Anda di halaman 1dari 11

1.

Pengaruh APBN terhadap perekonomian

Jika ingin mengetahui peranan pemerintah dalam perekonomian, maka bisa melihatnya melalui
komposisi dan format dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam APBN,
dapat diketahui arah, tujuan, serta prioritas pembangunan yang sedang dilakukan oleh
pemerintah. Kebijakan pemerintah melalui anggaran biasa disebut kebijakan fiskal. Kebijakan ini
biasanya ditujukan untuk memperbaiki keadaan ekonomi, mengusahakan kesempatan kerja dan
menjaga kestabilan harga-harga secara umum.

Landasan hukum penyusunan APBN ialah UUD 1945 Pasal 23 ayat (1) yang berbunyi,
“Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan setiap tahun”. Selain itu, masih ada UU
No.1 Tahun 1994 tentang Pendapatan dan Belanja Negara serta Keputusan Presiden RI No. 16
Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBN

Melalui kebijakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ini, peran pemerintah dalam
ekonomi diwujudkan. Dalam perekonomian peran pemerintah dibagi menjadi tiga fungsi utama
yaitu :
1. Fungsi alokasi
Fungsi alokasi berkaitan dengan pengalokasian sumber pendapatan negara untuk digunakan pada
program investasi produktif dalam bentuk pendanaan infrastruktur seperti jalan raya, jembatan,
pelabuhan laut dan udara, taman umum dan lain sebagainya. Pengalokasian pendapatan negara
menjadi sangat penting, khususnya penyediaan barang publik yang tidak dapat dihasilkan
melalui mekanisme pasar.
2. Fungsi distribusi
Fungsi distribusi dapat diwujudkan melalui pendistribusian pendapatan negara secara adil dan
proporsional melalui pengeluaran untuk subsidi, juga penerapan pajak progresif bagi masyarakat
kaya. Pengeluaran pemerintah untuk kegiatan semacam ini disebut transfer payment
3. Fungsi stabilisasi
Fungsi stabilisasi dapat dilakukan melalui melalui kebijakan untuk menjaga stabilitas arus uang
dan barang sehingga dapat menghindari terjadinya inflasi maupun deflasi.
Ketiga fungsi tersebut pada dasarnya ditujukan untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi
dalam penyediaan barang-barang publik yang tidak dapat dipenuhi melalui mekanisme pasar
(market failure). Melalui kebijakan dalam anggaran ini, pemerintah dapat mengupayakan
perbaikan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dengan cara menyesuaikan pengeluaran dan
penerimaan yang diterima pemerintah.
Secara makro, kebijakan pemerintah dalam APBN memiliki pengaruh yang besar terhadap
perekonomian. Pengaruh APBN dalam perekonomian ditujukan khususnya dalam peningkatan
permintaan agregat yang merupakan faktor penting bagi pertumbuhan ekonomi dan berpengaruh
terhadap alokasi serta efisiensi sumber daya perekonomian. Selain itu, juga untuk penguatan sisi
fundamental perekonomian negara, seperti mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan; menjaga stabilitas ekonomi khususnya stabilitas harga; menciptakan dan
memperluas lapangan kerja produktif untuk menurunkan tingkat pengangguran; serta
memperbaiki distribusi pendapatan dalam mengurangi tingkat kemiskinan.
Bentuk nyata pengaruh APBN terhadap perekonomian dalam pembelanjaan agregat terlihat
melalui pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain, pengeluaran
pemerintah untuk kementerian dan lembaga negara, subsidi, dana perimbangan, dana otonomi
khusus dan penyesuaian, serta lain sebagainya. Melalui pembelanjaan-pembelanjaan tersebut
diharapkan mampu memberikan konstribusi positif bagi perekonomian.
Selain itu, pengeluaran pemerintah dipandang sebagai pembelanjaan otonom yang artinya
pendapatan nasional bukanlah merupakan faktor penentu anggaran belanjanya. Ada tiga faktor
penting yang akan menentukan pembelanjaan pemerintah pada satu tahun anggaran, yaitu : (1)
Pajak yang diharapkan diterima; (2) Pertimbangan-pertimbangan politik; dan (3) Persoalan-
persoalan ekonomi yang dihadapi negara tersebut.
Kesimpulannya, pengeluaran pemerintah dan perekonomian memiliki hubungan kausalitas,
karena pengeluaran pemerintah dalam APBN merupakan instrumen untuk menggerakkan
perekonomian dan sebaliknya keadaan perekonomian menjadi faktor penentu berapa banyak
pengeluaran pemerintah dalam setiap tahun anggaran.
Secara matematis, komponen pembelanjaan agregat terdiri dari konsumsi yang dilakukan oleh
swasta, investasi swasta, pembelanjaan dalam konsumsi dan investasi yang dilakukan oleh
pemerintah dan ekspor bersih.

Salah satu contoh yang dapat kita lihat, dalam APBN Tahun 2014, strategi yang dilakukan
pemerintah untuk menjaga APBN lebih produktif untuk peningkatkan kapasitas perekonomian
adalah dengan tetap menjaga keseimbangan dalam rangka memperkuat kapasitas dan daya tahan
fiskal, namun tetap dikelola secara hati-hati. Untuk itu, pemerintah melakukan beberapa strategi
antara lain :

1. Mengendalikan Defisit Anggaran


Optimalisasi pendapatan negara dengan meningkatkan iklim investasi, menjaga
konservasi lingkungan, serta meningkatkan kualitas belanja melalui upaya (i)
meningkatkan belanja modal untuk pembangunan infrastruktur; (ii) pengendalian subsidi;
dan (iii) efisiensi belanja barang (operasional & perjalanan dinas).
2. Mengendalikan Keseimbangan Primer dan Optimalisasi Pendapatan Negara
Memperbaiki struktur belanja melalui pembatasan belanja terkait, belanja wajib, dan
efisiensi subsidi untuk kualitas belanja.
3. Menurunkan rasio utang terhadap PDB
Pengendalian pembiayaan yang bersumber dari pinjaman; Negative net flow;
Mengarahkan agar pemanfaatan pinjaman harus untuk kegiatan produktif yang
meningkatkan nilai tambah atau meningkatkan kapasitas perekonomian

2. Sumber-Sumber Penerimaan Pemerintah Daerah


Unsur pendapatan asli daerah adalah pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah. Diantara keempat sumber tersebut, pajak daerah dan retribusi daerah
merupakan sumber andalan Penerimaan Pemerintah Daerah. Untuk lebih jelasnya, mari kita
simak pembahasan berikut ini.
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

APBD merupakan singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Menurut UU
No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pada Pasal 1 ayat (8), yang dimaksud dengan
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan peraturan daerah untuk masa berlaku
selama satu tahun anggaran, yaitu 1 Januari hingga 31 Desember. Beberapa karakteristik APBD,
diantaranya:
● APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan
Peraturan Daerah.
● APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
● Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain
pendapatan yang sah.
● Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
● APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan
pendapatan daerah.

B. Sumber Penerimaan Pemerintah Daerah

Beberapa sumber penerimaan pemerintah daerah, antara lain:


1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan
daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan daerah. Pendapatan asli daerah terdiri dari:
a. Hasil Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembengunan daerah. Jenis-jenis pajak daerah, yaitu:
● Pajak Daerah Tingkat I terdiri dari pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan
bermotor, dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
● Pajak Daerah Tingkat II terdiri dari pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame,
pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C, serta
pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.

b. Hasil Retribusi Daerah


Retribusi adalah pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha
atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, setiap pungutan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat,
sehingga keluasan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Retribusi
dapat dibedakan atas:
● Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
● Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan
menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta.
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Milik Daerah yang Dipisahkan
Upaya menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara, selama
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sumber
pendapatan asli daerah yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus adalah
perusahaan daerah.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

2. Dana Perimbangan
Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, dana perimbangan dimaknai sebagai dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan antar Pemerintah Daerah.

3. Dana Alokasi Umum (DAU)


Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana bersumber dari APBN yang dialokasikan guna
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah sekaligus mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum merupakan komponen terbesar dalam
dana perimbangan sehingga peranannya sangat strategis dalam menciptakan pemerataan dan
keadilan antar daerah.
Penggunaan Dana Alokasi Umum ditetapkan oleh daerah serta harus tetap berorientasi pada
kerangka pencapaian tujuan pemberian otonomi kepada daerah, yaitu peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, seperti pelayanan di bidang kesehatan dan
pendidikan.

4. Dana Alokasi Khusus (DAK)


Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

RANGKUMAN

1. APBD merupakan singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Menurut
UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pada Pasal 1 ayat (8), yang dimaksud
dengan APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
2. Sumber penerimaan pemerintah daerah, antara lain ialah Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan, dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
3. APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara)

Menurut Undang-Undang no. 17 tahun 2003, APBN adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah negara yang disetujui oleh DPR. Dalam anggaran tersebut dicantumkan
besarnya penerimaan dan pengeluaran, dan pembiayaan dalam tahun anggaran yang
direncanakan.
Tujuan penyusunan APBN:
a. Memberikan arah bagi pemerintah untuk melaksanakan fungsi yang diembannya.
b. Melihat dan mengevaluasi kinerja pemerintah dalam upaya mensejahterakan
masyarakat karena anggaran disusun berdasarkan kinerja.
c. Sebagai sumber data yang akurat bagi rakyat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah.
d. Sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah dalam menggunakan pendapatan
masyarakat yang dipungut melalui pajak.
Fungsi APBN:
a. Fungsi otorisasi, anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja pada satu tahun tertentu.
b. Fungsi perencanaan, anggaran negara menjadi pedoman dalam merencanakan kegiatan
pada satu tahun tertentu.
c. Fungsi pengawasan, anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
d. Fungsi alokasi, anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
e. Fungsi distribusi, anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
f. Fungsi stabilisasi, anggaran pemerintah menjadi alat untuk mrmrlihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Cara penyusunan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban APBN


1. Asas penyusunan APBN
a. Kemandirian, artinya pembiayaan negara berdasar atas kemampuan negara, sedangkan
pinjaman luar negeri hanya sebagai pelengkap.
b. Penghematan, disebut juga peningkatan efisiensi dan produktivitas.
c. Penajaman prioritas pembangunan, yang berarti mengutamakan pembiayaan yang lebih
bermanfaat.
2. Cara penyusunan APBN
APBN disusun dengan cara
a. Pemerintah menyusun rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) atas
dasar usulan anggaran yang dibuat oleh departemen atau lembaga negara yang diusulkan kepada
pemerintah dalam bentuk daftar usulan kegiatan (DUK) dan daftar usulan proyek (DUP).
b. Pemerintah mengajukan RAPBN kepada DPR.
c. DPR membahas RAPBN.
d. Jika diterima, RAPBN akan disahkan menjadi APBN dan disampaikan kepada pemerintah
untuk dilaksanakan. Jika ditolak, pemerintah harus menggunakan APBN sebelumnya.
3. Pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban APBN
a. Pelaksanaan APBN
APBN yang sudah disahkan digunakan pemerintah sebagai pedoman pendapatan dan
pengeluaran, sekaligus sebagai program kerja pemerintah selama satu tahun. Setiap pengeluaran
harus berdasarkan DIK (Daftar Isian Kegiatan) dan DIP (Daftar Isian Proyek). Pembayaran DIK
dan DIP dilakukan oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) dalam bentuk SPMU
(Surat Perintah Membayar Uang) yang dapat ditukarkan dengan uang tunai.
b. Pengawasan APBN
Lembaga yang bertugas mengawasi APBN, adalah BPK sebagai instansi pengawas tertinggi,
serta masyarakat.
c. Pertanggungjawaban APBN
Pemerintah mempertanggungjawabkan pelaksanaan APBN dalam bentuk PAN (Perhitungan
Anggaran Negara) yang disampaikan kepada DPR untuk diteliti.

Sumber penerimaan negara


Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara. Dalam APBN, penerimaan
negara berasal dari penerimaan negara bukan pajak. Penerimaan perpajakan terdiri dari
pajak dalam negeri, yang meliputi pajak penghasilan migas dan nonmigas, PPN dan
PPnBM, PBB, BPHTB, cukai dan pajak lainnya, dan pajak perdagangan internasional
yang berasal dari bea masuk dan pajak/pungutan ekspor. Penerimaan negara bukan pajak
berasal dari sumber daya alam, nagian pemerintah atas laba BUMN, dan penerimaan
negara bukan pajak lainnya. Penerimaan negara juga berasal dari hibah, yaitu pemberian
dana dari negara lain tanpa keharusan untuk mengembalikannya.

4. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)

Arti, Fungsi, dan tujuan APBD


Menurut undang-undang no.17 tahun 2003 tentang keuangan negara, APBD merupakan wujud
pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah. Dengan
kata lain, APBD adalah daftar terperinci mengenai pendapatan dan pengeluaran daerah dalam
waktu satu tahun yang telah disahkan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD).

APBD disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja dalam melaksanakan kegiatan
pemerintah daerah. Sehingga dengan adanya APBD, pemerintah daerah sudah memiliki
gambaran yang jelas tentang apa saja yang akan diterima sebagai pendapatan dan pengeluaran
apa saja yang harus dikeluarkan, selama satu tahun. Dengan adanya APBD sebagai pedoman,
maka kesalahan, pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari.

APBD memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:


1. Fungsi penyelenggaraan pemerintah yang terdiri dari pelayanan pembangunan dan
pemberdayaan.
2. Sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi daerah.
3. Sarana evaluasi pencapaian kinerja dan tanggung jawab pemerintah menyejahterakan
masyarakat.
Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003, pasal 66, APBD memiliki
fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Otorisasi, bahwa APBD menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi Perencanaan, bahwa APBD menjadi pedoman bagi pemerintah daerah untuk
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi Pengawasan, bahwa APBD menjadi pedoman untuk menilai (mengawasi) apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi, bahwa APBD dalam pembagiannya harus diarahkan dengan tujuan untuk
mengurangi pengangguran, pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.
5. Fungsi Distribusi, bahwa APBD dalam pendistribusiannya harus memerhatikan rasa keadilan
dan kepatutan.

Sumber pendapatan APBD


Menurut undang-undang no. 33 tahun 2004, sumber pendapatan APBD terdiri dari:
1. Pendapatan asli daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan asli yang diperoleh dari daerah tersebut, yang meliputi
pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
PAD yang sah seperti pendapatan bunga, jasa giro, komisi, dan potongan.
2. Dana perimbangan
Dana perimbangan adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari APBN, meliputi:
a. Dana bagi hasil, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
daerah berdasarkan angka persentase tertentu dari pajak dan SDA (Sumber Daya Alam) untuk
mendanai kebutuhan daerah.
b. Dana alokasi umum, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah.
c. Dana alokasi khusus, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus daerah yang sesuai
dengan prioritas nasional.
3. Lain-lain pendapatan
Terdiri dari:
a. Hibah, merupakan bantuan yang tidak mengikat dari pihak lain.
b. Dana darurat, merupakan dana dari APBN yang diberikan kepada daerah untuk keperluan
mendesak.
5. PENGELUARAN PEMERINTAH

Belanja negara
Sesuai dengan Undang-Undang no.17 tahun 2003, mulai APBN 2005 pemerintah melakukan
perubahan anggaran belanja negara. Awalnya, anggaran belanja negara terdiri dari anggaran
belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan yang penyajiannya dipisahkan. Namun, mulai
APBN 2005 belanja pemerintah menjadi terinci menurut jenis belanja, organisasi, dan fungsi.
Hal ini bertujuan untuk
a. Agar tidak terjadi duplikasi anggaran.
b. Memudahkan penyusunan anggaran berbasis kinerja.
c. Memberikan gambaran objektif dan proporsional mengenai kegiatan keuangan pemerintah.
d. Meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah.
Berikut perbandingan format lama dan format baru belanja negara

Format Lama
1.Klasifikasi jenis belanja
a. Dual budgeting
b. Belanja pusat terdiri dari 6 jenis belanja
2.Klasifikasi organisasi
Tidak tercantum dalam nota keuangan dan UU APBN, tetapi hanya tercantum dalam buku satuan
3 yang ditetapkan oleh keppres.
3.Klasifikasi sektor
a.Terdiri dari 20 sektor dan 50 subsektor.
b.Program merupakan rincian dari sektor pada pengeluaran rutin dan pembangunan.
c. Nama-nama program antara pengeluaran rutin dan pembangunan agak beda.
4. Dasar alokasi
Alokasi anggaran berdasarkan sektor, subsektor, dan program.

Format baru
1. Klasifikasi jenis belanja
a. Unified budgeting
b. Belanja pusat terdiri dari 8 jenis belanja.
2. Klasifikasi organisasi
Daftar organisasi pengguna anggaran belanja negara tercantum dalam nota keuangan dan UU
APBN. Jumlah kementerian negara/lembaga disesuaikan dengan yang ada.
3. Klasifikasi sektor
a. Terdiri dari 11 fungsi dan 79 subfungsi.
b. Program pada masing-masing kementerian/lembaga dikompilasi sesuai fungsinya.
c. Nama-nama program telah disesuaikan dengan unified budgeting.
4. Dasar alokasi
Alokasi anggaran berdasarkan program kementerian/lembaga.

Belanja dalam APBN terdiri dari:


I. Belanja Pemerintah Pusat
I.1 Belanja pemerintah pusat
I.1.1. Belanja pegawai
I.1.2. Belanja barang
I.1.3. Belanja modal
I.1.4. Pembayaran bunga utang
I.1.5. Subsidi
I.1.5.a. Subsidi BBM
I.1.5.b. Subsidi non-BBM
I.1.6. Belanja hibah
I.1.7. Bantuan sosial
I.1.8. Belanja lainnya
I.2. Belanja Daerah
I.2.1. Dana perimbangan
I.2.1.a. Dana bagi hasil
I.2.1.b. Dana alokasi umum
I.2.1.c. Dana alokasi khusus
I.2.2. Dana otonomi khusus dan penyesuaian

Belanja daerah
Belanja daerah terdiri dari:
1. Belanja aparatur, yang terdiri dari:
a. Belanja administrasi umum, yang terdiri dari:
i. Belanja pegawai, yaitu semua pembayaran berupa uang tunai yang dibayarkan kepada pegawai
daerah otonom.
ii. Belanja barang dan jasa, yaitu semua pengeluaran yang dikeluarkan untuk kantor.
iii. Belanja perjalanan dinas, yang terdiri dari biaya perjalanan dinas tetap, biaya perjalanan dinas
pindah, biaya pemulangan pegawai yang dipensiunkan, dan biaya perjalanan dinas lainnya.
iv. Biaya pemeliharaan, yaitu semua pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan
kendaraan fasilitas aparatur daerah.
b. Belanja operasi dan pemeliharaan, yang juga terdiri dari belanja pegawai, belanja barang jasa,
belanja perjalanan dinas, dan biaya pemeliharaan.
c. Belanja modal, yaitu belanja yang dikeluarkan untuk membeli barang modal seperti tanah,
mobil, alat-alat, dan lainnya.
2. Belanja publik, terdiri dari:
a. Belanja operasi dan pemeliharaan, yang kemudian dirinci lagi menjadi pos-pos yang telah
ditetapkan.
b. Belanja modal
3. Bagi hasil dan bantuan keuangan
4. Belanja tidak terduga, yaitu semua belanja yang tidak terduga selama satu tahun anggaran.

Pembiayaan daerah adalah transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara
pendapatan dan belanja daerah.

6. MEKANISME PENYUSUNAN APBN

 TAHAP PERTAMA
Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), diawali
Pemerintah menyusun RAPBN berdasarkan usulan-usulan anggaran yang dibuat oleh
setiap Kementerian atau lembaga-lembaga negara. Pengusulan RAPBN berbentuk Daftar
Usulan Kegiatan (DUK) dan Daftar Usulan Proyek (DUP). Daftar Usulan Kegiatan
meliputi pembiayaan yang bersifat rutin, sedangkan Daftar Usulan Proyek meliputi
usulan pembiayaan untuk proyek-proyek Pembangunan.

 TAHAP KEDUA
Adalah pengajuan RAPBN yang telah dibuat oleh pemerintah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat. Melalui Sidang Paripurna DPR, Presiden menyampaikan RAPBN dan Nota
Keuangan serta dokumen pendukung lainnya. Selanjutnya, DPR memberitahukan
rencana pembahasan RUU APBN kepada Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Tahap ini
dilaksanakan pada minggu kedua bulan Agustus dalam setiap tahunnya.

 TAHAP KETIGA
Pembahasan RAPBN oleh DPR dengan melalui mekanisme sebagai berikut :
1. Pembahasan RUU APBN, melalui sidang paripurna dengan mendengarkan pandangan
umum fraksi-fraksi terhadap RUU APBN beserta Nota Keuangannya. Selanjutnya, pada
minggu keempat Agustus, pemerintah menjawab pemandangan umum fraksi-fraksi
terhadap RUU APBN dan Nota Keuangan. Tahap ini dilaksanakan pada minggu ketiga
Agustus.
2. Setelah itu, dilaksanakan Rapat Kerja Badan Anggaran DPR dengan pemerintah
(Menteri Keuangan) dan Gubernur Bank Indonesia. Dalam rapat kerja tersebut,
disampaikan pokok-pokok RUU APBN dan Nota Keuangan, serta pembentukan Panitia
Kerja dan tim perumus draft RUU APBN.
3. Minggu keempat Agustus hingga minggu pertama September, dilaksanakan Rapat
Kerja Komisi VII dan XI dengan mitra kerjanya untuk membahas asumsi dasar dalam
RUU APBN.
4. Minggu pertama September, diselenggarakan Rapat Internal Penyampaian hasil Rapat
Kerja dengan mitra Kerjanya dalam rangka pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran.
5. Minggu pertama hingga keempat September, diadakan Rapat Panitia Kerja untuk
membahas RUU APBN berserta Nota Keuangan.
6. Tim perumus mengadakan rapat untuk membahas RUU APBN.

7. Minggu keempat September, dilaksanakan Rapat Kerja Badan Anggaran (BANGGAR)


dengan Pemerintah (Menkeu dan Menteri Negara PPN/ Kepala Bappenas) dan Gubernur
Bank Indonesia untuk :
• Laporan dan pengesahan hasil panitia kerja dan tim perumus RUU APBN.
• Pendapat akhir mini fraksi terhadap sikap akhir pendapat pemerintah.
• Pengambilan keputusan untuk dilanjutkan ke Tingkat II.
8. Badan Anggaran (Banggar) dari Komisi menyampaikan hasil pembahasan Badan
Anggaran (Banggar) kepada Komisi yang bersangkutan secara tertulis pada minggu
pertama Oktober.
9. Rapat Kerja/Rapat Dengar Pendapat komisi-komisi dengan mitra kerjanya untuk
menyesuaikan RKA/L sesuai hasil pembahasan Badan Anggaran (selama 7 hari kerja),
kemudian disampaikan kembali ke Badan Anggaran untuk ditetapkan. Rapat kerja ini
dilaksanakan pada minggu pertama Oktober.
10. Selanjutnya, penyampaian hasil penyesuaian oleh komisi-komisi dengan mitra
kerjanya kepada Badan Anggaran dan Menteri Keuangan.
11. Setelah itu Rapat Paripurna untuk :
• Menyampaikan laporan hasil pembahasan tingkat I di Badan Anggaran DPR RI.
• Pernyataan persetujuan/penolakan dari setiap fraksi secara lisan yang diminta oleh
pimpinan Rapat Paripurna.
• Penyampaian Pendapat Akhir Pemerintah.

 TAHAP KEEMPAT
Tahap akhir dalam Rapat Paripurna tersebut adalah penentuan diterima atau ditolaknya
RAPBN oleh DPR. Jika RAPBN tersebut diterima, maka RAPBN disahkan dan DPR
menyampaikan kepada pemerintah untuk melaksanakan APBN. Jika RAPBN ditolak,
maka pemerintah dapat menggunakan APBN tahun sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai