Anda di halaman 1dari 32

Sejarah Teori Bilangan

Disusun Dalam Rangka Tugas Kuliah


Dengan Dosen Pengasuh

Dr. Kms Amin Fauzi, M.Pd.

Oleh :
Rizki Kurniawan Rangkuti
(NIM : 8136171045)

Program Pasca Sarjana


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penulisan 3

BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Sejarah Perkembangan Teori Bilangan 4
2.1.1 Teori Bilangan pada Masa Prasejarah (SM) 4
2.1.1.1 Teori Bilangan Bangsa Babilonia 5
2.1.1.2 Teori Bilangan Bangsa Mesir Kuno 6
2.1.1.3 Teori Bilangan Bangsa India 7
2.1.2 Teori Bilangan pada Masa Sejarah (Masehi) 10
2.2 Definisi Bilangan 11
2.3 Bilangan dan Himpunan Bilangan 11
2.4 Macam-Macam Bilangan 13
2.4.1 Bilangan Asli (N) 13
2.4.2 Bilangan Cacah (C) 13
2.4.3 Bilangan Bulat (I) 13
2.4.4 Bilangan Rasional (H) 13
2.4.5 Bilangan Irasional (Q) 14
2.4.6 Bilangan Riil (R) 14
2.4.7 Bilangan Imajiner 14
2.4.8 Bilangan Kompleks 15
2.4.9 Bilangan Nol 15
2.4.10 Bilangan Sempurna 16
2.4.11 Bilangan Bersekawan 16

2.5 Beberapa Tokoh Teori Bilangan Legendaris 17


2.5.1 Pythagoras (582 SM - 496 SM) 17
2.5.2 Abu Ali Hasan Ibnu Al-Haytam (965 M) 17
2.5.3 Jamshid Al-Kashi (1380 M) 17
2.5.4 Pierre de Fermat 18
2.5.5 Joseph-Louis de Langrange (1736-1813 M) 19
2.5.6 Adrien-Marie Legendre (1752-1833 M) 19
2.5.7 Johan Carl Friedrich Gauss (1777-1855 M) 20
2.5.8 Johann Peter Gustav Lejeune Dirichlet 20
2.5.9 Benyamin Peirce (1809-1880 M) 21
2.6 Aplikasi Teori Bilangan 21
2.6.1 Aplikasi Teori Bilangan Bidang Tekhnologi 21
2.6.2 Aplikasi Teori Bilangan Bidang Sains 22
2.6.3 Aplikasi Teori Bilangan Bidang Ekonomi 23
2.6.4 Aplikasi Teori Bilangan Bidang Musik 23
2.6.5 Aplikasi Teori Bilangan Bidang Filsafat 24
2.6.6 Aplikasi Teori Bilangan Bidang Hiburan 24

BAB III PENUTUP 26

DAFTAR PUSTAKA 27
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayahNya berupa ilmu pengetahuan serta limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Makalah ini berjudul “Sejarah Teori Bilangan” disusun dalam rangka memenuhi
salah satu tugas perkuliahan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makalah ini,
namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi ilmu maupun tata bahasa,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
demi sempurnanya makalah ini. Kiranya makalah ini bermanfaat dalam memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan khususnya bagi dunia pendidikan. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih, semoga Allah swt senantiasa meridhoi niat baik kita semua. Amin.

Medan, 20 Nopember 2013


Penulis

Rizki Kurniawan Rangkuti


NIM : 8136171045
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan
pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut
sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama bertahun-
tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilangan nol, bilangan negatif, bilangan
rasional, bilangan irasional, dan bilangan kompleks. Banyak yang tidak menduga bahwa nol
sebenarnya sangat berbahaya dan dapat menjadi bom penghancur yang sangat dahsyat.
Sebagai buktinya adalah kisah nyata yang terjadi pada tanggal 21 September 1997.
Kapal perang USS Yorktown ketika sedang menyusuri lepas pantai Virginia, kapal
peluncur misil berharga jutaan dolar amerika itu tiba-tiba macet dan menimbulkan kecemasan
bagi semua awak kapal. Ketika sistem komputasi Yorktown baru saja mengoperasikan
sebuah software baru pengatur kerja mesin, angka nol yang seharusnya dihilangkan,
terlewatkan dan tersembunyi hingga akhirnya software tersebut mengaktifkan dan
menguncinya. Mesin yang berkekuatan 80.000 tenaga kuda tersebut tak dapat berfungsi.
Kapal tidak bergerak hampir tiga jam. Akibat kejadian ini, para teknisi membutuhkan waktu
dua hari untuk menghapus angka nol dan Yorktown dapat beroperasi kembali.
Prosedur-prosedur tertentu yang mengambil bilangan sebagai masukan dan
menghasilkan bilangan lainnya sebagai keluran, disebut sebagai operasi numeris. Operasi
numeris mengambil satu masukan bilangan dan menghasilkan satu keluaran bilangan.
Operasi yang lebih umumnya ditemukan adalah operasi biner, yang mengambil dua bilangan
sebagai masukan dan menghasilkan satu bilangan sebagai keluaran. Contoh operasi biner
adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, perpangkatan, dan perakaran.
Bidang matematika yang mengkaji operasi numeris disebut sebagai aritmetika.
Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam
perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol
dan kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan maka matematika menjadi hal
yang sangat penting bagi kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan
keseharian kita akan selalu bertemu dengan yang namanya bilangan, karena bilangan selalu
dibutuhkan baik dalam teknologi, sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan
hiburan serta banyak aspek kehidupan lainnya. Bilangan dahulunya digunakan sebagai
simbol untuk menggantikan suatu benda misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku
atau bangsa memiliki cara tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol.
Membaca uraian di atas, jelas bahwa bilangan memiliki pengaruh yang sangat besar
bagi kehidupan umat manusia. Dapatkah terbayangkan bagaimana bila kehidupan di dunia ini
tidak mengenal konsep bilangan? Bagaimana cara manusia melakukan berbagai aktivitas
kehidupan sehari-hari mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks
sekalipun? Bagaimana manusia dapat menghitung berapa lama ia telah hidup? Bagaimana
caranya melakukan kegiatan jual beli? Tentu sangat sulit bukan? Oleh karena itu, alangkah
bagusnya jika kita mengenal konsep dasar mengenai bilangan, seperti apa itu bilangan?
Bagaimana sejarah bilangan berkembang hingga menjadi seperti bilangan yang kita gunakan
saat ini? Siapa-siapa saja yang telah berjasa dalam menemukan dan mengembangkan konsep
bilangan? dan bagaimana aplikasi teori bilangan itu sendiri?

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah dalam
penulisan ini sebagai berikut :
1. Bagaimana cara manusia melakukan berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari mulai
dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks tanpa mengenal konsep
bilangan.
2. Bagaimana manusia dapat menghitung berapa lama ia telah hidup tanpa mengenal
konsep bilangan.
3. Bagaimana cara manusia melakukan kegiatan jual beli tanpa mengenal konsep
bilangan
4. Bagaimana sejarah bilangan berkembang hingga menjadi seperti bilangan yang kita
gunakan saat ini.
5. Siapa-siapa saja yang telah berjasa dalam menemukan dan mengembangkan konsep
bilangan.
6. Bagaimana aplikasi teori bilangan itu sendiri.

1.3 Batasan Masalah


Dengan adanya beberapa masalah yang teridentifikasi, maka perlu dilakukan
pembatasan masalah agar penulisan ini dapat dilakukan secara lebih terarah. Berdasarkan
permasalahan yang telah teridentifikasi maka dalam penulisan ini pembatasan masalah
tersebut adalah :
1. Bagaimana sejarah bilangan berkembang hingga menjadi seperti bilangan yang kita
gunakan saat ini.
2. Siapa-siapa saja yang telah berjasa dalam menemukan dan mengembangkan konsep
bilangan.
3. Bagaimana aplikasi teori bilangan itu sendiri.

1.4 Tujuan Penulisan


Dari batasan masalah yang diberikan maka tujuan yang akan dicapai dalam penulisan
ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah bilangan berkembang hingga menjadi seperti
bilangan yang kita gunakan saat ini.
2. Untuk mengetahui siapa-siapa saja yang telah berjasa dalam menemukan dan
mengembangkan konsep bilangan.
3. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi teori bilangan itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Teori Bilangan


Pada mulanya di zaman purbakala banyak bangsa-bangsa yang bermukim sepanjang
sungai-sungai besar. Bangsa Mesir sepanjang sungai Nil di Afrika, bangsa Babilonia
sepanjang sungai Tigris dan Eufrat, bangsa Hindu sepanjang sungai Indus dan Gangga,
bangsa Cina sepanjang sungai Huang Ho dan Yang Tze. Bangsa-bangsa itu memerlukan
keterampilan untuk mengendalikan banjir, mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi untuk
mengolah tanah sepanjang sungai menjadi daerah pertanian untuk itu diperlukan pengetahuan
praktis, yaitu pengetahuan teknik dan matematika bersama-sama. Sejarah menunjukkan
bahwa permulaan Matematika berasal dari bangsa yang bermukim sepanjang aliran sungai
tersebut. Mereka memerlukan perhitungan, penanggalan yang bisa dipakai sesuai dengan
perubahan musim. Diperlukan alat-alat pengukur untuk mengukur persil-persil tanah yang
dimiliki. Peningkatan peradaban memerlukan cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan
dan pemungutan pajak. Untuk keperluan praktis itu diperlukan bilangan-bilangan.
Bilangan dahulunya digunakan sebagai simbol untuk menggantikan suatu benda
misalnya kerikil, ranting yang masing-masing suku atau bangsa memiliki cara tersendiri
untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol diantaranya :
 Simbol bilangan bangsa Babilonia.
 Simbol bilangan bangsa Maya di Amerika pada 500 tahun SM.
 Simbol bilangan menggunakan huruf Hieroglif yang dibuat bangsa Mesir Kuno.
 Simbol bilangan bangsa Arab yang dibuat pada abad ke-11 dan dipakai hingga kini
oleh umat Islam di seluruh dunia.
 Simbol bilangan bangsa Yunani Kuno.
 Simbol bilangan bangsa Romawi yang juga masih dipakai hingga kini.

Sejarah perkembangan teori bilangan dapat dikelompokkan menjadi dua masa, yaitu :
2.1.1 Teori Bilangan pada Masa Prasejarah (Sebelum Masehi)
Konsep bilangan dan proses berhitung berkembang dari zaman sebelum ada sejarah
(artinya tidak tercatat sejarah kapan dimulainya). Mungkin bisa diperdebatkan, tapi diyakini
sejak zaman paling primitif pun manusia memiliki “rasa” terhadap apa yang dinamakan
bilangan, setidaknya untuk mengenali mana yang “lebih banyak” atau mana yang “lebih
sedikit” terhadap berbagai benda.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya benda matematika tertua, yaitu tulang
Lebombo di pegunungan Lebombo di Swaziland dan mungkin berasal dari tahun 35.000 SM.
Tulang ini berisi 29 torehan yang berbeda yang sengaja digoreskan pada tulang fibula
baboon. Terdapat bukti bahwa kaum perempuan biasa menghitung untuk mengingat siklus
haid mereka; 28 sampai 30 goresan pada tulang atau batu, diikuti dengan tanda yang berbeda.
Selain itu, ditemukan juga artefak prasejarah di Afrika dan Perancis, dari tahun 35.000 SM
dan berumur 20.000 tahun, yang menunjukkan upaya dini untuk menghitung waktu. Tulang
Ishango, ditemukan di dekat batang air Sungai Nil (timur laut Kongo), berisi sederetan tanda
lidi yang digoreskan di tiga lajur memanjang pada tulang itu. Tafsiran umum adalah bahwa
tulang Ishango menunjukkan peragaan terkuno yang sudah diketahui tentang barisan bilangan
prima.

2.1.1.1 Teori Bilangan pada Suku Bangsa Babilonia


Matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh
bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan peradaban
helenistik. Dinamai "Matematika Babilonia" karena peran utama kawasan Babilonia sebagai
tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik, Matematika Babilonia berpadu
dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian
di bawah Kekhalifahan Islam, Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat
penting pengkajian Matematika Islam.
Bertentangan dengan langkanya sumber pada Matematika Mesir, pengetahuan
Matematika Babilonia diturunkan dari lebih daripada 400 lempengan tanah liat yang digali
sejak 1850-an. Lempengan ditulis dalam tulisan paku ketika tanah liat masih basah, dan
dibakar di dalam tungku atau dijemur di bawah terik matahari. Beberapa di antaranya adalah
karya rumahan.
Bukti terdini matematika tertulis adalah karya bangsa Sumeria, yang membangun
peradaban kuno di Mesopotamia. Mereka mengembangkan sistem rumit metrologi sejak
tahun 3000 SM. Dari kira-kira 2500 SM ke muka, bangsa Sumeria menuliskan tabel
perkalian pada lempengan tanah liat dan berurusan dengan latihan-latihan geometri dan soal-
soal pembagian. Jejak terdini sistem bilangan Babilonia juga merujuk pada periode ini.
Sebagian besar lempengan tanah liat yang sudah diketahui berasal dari tahun 1800
sampai 1600 SM, dan meliputi topik-topik pecahan, aljabar, persamaan kuadrat dan kubik,
dan perhitungan bilangan regular, invers perkalian, dan bilangan prima kembar. Lempengan
itu juga meliputi tabel perkalian dan metode penyelesaian persamaan linear dan persamaan
kuadrat. Lempengan Babilonia 7289 SM memberikan hampiran bagi √2 yang akurat sampai
lima tempat desimal.
Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60).
Dari sinilah diturunkannya penggunaan bilangan 60 detik untuk semenit, 60 menit untuk satu
jam, dan 360 (60 x 6) derajat untuk satu putaran lingkaran, juga penggunaan detik dan menit
pada busur lingkaran yang melambangkan pecahan derajat. Juga, tidak seperti orang Mesir,
Yunani, dan Romawi, orang Babilonia memiliki sistem nilai-tempat yang sejati, di mana
angka-angka yang dituliskan di lajur lebih kiri menyatakan nilai yang lebih besar, seperti di
dalam sistem desimal.
Sistem Numerasi Babylonia (±2000 SM), pertama kali orang yang mengenal bilangan
0 (nol) adalah Babylonian.

2.1.1.2 Teori Bilangan pada Suku Bangsa Mesir Kuno


Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Mesir.
Sejak peradaban helenistik matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan
Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir
berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab
menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
Tulisan matematika Mesir yang paling panjang adalah Lembaran Rhind (kadang-
kadang disebut juga "Lembaran Ahmes" berdasarkan penulisnya), diperkirakan berasal dari
tahun 1650 SM tetapi mungkin lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari
Kerajaan Tengah yaitu dari tahun 2000-1800 SM. Lembaran itu adalah manual instruksi bagi
pelajar aritmetika dan geometri. Selain memberikan rumus-rumus luas dan cara-cara
perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan, lembaran itu juga menjadi bukti bagi
pengetahuan matematika lainnya, termasuk bilangan komposit dan prima; rata-rata
aritmetika, geometri, dan harmonik; dan pemahaman sederhana Saringan Eratosthenes dan
teori bilangan sempurna (yaitu, bilangan 6). Lembaran itu juga berisi cara menyelesaikan
persamaan linear orde satu juga barisan aritmetika dan geometri.
Naskah matematika Mesir penting lainnya adalah lembaran Moskwa, juga dari zaman
Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM. Naskah ini berisikan soal kata atau soal
cerita, yang barangkali ditujukan sebagai hiburan.
Sistem Numerasi Mesir Kuno (±3000 SM) bersifat aditif, dimana nilai suatu bilangan
merupakan hasil penjumlahan nilai-nilai lambang-lambangnya.

Lambang dan simbol bilangan Mesir

Vertical staff
Heel Bone ( tulang lutut )
Scrool ( gulungan surat )

Lotus flower ( bunga teratai )


Pointing finger ( telunjuk )
Polliwing / burbot ( berudu )

Astronished man ( orang astronis )

2.1.1.3 Teori Bilangan pada Suku Bangsa India


Sulba Sutras (kira-kira 800-500 SM) merupakan tulisan-tulisan geometri yang
menggunakan bilangan irasional, bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik; menghitung
akar kuadrat dari 2 sampai sebagian dari seratus ribuan; memberikan metode konstruksi
lingkaran yang luasnya menghampiri persegi yang diberikan, menyelesaikan persamaan
linear dan kuadrat; mengembangkan tripel Pythagoras secara aljabar, dan memberikan
pernyataan dan bukti numerik untuk teorema Pythagoras.
Panini (kira-kira abad ke-5 SM) yang merumuskan aturan-aturan tata bahasa
Sanskerta menggunakan notasi yang sama dengan notasi matematika modern, dan
menggunakan aturan-aturan meta, transformasi, dan rekursi. Pingala (kira-kira abad ke-3
sampai abad pertama SM) di dalam risalah prosodynya menggunakan alat yang bersesuaian
dengan sistem bilangan biner. Pembahasannya tentang kombinatorika bersesuaian dengan
versi dasar dari teorema binomial. Karya Pingala juga berisi gagasan dasar tentang bilangan
Fibonacci.
Pada sekitar abad ke 6 SM, kelompok Pythagoras mengembangkan sifat-sifat
bilangan lengkap (perfect number), bilangan bersekawan (amicable number), bilangan prima
(prime number), bilangan segitiga (triangular number), bilangan bujur sangkar (square
number), bilangan segilima (pentagonal number) serta bilangan-bilangan segibanyak
(figurate numbers) yang lain. Salah satu sifat bilangan segitiga yang terkenal sampai sekarang
disebut triple Pythagoras, yaitu : a.a + b.b = c.c yang ditemukannya melalui perhitungan luas
daerah bujur sangkar yang sisi-sisinya merupakan sisi-sisi dari segitiga siku-siku dengan sisi
miring (hypotenosa) adalah c, dan sisi yang lain adalah a dan b. Hasil kajian yang lain yang
sangat popular sampai sekarang adalah pembedaan bilangan prima dan bilangan komposit.
Bilangan prima adalah bilangan bulat positif lebih dari satu yang tidak memiliki Faktor
positif kecuali 1 dan bilangan itu sendiri. Bilangan positif selain satu dan selain bilangan
prima disebut bilangan komposit. Catatan sejarah menunjukkan bahwa masalah tentang
bilangan prima telah menarik perhatian matematikawan selama ribuan tahun, terutama yang
berkaitan dengan berapa banyaknya bilangan prima dan bagaimana rumus yang dapat
digunakan untuk mencari dan membuat daftar bilangan prima.
Dengan berkembangnya sistem numerasi, berkembang pula cara atau prosedur
aritmetis untuk landasan kerja, terutama untuk menjawab permasalahan umum, melalui
langkah-langkah tertentu, yang jelas yang disebut dengan algoritma. Awal dari algoritma
dikerjakan oleh Euclid. Pada sekitar abad 4 S.M, Euclid mengembangkan konsep-konsep
dasar geometri dan teori bilangan. Buku Euclid yang ke VII memuat suatu algoritma untuk
mencari Faktor Persekutuan Terbesar dari dua bilangan bulat positif dengan menggunakan
suatu teknik atau prosedur yang efisien, melalui sejumlah langkah yang terhingga. Kata
algoritma berasal dari algorism. Pada zaman Euclid, istilah ini belum dikenal. Kata Algorism
bersumber dari nama seorang muslim dan penulis buku terkenal pada tahun 825 M., yaitu
Abu Ja’far Muhammed ibn Musa Al-Khowarizmi. Bagian akhir dari namanya (Al-
Khowarizmi), mengilhami lahirnya istilah Algorism. Istilah algoritma masuk kosakata
kebanyakan orang pada saat awal revolusi komputer, yaitu akhir tahun 1950.
Pada abad ke 3 S.M., perkembangan teori bilangan ditandai oleh hasil kerja
Erathosthenes, yang sekarang terkenal dengan nama Saringan Erastosthenes (The Sieve of
Erastosthenes). Dalam enam abad berikutnya, Diopanthus menerbitkan buku yang bernama
Arithmetika, yang membahas penyelesaian persamaan didalam bilangan bulat dan bilangan
rasional, dalam bentuk lambang (bukan bentuk/bangun geometris seperti yang dikembangkan
oleh Euclid). Dengan kerja bentuk lambang ini, Diopanthus disebut sebagai salah satu pendiri
aljabar.
Berikut ini adalah Simbol-simbol bilangan yang ditemukan :

Bilangan Cunieform yang digunakan bangsa


Babilonia sejak tahun 5000 SM

Lambang bilangan bangsa Hindu-Arab kuno


pada abad ke-10

Lambang bilangan yang digunakan bangsa Maya


di Amerika pada tahun 500 SM

Lambang bilangan Hieroglif yang digunakan


bangsa Mesir Kuno
Lambang bilangan bangsa Arab pada abad ke-11

Lambang bilangan bangsa Yunani Kuno

Lambang bilangan bangsa Romawi

2.1.2 Teori Bilangan pada Masa Sejarah (Masehi)


Awal kebangkitan teori bilangan modern dipelopori oleh Pierre de Fermat (1601-
1665), Leonhard Euler (1707-1783), J.L Lagrange (1736-1813), A.M. Legendre (1752-1833),
Dirichlet (1805-1859), Dedekind (1831-1916), Riemann (1826-1866), Giussepe Peano (1858-
1932), Poisson (1866-1962), dan Hadamard (1865-1963). Sebagai seorang pangeran
matematika, Gauss begitu terpesona terhadap keindahan dan kecantikan teori bilangan, dan
untuk melukiskannya, ia menyebut teori bilangan sebagai the queen of mathematics.
Pada masa ini, teori bilangan tidak hanya berkembang sebatas konsep, tapi juga
banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini dapat
dilihat pada pemanfaatan konsep bilangan dalam metode kode baris, kriptografi, komputer,
dan lain sebagainya.
2.2 Definisi Bilangan
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang bersifat abstrak yang digunakan untuk
pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu
bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Misalnya, tulisan atau ketikan : 1
yang terlihat saat ini bukanlah bilangan 1, melainkan hanya lambang dari bilangan 1 yang
tertangkap oleh indera penglihatan berkat keberadaan unsur-unsur kimia yang peka cahaya
dan digunakan untuk menampilkan warna dan gambar. Demikian pula jika kita melihat
lambang yang sama di papan tulis, yang terlihat bukanlah bilangan 1, melainkan serbuk dari
kapur tulis yang melambangkan bilangan 1.

2.3 Bilangan dan Himpunan Bilangan


Pada zaman sekarang ini, sistem penulisan bilangan yang dikenal adalah penulisan
yang dikembangkan oleh bangsa Arab (Angka Arab) dengan angka pokoknya 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9, sedangkan angka yang lebih dari 9, ditulis dengan mengkombinasikan angka-angka
pokok tadi. Untuk keperluan menghitung, maka orang-orang mulai memerlukan “bilangan
penghitung” (counting number) yaitu bilangan yang dimulai dari 1, 2, 3, 4, 5, ... dan
seterusnya. Dimana bilangan penghitung tersebut sekarang ini dikenal dengan nama
bilangan-bilangan asli, dan apabila bilangan-bilangan asli dihimpun menjadi sebuah
himpunan, dan sebutlah himpunan itu dengan N, maka di dalam matematika, himpunan
semua bilangan asli N tersebut dikenal sebagai N = {1, 2, 3, 4, 5, ... }.
Untuk keperluan lainnya kemudian orang memperluas bilangan asli menjadi bilangan
bulat, sehingga munculah himpunan semua bilangan bulat. Di dalam bahasa asing disingkat
“I” (integer), himpunan bilangan bulat I dinyatakan dengan I = {... , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...}.
dari bilangan bulat diperluas menjadi bilangan rasional. Bilangan rasional biasanya diberi
nama dengan “Q” singkatan dari Quotient yang berarti rasio atau perbandigan. Himpunan
𝑎
bilangan rasional Q dinyatakan dengan Q = {𝑏 |𝑎, 𝑏 ∈ 𝐼 dan 𝑏 ≠ 0}.

Karena N ⊂ I dan I ⊂ Q, maka N ⊂ I ⊂ Q, hubungan ketiga himpunan bilangan


tersebut dapat digambarkan melalui diagram venn berikut:
Kemudian untuk keperluan tertentu orang-orang menciptakan bilangan Irasional,
apabila himpunan semua bilangan irasional diberi nama H, maka himpunan semua bilangan
irasional H dan himpunan semua bilangan rasional Q merupakan dua buah himpunan yang
saling lepas, sehingga H ∩ Q = ∅ (himpunan kosong) sedangkan gabungan dari himpunan
rasional dan irasional disebut himpunan semua bilangan real R atau H ∪ Q = R.
Hubungan antara kelima himpunan N, I, Q, H, dan R dapat diperlihatkan oleh
diagram Venn berikut:

Bilangan yang bukan merupakan bilangan real disebut “bilangan imajiner” dan
biasanya diberi nama dengan huruf i atau i = √−1 . Dengan dikenalnya bilangan imajiner
maka kita akan mengenal bilangan kompleks dan diberi nama C, yang dinyatakan sebagai
𝐶 = {𝑎 + 𝑏𝑖| 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅}.
Hubungan antara ketujuh himpuan N, I, Q, H, R, M, dan C ditunjukan oleh diagram
venn, tampak bahwa N ⊂ I ⊂ Q ⊂ R ⊂ C, H ⊂ R ⊂ C, M ⊂ C, Q ∩ H = ∅ dan M ∩ R = ∅.
2.4 Macam-Macam Bilangan
2.4.1 Bilangan Asli ( N )
Bilangan asli adalah bilangan bulat positif yang bukan nol, yaitu unsur himpunan
N={1, 2, 3, 4, ...}. Bilangan asli merupakan salah satu konsep matematika yang paling
sederhana dan termasuk konsep pertama yang bisa dipelajari dan dimengerti oleh manusia,
bahkan beberapa penelitian menunjukan beberapa jenis kera besar (inggris:apes) juga bisa
mempelajarinya. Bilangan asli adalah jenis pertama dari bilangan yang digunakan untuk
membilang, menghitung, membagi dsb. Bilangan asli dapat digunakan untuk mengurutkan
dan mendefinisikan sifat terhitung suatu himpunan.

2.4.2 Bilangan Cacah (C)


Bilangan cacah adalah bilangan bulat yang tidak negatif, yaitu C= {0, 1, 2, 3, 4, ...}.
Dengan kata lain himpunan bilangan cacah adalah himpunan bilangan asli ditambah 0.

2.4.3 Bilangan Bulat ( I )


Bilangan bulat terdiri dari bilangan cacah (0, 1, 2, ...) dan negatifnya (-1, -2, -3, ...); -0
adalah sama dengan 0 dan tidak dimasukkan lagi secara terpisah). Pada bilangan bulat bisa
dilakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang masing-masing
operasi mempunyai sifat-sifat tertentu. Sistem bilangan bulat tercipta sebagai perluasan
sistem bilangan cacah untuk mendapatkan sistem bilangan yang tertutup terhadap semua
operasi hitung. Perluasan tersebut dilakukan dengan mencari bilangan yang tertutup terhadap
operasi pengurangan.

- Semua bilangan di sebelah kiri nol adalah bilangan negatif

- Semua bilangan di sebelah kiri nol adalah bilangan positif

2.4.4 Bilangan Rasional ( H )


𝑎
Bilangan rasional adalah bilangan yang dinyatakan sebagai 𝑏 dimana a dan b bilangan

bulat dan b tidak sama dengan 0. Bilangan rasional merupakan bilangan yang mempunyai
jumlah kurang atau lebih dari utuh, terdiri dari pembilang dan penyebut. Pembilang
merupakan bilangan yang terbagi, sedangkan penyebut merupakan bilangan pembagi.
𝑷𝒆𝒎𝒃𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈
𝑷𝒆𝒄𝒂𝒉𝒂𝒏 =
𝑷𝒆𝒏𝒚𝒆𝒃𝒖𝒕
Contoh :
4  pembilang 𝟒
𝑷𝒆𝒄𝒂𝒉𝒂𝒏 =
5  penyebut 𝟓

2  pembilang 𝟐
𝑷𝒆𝒄𝒂𝒉𝒂𝒏 =
3  penyebut 𝟑

2.4.5 Bilangan Irasional ( Q )


Bilangan irasional adalah bilangan riil yang tidak bisa dibagi atau hasil baginya tidak
pernah berhenti. Bilangan irasional tidak dapat dinyatakan dengan a/b. dengan a dan b
sebagai bilangan bulat dan b tidak sama dengan 0 (nol). Contoh yang paling popular dari
bilangan irasional adalah bilangan 𝜋, dan bilangan e.
Bilangan 𝜋 sebetulnya tidak tepat = 3,14 tetapi = 3,1415926535... atau = 3,14159
26535 89793 23846 26433 83279 50288 41971 69399 ... Untuk bilangan √2 yaitu bernilai =
1,41421356237309504880168872 ... atau = 1,41421 35623 73095 04880 16887 24209 69807
85696 71875 37694 80731 76679 73798 ... (hingga 700 digit belum selesai, yang ditemukan
oleh pakar matematika Jepang dengan batuan komputer ), untuk bilangan e yaitu bernilai =
2,7182818 ...

2.4.6 Bilangan Riil ( R )


Bilangan riil atau real number menyatakan angka yang bisa dituliskan dalam bentuk
desimal, seperti 2,4871773339 ... atau 3,25678. Bilangan real meliputi bilangan rasional,
23
seperti 42 dan − 129, dan bilangan irasional seperti 𝜋 dan bilangan akar, juga dapat

direpresentasikan sebagai salah satu titik dalam garis bilangan. Definisi popular dari bilangan
riil meliputi kelas ekivalen dari deret Cauchy rasional, irisan Dedekind, dan deret Arhimides.

2.4.7 Bilangan Imajiner


Bilangan imajiner adalah bilangan yang mempunyai sifat 𝑖 2 = −1. Bilangan ini
biasanya merupakan bagian dari bilangan kompleks. Selain bagian imajiner, bilangan
komplek mempunyai bagian riil. Secara definisi, bagian bilangan imajiner ini diperoleh dari
penyelesaian persamaan kuadratik 𝑥 2 + 1 = 0 atau 𝑥 2 = −1.
2.4.8 Bilangan Kompleks
Bilangan kompleks adalah bilangan yang berbentuk 𝑎 + 𝑏𝑖. Dimana a dan b adalah
bilangan riil dan I adalah bilangan imajiner tertentu yang mempunyai sifat 𝑖 2 = −1. Bilangan
riil a disebut juga bagian riil dari bilangan kompleks dan bilangan real b disebut bagian
imajiner. Jika pada suatu bilangan kompleks, nilai b adalah 0, maka kompleks tersebut
menjadi sama dengan bilangan real a.
Bilangan kompleks dapat ditambah, dikurang, dikali dan dibagi seperti bilangan riil,
namun bilangan kompleks juga mempunyai sifat-sifat tambahan yang menarik. Misalnya,
setiap persamaan aljabar polinomial mempunyai solusi bilangan kompleks, tidak seperti
bilangan riil yang hanya memiliki sebagian.

Selain bilangan-bilangan di atas, juga terdapat beberapa bilangan lainnya, yaitu :


2.4.9 Bilangan Nol
Konsep bilangan nol telah berkembang sejak zaman Babilonia danYunani kuno, yang
pada saat itu diartikan sebagai ketiadaan dari sesuatu. Konsep bilangan nol dan sifat-sifatnya
terus berkembang dari waktu ke waktu.
Sejarah diketemukannya bilangan nol adalah sekitar 300 SM, orang Babilonia telah
memulai penggunaan dua baji miring (//) untuk menunjukkan sebuah tempat kosong pada
abax (alat hitung pertama bangsa Babilonia, lebih dikenal dengan abacus).
Hingga pada abad ke-7, Brahmagupta seorang matematikawan India memperkenalkan
beberapa sifat bilangan nol. Sifat-sifatnya adalah suatu bilangan bila dijumlahkan dengan nol
adalah tetap, demikian pula sebuah bilangan bila dikalikan dengan nol akan menjadi nol.
Tetapi, Brahmagupta menemui kesulitan dan cenderung ke arah yang salah, ketika
berhadapan dengan pembagian oleh bilangan nol. Hal ini terus menjadi topik penelitian pada
saat itu, bahkan sampai 200 tahun kemudian. Misalnya tahun 830, Mahavira (India)
mempertegas hasil-hasil Brahmagupta, dan bahkan menyatakan bahwa “sebuah bilangan
dibagi oleh nol adalah tetap”. Tentu saja ini suatu kesalahan fatal. Tetapi, hal ini tetap harus
sangat dihargai untuk ukuran saat itu.
Ide-ide brilian dari matematikawan India selanjutnya dipelajari oleh matematikawan
Muslim dan Arab. Hal ini terjadi pada tahap-tahap awal ketika matematikawan Al-
Khawarizmi meneliti sistem perhitungan Hindu (India) yang menggambarkan sistem nilai
tempat dari bilangan yang melibatkan bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Al-Khawarizmi
adalah yang pertama kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat
dalam basis sepuluh. Sistem ini disebut sebagai sistem bilangan desimal.
2.4.10 Bilangan Sempurna
Bilangan sempurna adalah bilangan bulat yang juga merupakan jumlah dari pembagi
positifnya, tidak termasuk bilangan itu sendiri. Oleh karena itu, 6 adalah bilangan sempurna,
karena 1, 2, dan 3 adalah pembagi dari 6, dan 1 + 2 + 3 = 6. Bilangan sempurna berikutnya
adalah 28 = 1 + 2 + 4 + 7 + 14. Diikuti dengan 496, dan 8128. Hanya empat bilangan
sempurna yang pertama inilah yang diketahui oleh ahli zaman Yunani Kuno.
Saat ini, telah ditemukan rumus dari bilangan sempurna, sehingga kita dapat mencari
bilangan sempurna lainnya selain 6, 28, 496, dan 8128. Rumus tersebut adalah :
Bilangan sempurna =2𝑛−1 x (2𝑛 − 1).
2.4.11 Bilangan Bersekawan
Dua buah bilangan a dan b dikatakan bersekawan apabila jumlah faktor prima dari
bilangan a sama dengan bilangan b dan jumlah faktor prima dari bilangan b sama dengan
bilangan a. Contohnya adalah bilangan 220 dengan 284; faktor prima dari 220 adalah 1, 2, 4,
5, 10, 11, 20, 22, 44, 55 dan 110, dimana jumlahnya sama dengan 284, dan faktor prima dari
284 adalah 1, 2, 4, 71 dan 142, dimana jumlahnya sama dengan 220. Beberapa pasangan
bilangan bersekawan lainnya adalah (220, 284), (1184, 1210), (2620, 2924), (5020, 5564),
dan (6232, 6368).
Bilangan-bilangan tersebut dapat digambarkan dalam sebuah bagan bilangan berikut :
Bilangan Kompleks

Bilangan Real Bilangan Imajiner

Bilangan Rasional Bilangan Irasional

Bilangan Pecahan Bilangan Bulat

Bilangan Cacah Bilangan Bulat Negatif

Bilangan Nol (0) Bilangan Bulat Positif


2.5 Beberapa Tokoh Teori Bilangan Legendaris
2.5.1 Pythagoras (582 SM . 496 SM)
Pythagoras adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal
melalui teoremanya. Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan yang
penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM.
Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang
menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan
jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema
ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan
kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara
matematis.

2.5.2 Abu Ali Hasan Ibnu Al-Haytam (965 M)


Abu Ali Hasan Ibnu Al-Haytam lahir Basrah Irak, yang oleh masyarakat Barat
dikenal dengan nama Alhazen. Al-Haytam adalah orang pertama yang mengklasifikasikan
semua bilangan sempurna yang genap, yaitu bilangan yang merupakan jumlah dari pembagi-
pembagi sejatinya, seperti yang berbentuk 2k-1(2k-1) di mana 2k-1 adalah bilangan prima.
Selanjutnya Al-Haytam membuktikan bahwa bila p adalah bilangan prima, 1+(p-1)! habis
dibagi oleh p.
Sayangnya, jauh di kemudian hari, hasil ini dikenal sebagai Teorema Wilson, bukan
Teorema Al-Haytam. Teorema ini disebut Teorema Wilson setelah Warring pada tahun 1770
menyatakan bahwa John Wilson telah mengumumkan hasil ini. Selain dalam bidang
matematika, Al-Haytam juga dikenal baik dalam dunia fisika, yang mempelajari mekanika
pergerakan dari suatu benda. Dia adalah orang pertama yang menyatakan bahwa jika suatu
benda bergerak, akan bergerak terus menerus kecuali ada gaya luar yang memengaruhinya.
Ini tidak lain adalah hukum gerak pertama, yang umumnya dikenal sebagai hukum Newton
pertama.

2.5.3 Jamshid Al-Kashi (1380 M)


Al-Kashi terlahir pada 1380 di Kashan, sebuah padang pasir di sebelah utara wilayah
Iran Tengah. Selama hidupnya, Al-Kashi telah menyumbangkan dan mewariskan sederet
penemuan penting bagi astronomi dan matematika.
Pecahan desimal yang digunakan oleh orang-orang Cina pada zaman kuno selama
berabad-abad, sebenarnya merupakan pecahan desimal yang diciptakan oleh Al-Kashi.
Pecahan desimal ini merupakan salah satu karya besarnya yang memudahkan untuk
menghitung aritmatika yang dia bahas dalam karyanya yang berjudul Kunci Aritmatika yang
diterbitkan pada awal abad ke-15 di Samarkand.
Segitiga Pascal pertama kali diketahui dari sebuah buku karya Yang Hui yang ditulis
pada tahun 1261, salah seorang ahli matematika Dinasti Sung yang termasyhur. Namun,
sebenarnya segitiga tersebut telah dibahas dalam buku karya Al Kashi yang disebut dengan
Segitiga Khayyam. Dan kita semua tahu bahwa ilmu di Cina dan Persia itu sudah tua.
Sedangkan segitiga Pascal yang dibahas oleh Peter Apian, seorang ahli Aritmatika dari
Jerman baru diterbitkan pada 1527. Sehingga bisa disimpulkan bahwa Segitiga Khayyam
muncul terlebih dulu sebelum segitiga Pascal.

2.5.4 Pierre de Fermat


Pierre de Fermat meninggal pada tahun 1665. Dewasa ini kita mengira bahwa Fermat
adalah seorang ahli teori bilangan, bahkan mungkin ahli teori bilangan yang paling terkenal
yang pernah hidup. Karena itu alangkah mengejutkannya bahwa pada kenyataannya Fermat
adalah seorang pengacara dan hanya seorang matematikawan amatir. Hal lain yang juga
mengejutkan adalah fakta bahwa ia hanya pernah menerbitkan sekali dalam hidupnya karya
dalam matematika, dan itupun ditulis tanpa nama yang disertakan dalam apendik suatu buku
teks. Karena Fermat menolak untuk menerbitkan karyanya, teman-temannya takut bahwa ia
akan segera dilupakan kecuali dilakukan sesuatu. Putranya, Samuel mengambil alih
pengumpulan surat Fermat dan tulisan matematika lainnya, komentar yang ditulis di buku,
dan sebagainya dengan tujuan untuk menerbitkan gagasan matematika yang dimiliki
ayahnya. Dengan cara inilah “Teorema Terakhir” yang terkenal diterbitkan. Hal tersebut
ditemukan oleh Samuel dalam catatan kecil ayahnya dalam salinan buku Arithmetica karya
Diophantus. Teorema terakhir Fermat menyatakan bahwa 𝑥 𝑛 + 𝑦 𝑛 = 𝑧 𝑛 tidak mempunyai
solusi bilangan bulat tak nol untuk x, y dan z, jika n > 2.
Fermat menuliskan bahwa “I have discovered a truly remarkable proof which this
margin is to small to contain”. Fermat juga hampir selalu menulis catatan kecil sejak tahun
1603, manakala ia pertama kali mempelajari Arithmetica karya Diophantus. Ada
kemungkinan Fermat menyadari bahwa apa yang ia sebut sebagai remarkable proof ternyata
salah, karena semua teorema yang dia nyatakan biasanya dalam bentuk tantangan yang
Fermat ajukan terhadap matematikawan lain. Meskipun kasus khusus untuk n = 3 dan n = 4 ia
ajukan sebagai tantangan (dan Fermat mengetahui bukti untuk kasus ini) namun teorema
umumnya tidak pernah ia sebut lagi. Pada kenyataannya karya matematika yang ditinggalkan
oleh Fermat hanya satu buah pembuktian. Fermat membuktikan bahwa luas daerah segitiga
siku- siku dengan sisi bilangan bulat tidak pernah merupakan bilangan kuadrat. Jelas hal ini
mengatakan bahwa tidak ada segitiga siku-siku dengan sisi rasional yang mempunyai luas
yang sama dengan suatu bujursangkar dengan sisi rasional. Dalam simbol, tidak terdapat
bilangan bulat x, y, z dengan sehingga bilangan kuadrat. Dari sini mudah untuk mendeduksi
kasus n = 4, Teorema Fermat. Penting untuk diamati bahwa dalam tahap ini yang tersisa dari
pembuktian Fermat Last Theorem adalah membuktikan untuk kasus n bilangan prima ganjil.
Jika terdapat bilangan bulat x, y, z dengan maka jika n = pq,.

2.5.5 Joseph-Louis de Langrange (25 Januari 1736 . 10 April 1813)


Joseph-Louis de Lagrange (lahir dengan nama Giuseppe Luigi Lagrangia) adalah
seorang matematikawan dan astronom Perancis-Italia yang membuat sumbangan penting
pada mekanika klasik, angkasa dan teori bilangan. Dilahirkan di Turin, ia adalah campuran
Italia dan Perancis. Ayahnya ialah orang kaya, namun suka menghambur-hamburkan
kekayaannya. Belakangan dalam hidupnya, Lagrange menyebutnya sebagai bencana yang
menguntungkan karena, "jika saya mewarisi kekayaan mungkin saya tidak akan
mempertaruhkan nasib saya dengan matematika”.
Berpaling pada matematika dengan membaca sebuah esai tentang kalkulus, dengan
cepat ia menguasai subjek tersebut. Pada usia 19 tahun, ia memulai karyanya (mungkin yang
terbesar), Mecanique analitique, meski tak diterbitkan sampai ia berusia 52 tahun. Karena
tiadanya diagram yang lengkap, komposisi terpadu, William Rowan Hamilton menyebut
bukunya sebagai "sajak ilmiah".
Pada saat Lagrange mengirim beberapa hasil karyanya kepada Leonhard Euler, Euler
sadar akan kecemerlangan Lagrange dan menunda menerbitkan sejumlah karyanya sendiri
yang berkaitan agar Lagrange-lah yang bisa menerbitkannya pertama kali (contoh langka
tentang sifat seorang akademikus yang tak mementingkan diri sendiri).
Kariernya masyhur; pada usia 20 tahun ia adalah matematikawan istana pada Raja
Prusia Friedrich yang Agung di Berlin dan kemudian guru besar di Ecole normale di Paris.
Selama Revolusi Prancis, ia adalah favorit Marie Antoinette dan kemudian Napoleon. Di
Paris, ia membantu menyempurnakan sistem metrik tentang berat dan ukuran.

2.5.6 Adrien-Marie Legendre (18 September 1752 . 10 Januari 1833)


Adrien-Marie Legendre ialah matematikawan Perancis. Ia membuat sumbangan
penting atas statistik, teori bilangan, aljabar abstrak dan analisis matematika. Kebanyakan
karyanya disempurnakan oleh ilmuwan lainnya (karyanya pada akar polinomial mengilhami
teori Galois; karya Abel pada fungsi elips dibangun pada Legendre; beberapa karya Gauss
dalam statistik dan teori bilangan yang melengkapi teori Legendre).
Pada tahun 1830 ia memberikan bukti pada teorema akhir Fermat untuk eksponen n =
5, yang diberikan hampir secara serentak oleh Dirichlet pada 1828. Dalam teori bilangan, ia
mengkonjekturkan hukum timbal balik kuadrat, yang kemudian dibuktikan Gauss. Ia juga
melakukan karya pioner pada prima, dan pada penerapan analisis pada teori bilangan.
Konjekturnya dari teorema bilangan prima dengan tepat dibuktikan oleh Hadamard dan de la
Vallee-Poussin pada 1898.

2.5.7 Johan Carl Friedrich Gauss (30 April 1777 . 23 Februari 1855)
Gauss adalah matematikawan, astronom, dan fisikawan Jerman yang memberikan
beragam kontribusi. Ia dipandang sebagai salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa
selain Archimedes dan Isaac Newton. Dilahirkan di Braunschweig, Jerman, saat umurnya
belum genap 3 tahun, ia telah mampu mengoreksi kesalahan daftar gaji tukang batu ayahnya.
Menurut sebuah cerita, pada umur 10 tahun, ia membuat gurunya terkagum-kagum dengan
memberikan rumus untuk menghitung jumlah suatu deret aritmatika berupa penghitungan
deret 1+2+3+...+100. Meski cerita ini hampir sepenuhnya benar, soal yang diberikan gurunya
sebenarnya lebih sulit dari itu.

2.5.8 Johann Peter Gustav Lejeune Dirichlet (13 Februari 1805-5 Mei 1859)
Dirichlet ialah matematikawan Jerman yang dihargai karena definisi "formal" modern
dari fungsi. Keluarganya berasal dari kota Richelet di Belgia, dari yang nama belakangnya
"Lejeune Dirichlet" ("le jeune de Richelet" = "anak muda dari Richelet") diturunkan, dan di
mana kakeknya tinggal.
Dirichlet lahir di Duren, di mana ayahnya merupakan kepala kantor pos. Ia
mendapatkan pendidikan di Jerman, dan kemudian Prancis, di mana ia belajar dari banyak
matematikawan terkemuka saat itu. Karya pertamanya ialah pada teorema akhir Fermat.
Inilah konjektur terkenal (kini terbukti) yang menyatakan bahwa untuk 𝑛 > 2, untuk
persamaan 𝑥 𝑛 + 𝑦 𝑛 = 𝑧 𝑛 tak memiliki solusi bilangan bulat, selain daripada yang trivial
yang mana 𝑥, 𝑦, atau 𝑧 itu 0. Ia membuat bukti parsial untuk kasus n = 5, yang dilengkapi
oleh Adrien-Marie Legendre. Dirichlet juga melengkapi pembuktiannya sendiri hampir di
saat yang sama; kemudian ia juga menciptakan bukti penuh untuk kasus n = 14. Setelah
kematiannya, ceramah Dirichlet dan hasil lain dalam teori bilangan dikumpulkan, disunting
dan diterbitkan oleh kawannya dan matematikawan Richard Dedekind dengan judul
Vorlesungen uber Zahlentheorie (Ceramah pada Teori Bilangan).
2.5.9 Benjamin Peirce (4 April 1809 . 6 Oktober 1880)
Benjamin Peirce ialah seorang matematikawan Amerika yang mengajar di Universitas
Harvard selama kira-kira 50 tahun. Dia bersumbangsih dalam bidang mekanika benda langit,
teori bilangan, aljabar, dan filsafat matematika.
Setelah tamat dari Harvard, dia menjadi seorang asisten dosen (1829), dan kemudian
diangkat menjadi dosen matematika pada 1831. Di dalam teori bilangan, dia membuktikan
bahwa tidak ada bilangan sempurna ganjil yang kurang dari empat faktor prima. Di dalam
aljabar, dia dikenal atas pengkajiannya pada aljabar asosiatif. Dia pertama mengajukan istilah
idempoten dan nilpoten pada 1870 untuk menjelaskan unsur-unsur aljabar ini, dan dia juga
memperkenalkan penguraian peirce.

2.6 Aplikasi Teori Bilangan


2.6.1 Aplikasi Teori Bilangan dalam Bidang Teknologi
Sistem bilangan atau number system adalah suatu cara untuk mewakili besaran suatu
item fisik. Sistem bilangan menggunakan bilangan dasar atau basis (base/radix) tertentu.
Dalam hubungannya dengan komputer, ada 4 jenis Sistem Bilangan yang dikenal yaitu:
Desimal (Basis 10), Biner (Basis 2), Oktal (Basis 8) dan Hexadesimal (Basis 16). Berikut
penjelasan mengenai 4 sistem bilangan ini:
a. Desimal (Basis 10)
Desimal (Basis 10) adalah sistem bilangan yang paling umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Sistem bilangan desimal menggunakan basis 10 dan menggunakan
10 macam simbol bilangan yaitu: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Sistem bilangan desimal
dapat berupa integer desimal (decimal integer) dan dapat juga berupa pecahan desimal
(decimal fraction). Untuk melihat bilangan desimal dapat digunakan perhitungan seperti
berikut, misalkan contoh bilangan desimal adalah 8598. Ini dapat diartikan
Dalam gambar di atas disebutkan Absolut Value dan Position Value. Setiap simbol
dalam sistem bilangan desimal memiliki bentuk Absolut Value dan Position Value. Absolut
Value adalah nilai mutlak dari masing-masing digit bilangan. Sedangkan Position
Value adalah nilai penimbang atau bobot dari masing-masing digit bilangan tergantung dari
letak posisinya yaitu bernilai basis di pangkatkan dengan urutan posisinya.
b. Biner (Basis 2)
Biner (Basis 2) adalah sistem bilangan yang terdiri dari 2 simbol yaitu 2 dan 1.
Bilangan biner ini dipopulerkan oleh John Von Neuman. Contoh bilangan biner ini adalah
1001, ini dapat diartikan (di konversi ke sistem bilangan desimal). Position Value dalam
sistem bilangan biner merupakan perpangkatan dari nilai 2 (basis). Berarti, bilangan biner
1001 .
c. Oktal (Basis 8)
Oktal (Basis 8) adalah sistem bilangan yang terdiri dari 8 simbol yaitu 0, 1, 2, 3, 4,
5, 6 dan 7. Contoh oktal adalah 1024, ini dapat diartikan (dikonversikan ke sistem bilangan
desimal). Position Value dalam sistem bilangan oktal merupakan perpangkatan dari nilai 8
(basis).
d. Hexadesimal (Basis 16)
Hexadesimal (Basis 16), Hexa berarti 6 dan desimal berarti 10 adalah sistem
bilangan yang terdiri dari 16 simbol yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A(10), B(11), C(12),
D(13), E(14), F(15). Pada sistem bilangan hexsadesimal memadukan 2 unsur yaitu angka
dan huruf. Huruf A mewakili angka 10, B mewakili angka 11 dan seterusnya sampai huruf
F mewakili angka 15.
Contoh hexadesimal F3D4, ini dapat diartikan (dikonversikan ke sistem bilangan
desimal). Position Value dalam sistem bilangan hexsadesimal merupakan perpangkatan dari
nilai 16 (basis).

2.6.2 Aplikasi Teori Bilangan dalam Bidang Sains


Negatif dari logaritma berbasis 10 digunakan dalam kimia untuk mengekspresikan
konsentrasi ion hidronium (pH). Contohnya, konsentrasi ion hidronium pada air adalah
10−7 pada suhu 25℃, sehingga pH-nya 7.
Satuan bel (dengan simbol B) adalah satuan pengukur perbandingan (rasio), seperti
perbandingan nilai daya dan tegangan. Kebanyakan digunakan dalam bidang
telekomunikasi, elektronik, dan akustik. Salah satu sebab digunakannya logaritma adalah
karena telingan manusia mempersepsikan suara yang terdengar secara logaritmik. Satuan
Bel dinamakan untuk mengenang jasa Alexander Graham Bell, seorang penemu di bidang
telekomunikasi. Satuan desibel (dB), yang sama dengan 0,1 bel, lebih sering digunakan.
Skala Richter mengukur intensitas gempa bumi dengan menggunakan skala
logaritma berbasis 10.
Dalam astronomi, magnitudo yang mengukur terangnya bintang menggunakan skala
logaritmik, karena mata manusia mempersepsikan terang secara logaritmik.
2.6.3 Aplikasi Teori Bilangan dalam Bidang Ekonomi
Menganalisis dan mengevaluasi strategi penyelesaian masalah serta menemukan
strategi penyelesaian masalah yang baru. Matematika dapat digunakan untuk menyeleksi
atau menyaring data yang ada. Seperti tes seleksi calon PNS, Polisi, TNI, pelajar,
mahasaiswa atau karyawan menggunakan tes tulis dengan materi matematika (biasanya
logika dan berhitung) untuk mengetahui kemampuan berpikir cepat dan dapat
menyelesaikan masalah. Dalam bidang teknik matematika digunakan seperti teknik
informatika atau komputer menggunakan konsep bilangan basis, teknik industri atau mesin
matematika digunakan untuk menentukan ketelitian suatu alat ukur atau peralatan yang
digunakan. Bidang ekonomi menggunakan konsep fungsi untuk memprediksikan produksi
maupun penjualan.

2.6.4 Aplikasi Teori Bilangan dalam Bidang Musik


Teori Musik sering menggunakan matematika untuk memahami musik. Memang,
matematika adalah “dasar suara” dan suara itu sendiri “dalam aspek musik nya menunjukkan
array yang luar biasa dari sifat nomor”, hanya karena alam itu sendiri “adalah matematika
luar biasa”. Meskipun kuno, Cina, Mesir dan Mesopotamians diketahui telah mempelajari
prinsip-prinsip matematika suara, dengan ilmu Pythagoras dari Yunani kuno adalah peneliti
pertama yang diketahui telah menyelidiki ekspresi skala musik dalam hal rasio numerik,
khususnya rasio bilangan bulat kecil. Doktrin utama mereka adalah bahwa “seluruh alam
terdiri dari harmoni timbul dari nomor”.

Dari waktu Plato, harmoni dianggap sebagai cabang dasar fisika, sekarang dikenal
sebagai musik akustik. Awal teori India dan Cina menunjukkan pendekatan serupa. Semua
berusaha untuk menunjukkan bahwa hukum-hukum matematika dari harmonisa dan ritme
yang fundamental tidak hanya untuk pemahaman kita tentang dunia tetapi untuk
kesejahteraan manusia. Konfusius, seperti Pythagoras, menganggap nomor kecil 1,2,3,4
sebagai sumber semua kesempurnaan.

Untuk hari ini matematika lebih berkaitan dengan akustik dibandingkan dengan
komposisi, dan penggunaan matematika dalam komposisi secara historis terbatas pada
operasi sederhana penghitungan dan pengukuran. Upaya untuk struktur dan
mengkomunikasikan cara-cara baru penyusunan dan mendengar musik telah menyebabkan
aplikasi musik teori himpunan, aljabar abstrak dan teori bilangan. Beberapa komposer telah
memasukkan rasio Emas dan angka Fibonacci ke dalam pekerjaan mereka
Bentuk musik
Formulir Musik adalah rencana dimana sepotong pendek musik diperpanjang. The
“Rencana” istilah juga digunakan dalam arsitektur, yang membentuk musik sering
dibandingkan. Seperti arsitek, komposer harus memperhitungkan fungsi yang pekerjaan
dimaksudkan dan sarana yang tersedia, berlatih ekonomi dan memanfaatkan pengulangan
dan ketertiban. Jenis umum dikenal sebagai bentuk biner dan terner (“dua kali lipat” dan
“tiga”) sekali lagi menunjukkan pentingnya nilai-nilai integral kecil terhadap kejelasan dan
daya tarik musik.

2.6.5 Aplikasi Teori Bilangan dalam Bidang Filsafat


Filsafat membahas bilangan sebagai objek studi material artinya filsafat menjadikan
bilangan sebagai objek sasaran untuk menyelidiki ilmu tentang bilangan itu sendiri. Objek
material filsafat ilmu bilangan adalah bilangan itu sendiri. Bilangan itu sendiri dimulai dari
yang paling sederhana, yakni bilangan asli, bilangan cacah, kemudian bilangan bulat, dan
seterusnya hingga bilangan kompleks. Sebagai objek formal filsafat, bilangan dikaji
hakikat. Pengkajian filsafat tentang bilangan misalnya mengenai apa hakikat dari bilangan
itu, bagaimana merealisasikan konsep bilangan yang abstrak menjadi riil atau nyata,
bagaimana penggunaan bilangan untuk penghitungan dan atau pengukuran.

2.6.6 Aplikasi Teori Bilangan dalam Bidang Hiburan (Permainan)


a. Ambil tanggal lahir kamu lalu kali 4, hasilnya tambah 13, hasilnya kali 25 lalu kurangi
dengan 200, hasilnya tambah dengan bulan lahir kamu lalu hasilnya kali 2 terus kurangi
dengan 40, hasilnya kali dengan 50 hasilnya lagi tambah dengan 2 digit terakhir tahun
lahir kamu lalu hasilnya kurangi dengan 10500..berapa hasilnya?
b. Ambil dua digit terakhir tahun lahir kamu dan tambahkan dengan umurmu di tahun
2011. Berapa hasilnya? Selalu 111 kan?
c. Dalam astronomi dan fisika, kita mengenal adanya suatu fenomena alam yang sangat
menarik yaitu lubang hitam (black hole). Lubang hitam adalah suatu entitas yang
memiliki medan gravitasi yang sangat kuat sehingga setiap benda yang telah jatuh di
wilayah horizon peristiwa (daerah di sekitar inti lubang hitam), tidak akan bisa kabur
lagi. Bahkan radiasi elektromagnetik seperti cahaya pun tidak dapat melarikan diri,
akibatnya lubang hitam menjadi “tidak kelihatan”. Ternyata, dalam matematika juga ada
fenomena unik yang mirip dengan fenomena lubang hitam yaitu bilangan lubang hitam.
Bagaimana sebenarnya bilangan lubang hitam itu? Mari kita bermain-main sebentar
dengan angka. Coba pilih sesuka hati Anda sebuah bilangan asli (bilangan mulai dari 1
sampai tak hingga). Sebagai contoh, katakanlah 141.985. Kemudian hitunglah jumlah
digit genap, digit ganjil, dan total digit bilangan tersebut. Dalam kasus ini, kita dapatkan
2 (dua buah digit genap), 4 (empat buah digit ganjil), dan 6 (enam adalah jumlah total
digit). Lalu gunakan digit-digit ini (2, 4, dan 6) untuk membentuk bilangan berikutnya,
yaitu 246.
Ulangi hitung jumlah digit genap, digit ganjil, dan total digit pada bilangan 246 ini.
Kita dapatkan 3 (digit genap), 0 (digit ganjil), dan 3 (jumlah total digit), sehingga kita
peroleh 303. Ulangi lagi hitung jumlah digit genap, ganjil, dan total digit pada bilangan 303.
(Catatan: 0 adalah bilangan genap). Kita dapatkan 1, 2, 3 yang dapat dituliskan 123. Jika
kita mengulangi langkah di atas terhadap bilangan 123, kita akan dapatkan 123 lagi. Dengan
demikian, bilangan 123 melalui proses ini adalah lubang hitam bagi seluruh bilangan
lainnya. Semua bilangan di alam semesta akan ditarik menjadi bilangan 123 melalui proses
ini, tak satu pun yang akan lolos. Tapi benarkah semua bilangan akan menjadi 123?
Sekarang mari kita coba suatu bilangan yang bernilai sangat besar, sebagai contoh
katakanlah 122333444455555666666777777788888888999999999. Jumlah digit genap,
ganjil, dan total adalah 20, 25, dan 45. Jadi, bilangan berikutnya adalah 202.545. Lakukan
lagi iterasi (pengulangan), kita peroleh 4, 2, dan 6; jadi sekarang kita peroleh 426. Iterasi
sekali lagi terhadap 426 akan menghasilkan 303 dan iterasi terakhir dari 303 akan diperoleh
123. Sampai pada titik ini, iterasi berapa kali pun terhadap 123 akan tetap diperoleh 123
lagi. Dengan demikian, 123 adalah titik absolut sang lubang hitam dalam dunia bilangan.
Namun, apakah mungkin saja ada suatu bilangan, terselip di antara rimba raya alam semesta
bilangan yang jumlahnya tak terhingga ini, yang dapat lolos dari jeratan maut sang bilangan
lubang hitam, sang 123 yang misterius ini?
BAB III
PENUTUP

Bilangan pada awalnya hanya dipergunakan untuk mengingat jumlah, namun dalam
perkembangannya setelah para pakar matematika menambahkan perbendaharaan simbol dan
kata-kata yang tepat untuk mendefenisikan bilangan dan mengembangkan konsep-konsep
matematika menjadi lebih luas, maka matematika menjadi hal yang sangat penting bagi
kehidupan dan tak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan keseharian kita akan selalu
bertemu dengan konsep bilangan, karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi,
sains, ekonomi ataupun dalam dunia musik, filosofi dan hiburan serta banyak aspek
kehidupan lainnya.
Sejarah telah membuktikan bahwa matematika, khususnya sistem bilangan pada
awalnya tidak seragam, berbeda di tiap suku bangsa. Jadi matematika dalam kasus ini sistem
bilangan, sangat mirip dengan bahasa, yakni berbeda di tiap suku bangsa, tapi pada
prinsipnya bisa diterjemahkan satu sama lain. Dan sebagaimana bahasa inggris mendominasi
bahasa yang digunakan di dunia, maka sistem bilangan basis 10 adalah yang paling banyak
disepakati suku bangsa dan menjadi sistem bilangan internasional. Tapi seperti bahasa juga,
sistem bilangan ini juga mengalami asimilasi, jadi walaupun menggunakan sistem bilangan
basis 10 (desimal), 1 tahun tetap 12 bulan dan 1 jam tetap 60 menit. Kenapa tidak
diseragamkan? Hal ini karena perbedaan akan membuat dunia lebih hidup dan indah.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya., (2010), Sejarah Sistem Bilangan. [Online]. Tersedia: http://www.


adit38.wordpress.com/2010/05/19/asal-usul-sistem-bilangan [13 Oktober 2010]
Al-Kashi, Jamshid., (2010), Ilmuwan Besar dari Dinasti Timurid. [Online]. Tersedia:
http//www.babinrohis-nakertrans.org/.../jamshid-al-kashi-ilmuwan-besar-dari-
dinasti-timurid [13 Oktober 2010]
de Fermat, Pierre., (2010), [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/ Pierre_de_Fermat
[13 Oktober 2010]
de Lagrange, Joseph-Louis., (2010), [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Joseph-
Louis_de_Lagrange [13 Oktober 2010]
Dinata, A., (2007), Aplikasi Teori Bilangan Bulat pada Sistem Barcode [Online], Vol 1 (1),
10 halaman. Tersedia: http//www.informatika.org/~rinaldi/
Matdis/2006.../Makalah0607-100.pdf [12 Oktober 2010]
Dirichlet, Peter Gustav Lejeune., (2010), [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/
Peter_Gustav_Lejeune_Dirichlet [13 Oktober 2010]
Gauss, Carl Friedrich., (2010), [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/ Gauss [13
Oktober 2010]
Legendre, Adrien-Marie., (2010), [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Adrien-
Marie_Legendre [13 Oktober 2010]
Peirce, Benyamin., (2010), [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Benjamin_Peirce
[13 Oktober 2010]
Pengertian Sistem Bilangan., (2010), [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/
25769841/pengertian-sistem-bilangan [13 Oktober 2010]
Phytagoras., (2010), [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/ wiki/phytagoras [13 Oktober
2010]
Rosjanuardi, R., (2010), Pahlawan Matematika yang Terlupakan. [Online]. Tersedia: http://
matematika.upi.edu/.../pahlawan-pahlawan-matematika-yang-terlupakan [13
oktober 2010]
Sejarah Matematika., (2010), [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/
Sejarah_matematika [13 oktober 2010]
Setyawan, D.A., (2007), Penggunaan Algoritma Divide and Conquer untuk Optimasi
Bilangan Desimal ke Biner [Online], Vol 1 (1), 5 halaman. Tersedia:
//www.informatika.org/~rinaldi/Stmik/.../MakalahSTMIK2007-048.pdf [12 Oktober
2010]
Smartivun., (2008), Sejarah Bilangan dan Perkembangannya. [Online]. Tersedia: http://
simplemathlesson.blogspot.com/2009/02/sejarah-bilangan-dan-
perkembangannya_20.html [13 Oktober 2010]
Universitas Pendidikan Indonesia., (2010), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.
Wicaksono, K.N., (2007), Penerapan Teori Bilangan Bulat dalam Kriptografi dan
Aplikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari [Online], Vol 1 (1), 12 halaman. Tersedia
: http://www.docstoc.com/docs/20504373/Penerapan-Teori-Bilangan-Bulat-dalam-
Kriptografi-dan-Aplikasinya-dalam [12 Oktober 2010]

Anda mungkin juga menyukai