1. Pengertian
lubang anus yang mengandung pleksus pada lubang vena, dan arteri
2009).
A. ANATOMI FISIOLOGI
Dimulai dari kolon sigmoid dan berakhir pada saluran anal yang
1. Lapisan serosa.
4. Lapisan mukosa
Usus besar secara klinis, dibagi dalam separuh bagian kanan dan
iliaka interna.
sirkulasi sistemik.
dengan proses akhir isi usus. Fungsi kolon yang paling penting
berlangsung.
mengakibatkan diare.
B. Etiologi
a. Konstipasi/diare
e. Pembesaran prostat
f. Fibroama uteri
g. Tumor rectum
h. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal.
j. Kurang berolahraga/imobilisasi.
C. Klasifikasi
Hemorroid Interna
1. Derajat satu
kemerahan.
2. Derajat dua
3. Derajat tiga
4. Derajat empat
Akan timbul keadaan akut, dimana varieses yang keluar pada saat
Hemoroid Eksterna.
1. Akut
eksterna akut.
Patofisiologi
terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar
berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan
Manifestasi Klinis
akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yag keluar berwarna
merah segar dan tidak bercampur dengan feces. Dapat hanya berupa
Komplikasi
Pemeriksaan Diagnostik
2. Anoskop
keluar.
3. Proktosigmoidoskopi
9. Penatalaksanaan
1. Operasi Herniadectomy
2. Non operatif
nekrosis.
membahayakan janin dan varisesnya pun juga akan hilang. Bila ada
3) Terapi Bedah
Bedah Konvensional
internus.
sederhana.
banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
Ø Bedah Laser
Ø Bedah Stapler
kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini
dibuang semua.
sendirinya.
1. Asuhan Keperawatan
(Nursalam,2001).
1. Pengakajian
komprehensif.
secara medis.
penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan
§ Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Pada umumnya klien mengeluh perih saat buang air besar, feses
yang keluar keras, saat BAB terdapat darah setelah feses keluar
kambuh.
dll)
1. Pemeriksaan fisik
mentis coompertif.
4. Berat badan : Biasanya berat badan pasien ada mengalami
rendah/meningkat.
Kepala
Rambut
lain di kepala.
Mata
bola mata pasien normal dibuktikan dengan cara saat mata pasien
Hidung
Bibir simetris, warna bibir merah muda, bibir lembab, tidak ada
lesi, gigi utuh, warna gigi putih, tidak ada karies, keadaan
Leher
jernih, tidak ada suara tambahan, irama nafas klien teratur dan
normal.
Tidak ada suara tambahan pada jantung, irama jantung teratur dan
normal.
tidak ada massa dan lesi, tidak ada keluaran di daerah putting.
Tidak ada edema, massa maupun lesi di daerah ketiak, tidak ada
Abdomen
balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada anus, nyeri pada
anus, perdarahan.
Kulit tidak ada lesi maupun edema, warna kuku merah muda, bentuk
normal..
Ekstermitas
Atas
Bawah
Sebelum Sesudah
1.
Nutrisi
47 kg/140 cm 47 kg/140 cm
a. BB/TB
c. Kemampuan mengunyah
Baik Baik
– Mengunyah
Baik Baik
– Menelan
Tidak
e. Porsi makan Tidak
terkaji
terkaji
f. Makanan yang di
Tidak ada
sukai Tidak ada
g. Makanan yang
menimbulkan alergi
2. Cairan
– Intervensi
– Drain
– Muntah
3.
2 hari 1 x
Eliminasi
1x/hari
Khas feses
a. BAB
Khas feses
keras
Frekuensi
Keras
campur darah
Warna
Terdapat dan terdapat
konsistensi
darah benjolan
b. BAK
3 – 4 x/hari 3 x/hari
Frekuensi
Kuning Kuning
4. Istirahat
8 – 9 jam
b. Kesulitan mulai Gelisah dan
tidur Tidak ada meringis
tidur malam
Personal hygiene
– Frekuensi 2x/hari –
5.
Aktivitas
Tidak ada Ya
a. Kesulitan dalam
melakukan aktivitas
keluarga.
Data psikososial
Data spritual
kesembuhannya.
1. Pemeriksaan penunjang
Hb, Leukosit
3. Pemeriksaan sigmoskopi
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
Pain Management
Nyeri akut
Pain level
– Lakukan
berhubungan
Kriteria hasil :
pengkajian nyeri
dengan
Mampu mengontrol secara komprehensif
iritasi,
nyeri ( tahu termasuk lokasi,
tekan dan
penyebab nyeri, karakteristik,
sensitifitas
mampu menggunakan durasi, frekuensi,
pada area
teknik non kualitas dan faktor
rectal/anal
farmakologi untuk presifitas
sekunder
mengurangi nteri,
akibat –
(mencari bantuan)
penyakit Observasi
terpaeutik untuk
v Mampu
mengtahui
mengenali nyeri
pengalaman nyeri
(skala,
pasien
intensitas,
mempengaruhi respon
v Menyatakan
nyeri
rasa nyaman
masa lampau
– Evaluasi
tentang ketidak
efektifan kontrol
– Bantu
– Kontrol
ligkungan yang
dapat mmpengaruhi
ruangaan,
pencahayaan dan
kebisingan
– Kurangi
faktor presifitasi
nyeri
– Piih
danlakukan
penanganan nyeri (
Farmakologi, non
Farmakologi, dan
interpesonal)
– Kaji dan
nyeri untuk
menentukan
intervensi
– Ajarkan
farmakologi
– Berikan
analgetik untuk
mengurangi nyeri
– Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
Tingkatkan
istirahat
Kolaborasi dengan
keluhan dan
tindakan nyeri
tidak berhasil
– Monitor
penerimaan pasien
tentang managemen
nyeri
Analgesic
Administration
– Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
– Cek
intruksi dokter
dosis, dan
frekuensi
– Cek
riwayat alergi
– Pilih
analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari
anlgesic ketika
satu
– Tentukan
piihan analgesic
beratnya nyeri
– Tentukan
analgesic pilihan,
dosis optimal
– Pilih
rute pemberian
–engubatan nyeri
secara teratur
– Monitor
dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
– Pemberin
analgesic tepat
nyeri hebat
– Evaluasi
efektifitas
analgesis, tanda
dan gejala
Kriteria Hasil : –
Bersihkan
Klien bebas dari
lingkungan setelah
Resiko tanda gejala
di pakai oleh
infeksi infeksi
pasien lain
berhubungan
Mendeskripsikan
dengan –
proses
inflamasi Pertahankan tekhnik
pengeluaran
vena isolasi
penyakit, faktor
hemoroidalis
yang mempengaruhi – Batasi
Menunjukan –
berkunjung dan
Jumlah leukosit
setelah berkunjung
dalam batas
meninggalkan pasien
normal.
– Gunakan
Menunjukan
sabun antimikrobia
perilaku hidup
untuk cuci tangan
sehat.
– Cuci
tangan setiap
tindakan
keperawatan
– Gunakan
sebagai alat
pelindung
–
Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
– Ganti
letak IV perifer
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
– Gunakan
kateter intermiten
untuk menurunkan
infeksi kandung
kencing
Tingkatkan intake
nutrisi
– Berikan
terapi antibiotik
bila perlu
infection
protection
(proteksi terhadap
infeksi)
– Monitor
infeksi sistemik
dan lokal
– Monitor
kerentanan terhadap
infeksi
– Hitung
granulosit, Wbc
– Sering
pengunjung terhadap
penyakit menular
Pertahankan tekhnik
yang berisiko
–
Pertahankan tehnik
isolasi k/p
– Berikan
perawatan kulit
– Inspeksi
mukosa terhadap
kemerahan, pansa,
drainnase
– Inspeksi
bedah
– Dorong
masukan nutrisi
yang cukup
– Dorong
masukan cairan
– Dorong
istirahat
–
Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
– Ajarkan
infeksi
– Ajarkan
cara menghidari
infeksi
– Laporkan
kecurigaan infeksi
– Laporkan
kultur positif
Konstipasi Constipation /
Bowel elimination
berhubungan impaction
Hydration
dengan management
Kriteria hasil :
mengabaikan – Monitor
defekasi
Lunak setiap 1-3 – monitor
akibat nyeri
hari bising usus
selama
Bebas dari – monitor
eliminasi.
ketidaknyamanan feses, frekuensi,
volume
Mengidentifikasi
indicator untuk –
penurunan dan
Feses lunak dan
peningkatan bising
berbentuk
usus
– monitor
ruptur
usus/peritonitis
– jelaskan
etiologi dan
rasionalisasi
tindakan terhadap
pasien
indentifikasi
kontribusi
konstipasi
– dukung
intake cairan
kolaborasi
pemberian laksative
– pantau
konstipasi
– pantau
tanda-tanda gejala
infeksi
– memantau
gerakan usus,
termasuk
konsistensi,
frekuensi, bentuk,
– memantau
bising usus
konsultasikan
dengan dokter
tentang penurunan
atau kenaikan
frekuensi bising
usus
– pantau
tanda-tanda dan
gejala pecahnya
peritonitis
– jelaskan
etiologi masalah
tindakan untuk
pasien
– menyusun
jadwal ke toilet
mendorong
meningkatkan asupan
cairan, kecuali di
kontraindikasi kan
– evaluasi
efek samping
gastrointestinal
– anjurkan
pasien atau
keluarga untuk
mencatat warna,
volume, frekuensi,
dan konsistensi
tinja
– ajarkan
pasien atau
keluarga bagaimana
menjaga buku harian
makanan
– anjurkan
pasien/keluarga
serat
– anjurkan
pasien/keluarga
pada penggunaan
obat pencahar
– anjurkan
pasien/keluarga
pada hubungan
asupan diet,
olahraga, dan
cairan sembelit
atau infaksi
menyarankan pasien
berkonsultasi
dengan dokter jika
sembelit atau
Menginformasikan
pasien prosedur
penghapusan manual
perlu
– Timbang
pasien secara
teratur
– Ajarkan
pasien atau
keluarga tentang
proses pencernaan
yang normal
– Ajarkan
pasien/keluarga
tentangkerangka
http://debyrahmad.blogspot.com/2013/06/asuhan-keperawatan-
hipertiroidisme.html ( Diakses pada tanggal 27 September 2016 )
http:// bumiirwan.blogspot.com/2013/09/lp-hemoroid.html
( Diakses pada tanggal 27 September 2016 )
http://detikautik.blogspot.com/2013/07/askep-hemoroid.html
( Diakses pada tanggal 27 September 2016 )
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN TN. “K” DENGAN DIAGNOSA MEDIS HEMOROID
DI RUANG 19 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
DEPARTEMEN KMB
O L E H :
CITRA RAHAYU
018.02.0808
DEPARTEMEN KMB
DisusunOleh:
CITRA RAHAYU
[ ] [ ]