Anda di halaman 1dari 5

Kasus infeksi Staphylococcus aureus (Staphylococcal Scalded Skin Syndrome)

Seorang bayi laki-laki usia 10 hari masuk rumah sakit di laboratorium/UPF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta ( RSDM ) pada tanggal 13
Mei 1992. Keluhan utama (dari orang tua) adalah kulit bayi mengelupas pada hampir seluruh
tubuh serta kemerahan, dan bayi dalam keadaan rewel, dan suhu tubuhnya panas.
Riwayat Penyakit
Dari allo anamnesis orang tua didapatkan bahwa penderita lahir cukup bulan dengan
pertolongan dukun di rumah sendiri. Pada saat berusia 7 hari, kulit bayi mulai terlihat
kemerahan pada wajah dan lipatan-lipatan kulit di badan. Kemudian timbul lepuh-lepuh kecil
berisi cairan jernih dengan dinding kendor yang semakin lama semakin banyak dan meluas ke
seluruh tubuh. Lepuh-lepuh bertambah lebar dan kemudian memecah sehingga kulit tamoak
mengelupas serta berwarna kemerahan. Sehari kemudian penderita mulai demam dan rewel.
Oleh karena badan semakin panas dan semakin rewel penderita di bawa ke Puskesmas
dan kemudian dirujuk ke RSDM.
Setelah dilakukan pemeriksaan laboraorium, penderita didiagnosa mengalami sepsis
dengan dermatitia eksfoliatif general. Kemudian dilakukan pengobatan dan perawatan tetapi
kondisi penderita semakin menurun atau tidak perbaikan dan pada tanggal 20 Mei 1992
penderita meninggal dunia.
Mekanisme infeksi

- Deskuamasi kulit yang meluas


- Erosi kulit yang meluas
- Eritematous
- Suhu tubuh tinggi
- Kulit kemerahan
- Kulit kendor
Staphylococcus epidermidis

A. DESKRIPSI
Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri dari
genus Staphylococcus yang diketahui dapat menyebabkan infeksi oportunistik (menyerang
individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah). Beberapa karakteristik bakteri ini
adalah fakultatif, koagulase negatif, katalase positif, gram positif, berbentuk kokus, dan
berdiameter 0,5 – 1,5 µm. Bakteri ini secara alami hidup pada kulit dan membran
mukosa manusia. Infeksi Staphylococcus epidermidisdapat terjadi karena bakteri ini
membentuk biofilm pada alat-alat medis di rumah sakit dan menulari orang-orang di
lingkungan rumah sakit tersebut (infeksi nosokomial). Secara klinis, bakteri ini menyerang
orang-orang yang rentan atau imunitas rendah, seperti penderita AIDS, pasien kritis,
pengguna obat terlarang (narkotika), bayi yang baru lahir, dan pasien rumah sakit yang
dirawat dalam waktu lama.
B. KLASSIFIKASI
Kerajaan : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcacea
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus epidermidis (Winslow1908 dan Evans 1916).

C. KARAKTERISTIK (CIRI-CIRI)
Staphylococcus epidermidis memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1. Bakteri fakultatif.
2. Koagulase negatif, katalase positif, gram positif.
3. Berbentuk kokus, dan berdiameter 0,5 – 1,5 µm.
4. Hidup pada kulit dan membran mukosa manusia.

D. PENYAKIT
Infeksi Staphylococcus epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular
(katup jantung buatan, shunts, dll), tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan, kateter, dan
luka besar. Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI menyebabkan peradangan
serius dan sekresi nanah. Dalam hal ini, buang air kecil sangat menyakitkan.
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan
dengan Staphylococcus epidermidis. Gejala yang timbul adalah demam, sakit kepala, dan
kelelahan untuk anoreksia dan dyspnea. Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal.
Streptococcus pyogenes

BAB I
PENDAHULUAN

Streptococcus pyogenes adalah bakteri yang selnya berbentuk bulat, bersifat gram
positif, tidak berspora, dan bersifat anaerob fakultatif, tersusun berderet seperti rantai,
panjang rantai bervariasi dimana akan lebih panjang pada media cair dibanding pada media
padat dan sebagian besar ditentukan oleh factor lingkungan. Bakteri ini tidak membentuk
spora, kecuali beberapa strain yang hidupnya saprofitik. Pada pertumbuhan tua sifat gram
positifnya akan hilang dan menjadi gram negative karena nutrisi yang ada pada sel bakteri
telah berkurang sehingga lapisan peptidoglikan pada dinding sel bakteri menipis.
Infeksi Streptococcus pyogenes dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam factor,
antara lain sifat biologis bakteri dan cara host memberikan respon.Manusia termasuk salah
satu mahluk yang paling rentan terhadap infeksi Streptococcus pyogenes dan tidak ada alat
tubuh atau jaringan dalam tubuhnya yang betul-betul kebal.Bakteri ini dapat menyebabkan
penyakit epidemik antara lain scarlet fever, erisipelas, pharyngitis (strep
throat), impetigo, cellulitis, myositis ,streptococcal toxic shock syndrome,rheumatic
fever, glomerulonephritis akut dan bermacam-macam penyakit lainnya.
Faringitis adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena infeksi Streptococcus
pyogenes. Faringitis mempunyai karakteristik yaitu demam yang tiba-tiba, nyeri
tenggorokan, nyeri telan, adenopati servikal, malaise dan mual. Faring, palatum, tonsil
berwarna kemerahan dan tampak adanya pembengkakan. Eksudat yang purulen mungkin
menyertai peradangan. Gambaran leukositosis dengan dominasi neutrofil akan dijumpai.
Khusus untuk faringitis oleh streptococcus gejala yang menyertai biasanya berupa demam
tiba-tiba yang disertai nyeri tenggorokan, tonsillitis eksudatif, adenopati servikal anterior,
sakit kepala, nyeri abdomen, muntah, malaise, anoreksia, dan rash atau
urtikaria. Streptococcus Hemolitik Grup A hanya dijumpai pada 15-30% dari kasus
faringitis pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis dewasa.
BAKTERI STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE

A. Streptococcus Pneumoniae (Pneomococcus)


Klasifikasi :
Kingdom : Bakteri
Filum : Frimicutes
Kelas : Cocci
Ordo : Lactobacillales
Famili : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Spesies : Streptococcus pneumoniae

Streptococcus Pneumoniae adalah diplococcus gram positif, sering berbentuk lancet atau
berbentuk rantai, memiliki kapsul polisakarida yang memudahkan untuk pengelompokan
antisera spesifik. Streptococcus Pneumoniae mudah dilisis dengan agen aktif pada
permukaan misalkan garam empedu. Agen aktif permukaan umumnya menghambat atau
tidak mengaktifkan penghalang autolysin dinding sel. Streptococcus Pneumoniae
merupakan penghuni normal dari saluran pernapasan bagian atas manusia sekitar 5-40%
dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis, bronchitis, meningitis, dan proses
infeksi lainnya.[1]

B. Morfologi dan Identifikasi


1. Ciri Organisme :
Secara mikroskopik Nampak sebagai kokus berbentuk lanset, biasanya berpasangan dan
berselubung. Pneumococcus tip III berbentuk bulat, baik yang berasal dari eksudat
maupun dari perbenihan. Rantai panjang terdapat bila ditanam dalam perbenihan yang
hanya sedikit mengandung magnesium. Kman ini positif gram dan pada perbenihan tua
dapat nampak sebagai gram negatif, tidak bergerak (tidak berflagel). Selubung terutama
dibuat oleh jenis yang virulen.[2]
2. Kultur :
Streptococcus Pneumoniae membentuk koloni bundar kecil, pertama berbentuk kubah dan
kemudian berkembang berbentuk pusat plateau dengan tepi yang mengalami peninggian.
Streptococcus Pneumoniae merupakan hemolitik α pada agar darah. Pertumbuhannya
ditingkatkan oleh 5-10% CO2.
3. Sifat pertumbuhan :
Kebanyakan energi didapat dari fermentasi glukosa, disertai oleh produksi asam laktat
secara cepat, yang menghambat pertumbuhan. Netralisasi kultur broth dengan alkali dalam
selang waktu tertentu akan terjadi pertumbuhan besar.

C. Tanda-Tanda Klinis
Serangan pneumonia oleh pneumococcus biasanya mendadak, diikuti dengan
demam, menggigil dan nyeri tajam pada pleura. Sputum mirip dengan eksudat
alveolar, secara karakteristik berdarah atau berwarna merah kecoklatan. Awal
penyakit ini, ketika demam menggigil, maka bakteremia tampak dalam 10-20%
kasus. Dengan terapi antimikroba, penyakit biasanya hilang secara bertahap.
Jika obat-obat diberikan secara awal, maka perkembangan konsolidasi
terganggu.

Anda mungkin juga menyukai