Anda di halaman 1dari 5

Vol. 2 No.

2 Juni 2019 Rang Teknik Journal


http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL

PERBANDINGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE ANALISA KOMPONEN


DAN AASHTO
(STUDI KASUS: JALAN LUBUK ALAI - KOTO LAMO KABUPATEN LIMA PULUH
KOTA)

Deddy Kurniawan1, Helga Yermadona2, Idris Wailussy3


Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Bukittinggi1, 2
Alumni Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Bukittinggi3
helga.umsb@gmail.com2
DOI: http://dx.doi.org/10.31869/rtj.v2i2.1462

Abstract :Lubuk Alai - Koto Lamo road is an agricultural and tourism lane located in Lima Puluh
Kota, West Sumatra, so that this road holds an important role in the economic sector. The purpose of
this study is to compare the planning of thick pavement liners by using Bina Marga Component
Analysis 1987 method and AASHTO 1993 method on the Lubuk Alai - Koto Lamo road STA 0 + 000
to STA 3 + 800 Lima Puluh Kota Districts. The method used to analyze the data is Bina Marga
Component Analysis 1987 method and AASHTO 1993. The results obtained that in 10 year planning
for Component Analysis the thickness of 5 cm MS 340 Laston surface course, the base course of
Class A thick Aggregate 15 cm and the subbase course of Sirtu Class Bthickness is 10 cm. With using
AASHTO 1993 analysis the thickness of 11 cm MS 340 Laston surface course, the base course of
Class A thick Aggregate 8 cm and the subbase course of Sirtu Class B thickness is 18 cm.
Keywords: Component Analysis Method, Bina Marga, AASHTO, flexible pavement.

Abstrak: Ruas jalan Lubuk Alai – Koto Lamo merupakan daerah jalur pertanian dan pariwisata yang
terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat, sehingga ruas jalan ini memegang peranan
penting dalam sektor ekonomi. Tujuan penelitian untuk membandingkan perencanaan tebal lapir
perkerasan dengan metode Analisa Komponen Bina Marga 1987 dan AASHTO 1993 pada jalan
Lubuk Alai – Koto Lamo STA 0+000 sampai STA 3+800 Kabupaten Lima Puluh Kota. Metode yang
digunakan untuk menganalisa data yaitu metode Analisa Komponen Bina Marga 1987 dan AASHTO
1993. Hasil penelitian menunjukkan pada umur rencana 10 tahun dengan Metode Analisa Komponen
lapis permukaan Laston MS 340 tebal 5 cm, lapis pondasi atas batu pecah kelas A tebal 15 cm dan
lapis pondasi bawah sirtu kelas B tebal 10 cm. Menggunakan Metode AASHTO 1993 didapatkan
lapis permukaan Laston MS 340 tebal 11 cm, lapis pondasi atas batu pecah kelas A tebal 8 cm dan
lapis pondasi bawah sirtu kelas B tebal 18 cm

Kata kunci: Metode Analisa Komponen, Bina Marga, AASHTO, perkerasan lentur.

PENDAHULUAN 1993 dengan mempertimbangkan


Proyek peningkatan jalan Lubuk Alai - perkembangan lalu lintas, umur rencana, iklim,
Koto Lamo Kecamatan Kapur IX Kabupaten dan faktor lainnya.
Lima Puluh Kota Propinsi Sumatera Barat
dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa jalan METODE PENELITIAN
tersebut merupakan jalur pertanian dan Metode penelitian dilaksanakan dengan
pariwisata yang memiliki peranan penting beberapa tahap yaitu:
dalam sektor ekonomi.Ruas jalan ini dilewati 1. Pemilihan lokasi penelitian pada jalan
oleh berbagai jenis kendaraan ringan dan Lubuk Alai - Koto Lamo Kecamatan
kendaraan berat. Oleh karena itu perlu Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota
direncanakan konstruksi perkerasan lentur yang Propinsi Sumatera Barat
baik mengingat besarnya beban yang akan 2. Pengumpulan data penelitian dengan
diterima oleh lapis perkerasan jalan dengan menggunakan data sekunder dari PUPR
membandingkan dua metode perencanaan tebal Kabupaten Lima Puluh Kota. Data yang
perkerasan lentur yaitu Metode Analisa didapat antara lain:
Komponen Bina Marga dan Metode AASHTO a. Jalan kolektor 2 lajur 2 arah,

ISSN 2599-2081 Fakultas Teknik UMSB 313


EISSN 2599-2090
Vol. 2 No.2 Juni 2019 Rang Teknik Journal
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL

b. CBR tanah dasar 5,1 %, Dimana:


c. LHR survey tahun 2017 SN :Structural Number, angka structural relatif
d. Umur rencana 10 tahun perkerasan.
e. Perkembangan lalu lintas 7,5%, : koefisien kekuatan relatif lapis permukaan
f. Iklim >900 mm/th : koefisien kekuatan relatif lapis pondasi
g. Bahan lapis perkerasan yang : koefisien kekuatan relatif lapispondasi
digunakan: lapis permukaan dengan
bahan Laston MS 340, tebal pondasi bawah
atas dengan bahan batu pecah kelas A : tebal lapis permukaan
dan tebal lapis pondasi bawah dengan : tebal lapis pondasi
bahan sirtu kelas B. : tebal lapis pondasi bawah
3. Analisa menggunakan Metode Analisa : koefisien drainase untuk lapis pondasi
Komponen Bina Marga SKBI-
dan pondasi bawah
2.3.26.1987(Departemen Pekerjaan
e. Konfigurasi sumbu yang
Umum, 1987), dengan langkah
dipertimbangkan adalah tunggal,
perhitungan sebagai berikut:
tandem dan tripel.
a. LHR pada awal umur rencana
f. Tabel E disediakan untuk sumbu
… (1)
tunggal, sumbu tandem dan tripel
b. LHR pada akhir umur rencana dengan = 2,0, 2,0, dan 3,0.
… (2) g. Rumus dasar Metode AASHTO 1993
c. Angka Ekivalen (E)
Angka ekivalen sumbu tunggal =
… (3)
Angka ekivalen sumbu ganda = …. (10)
…(4) Dimana:
d. Koefisien distribusi kendaraan (C) : ESAL yang diperkirakan
e. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) : simpangan baku normal
… (5) : deviasi standar keseluruhan, bernilai antara
f. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) 0,4 – 0,5
… (6) SN :Structural Number, angka structural relatif
g. Lintas Ekivalen Rencana (LER) perkerasan.
… (7) : perbedaanserviceability index di awal
h. Indeks Tebal Perkerasan (ITP) dan akhir umur rencana.
i. Tebal perkerasan : modulus resilient tanah dasar.
… (8) Beberapa penelitian terdahulu tentang
4. Analisa menggunakan Metode AASHTO perbandingan metode tebal perkerasan antara
1993 (Sukirman, 2010)dengan komponen lain penelitian menggunakan Dynamic Cone
sebagai berikut: Penetrometer (DCP) untuk diapllikasi dalam
a. Terminal serviceability index adalah perencanaa perkerasan
2,0; 2,5;dan 3,0. lentur jalan dengan menggunakan metode Bina
b. Parameter daya dukung tanah dasar Marga dan metode AASTHO.Bahwa pada nilai
dinyatakan dalam modulus resilient CBR tanah dasar yang sama maka tebal lapis
(MR), melalui pengujian sesuai T274 perkerasan jalan
atau dapat dikorelasikan dari nilai dengan Metode AASHTO lebih besar atau
CBR. lebih tebal daripada menggunakan Metode Bina
c. Parameter baru dalam metode ini Margakhususnya pada lapisan pondasi bawah
adalah: reliabilitas, simpangan baku, perkerasan jalan lentur(Wong, 2013).
koefisien drainase, dan life cycle costs. Penelitian menggunakan Metode Analisa
d. Structural Number (SN): Komponen SKBI 1987 dan Metode AASHTO
SN = … (9) 1993 menunjukkan perbandingan hasil tebal
perkerasan lapis permukaan lebih tipis dengan
314 Fakultas Teknik UMSB ISSN 2599-2081
EISSN 2599-2090
Vol. 2 No.2 Juni 2019 Rang Teknik Journal
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL

metode Analisa Komponen, sedangkan analisa Berdasarkan perbandingan dua metode


AASHTO 1993 menunjukkan lapis pondasi perencanaan tebal perkerasan lentur didapatkan
yang lebih tipis ketebalannya(Wulansari, 2017). hasil sebagai berikut:
Penelitian lain tentang nilai CESA pada setiap 1. Metode Analisa Komponen Bina Marga
metode yaitu Bina Marga Revisi Juni 2017 dan SKBI-2.3.26.1987, hasil perhitungan dapat
AASHTO 1993 diperoleh hasil yang berbeda dilihat pada Tabel 1 berikut ini:
cukup signifikan, faktor yang mempengaruhi Tabel 1. Hasil perhitungan dengan Metode
nilai CESA Bina Marga Revisi Juni 2017 lebih Analisa Komponen
besar dari AASHTO 1993 adalah nilai No Parameter Analisa Hasil
VDF(Gultom, 2018). 1 Umur Rencana (UR) 10 tahun
Perbandingan kedua metode 2 Perkembangan lalu 7,5%
menunjukkanbahwa tebal lapis tambah lintas (i)
(overlay) perhitungan Bina Marga 2013, lebih 3 CBR tanah dasar 5,1 %
tipis dibandingkan dengan 4 Iklim >900 mm/th
perhitunganAASHTO 1993(Weningtyas, 5 219
2015). Penelitian lainnya mengidentifikasi kend/hari
kekurangan dan kelebihan serta 6 454
membandingkan tebal lapis tambah perkerasan kend/hari
pada setiap pedoman Bina Marga yang masih 7 Koefisien distribusi
digunakan yaitu Pt.T-01-2002-B,Pd.T-05-2005- kendaraan (C) jalan
B, No.001/BT/2010, dan No.02/M/BM/2013. kolektor 2 lajur 2 arah
Didapatkan hasil tebal lapis tambahan yang C kendaraan ringan 0,5
berbeda-beda pada setiap pedoman Bina Marga C kendaraan berat 0,5
yang digunakan (Aris Araka Nauval et al. 8 Lintas Ekivalen 20,04
2015). Permulaan (LEP)
9 Lintas Ekivalen Akhir 42,185
HASIL DAN PEMBAHASAN (LEA)
Hasil suvey LHR tahun 2017 pada lokasi 10 Lintas Ekivalen 31,112
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut
Rencana (LER)
ini:
11 IPo 3,9 – 3,5
IPt 1,5
FR 2
12 Nomogram 5
13 Indeks Tebal 6
Perkerasan (ITP)
14 Koefisien kekuatan
relatif (a):
0,30
0,14
0,12
15 Tebal perkerasan:
Laston MS 340 5 cm
Gambar 1 Hasil survey LHR tahun 2017
Batu pecah kelas A 15 cm
Dari Gambar 1 di atas terlihat pada lokasi
Sirtu kelas B 10 cm
penelitian jumlah LHR kendaraan/hari/2 arah
Berdasarkan Tabel 1 di atas, hasil
untuk kendaraan ringan sebesar 156 kendaraan,
perhitungan tebal perkerasan lentur Metode
truk 2 as 18 kendaraan, dan trus 3 as 14
Analisa Komponen pada masing-masing
kendaraan. Data LHR survey ini kemudian
lapisan adalah lapis permukaan dengan bahan
dianalisis menggunakan metode Analisa
Laston MS 340 tebal 5 cm, tebal pondasi atas
Komponen dan Metode AASHTO 1993.
dengan bahan agregat kelas A tebal 15 cm dan

ISSN 2599-2081 Fakultas Teknik UMSB 315


EISSN 2599-2090
Vol. 2 No.2 Juni 2019 Rang Teknik Journal
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL

tebal lapis pondasi bawah dengan bahan sirtu No Parameter Analisa Hasil
kelas B tebal 10 cm.
2. Metode AASHTO 1993, hasil perhitungan ( )
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Hasil perhitungan dengan Metode Berdasarkan Tabel 2 di atas, hasil
AASHTO 1993 perhitungan tebal perkerasan lentur Metode
No Parameter Analisa Hasil AASHTO 1993 pada masing-masing lapisan
adalah lapis permukaan dengan bahan Laston
1 Umur pelayanan 10 tahun MS 340 tebal 11 cm, tebal pondasi atas dengan
2 Faktor distribusi arah 0,5 bahan agregat kelas A tebal 8 cm dan tebal
(DD) lapis pondasi bawah dengan bahan sirtu kelas B
3 Faktor distribusi lajur 0,9 tebal 18 cm.
(DL) Perbedaan tebal perkerasan lentur antara
4 Perkembangan lalu 7,5% Metode Analisa Komponen Bina Marga dan
lintas (g) AASHTO 1993 dapat dilihat pada Tabel 3
5 Beban gandar standar 78432,32 berikut:
kumulatif ( Tabel 3.Perbandingan tebal perkerasan
6 CBR tanah dasar 5,1 % lenturMetode Analisa Komponen
7 Koefisien drainase 1 dengan Metode AASHTO 1993
( Lapis Metode Metode
8 Terminal Serviceabilty 2,5 Perkerasan Analisa AASHTO
Index (Pt) Komponen 1993
9 Standard Deviate (So) 0,45 Lapis 5 cm 11 cm
10 Reliability (R) 85% Permukaan
11 Initial Present 4,2
Serviceability Index Laston MS 340
(Po)
12 Terminal Serviceabilty 2 Lapis Pondasi 15 cm 8 cm
Index (Pt) atas batu pecah
13 = Po - Pt 2,2 kelas A
14 Deviasi Standar -1,037
Lapis pondasi 10 cm 18 cm
Normal (Z)
bawah sirtu
15 Beban Gandar 1109589
kelas B
Tunggal Standar
Kumulatif (Wt) Dari Tabel 3 di atas, terdapat perbedaan
16 Nilai Modulus 7650 psi hasil perhitungan tebal perkerasan lentur antara
Resilien ( ) Metode Analisa Komponen dengan Metode
17 Nilai Modulus AASHTO 1993.Lapis permukaan dan lapis
Elastisitas (E): pondasi bawah dengan Metode AASHTO lebih
205.000 psi tebal dibandingkan dengan Metode Analisa
31000 psi Komponen. Sedangkan untuk lapis pondasi atas
17000 psi hasil perhitungan lebih tebal untuk Metode
Analisa Komponen dibandingkan Metode
18 Structural Number AASHTO 1993.
(SN): 1,3
1,6
PENUTUP
2,2 Berdasarkan analisa di atas, maka
kesimpulan hasil penelitian yaitu:
19 Tebal Perkerasan 1. Terdapat perbedaan parameter
Laston MS 340 ( 11 cm perencanaan dan hasil perhitungan tebal
Batu pecah kelas A 8 cm perkerasan lentur antara Metode Analisa
18 cm Komponen Bina Marga dengan Metode
316 Fakultas Teknik UMSB ISSN 2599-2081
EISSN 2599-2090
Vol. 2 No.2 Juni 2019 Rang Teknik Journal
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/RANGTEKNIKJOURNAL

AASHTO 1993. Hasil perhitungan Wong, Irwan Lie Keng. 2013. “Studi
menunjukkan dengan Metode AASHTO Perbandingan Perkerasan Jalan Lentur
1993 didapatkan perencanaan yang lebih Metode Bina Marga Dan Aastho Dengan
tebal untuk lapis permukaan dan lapis Menggunakan Uji Dynamic Cone
pondasi bawah disbanding Metode Analisa Penetration ( Ruas Jalan Bungku -
Komponen. Funuasingko Kabupaten Morowali ).”
2. Hasil perencanaan tebal perkerasan lentur Jurnal Transportasi 7(KoNTekS 7):24–
dengan Metode Analisa Komponen untuk 26.
lapis permukaan Laston MS 340 tebalnya Wulansari, Dwi Novi. 2017. “Analisis Tebal
5 cm, pondasi atas menggunakan batu Perkerasan Lentur Menggunakan Metode
pecah kelas A tebalnya 15 cm dan pondasi Analisa Komponen Dan Metode
bawah menggunakan sirtu kelas B AASHTO Pada Ruas Jalan Nagrak
tebalnya 10 cm. Kabupaten Bogor.” Kajian Teknik Sipil
3. Hasil perencanaan tebal perkerasan lentur 1(3):22–31.
dengan Metode AASHTO 1993 untuk
lapis permukaan Laston MS 340 tebalnya
11 cm, pondasi atas menggunakan batu
pecah kelas A tebalnya 8 cm dan pondasi
bawah menggunakan sirtu kelas B
tebalnya 18 cm.

DAFTAR PUSTAKA
Aris Araka Nauval, Muhammad, Gerson
Simbolan, Bagus Hario Setiadji, and
Supriyono. 2015. “Analisa Perbandingan
Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan
Lentur Menggunakan Beberapa Metode
Bina Marga Studi Kasus : (Ruas Jalan
Piringsurat – Batas Kedu Timur).” Karya
Teknik Sipil 4(02):380–93.
Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Jalan Raya Dengan Metode Analisa
Komponen. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.
Gultom, Sony Sumarsoni Heru Judi H. 2018.
“Perbandingan Analisa Perkerasan
Metode Bina Marga Revisi Juni 2017 Dan
AASHTO 1993 (Studi Kasus Pada
Pekerjaan Rencana Preservasi Ruas Jalan
Jatibarang-Langut TA 2017).” Reka
Racana Teknik Sipil ITENAS 4(3):60–71.
Sukirman, Silvia. 2010. Perencanaan Tebal
Struktur Perkerasan Lentur. Bandung:
Penerbit Nova.
Weningtyas, Akhmad Haris Fahruddin Aji
Bambang Sugeng Subagio Eri Susanto
Hariyadi Widyarini. 2015. “Evaluasi
Struktural Perkerasan Lentur
Menggunakan Metode AASHTO 1993
Dan Metode Bina Marga 2013 Studi
Kasus : Jalan Nasional Losari - Cirebon.”
Teknik Sipil 22(2):147–64.
ISSN 2599-2081 Fakultas Teknik UMSB 317
EISSN 2599-2090

Anda mungkin juga menyukai