Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID

1. Pengertian

Hemoroid adalah dilatasi vena hemoroid interior atau

superior. (Kamus Saku Kedokteran Dorland:2010).

Hemoroid (“wasir”) adalah pembengkakan submukosa pada

lubang anus yang mengandung pleksus pada lubang vena, dan arteri

kecil. Hemoroid interna hanya melibatkan jaringan lubang anus

bagian atas (Grace. Pierce A: 2004).

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah

vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis.

Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada di bawah

kulit (subkutan) dibawah atau luar linea dentate. Hemoroid

interna adalah pelebaran vena yang berada di bawah mukosa

(submukosa) diatas atau didalam linea dentate. (Sudoyo Aru,dkk

2009).

A. ANATOMI FISIOLOGI

Kolon merupakan sambungan dari usus halus, dengan panjang kira –

kira satu setengah meter. Dimulai pada katup ileosekal. Sekum

terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot

iliopsoas, kemudian kolon naik sebelah kanan lumbal yang disebut

; kolon asendens, lalu dibawah hati berbeluk pada tempat yang

disebut fleksura hepatika.


Selanjutnya kolon berjalan melalui tepi daerah epigastrium dan

umbilikal sebagai kolon transversal kemudian membelok sebagai

fleksura lienalis dan berjalan melalui daerah kiri lumbal

sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan

yang disebut fleksura sigmoid dan dibentuk kolon sigmoideus dan

kemudian masuk ke dalam pervis besar dan menjadi rektum.

Rektum kira – kira sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar.

Dimulai dari kolon sigmoid dan berakhir pada saluran anal yang

kira – kira 3 cm panjangnya. Saluran ini berakhir pada anus yang

diapit oleh otot internus dan otot eksternus.

Usus besar menunjukkan empat morfologi lapisan seperti apa yang

ditemukan juga pada usus halus yaitu :

1. Lapisan serosa.

Merupakan lapisan paling luar, dibentuk oleh peritoneum.

Mesenterium merupakan lipatan peritoneum yang lebar, sehingga

memungkinkan usus bergerak lebih leluasa. Mesenterium menyokong

pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf mensuplai usus. Fungsi

dari peritoneum adalah mencegah pergesekan antara organ – organ

yang berdekatan, dengan mengekskresikan cairan serosa, yang

berfungsi sebagai pelumas.


2. Lapisan otot longitudinal

Meliputi usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga

pita, yang disebut taenia koli, taenia bersatu pada sigmoid

distal sehingga rektum mempunyai selubung otot yang lengkap.

3. Lapisan otot sirkuler

Diantara kedua lapisan otot tersebut, terdapat pembuluh darah

dan pembuluh limfe, yang mensuplai usus.

4. Lapisan mukosa

Lapisan paling dalam tidak mempunyai vili atau rugae dan

merupakan salah satu perbedaan dengan usus halus.

Usus besar secara klinis, dibagi dalam separuh bagian kanan dan

kiri, menurut suplai darahnya. Arteri mesenterika superior

memperdarahi separuh bagian kanan, yaitu sekum, kolon asendens

dan dua pertiga proksimal kolon transversal. Arteri mesenterika

inferior mensuplai separuh bagian kiri yaitu sepertiga distal

kolon mendatar (transversum).

Suplai darah lain pada rektum diselenggarakan oleh arterial

haemoroidalis yang berasal dari aorta abdominalis dan arteri

iliaka interna.

Venous rektum dari kolon dan rektum superior melalui vena

mesenterika superior dan inferior, dan vena haemorhoidalis


superior yang menjadi bagian dari sistem porta yang mengalirkan

darah ke hati. Vena haemorhoidalis medial dan inferior

mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari

sirkulasi sistemik.

Suplai saraf usus besar, dilakukan oleh sistem saraf dengan

mengecualikan sfingter eksterna yang diatur oleh sistem

volunter. Serabut parasimpatis berjalan melalui nervus vagus,

kebagian tengah kolon transversum dan nervus pervikus, yang

berasal dari daerah sakral mensuplai bagian distal

Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi,

kontraksi dan perangsangan sfingter rektum sedangkan

perangsangan parasimpatis mempunyai efek – efek berlawanan.

Fisiologi kolon dan rektum

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan

dengan proses akhir isi usus. Fungsi kolon yang paling penting

adalah absorbsi air dan elektrolit yang sebagian besar

dilangsungkan pada kolon bagian kanan, dan fungsi kolon sigmoid

sebagai reservoir untuk dehidrasi massa faeces, sampai defekasi

berlangsung.

Kolon mengabsorpsi air, sekitar 600 ml/hari dibandingkan dengan

8.000 ml air yang diabsorbsi oleh usus halus. Akan tetapi

kapasitas absorbsi usus besar sekitar 2.000 ml/hari. bila jumlah


ini dilampaui oleh pengiriman cairan yang berlebihan dari ileum

mengakibatkan diare.

Berat akhir faeces yang dikeluarkan perhari sekitar 2.000 gram,

75 % diantaranya berupa air dan sisanya terdiri dari residua

makanan yang tidak diabsorbsi, bakteri, sel epitel yang

mengelupas dan mineral yang tidak diabsorpsi.

Sangat sedikit pencernaan berlangsung dalam usus besar. Sekresi

usus besar mengandung banyak mukus, menunjukkan sekresi alkali

yang tidak mengandung enzim. Mukus bekerja sebagai pelumas dan

pelindung mukosa pada peradangan usus.

B. Etiologi

Menurut Sylvia Anderson P. (1994), Hemorroid timbul karena

dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemorroidalis yang

disebabkan oleh faktor-faktor resiko/pencetus, seperti

a. Konstipasi/diare

b. Sering mengejan pada buang air besar yang sulit.

c. Kongesti pelvia pada kehamilan

d. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak

menggunakan jamban duduk, terlalu lama duduk, merokok)

e. Pembesaran prostat

f. Fibroama uteri

g. Tumor rectum
h. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal.

i. Kurang minum air dan kurang makan makanan

berserat(sayur dan buah)

j. Kurang berolahraga/imobilisasi.

C. Klasifikasi

Hemorroid Interna

Hemoroid interna dikelompokan dalam 4 derajat :

1. Derajat satu

Tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat ditemukan dengan

protoskopi, lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri

dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena

hemoroidalis superior dan tampak sebagai pembengkakan globular

kemerahan.

2. Derajat dua

Dapat mengalami prolapsus melalui anus saat defekasi hemoroid

ini dapat mengecil secara spontan atau dapat direduksi

(dikembalikan ke dalam) secara manual.

3. Derajat tiga

Mengalami prolapsus secara permanen (kadang dimana varises yang

keluar tidak dapat masuk kembali) dengan sendirinya tapi harus


didorong. Dalam hal ini mungkin saja varieses keluar dan harus

didorong kembali tanpa perdarahan.

4. Derajat empat

Akan timbul keadaan akut, dimana varieses yang keluar pada saat

defekasi tidak dapat didorong masuk kembali hal ini akan

menimbulkan rasa sakit. Biasanya ini terdapat trombus yang

diikuti infeksi dan kadang-kadang timbul peningkatan rektum.

Hemoroid Eksterna.

Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya

perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di

klasifikasikan menjadi 2 yaitu :

1. Akut

Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus

dan sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus

eksterna akut.

Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:

– Sering rasa sakit dan nyeri

– Rasa gatal pada daerah hemorid

Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung

saraf pada kulit merupakan reseptor rasa sakit.


2. Kronik

Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu

lipatan atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan

penyambung dan sedikit pembuluh darah.

Patofisiologi

Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul

keluhan keluhan. Akan timbul bila ada penyulit seperti

perdarahan , trombus dan infeksi

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan

aliran balik dari vena hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang

melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum terjadi

trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya

terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar

berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan

asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang

disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah

dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada

daerah tersebut dan nekrosis..

Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau

“wasir” tanpa ada hubungannya dengan gejala rectum atau anus

yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya


dengan hemoroid intern dan hanya timbul pada hemoroid ekstern

yang mengalami trombosis.

Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern

akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yag keluar berwarna

merah segar dan tidak bercampur dengan feces. Dapat hanya berupa

gejala pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air

toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang

keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam.

Perdarahan luas dan intensif dipleksus hemoroidalis menyebabkan

darah di vena tetap merupakan ”darah arteri”.

Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat

timbulnya anemia berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan-

lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada

tahap awalnya penonjolan ini hanya terjadi pada saat defekasi

dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada

stadium yang lebih lanjut hemoroid intern ini perlu didorong

masuk lagi. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk

yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat

menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan

ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan

mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas

dengan udem dan radang.


Menurut Sudoyo Aru, dkk 2009, mengatakan bahwa Manifestasi

Klinis hemorroid yaitu :

1) Timbul rasa gatal dan nyeri

2) Perdarahan berwarna merah terang saat defekasi.

3) Pembengkakan pada area anus.

4) Nekrosis pada area sekitar anus.

5) Perdarahan atau prolaps.

Komplikasi

Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan,

trombosis, dan stranggulasi. Hemoroid yang mengalami

stranggulasi adalah hemoroid yang mengalami prolapsus dimana

suplai darah dihalangi oleh sfingter ani.

Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan colok dubur

Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.

Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di

dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.

2. Anoskop

Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol

keluar.
3. Proktosigmoidoskopi

Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses

radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi karena

hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang

menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

4. Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy

9. Penatalaksanaan

1. Operasi Herniadectomy

2. Non operatif

Untuk derajat I dan II

1. Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.

2. Obat – obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan

untuk melunakan feces.

3. Anti biotik bila terjadi infeksi.

4. Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises

dengan harapan timbul fibrosis dan hemoroid lalu mengecil).

5. “ Rubber Band Ligation “ yaitu mengikat hemoroid dengan

karet elastic kira – kira I minggu, diharapkan terjadi

nekrosis.

6. Untuk derajat III dan IV

Dapat dilakukan sebagai berikut:


1) Pembedahan

2) Dapat dilakukan pengikatan atau ligation.

3) Dapat dilakukan rendam duduk.

4) Dengan jalan suntikan”Sklerotika” ujntuk mengontrol pendarahan

dan kolaps (keluar) hemoroid interna yang kecil sampai sedang.

Bila seorang datang dengan derajat IV tidak boleh langsung di

lakukan oprasi, harus di usahakan menjadi derajat III dulu.

Dengan cara duduk berendam dengan cairan PK 1/10.000 selama 15

menit, kemudian di kompres dengan larutan garam hipertonik

sehingga edema keluar dan kotoran keluar. Biasanya setelah dua

minggu akan menjadi derajat III.

Pada wanita hamil, karena akan sembuh setelah kehamilan

berakhir, maka tidak perlu di adakan oprasi karena akan

membahayakan janin dan varisesnya pun juga akan hilang. Bila ada

perdarahan lakukan pengikatan sementara, setelah partus baru di

adakan tindakan defenitif.

3) Terapi Bedah

 Bedah Konvensional

Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu:

1. Teknik Milligan – Morgan

Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama.

Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan


hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan

transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis.

Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter

internus.

Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna.

Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan

tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan

eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya.

Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai

jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit

dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit

anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur

sederhana.

Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang

pada satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi

dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga

lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu

banyak jaringan.

2. Teknik Whitehead

Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini

yaitu dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa

dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa

daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.


3. Teknik Langenbeck

Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan

klem. Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut

chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah

itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat.

Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak

mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa

menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose

yang dalam karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.

Ø Bedah Laser

Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan

konvensional, hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat

laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak

mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang

minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf

rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak saraf. Pada

bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali

karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat

serabut saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut.

Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf

menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf

tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 –


14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam

cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan

mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.

Ø Bedah Stapler

Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk

alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan

pendorong di belakangnya.Padadasarnya hemoroid merupakan

jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah

sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan

hemoroid dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin

kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini

mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas

garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke

posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih

diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu

dibuang semua.

Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan

alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika

mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam

dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium

diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran

anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian

jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan


memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan

memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan

terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan

tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan

sendirinya.

Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis,

tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri

minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif,

tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih

lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.

1. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan faktor kunci dalam kelangsungan

kehidupan pasien dan dalam pelayanan kesehatan dalam aspek

pemeliharaan, rehabilitasi serta pencegahan ( Doengoes,2000).

Proses keperawatan adalah kerja perawat saat memberikan asuhan

keperawatan pada pasien. Proses keperawatan merupakan pendekatan

kerja yang sistematis, terorganisasi, fleksibel dan

berkelanjutan. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling

ketergantungan satu dengan lainya dan bersifat dinamis dan

susunan secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari

tahap yang satu dengan yang lain. Proses keperawatan adalah

metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan,

hal ini disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang


memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan

ditunjukan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga

(Nursalam,2001).

1. Pengakajian

Menurut Carpenito-Moyet dan Lynda Juall (2006), pengkajian

keperawatan adalah langkah awal dari proses keperawatan yang

meliputi aspek bio,psiko,sosial,spritual dan kultural serta

komprehensif.

Pengkajian adalah pemikiran dasar dan proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien

agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah, kebutuhan

kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan

lingkungan (Nasrul Efendy,1995). Maksud dari pengkajian ini

adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang pasien.

Data tersebut berasal dari pasien( data primer ),data dari

keluarga (data sekunder), data dari catatan yang ada (data

tersier), melalui wawancara, observasi langsung dan melihat

secara medis.

1. Identitas pasien meliputi : nama, tempat tanggal lahir,

jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, agama, suku

bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no register/MR, serta

penanggung jawab.

2. Riwayat kesehatan
§ Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Pada umumnya klien mengeluh perih saat buang air besar, feses

yang keluar keras, saat BAB terdapat darah setelah feses keluar

, dan rasa panas di sekitar rektum.

§ Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)

Kaji penyakit yang dapat menyebabkan hemoroid seperti (Sembelit,

genetic predisposisi, infeksi anal, pembedahan rektal atau

episiotomi, hipertensi portal (sirosis), gatal – gatal disekitar

rektum.) Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya,

sembuh atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan

terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali

kambuh.

§ Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)

Mengkaji apakah eluarga klien tidak ada yang menderita penyakit

yang sama, penyakit keturunan (seperti diabetes, hipertensi,

asma, dll), penyakit menular (seperti hepatitis, HIV/AIDS, TBC,

dll)

1. Pemeriksaan fisik

2. Keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien

3. Tingkat kesadaran : Biasanya tingkat kesadaran pasien compos

mentis coompertif.
4. Berat badan : Biasanya berat badan pasien ada mengalami

penurunan dan biasanya juga mengalami kenaikan berat badan.

5. Tekanan darah : Biasanya tekanan darah pasien

rendah/meningkat.

6. Suhu : Biasanya suhu pasien meningkat yaitu ± 39°C

7. Pernafasan : Biasanya pernafasan pasien dengan frekuensi

normal yaitu ± 20 x/i

8. Nadi : Biasanya pasien mengalami frekuensi denyut nadi

meningkat yaitu 120 x/i

Kepala

Rambut

Rambut klien bersih, rambut hitam beruban, bentuk kepala

simetris, tidak ada benjolan maupun lesi, tidak ada kelainan

lain di kepala.

Mata

Bentuk kedua bola mata simetris, kelopak mata simetris, bulu

mata ada, konjungtiva anemis, reflek pupil normal, dibukti

dengan cara memakai cahaya penlight didekatkan pupil mengecil

dan saat cahaya dijauhkan pupil kembali membesar. Pergerakan

bola mata pasien normal dibuktikan dengan cara saat mata pasien

mengikuti arah jari pemeriksa.


Telinga

Kedua telinga simetris, telinga bersih tidak ada sekret/kotoran

maupun perdarahan, tidak ada lesi maupun massa, tidak ada

peradangan, pendengaran pasien baik, terbukti saat pemeriksa

berbicara pelan / normal klien mendengar..

Hidung

Bentuk tulang hidung simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada

perdarahan maupun sekret / kotoran, tidak ada massa dan nyeri di

daerah hidung, penciuman klien normal, dibuktikan dengan cara

klien dianjurkan mencium wewangian (parfum, kayu putih, sabun)

dan klien menjawab dengan tepat.

Mulut, Lidah, Gigi

Bibir simetris, warna bibir merah muda, bibir lembab, tidak ada

lesi, gigi utuh, warna gigi putih, tidak ada karies, keadaan

gigi bersih, tidak ada lesi di daerah gusi, tidak ada

pembengkakan atau stomatitis.

Bentuk lidah normal, warna lidah pucat, tidak ada kelainan di

lidah. Saat dilakukan palpasi di rongga mulut tidak ada

pembengkakan maupun nyeri tekan.

Indra perasa klien masih normal, dibuktikan dengan cara saat

pemeriksa memberikan perasa dan klien menjawab dengan tepat.

Saraf kranial hipoglosal klien normal, terbukti saat klien dapat


mengeluarkan dan menggerakan lidah. Gerak otot rahang klien

masih bekerja dengan baik.

Leher

Bentuk leher normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada massa,

reflek menelan klien baik, saraf kranial asesori klien baik,

dibuktikan saat klien di minta untuk menengok ke kiri / kanan

kemudian ditahan oleh pemeriksa.

Dada, Payudara, dan Ketiak

Tidak ada kelainan di daerah dada, bentuk dada simetris,

ekspansi dada seimbang, terbukti saat pemeriksa merasakan

getaran dan keseimbangan di punggung klien saat klien bernafas.

Traktil fremitus klien seimbang dibuktikan dengan cara saat

pemeriksa meletakan kedua tangan di punggung klien pada saat

klien mengucapkan bilangan “tujuh – tujuh”. Suara pernafasan

jernih, tidak ada suara tambahan, irama nafas klien teratur dan

normal.

Tidak ada suara tambahan pada jantung, irama jantung teratur dan

normal.

Tidak ada edema di daerah payudara, bentuk payudara simetris,

tidak ada massa dan lesi, tidak ada keluaran di daerah putting.
Tidak ada edema, massa maupun lesi di daerah ketiak, tidak ada

kelainan lain, tidak ada nyeri tekan.

Abdomen

Bentuk perut datar, simetris, tidak ada kelainan lain, Nyeri

tekan pada abdomen, bisa terjadi konstipasi., bising usus klien

normal yaitu 9x/menit, Posisi umbilikal normal, tidak ada

peradangan ataupun keluaran, keadaan umbilikal bersih, tidak ada

kelainan lain pada umbilikal.

Genitalia dan anus

Alat genetalia pasien biasanya kotor, Pembesaran pembuluh darah

balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada anus, nyeri pada

anus, perdarahan.

Kulit dan Kuku

Kulit tidak ada lesi maupun edema, warna kuku merah muda, bentuk

kuku normal, kuku tebal, tekstur kuku lembut, turgor kulit

normal..

Ekstermitas

Atas

Bentuk kedua tangan simetris, tidak ada kelainan lain, reflek

bisep dan trisep klien normal, terbukti saat dilakukan ketukan

di lekukan sikut dan di sikut menggunakan reflek hammer adanya


gerakan spontan di ujung ekstermitas. tingkat kekuatan otot

klien 4 dari 5 (cukup kuat tetapi tidak dengan kekuatan penuh

dan dapat menahan tahanan)

Bawah

Bentuk kedua kaki simetris, tidak ada kelainan lain, reflek

patella normal dibuktikan dilakukan ketukan di lutut menggunakan

reflek hammer adanya gerakan spontan di ujung ekstermitas.

Tingkat kekuatan otot kaki klien yaitu 5 dari 5 (kekuatan

kontraksi penuh dan dapat menahan tahanan dengan baik)

1. Data Pola Kebiasaan Sehari-hari

Sebelum Sesudah

No Kebutuhan sakit sakit

1.
Nutrisi
47 kg/140 cm 47 kg/140 cm
a. BB/TB

Nasi BN 1600 kal


b. Diit terakhir

c. Kemampuan mengunyah

Baik Baik
– Mengunyah

Baik Baik
– Menelan

Tidak ada Sebagian


– Bantuan
total/sebagian 3x/hari 3x/hari

d. Frekuensi makan 1 porsi 1/2 porsi

Tidak
e. Porsi makan Tidak
terkaji
terkaji
f. Makanan yang di
Tidak ada
sukai Tidak ada

g. Makanan yang

menimbulkan alergi

2. Cairan

a. Intake Air putih Air putih

– Oral + 1000 cc + 600 cc

Jenis Tidak ada Sebagian

Jumlah Tidak ada RL

Bantuan total/sebagian Tida k ada + 400 cc

– Intervensi

Jenis Tidak ada Tidak ada

jumlah Tidak ada Tidak ada

b. Output Tidak ada Tidak ada


– Sunction

– Drain

– Muntah

3.

2 hari 1 x
Eliminasi
1x/hari
Khas feses
a. BAB
Khas feses
keras
Frekuensi
Keras
campur darah
Warna
Terdapat dan terdapat
konsistensi
darah benjolan

b. BAK
3 – 4 x/hari 3 x/hari

Frekuensi
Kuning Kuning

Warna jernih jernih

Jumlah + 800 cc + 600 cc

4. Istirahat

a. Lama tidur 6 – 7 jam

8 – 9 jam
b. Kesulitan mulai Gelisah dan
tidur Tidak ada meringis

c. Kebiasaan mulai Malam Siang +

tidur malam

Personal hygiene

a. Mandi Belum pernah

– Frekuensi 2x/hari –

– Kebiasaan mandi Pagi + sore –

– Bantuan Tidak ada –

b. Gosok gigi 2x/hari –

c. Cuci rambut 1x/2 hari –

d. Gunting kuku 1x/minggu –

e. Ganti pakaian 2x/hari 1x/hari

5.
Aktivitas
Tidak ada Ya
a. Kesulitan dalam

melakukan aktivitas

b. Anjuran badrest Tidak ada Ya


Data sosial ekonomi

Hemoroid biasanya terjadi pada semua golongan masyarakat dan

biasanya klien dan keluarga mengelukan bahwa terjadi perubahan

dalam penghasilan keluarga sehingga menimbulkan masalah keuangan

keluarga.

Data psikososial

Penampilan, status emosi, konsep diri, dan kecemasan. Biasanya

pasien dan keluarga ditemui perasaan takut, cemas, marah, dan

pasien terlihat gelisah.

Data spritual

Penatalaksanaan ibadah klien selama sebelum sakit selalu taat

beribadah dan selama dirawat klien hanya bisa berdo’a untuk

kesembuhannya.

1. Pemeriksaan penunjang

2. Pemeriksaan Hematologi (pemeriksaan darah lengkap) seperti

Hb, Leukosit

3. Pemeriksaan sigmoskopi

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi, tekan dan sensitifitas

pada area rectal/anal sekunder akibat penyakit anorektal dan

spasme sfingter pada pasca operatif.


2. Resiko infeksi berhubungan dengan inflamasi vena hemoroidalis

3. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk

defekasi akibat nyeri selama eliminasi.

5. Intervensi keperawatan NANDA NIC NOC

Diagnosa

No Keperawatan NOC NIC

Pain Management
Nyeri akut
Pain level
– Lakukan
berhubungan
Kriteria hasil :
pengkajian nyeri
dengan
Mampu mengontrol secara komprehensif
iritasi,
nyeri ( tahu termasuk lokasi,
tekan dan
penyebab nyeri, karakteristik,
sensitifitas
mampu menggunakan durasi, frekuensi,
pada area
teknik non kualitas dan faktor
rectal/anal
farmakologi untuk presifitas
sekunder
mengurangi nteri,
akibat –
(mencari bantuan)
penyakit Observasi

anorektal Melaporkan bahwa reaksi non verbal

dan spasme nyeri berkurang dari

sfingter dengan ketidaknyamanan

1 pada pasca menggunakan – Gunakan


operatif. menajemen nyeri teknik komunikasi

terpaeutik untuk
v Mampu
mengtahui
mengenali nyeri
pengalaman nyeri
(skala,
pasien
intensitas,

frekuensi dan – Kaji

tanda nyeri) kultur yang

mempengaruhi respon
v Menyatakan
nyeri
rasa nyaman

setelah nyeri – Evaluasi

berkurang. pengalaman nyeri

masa lampau

– Evaluasi

brsama pasien dan

tim kesehatan lain

tentang ketidak

efektifan kontrol

nyeri masa lampau

– Bantu

pasien dan keluarga

untuk mencari dan


menemukan dukungan

– Kontrol

ligkungan yang

dapat mmpengaruhi

nyeri sperti suhu

ruangaan,

pencahayaan dan

kebisingan

– Kurangi

faktor presifitasi

nyeri

– Piih

danlakukan

penanganan nyeri (

Farmakologi, non

Farmakologi, dan

interpesonal)

– Kaji dan

tipe dan sumber

nyeri untuk

menentukan
intervensi

– Ajarkan

tentang teknik non

farmakologi

– Berikan

analgetik untuk

mengurangi nyeri

– Evaluasi

keefektifan kontrol

nyeri

Tingkatkan

istirahat

Kolaborasi dengan

dokter jika ada

keluhan dan

tindakan nyeri

tidak berhasil

– Monitor

penerimaan pasien
tentang managemen

nyeri

Analgesic

Administration

– Tentukan

lokasi,

karakteristik,

kualitas dan

derajat nyeri

sebelum pemberian

obat

– Cek

intruksi dokter

tentang jenis obat,

dosis, dan

frekuensi

– Cek

riwayat alergi

– Pilih

analgesic yang

diperlukan atau
kombinasi dari

anlgesic ketika

pemberin lebih dari

satu

– Tentukan

piihan analgesic

tergantung tipe dan

beratnya nyeri

– Tentukan

analgesic pilihan,

rute pemberian, dan

dosis optimal

– Pilih

rute pemberian

secara IV, IM untuk

–engubatan nyeri

secara teratur

– Monitor

vital sign sebelum

dan sesudah

pemberian analgesic
pertama kali

– Pemberin

analgesic tepat

waktu terutama saat

nyeri hebat

– Evaluasi

efektifitas

analgesis, tanda

dan gejala

Knowledge : Infection control

infecton control (kontrol infeksi)

Kriteria Hasil : –

Bersihkan
Klien bebas dari
lingkungan setelah
Resiko tanda gejala
di pakai oleh
infeksi infeksi
pasien lain
berhubungan
Mendeskripsikan
dengan –
proses
inflamasi Pertahankan tekhnik
pengeluaran
vena isolasi
penyakit, faktor
hemoroidalis
yang mempengaruhi – Batasi

2 penularan serta pengunjung bila


penatalaksanaan perlu

Menunjukan –

kemampuan untuk Instruksikan pada

mencegah pengunjung untuk

timbuhnya infeksi mencuci tangan saat

berkunjung dan
Jumlah leukosit
setelah berkunjung
dalam batas
meninggalkan pasien
normal.

– Gunakan
Menunjukan
sabun antimikrobia
perilaku hidup
untuk cuci tangan
sehat.

– Cuci

tangan setiap

sebelum dan sesudah

tindakan

keperawatan

– Gunakan

baju, sarung tangan

sebagai alat

pelindung


Pertahankan

lingkungan aseptik

selama pemasangan

alat

– Ganti

letak IV perifer

line central dan

dressing sesuai

dengan petunjuk

umum

– Gunakan

kateter intermiten

untuk menurunkan

infeksi kandung

kencing

Tingkatkan intake

nutrisi

– Berikan

terapi antibiotik

bila perlu
infection

protection

(proteksi terhadap

infeksi)

– Monitor

tanda dan gejala

infeksi sistemik

dan lokal

– Monitor

kerentanan terhadap

infeksi

– Hitung

granulosit, Wbc

– Sering

pengunjung terhadap

penyakit menular

Pertahankan tekhnik

aspesis pada pasien

yang berisiko


Pertahankan tehnik

isolasi k/p

– Berikan

perawatan kulit

pada area epiderma

– Inspeksi

kulit dan membran

mukosa terhadap

kemerahan, pansa,

drainnase

– Inspeksi

kondisi luka/ insis

bedah

– Dorong

masukan nutrisi

yang cukup

– Dorong

masukan cairan

– Dorong

istirahat

Instruksikan pasien

untuk minum

antibiotik sesuai

resep

– Ajarkan

pasien dan kleuarga

tanda dan grjala

infeksi

– Ajarkan

cara menghidari

infeksi

– Laporkan

kecurigaan infeksi

– Laporkan

kultur positif

Konstipasi Constipation /
Bowel elimination
berhubungan impaction
Hydration
dengan management
Kriteria hasil :
mengabaikan – Monitor

3 dorongan Mempertahankan tnda dan gejala


untuk bentuk feses konstipasi

defekasi
Lunak setiap 1-3 – monitor
akibat nyeri
hari bising usus
selama
Bebas dari – monitor
eliminasi.
ketidaknyamanan feses, frekuensi,

dan kostipasi konsistensi dan

volume
Mengidentifikasi

indicator untuk –

mencegah konsultasi dengan

konstipasi dokter tentang

penurunan dan
Feses lunak dan
peningkatan bising
berbentuk
usus

– monitor

tanda dan gejala

ruptur

usus/peritonitis

– jelaskan

etiologi dan

rasionalisasi

tindakan terhadap
pasien

indentifikasi

faktor penyebab dan

kontribusi

konstipasi

– dukung

intake cairan

kolaborasi

pemberian laksative

– pantau

tanda tanda gejala

konstipasi

– pantau

tanda-tanda gejala

infeksi

– memantau

gerakan usus,

termasuk

konsistensi,
frekuensi, bentuk,

volume dan warna

– memantau

bising usus

konsultasikan

dengan dokter

tentang penurunan

atau kenaikan

frekuensi bising

usus

– pantau

tanda-tanda dan

gejala pecahnya

usus dan atau

peritonitis

– jelaskan

etiologi masalah

dan pemikiran untuk

tindakan untuk

pasien
– menyusun

jadwal ke toilet

mendorong

meningkatkan asupan

cairan, kecuali di

kontraindikasi kan

– evaluasi

profil obat untuk

efek samping

gastrointestinal

– anjurkan

pasien atau

keluarga untuk

mencatat warna,

volume, frekuensi,

dan konsistensi

tinja

– ajarkan

pasien atau

keluarga bagaimana
menjaga buku harian

makanan

– anjurkan

pasien/keluarga

untuk diet tinggi

serat

– anjurkan

pasien/keluarga

pada penggunaan

yang tepat dari

obat pencahar

– anjurkan

pasien/keluarga

pada hubungan

asupan diet,

olahraga, dan

cairan sembelit

atau infaksi

menyarankan pasien

berkonsultasi
dengan dokter jika

sembelit atau

infaksi terus ada.

Menginformasikan

pasien prosedur

penghapusan manual

dari tinja, jika

perlu

– Timbang

pasien secara

teratur

– Ajarkan

pasien atau

keluarga tentang

proses pencernaan

yang normal

– Ajarkan

pasien/keluarga

tentangkerangka

waktu untuk resolus


sembelit.
DAFTAR PUSTAKA

Askanda, Sumitro. 1989, Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta : PT. Bina


Aksara

Dongoes Moorhouse Geissle, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan


Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3
jilid 2., FK UI,

Media Aesculapius, Jakarta

Nurarif Huda Amin, dkk. 2015. Asuhan keperawatan berdasarkan


dignosa medis dan NANDA NIC-NOC edisi revisi Jild 2. Jogjakarta
: Penerbit Mediaction Jogja

Price, Sylvia Anderson. 1989. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta :


EGC

Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

http://debyrahmad.blogspot.com/2013/06/asuhan-keperawatan-
hipertiroidisme.html ( Diakses pada tanggal 27 September 2016 )

http:// bumiirwan.blogspot.com/2013/09/lp-hemoroid.html
( Diakses pada tanggal 27 September 2016 )

http://detikautik.blogspot.com/2013/07/askep-hemoroid.html
( Diakses pada tanggal 27 September 2016 )
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN TN. “K” DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEMOROID
DI RUANG 19 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

DEPARTEMEN KMB

O L E H :

CITRA RAHAYU

018.02.0808

PEROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES) MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN TN. “K” DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEMOROID
DI RUANG 19 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

DEPARTEMEN KMB

DisusunOleh:

CITRA RAHAYU

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Pembimbing akademik Pembimbing lahan

[ ] [ ]

Anda mungkin juga menyukai