Askep (Only Bab 4)
Askep (Only Bab 4)
PEMBAHASAN
1.1 Pengkajian
Pengkajian yaang dilakukan oleh kelompok meliputi pengkajian
kegawatdaruratan primary survey meliputi Circulation, Airway, Breathing,
Disability, Exposure. Klien datang ke IGD RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan
keluhan sesak saat melakukan aktivitas maupun saat istirahat dan kedua kaki terasa
nyeri saat digerakkan. Saat dilakukan pengkajian, didapatkan data Circulation
Tekanan darah: 99/70 mmHg, Nadi: 105x/menit, nadi perifer teraba lemah dan nadi
radialis teraba kuat, tidak ada sinosis, akral dingin, kulit klien pucat, turgor kulit
elastis dan konjungtiva anemis, CRT 4 detik, tidak ada pendarahan, JVP 5 + 3
cmH2O. pada bagian Circulation kelompok mendapatkan data yang tidak normal
meliputi: akral dingin, kulit klien pucat dan konjugtiva anemis, CRT 4 detik
menurut Wilkinson & Ahern, 2012 pada klien dengan ADHF akan mengalami
masalah penurunan curah jantung, dimana penurunan curah jantung ini
menyebabkan jantung tidak memompa darah secara maksimal ke seluruh tubuh.
Maka adanya kesamaan antara data kasus yang didapat kelompok dengan teori. JVP
5 + 3 cmH2O i
Pada pengkajian Airway didapatkan data jalan nafas paten, tidak ada gangguan
dan tidak ada suara nafas tambahan, pada bagian airway kelompok tidak
menemukan adanya gangguan. Breathing klien mengeluh sesak nafas, terdapat
retraksi otot dada, adanya pernafasan cuping hidung, ekspansi memanjang, irama
nafas cepat dan dangkal, pola nafas tidak beraturan. Setelah dilakukan pengkajian
pada bagian Breathing kelompok mendapatkan data yang tidak normal yaitu
adanya sesak nafas, adanya retraksi otot dada, adanya pernafasan cuping hidung,
ekspansi memanjang, irama nafas cepat dan dangkal, pola nafas tdak teraturan, data
ini sesuai menurut teori kasuari (2002) pada pasien ADHF saat dilakukan
pengkajian frekuensi nafas meningkat, adanya penggunaan otot bantu nafas, adanya
retraksi dinding dada, adanya sesak nafas dan adanya suara nafas tambahan. Maka
adanya kesamaan antara data yang didapatkan kelompok dengan teori yang ada.
Pengkajian Disability didapatkan data respon klien alert (sadar penuh),
kesadaran composmentis, GCS 15 E4 V5 M6, reflek cahaya ada, ukuran pupil
kanan 3 mm dan ukuran pupil kiri 3 mm. Pada bagian Disability kelompok tidak
menemukan adanya gangguan. Pada pengkajian Exposure kelompok mendapatkan
data tidak adanya deformitas pada ekstemitas bagian atas maupun ekstemitas
bagian bawah, tidak adanya memar, tidak ada luka, terdapat edema derajat 2 pada
ekstemitas bawah sebelah kanan dan kiri dengan kedalam 4 mm dengan waktu
kembali ke bentuk normal dalam waktu 15 menit. Pada bagian Exposure kelompok
mendapatkan data yang tidak normal meliputi: terdapat edema derajat 2 pada
ekstemitas bawah sebelah kanan dan kiri dengan kedalam 4 mm dengan waktu
kembali ke bentuk normal dalam waktu 15 menit, edema ini disebabkan karena
adanya kegagalan jantung kanan dalam mengosongkan darah secara adekuat
sehingga tidak dapat mensuplai semua darah secara normal kembali sirkulasi vena
(Smeltzer, 2002). Maka adanya kesamaan antara data yang didapatkan kelompok
dengan teori yang ada.
Pada pengkajian secondary survey, kelompok mendapatkan data: klien
mengatakan sesak nafas dan nyeri pada bagian dada sebelah kiri menjalar sampai
ke punggung belakang sejak 8 jam yang lalu, nyeri hilang timbul dan adanya
peningkatan JVP. Menurut Ponikowski (2016) tanda dan gejala ADHF meliputi
sesak napas, peningkatan JVP, ortopneu reflek hepatojuguler, paroksismal nocturnal
dispneu, bunyi jantung 3 (gallop), kelelahan, letih dan kebutuhan waktu yang lebih
banyak untuk istirahat setelah aktivitas, bising jantung dan edema tungkai
Pada pasien kelolaan kelompok dilakukan pemeriksaan diagnostic rontgen
dengan hasil infiltrate di supratiler kanan dan paritiler kanan, suspek pneumonia
disertai gambaran awal bendungan paru, kardiomegali. Menurut Doengoes, 2000
pemeriksaan penunjang pada pasien ADHF dengan foto X-ray menggambarkan
adanya kongesti pada paru dan pembesaran jantung dan foto polos dada
menggambarkan adanya proyeksi A-P, konus pulmonalis menonjol, cefalisasi arteri
pulmonal. Proyeksi RAO: tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium kiri dan
pembesaran ventrikel. Klien juga menjalankan pemeriksaan penunjang perekaman
jantung (EKG), dengan kesimpulan
Menurut …… , pemeriksaan penunjang EKG untuk melihat ada tidaknya infark
myocardial akut dan untuk mengetahui hipertropi ventrikel. Irama sinus atau atrium
fibrilasi, gel. Mitral yaitu gelombang P yang melebarserta berpuncak dua serta
tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderum tampak gambaran atrium fibrilasi.
3. Hipervolemi
Kelompok mengangkat diagnosa hipervolemi, yang didukung oleh data-
data saat pengkajian seperti adanya edema pada ekstemitas bawah kanan dan
kiri, terdapat peningkatn berat badan pasca udem, adanya peningkatan JVP
yaitu sebesar 5 + 3, terdapat hematomegali, oliguria, dan kongesti paru.
Menurut PPNI (2016), hipervolemi adalah peningkatan volume caitran
intravascular, intersisial dan intaseluler. Diagnosa ini muncul karena saat
pengkajian, kelompok mendapatkan data-data yang menunjang untuk
ditegakannya pola nafas tidak efektif sebesar 80%.
Nasuution SA, Ismail D. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Jakarta: EGC
Nikmatur Romlah dan Saiful Walid. 2010. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-ruzzmedia
Potter, P.A& Perry, A. G. 2007. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.
Putra, Semara. 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien ADHF. Jakarta : ECG.
Price A.S Wilson L.M. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit-edisi 6.
Jakarta : ECG.
PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu