menjelaskan normalisasi peran perbankan sebagai
intermediasi perekonomian
7. Untuk menjelaskan jalan keluar dangkalnya sektor keuangan
8. Untuk menjelaskan upaya untuk meningkatkan likuiditas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Likuiditas
2
hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, dan memuaskan permintaan
nasabah agar pinjaman dan fleksibilitas salam meraih kesempatan investasi
menarik yang menguntungkan.
1. Memegang sejumlah alat likuid, cash assets, yang terdiri dari uang
kas, rekening pada bank sentral dan rekening pada bank-bank lainnya yang
sama dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan
2. Memegang kurang dari jumlah alat-alat likuid sebagaimana
disebutkan di atas akan tetapi bank tersebut memiliki surat-surat berharga
berkualitas tinggi yang dapat segera ditukar atau dialihkan menjadi uang
tanpa mengalami kerugian baik sebelum jatuh tempo maupun pada waktu
setelah jatuh tempo.
3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh alat-alat likuid melalui
penciptaan hutang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call money,
penjualan surat berharga dengan repurchase agreement
3
yang diambil oleh bank untuk mempercepat arus kas masuk. pada sisi
kanan neraca, sumber likuiditas antara lain insrumen pasar uang dan
instrument antar bank, surat-surat pasar uang, dan sebagainya.
B. Pengelolaan Likuiditas
Dalam likuiditas terdapat 2 resiko yaitu resiko kelebihan dana, hal ini
akan menimbulkan pengorbanan tingkat bunga yang tinggi. Selanjutnya
kekurangan dana, akibatnya dana yang tersedia untuk mencukupi kebutuhan
kewajiban jangka pendek tidak ada. Kedua keadaan ini tidak diharapkan oleh
bank. Karena akan mengganggu kinerja keuangan dan kepercayaan
masyarakat terhadap bank tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketika bank
mengharapkan keuntungan yang maksimal akan beresiko pada tingkat
likuiditas yang rendah atau ketika likuid tinggi berarti tingkat keuntungan
tidak maksimal disini terjadi konflik kepentingan antara memperhatikan
likuiditas yang tinggi dan mencari keuntungan yang tinggi.
4
dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh
suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari
perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai
kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban
finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan
tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar.
5
sumber dana lain untuk memperkecil resiko bila terjadi penarikan dana
dari luar dugaan, serta menetukan sumber dana penunjang pada keadaan
kritis.
- Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang
ditentukan bank sentral;
- Mengelola alat-alat likuid agar selalu dapat memenuhi semua
kebutuhan cash flow, termasuk kebutuhan yang tidak diperkirakan,
misalnya penarikan yang tiba-tiba terhadap sejumlah giro atau deposito
berjangka yang belum jatuh tempo;
- Sedapat mungkin memperkecil adanya idle funds.
6
- Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara
menciptakan uang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call
money, penjualan surat berharga dengan repurchase agreement (repo).
a. Current Ratio
Current ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur
keadaan likuiditas suatu perusahaan dan juga merupakan petunjuk
untuk dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya kita,
apabila memberikan kredit berjangka pendek kepada seorang nasabah,
dapat merasa aman atau tidak. Dasar perbandingan tersebut di
pergunakan sebagai alat petunjuk, apakah perusahaan yang mendapat
7
kredit kira-kira mampu atau tidak untuk memenuhi kewajibannya
untuk melakukan pembayaran kembali atau pada pelunasan pada
tanggal tempo yang sudah ditentukan.
Rumus current ratio
Current ratio = (aktiva lancar : hutang lancar) x 100%
Apabila hasilnya menunjukkan Rasio lancar (current rasio) 1:1
pendek dan akan lebih aman jika rasio lancar diatas satu atau
8
kembali, hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Negara
yang menjadi domisili dari perusahaan yang bersangkutan.Rasio ini
akan menunjukan porsi jumlah kas ditambah dengan setara kas
kemudian dibandingkan dengan totoal aktiva lancar. Diamana kondisi
semakin besar rasionya semakin baik pula, rasio ini sama dengan
Quick ratio, dimana angkanya tidak harus mencapai 100% (Harahap,
2002 hal 302).
Cash ratio = (alat likuid : pinjaman yang harus segera dibayar) x 100%
(alat likuid : uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di BI
Jika hasil rasio menunjukan 1:1 atau 100% atau semakin besar
perbandingan kas atau setara kas dengan hutang akan semakin baik .
9
perbankan. Tingginya penyaluran kredit yang tidak diimbangi dengan
perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi permasalahan utama.
1. Rekapitalisasi perbankan
Rekapitalisasi merupakan progam darurat penyuntikan modal agar
bank memenuhi kriteria terntentu untuk tetap hidup. Kriteria tersebut
adalah pemenuhan ketentuan CAR (Capital Adequency Ratio) atau
Kewajiban Penyediaan Dana Modal Minimum (KPDMM), yang
menunjukan rasio modal dengan aktiva tetap menurut resiko (ATMR),
Bank Indonesia menetapkan batas CAR sebesar 4% hingga akhir tahun
2000.
Program rekapitalisasi perbankan dilaksanakan melalui beberapa
tahapan, yaitu pemeriksaan kondisi keuangan (due diligence),
pengelompokan bank menurut kondisi permodalan, penilaian terhadap
rencana kerja (business plan) bank, penilaian kelayakan dan kesesuaian (fit
and proper test), serta penyetoran modal oleh pemilik/investor dan
pemerintah.
Pelaksanaan Progam Rekapitalisasi
a. Setiap bank umum dan Bank Pembangunan Daerah dilaksanakan
pemeriksaan. Hasilnya 280 bank yang ada hanya 10 bank yang tidak
mengikuti progam rekapitalisasi, 3 bank sudah menambah modalnya
10
dan sisanya 164 bank menjalani pemeriksaan tetapi belum ditentukan
kategorinya.
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan, bank umum dikelompokkan 3
kategori.
Kategori A : Bank umum dengan CAR sama dengan atau lebih besar
dari 4%.
Kategori B : bank umum dengan CAR lebih kecil 4% tetapi lebih
besar dari minus 25%
Kategori C : bank umum dengan CAR lebih kecil dari minus 25%
11
Anggaran BPPN bersumber dari “Penyelesaian dan
pengelolaan restrukturisasi”
12
Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja
perbankan dan sektor keuangan secara keseluruhan yaitu:
b. Mengelola Likuiditas
13
FinTech muncul seiring perubahan gaya hidup masyarakat yang saat
ini didominasi oleh pengguna teknologi informasi tuntutan hidup yang serba
cepat. Dengan FinTech, permasalahan dalam transaksi jual-beli dan
pembayaran seperti tidak sempat mencari barang ke tempat perbelanjaan, ke
bank/ATM untuk mentransfer dana, keengganan mengunjungi suatu tempat
karena pelayanan yang kurang menyenangkan dapat diminimalkan. Dengan
kata lain, FinTech membantu transaksi jual beli dan sistem pembayaran
menjadi lebih efisien dan ekonomis namun tetap efektif.
14
2. Mendorong bank daerah dan bank perkreditan rakyat agar lebih
giat meningkatkan jumlah penabung atau dana pihak ketiga (DPK).
3. Menekan non performing loans (NPL) sembari menyelesaikan
kredit/ pembiayaan yang bermasalah.
4. Mendorong perbankan untuk menurunkan net intersest margin
(NIM) yang saat ini masih relatif tinggi dibandingkan dengan NIM di
beberapa Negara tetangga.
5. Terus melaksanakan perbaikan iklim invertasi ditataran nasional
ataupun ditataran daerah sehingga investasi langsung asing meningkat.
6. Meningkatkan ekspor (meningkatkan devisa).
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
www.bi.go.id
17