Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian

Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere”

yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Baik kematangan fisik, sosial maupun

psikologis (Soetjiningsih, 2004).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,

emosi, dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode

suatu pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.

Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

(Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum. 2010).

Batas usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI

antara 10-19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah antara 10-19

tahun.Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik

(organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan

perubahan kejiwaan (mental emosional) (Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum.

2010).

Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah antara 10-18

tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja dibagi atas:

1. Masa remaja awal ( 10-12 tahun )

2. Masa remaja tengah ( 14-16 tahun )

3. Masa remaja akhir ( 17-19 tahun )

7
8

2. Perkembangan Remaja dan Tugasnya

Menurut Robert Y. Havighurst dalam bukunya Human Development and

Education yang dikutip oleh Panuju dan Ida ( 1999 : 23-26 ), tugas perkembangan

remaja wanita ada sepuluh, yaitu :

a. Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik dengan

teman sejenis maupun dengan beda jenis kelamin.

b. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-

masing.

c. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya seefektif

mungkin dengan perasaan puas.

d. Mencapai kebebasan emosional dari orangtua atau orang dewasa lainnya.

e. Mencapai kebebasan ekonomi.

f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan.

g. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga.

h. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan

untuk kepentingan hidup bermasyarakat.

i. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.

j. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakannya dan

pandangan hidupnya.

Menurut Pratiwi (2005, hlm.14) bahwa tugas-tugas yang harus dipenuhi

sehubungan dengan perkembangan seksualitas remaja adalah memiliki pengetahuan

yang benar tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapat diterima

masyarakat, mengembangkan sikap yang benar tentang seks, mengenali pola-pola

perilaku heteroseksual yang dapat diterima masyarakat, menetapkan nilai-nilai yang


9

harus diperjuangkan dalam memilih pasangan hidup, mempelajari cara-cara

mengekspresikan cinta.

3. Perubahan Fisik pada Remaja Perempuan

Pada masa remaja ini, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai

banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi

(organ seksual), sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan

kemampuan melaksanakan fungsi produksi.

Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti timbulnya tanda-

tanda sebagai berikut :

a. Tanda- tanda seks primer pada Perempuan

Semua organ reproduksi perempuan tumbuh pada masa puber. Sebagai tanda

kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah

serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus

secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus

sampai menjelang masa menopause.

b. Tanda-tanda Seks Sekunder pada Perempuan

1) Rambut

Rambut kemaluan pada wanita tumbuh setelah pinggul dan payudara

mulai berkembang, bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak

setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan

terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap, dan

agak keriting.
10

2) Pinggul

Pinggul pun menjadi berkembang, membesar, dan membulat. Hal ini

sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di

bawah kulit.

3) Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting

susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan

berkembang dan makin besarnya kelenjar susu, sehingga payudara menjadi

lebih besar dan lebih bulat.

4) Kulit

Kulit wanita akan lebih lembut.

5) Kelenjar Lemak dan Kelenjar Keringat

Kelenjar keringat dan kelenjar lemak menjadi lebih aktif. Sumbatan

kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya

menusuk sebelum dan selama masa haid.

6) Otot

Menjelang akhir masa puber, otot semakin kuat dan membesar.

Akibatnya akan membentuk bahu, lengan, dan tungkai kaki.

7) Suara

Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada

perempuan
11

4. Perubahan Kejiwaan pada masa Remaja

Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah :

a. Perubahan Emosi

Perubahan tersebut berupa kondisi :

1) Sensitif atau peka, misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan

sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi

pada remaja puteri, lebih-lebih sebelum menstruasi.

2) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar

yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian, suka

mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

3) Ada kecenderungan tidak patuh pada orangtua, dan lebih senang pergi

bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.

b. Perkembangan Intelegensia

Pada perkembangan ini menyebabkan remaja cenderung mengembangkan

cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik dan cenderung ingin

mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

B. STATUS GIZI

1. Pengertian

Gizi (nutrion) adalah berasal dari bahasa arab yaitu ”ghidza”, yang berarti

makanan dan pada bahasa sansekerta disebut “ geogos” yang artinya sumber-sumber

makanan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan (Soekirman, 2000).


12

Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan unsur-

unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh yang berguna bila

dimasukkan ke dalam tubuh (Sunita, 2006).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi (Sunita, 2006).

2. Fungsi zat gizi

Zat gizi berfungsi sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, gerakan dan

kerja fisik, sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan, sebagai

pelindung dan pengatur.

3. Pengelompokan zat gizi

Zat-zat nutrient dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu makro nutrient (zat gizi

makro) dan mikro nutrient (zat gizi mikro).

a. Makro Nutrient

Zat gizi makro merupakan komponen terbesar dari susunan diet serta

berfungsi menyuplai energy dan zat-zat gizi esensial yang berguna untukkeperluan

pertumbuhan sel atau jaringan, fungsi pemeliharaan maupun aktivitas tubuh.

Kelompok makro nutrient terdiri dari karbohidrat (hidrat arang), lemak, protein (zat

putih telur), makro mineral dan air (ada yang tidak memasukkan air dalam zat gizi).

b. Mikro Nutrient

Dalam golongan zat gizi mikro ini, termasuk vitamin ( baik yang larut dalam

air maupun yang larut dalam lemak ) dan sejumlah mineral yang hanya dibutuhkan

dalam kuantitas yang hanya sedikit. Vitamin yang larut dalam air yakni vitamin C
13

dan B kompleks ( meliputi vitamin B2 [riboflamin], niacin, vitamin B6 [piridoksin],

asam folat, biotin, asam pantotenat, dan vitamin B12 [kobalamin] ). Vitamin yang

larut dalam lemak, vitamin A (retinol ), vitamin D (kalsiferol), vitamin E (tokoferol),

dan vitamin K (quinon). Mikro mineral meliputi zat besi, yodium, fluor, zink,

chromium, selenium, mangan, molipdenum dan kurfum. Kebanyakan diantaranya

terikat pada enzim dan hormon serta berfungsi pada metabolisme (Erna, 2005).

4. Penilaian Status Gizi

Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung

dan tidak langsung meliputi : antropometri, biokimia, klinis dan biofisik. Penilaian

secara tidak langsung meliputi : survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor

ekologi. Penilaian status gizi tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan

masing-masing.

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode

penilaian status gizi adalah tujuan, unit sampel yang diukur, jenis informasi yang

dibutuhkan, tingkat reliabilitas dan akurasi yang dibutuhkan, tersedianya fasilitas dan

peralatan, ketenangan dan dana (Nyoman, Bakri & Fajar. 2002).

5. Jenis Parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur

beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia seperti

lingkar lengan atas (LILA).


14

Lingkar Lengan Atas dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk

penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang

sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah.

Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari

fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik.

Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah ditetapkan. Ada

tujuh urutan pengukuran LILA, yaitu :

a. Tetapkan posisi bahu dan siku

b. Letakkan pita antara bahu dan siku

c. Tentukan titik tengah lengan

d. Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan

e. Pita jangan terlalu ketat

f. Pita jangan terlalu longgar

g. Cara pembacaan skala yang benar

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah pengukuran

dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita

ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan

dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam

arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata

(Nyoman, 2002).

6. Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi Status Gizi menurut Rekomendasi Lokakarya Antropometri 1975

dan Puslitbang Gizi dibagi menjadi tiga yaitu:


15

a. Gizi Baik, dengan ukuran LILA 20,5cm-24,5cm

b. Gizi kurang, dengan ukuran LILA 19,5cm-20,4cm

c. Gizi Buruk, dengan ukuran LILA kurang dari 19,5cm

( Nyoman, Bakri & Fajar. 2002 )

7. Faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja adalah pengetahuan, prasangka,

kebiasaan, kesukaan, ekonomi.

C. PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS)

1. Pengertian

Premenstrual syndrome (PMS) adalah gabungan dari gejala fisik dan

psikologis yang biasanya terjadi mulai beberapa hari sampai satu minggu sebelum

haid dan menghilang setelah haid datang ( Mitayani, 2009).

Premenstrual syndrome adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid

dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh banyak

wanita sebelum awitan setiap siklus menstruasi ( Bruner and sunddart, 2001).

2. Insiden

Insiden atau kejadian dari premenstrual syndrome (PMS) sedikitya 85 % dari

wanita menstruasi yang mengalaminya. Study epidemiologi menunjukan kurang

lebih 20 % dari wanita usia reproduktif mengalami gejala PMS sedang sampai berat

(Freeman, 2007).

Sekitar 3-8 % memiliki gejala hingga patah yang disebut disporic disorder

atau Premenstrual Dysporc Disorder (PMDD) (Saryono, 2002).


16

3. Penyebab

Penyebab premenstrual syndrome (PMS) belum jelas. Beberapa penyebab

premenstrual syndrome (PMS) antara lain: ketidakseimbangan antara hormon

estrogen dan progesterone (kelebihan estrogen atau kekurangan progesteron dalam

fase luteal dari siklus menstruasi), faktor-faktor evolusi dan genetik, gangguan fungsi

serotin, jumlah prolaktin yang terlalu banyak (dapat mengganggu mekanisme tubuh

yang mengontrol, produksi estrogen dan progesteron), kelebihan atau defisiensi

kortison dan androgen, kelebihan hormon anti dieresis, defisiensi vitamin A, B1, B6

atau mineral seperti magnesium, hipoglikemia reaktif, alergi hormone, toksi haid,

stres dan masalah emosional, masalah social, gaya hidup, misalya kurang olahraga,

diet tinggi gula, minum alkohol, konsumsi tinggi garam.

4. Gejala

Wanita dapat mengalami berbagai macam gejala premenstrual syndrome

(PMS), baik gejala fisik maupun gejala emosional.

Tabel. Gejala-gejala Premenstrual Syndrome (PMS)

GEJALA FISIK GEJALA EMOSIONAL


Perut kembung Depresi
Nyeri payudara, bengkak, keras Cemas
Sakit kepala atau migraine Suka menangis
Kejang atau bengkak pada kaki Sifat agresif atau pembantahan
Nyeri panggul Pelupa
Hilang koordinasi Tidak bisa tidur
Nafsu makan bertambah Merasa tegang
Hidung tersumbat Irritabilitas
Tumbuh jerawat Suka marah
Sakit pinggul Paranoid
Suka makan manis atau asam Perubahan dorongan seksual
Palpitasi Konsentrasi berkurang
Peka suara atau cahaya Merasa tidak aman
Sumber : dikutip dari Rayburn et.al., (2001), halaman 287.
17

5. Tipe Premenstrual Syndrome (PMS) berdasarkan gejalanya :

Menurut Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari fakultas

kedokteran UCLA, AS membagi PMS menjadi 4 tipe menurut gejalanya, yakni tipe A,

H, C, dan D.

a. PMS (Premenstrual Syndrome) Tipe A

PMS tipe A (Anxiety) ditandai dengan gejala seperti :

1) Rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita

mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid.

2) Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron ;

hormon estrogen lebih tinggi daripada hormon progesteron.

3) Penderita PMS Tipe A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan

mengurangi atau membatasi minum kopi.

b. PMS Tipe H

PMS tipe H (Hyiperhydration) memiliki gejala :

1) Edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan

tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid.

2) Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel

(ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita.

3) Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan

natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada.

4) Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan

garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
18

c. PMS Tipe C

PMS tipe C (Craving) ditandai dengan gejala seperti :

1) Rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya cokelat)

dan karbohidrat sederhana (biasanya gula).

2) Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak

timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala,

terkadang sampai pingsan.

3) Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh

meningkat.

4) Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stress, tinggi garam

dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau

kurangnya magnesium.

d. PMS tipe D

PMS tipe D (Depression) ditandai dengan gejala :

1) Rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit

dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa

ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri.

2) Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar

3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D.

3) Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

stress, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbale di

tubuh atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6 ).


19

4) Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium

dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan

dengan tipe A (Saryono, 2009).

6. Penanggulangan Premenstrual Syndrome

a. Kurangi makanan bergaram, seperti kentang goreng, kacang-kacangan, dan

makanan berbumbu untuk mengurangi penahanan air berlebihan.

b. Kurangi makanan berupa tepung, gula, kafein, cokelat.

c. Tambahkan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin C dosis tinggi,

seminggu sebelum menstruasi.

d. Makan makanan berserat dan perbanyak makan makanan atau suplemen yang

mengandung zat besi agar terhindar dari anemia.

e. Perbanyak minum air putih.

f. Penatalaksanaan secara medis :

1) Untuk mengatasi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari

sebelum haid penggunaan garam dibatasi dan biasanya diberikan

pengobatan diuretika.

2) Pemberian hormon progesterone selama 8-10 hari sebelum haid untuk

mengimbangi kelebihan relatif dari estrogen.

3) Pemberian hormon testosterone dalam bentuk metiltestosteron sebagai

tablet isap untuk mengurangi kelebihan hormon estrogen (Mitayani, 2009).


20

D. Hubungan Status Gizi dengan Premenstrual Syndrome (PMS)

Keadaan gizi seseorang sangat berkaitan dengan kesehatan tubuhnya, yaitu untuk

menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur

proses kehidupan dalam tubuh (Sunita, 2005). Faktor yang mempengaruhi gizi pada

remaja adalah pengetahuan, prasangka, kebiasaan, kesukaan, dan ekonomi.

Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya sindrom pre-

menstruasi diantaranya berkaitan dengan karakteristik wanita itu sendiri. Menurut

Oakley (1998), setiap individu mempunyai karakteristik biografi yang berbeda,

karakteristik tersebut dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan sosial seseorang.

Karakteristik wanita usia reproduktif yang berhubungan dengan sindrom pre-menstruasi.

Status gizi remaja puteri sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik dari

faktor usia terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama menarche, maupun

lamanya hari menarche. Dan secara psikologis wanita remaja yang pertama sekali

mengalami haid akan mengeluh rasa nyeri, kurang nyaman, dan mengeluh perutnya

terasa mules. Tetapi pada beberapa remaja keluhan- keluhan tersebut tidak dirasakan, hal

ini dipengaruhi nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi, selain olahraga yang teratur

(Erna, dkk. 2004).

Gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ

tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan

mempengaruhi terjadinya Premenstrual Syndrome (PMS), tetapi akan membaik bila

asupan nutrisinya baik. Tindakan yang dilakukan untuk menangani kasus premenstrual

syndrome tersebut adalah menganjurkan perubahan diet, selain menambah suplemen

nutrisi, walaupun tidak secara khusus jenis nutrisinya apa. Dengan mengonsumsi rendah

lemak, dengan tinggi karbohidrat akan mengurangi pembengkakan payudara. Sedangkan


21

konsumsi tinggi karbohidrat dan rendah protein dapat memperbaiki gangguan perasaan

yang tidak nyaman. Hal ini berhubungan dengan pembentukan serotonin di dalam otak

(Erna, dkk. 2004).

Pada remaja puteri perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara

mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid, terbukti

pada saat haid tersebut terutama pada fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan

nutrisi. Apabila hal ini diabaikan dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang

menimbulkan premenstrual syndrome (PMS) selama siklus haid.

Anda mungkin juga menyukai