Jika ingin mengetahui peranan pemerintah dalam perekonomian, maka bisa melihatnya melalui
komposisi dan format dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam APBN,
dapat diketahui arah, tujuan, serta prioritas pembangunan yang sedang dilakukan oleh
pemerintah. Kebijakan pemerintah melalui anggaran biasa disebut kebijakan fiskal. Kebijakan ini
biasanya ditujukan untuk memperbaiki keadaan ekonomi, mengusahakan kesempatan kerja dan
menjaga kestabilan harga-harga secara umum.
Landasan hukum penyusunan APBN ialah UUD 1945 Pasal 23 ayat (1) yang berbunyi,
“Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan setiap tahun”. Selain itu, masih ada UU
No.1 Tahun 1994 tentang Pendapatan dan Belanja Negara serta Keputusan Presiden RI No. 16
Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBN
Melalui kebijakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ini, peran pemerintah dalam
ekonomi diwujudkan. Dalam perekonomian peran pemerintah dibagi menjadi tiga fungsi utama
yaitu :
1. Fungsi alokasi
Fungsi alokasi berkaitan dengan pengalokasian sumber pendapatan negara untuk digunakan pada
program investasi produktif dalam bentuk pendanaan infrastruktur seperti jalan raya, jembatan,
pelabuhan laut dan udara, taman umum dan lain sebagainya. Pengalokasian pendapatan negara
menjadi sangat penting, khususnya penyediaan barang publik yang tidak dapat dihasilkan
melalui mekanisme pasar.
2. Fungsi distribusi
Fungsi distribusi dapat diwujudkan melalui pendistribusian pendapatan negara secara adil dan
proporsional melalui pengeluaran untuk subsidi, juga penerapan pajak progresif bagi masyarakat
kaya. Pengeluaran pemerintah untuk kegiatan semacam ini disebut transfer payment
3. Fungsi stabilisasi
Fungsi stabilisasi dapat dilakukan melalui melalui kebijakan untuk menjaga stabilitas arus uang
dan barang sehingga dapat menghindari terjadinya inflasi maupun deflasi.
Ketiga fungsi tersebut pada dasarnya ditujukan untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi
dalam penyediaan barang-barang publik yang tidak dapat dipenuhi melalui mekanisme pasar
(market failure). Melalui kebijakan dalam anggaran ini, pemerintah dapat mengupayakan
perbaikan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dengan cara menyesuaikan pengeluaran dan
penerimaan yang diterima pemerintah.
Secara makro, kebijakan pemerintah dalam APBN memiliki pengaruh yang besar terhadap
perekonomian. Pengaruh APBN dalam perekonomian ditujukan khususnya dalam peningkatan
permintaan agregat yang merupakan faktor penting bagi pertumbuhan ekonomi dan berpengaruh
terhadap alokasi serta efisiensi sumber daya perekonomian. Selain itu, juga untuk penguatan sisi
fundamental perekonomian negara, seperti mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan; menjaga stabilitas ekonomi khususnya stabilitas harga; menciptakan dan
memperluas lapangan kerja produktif untuk menurunkan tingkat pengangguran; serta
memperbaiki distribusi pendapatan dalam mengurangi tingkat kemiskinan.
Bentuk nyata pengaruh APBN terhadap perekonomian dalam pembelanjaan agregat terlihat
melalui pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain, pengeluaran
pemerintah untuk kementerian dan lembaga negara, subsidi, dana perimbangan, dana otonomi
khusus dan penyesuaian, serta lain sebagainya. Melalui pembelanjaan-pembelanjaan tersebut
diharapkan mampu memberikan konstribusi positif bagi perekonomian.
Selain itu, pengeluaran pemerintah dipandang sebagai pembelanjaan otonom yang artinya
pendapatan nasional bukanlah merupakan faktor penentu anggaran belanjanya. Ada tiga faktor
penting yang akan menentukan pembelanjaan pemerintah pada satu tahun anggaran, yaitu : (1)
Pajak yang diharapkan diterima; (2) Pertimbangan-pertimbangan politik; dan (3) Persoalan-
persoalan ekonomi yang dihadapi negara tersebut.
Kesimpulannya, pengeluaran pemerintah dan perekonomian memiliki hubungan kausalitas,
karena pengeluaran pemerintah dalam APBN merupakan instrumen untuk menggerakkan
perekonomian dan sebaliknya keadaan perekonomian menjadi faktor penentu berapa banyak
pengeluaran pemerintah dalam setiap tahun anggaran.
Secara matematis, komponen pembelanjaan agregat terdiri dari konsumsi yang dilakukan oleh
swasta, investasi swasta, pembelanjaan dalam konsumsi dan investasi yang dilakukan oleh
pemerintah dan ekspor bersih.
Salah satu contoh yang dapat kita lihat, dalam APBN Tahun 2014, strategi yang dilakukan
pemerintah untuk menjaga APBN lebih produktif untuk peningkatkan kapasitas perekonomian
adalah dengan tetap menjaga keseimbangan dalam rangka memperkuat kapasitas dan daya tahan
fiskal, namun tetap dikelola secara hati-hati. Untuk itu, pemerintah melakukan beberapa strategi
antara lain :
APBD merupakan singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Menurut UU
No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pada Pasal 1 ayat (8), yang dimaksud dengan
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan peraturan daerah untuk masa berlaku
selama satu tahun anggaran, yaitu 1 Januari hingga 31 Desember. Beberapa karakteristik APBD,
diantaranya:
● APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan
Peraturan Daerah.
● APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
● Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain
pendapatan yang sah.
● Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
● APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan
pendapatan daerah.
2. Dana Perimbangan
Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, dana perimbangan dimaknai sebagai dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan antar Pemerintah Daerah.
RANGKUMAN
1. APBD merupakan singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Menurut
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pada Pasal 1 ayat (8), yang dimaksud
dengan APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
2. Sumber penerimaan pemerintah daerah, antara lain ialah Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan, dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
3. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara)
Menurut Undang-Undang no. 17 tahun 2003, APBN adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah negara yang disetujui oleh DPR. Dalam anggaran tersebut dicantumkan
besarnya penerimaan dan pengeluaran, dan pembiayaan dalam tahun anggaran yang
direncanakan.
Tujuan penyusunan APBN:
a. Memberikan arah bagi pemerintah untuk melaksanakan fungsi yang diembannya.
b. Melihat dan mengevaluasi kinerja pemerintah dalam upaya mensejahterakan
masyarakat karena anggaran disusun berdasarkan kinerja.
c. Sebagai sumber data yang akurat bagi rakyat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah.
d. Sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah dalam menggunakan pendapatan
masyarakat yang dipungut melalui pajak.
Fungsi APBN:
a. Fungsi otorisasi, anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja pada satu tahun tertentu.
b. Fungsi perencanaan, anggaran negara menjadi pedoman dalam merencanakan kegiatan
pada satu tahun tertentu.
c. Fungsi pengawasan, anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
d. Fungsi alokasi, anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
e. Fungsi distribusi, anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
f. Fungsi stabilisasi, anggaran pemerintah menjadi alat untuk mrmrlihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
APBD disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja dalam melaksanakan kegiatan
pemerintah daerah. Sehingga dengan adanya APBD, pemerintah daerah sudah memiliki
gambaran yang jelas tentang apa saja yang akan diterima sebagai pendapatan dan pengeluaran
apa saja yang harus dikeluarkan, selama satu tahun. Dengan adanya APBD sebagai pedoman,
maka kesalahan, pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari.
Belanja negara
Sesuai dengan Undang-Undang no.17 tahun 2003, mulai APBN 2005 pemerintah melakukan
perubahan anggaran belanja negara. Awalnya, anggaran belanja negara terdiri dari anggaran
belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan yang penyajiannya dipisahkan. Namun, mulai
APBN 2005 belanja pemerintah menjadi terinci menurut jenis belanja, organisasi, dan fungsi.
Hal ini bertujuan untuk
a. Agar tidak terjadi duplikasi anggaran.
b. Memudahkan penyusunan anggaran berbasis kinerja.
c. Memberikan gambaran objektif dan proporsional mengenai kegiatan keuangan pemerintah.
d. Meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah.
Berikut perbandingan format lama dan format baru belanja negara
Format Lama
1.Klasifikasi jenis belanja
a. Dual budgeting
b. Belanja pusat terdiri dari 6 jenis belanja
2.Klasifikasi organisasi
Tidak tercantum dalam nota keuangan dan UU APBN, tetapi hanya tercantum dalam buku satuan
3 yang ditetapkan oleh keppres.
3.Klasifikasi sektor
a.Terdiri dari 20 sektor dan 50 subsektor.
b.Program merupakan rincian dari sektor pada pengeluaran rutin dan pembangunan.
c. Nama-nama program antara pengeluaran rutin dan pembangunan agak beda.
4. Dasar alokasi
Alokasi anggaran berdasarkan sektor, subsektor, dan program.
Format baru
1. Klasifikasi jenis belanja
a. Unified budgeting
b. Belanja pusat terdiri dari 8 jenis belanja.
2. Klasifikasi organisasi
Daftar organisasi pengguna anggaran belanja negara tercantum dalam nota keuangan dan UU
APBN. Jumlah kementerian negara/lembaga disesuaikan dengan yang ada.
3. Klasifikasi sektor
a. Terdiri dari 11 fungsi dan 79 subfungsi.
b. Program pada masing-masing kementerian/lembaga dikompilasi sesuai fungsinya.
c. Nama-nama program telah disesuaikan dengan unified budgeting.
4. Dasar alokasi
Alokasi anggaran berdasarkan program kementerian/lembaga.
Belanja daerah
Belanja daerah terdiri dari:
1. Belanja aparatur, yang terdiri dari:
a. Belanja administrasi umum, yang terdiri dari:
i. Belanja pegawai, yaitu semua pembayaran berupa uang tunai yang dibayarkan kepada pegawai
daerah otonom.
ii. Belanja barang dan jasa, yaitu semua pengeluaran yang dikeluarkan untuk kantor.
iii. Belanja perjalanan dinas, yang terdiri dari biaya perjalanan dinas tetap, biaya perjalanan dinas
pindah, biaya pemulangan pegawai yang dipensiunkan, dan biaya perjalanan dinas lainnya.
iv. Biaya pemeliharaan, yaitu semua pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan
kendaraan fasilitas aparatur daerah.
b. Belanja operasi dan pemeliharaan, yang juga terdiri dari belanja pegawai, belanja barang jasa,
belanja perjalanan dinas, dan biaya pemeliharaan.
c. Belanja modal, yaitu belanja yang dikeluarkan untuk membeli barang modal seperti tanah,
mobil, alat-alat, dan lainnya.
2. Belanja publik, terdiri dari:
a. Belanja operasi dan pemeliharaan, yang kemudian dirinci lagi menjadi pos-pos yang telah
ditetapkan.
b. Belanja modal
3. Bagi hasil dan bantuan keuangan
4. Belanja tidak terduga, yaitu semua belanja yang tidak terduga selama satu tahun anggaran.
Pembiayaan daerah adalah transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara
pendapatan dan belanja daerah.
TAHAP PERTAMA
Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), diawali
Pemerintah menyusun RAPBN berdasarkan usulan-usulan anggaran yang dibuat oleh
setiap Kementerian atau lembaga-lembaga negara. Pengusulan RAPBN berbentuk Daftar
Usulan Kegiatan (DUK) dan Daftar Usulan Proyek (DUP). Daftar Usulan Kegiatan
meliputi pembiayaan yang bersifat rutin, sedangkan Daftar Usulan Proyek meliputi
usulan pembiayaan untuk proyek-proyek Pembangunan.
TAHAP KEDUA
Adalah pengajuan RAPBN yang telah dibuat oleh pemerintah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat. Melalui Sidang Paripurna DPR, Presiden menyampaikan RAPBN dan Nota
Keuangan serta dokumen pendukung lainnya. Selanjutnya, DPR memberitahukan
rencana pembahasan RUU APBN kepada Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Tahap ini
dilaksanakan pada minggu kedua bulan Agustus dalam setiap tahunnya.
TAHAP KETIGA
Pembahasan RAPBN oleh DPR dengan melalui mekanisme sebagai berikut :
1. Pembahasan RUU APBN, melalui sidang paripurna dengan mendengarkan pandangan
umum fraksi-fraksi terhadap RUU APBN beserta Nota Keuangannya. Selanjutnya, pada
minggu keempat Agustus, pemerintah menjawab pemandangan umum fraksi-fraksi
terhadap RUU APBN dan Nota Keuangan. Tahap ini dilaksanakan pada minggu ketiga
Agustus.
2. Setelah itu, dilaksanakan Rapat Kerja Badan Anggaran DPR dengan pemerintah
(Menteri Keuangan) dan Gubernur Bank Indonesia. Dalam rapat kerja tersebut,
disampaikan pokok-pokok RUU APBN dan Nota Keuangan, serta pembentukan Panitia
Kerja dan tim perumus draft RUU APBN.
3. Minggu keempat Agustus hingga minggu pertama September, dilaksanakan Rapat
Kerja Komisi VII dan XI dengan mitra kerjanya untuk membahas asumsi dasar dalam
RUU APBN.
4. Minggu pertama September, diselenggarakan Rapat Internal Penyampaian hasil Rapat
Kerja dengan mitra Kerjanya dalam rangka pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran.
5. Minggu pertama hingga keempat September, diadakan Rapat Panitia Kerja untuk
membahas RUU APBN berserta Nota Keuangan.
6. Tim perumus mengadakan rapat untuk membahas RUU APBN.
TAHAP KEEMPAT
Tahap akhir dalam Rapat Paripurna tersebut adalah penentuan diterima atau ditolaknya
RAPBN oleh DPR. Jika RAPBN tersebut diterima, maka RAPBN disahkan dan DPR
menyampaikan kepada pemerintah untuk melaksanakan APBN. Jika RAPBN ditolak,
maka pemerintah dapat menggunakan APBN tahun sebelumnya.