Anda di halaman 1dari 13

A.

Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan Stroke


Non Hemoragik

I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian/Jam :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
A) Data Subyektif
1. Identitas
Nama :
Umur/ Tanggal lahir : Menurut Hasil Riset Kesehatan
Dasar (2013), prevalensi penyakit
stroke di Indonesia meningkat
seiring bertambahnya umur. Kasus
Stroke tertinggi yang terdiagnosis
tenaga kesehatan adalah usia 75
tahun ke atas (43,1%) dan terendah
pada kelompok usia 15-24 tahun
yaitu sebesar 0.2%
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
No.Register :

2. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama


Keluhan Utama: Menurut Baughman, C Diane,dkk, 2014 tanda
dan gejala dari stroke adalah 1. kehilangan motorik yaitu
paralisis pada salah satu sisi dan kelemahan salah satu sisi. 2.
Kehilangan komunikasi yaitu disatria (kesulita berbicara) atau
afasia (kehilangan berbicara). 3. Gangguan persepsi yaitu
heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer, kehilangan
sensori. 4. Disfungsi kandung kemih seperti inkontinensia
urinarius.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan kehamilan seperti jantung, diabetes
mellitus, hipertensi, anemia dll. (Sulistyawati, 2010).
b. Riwayat kesehatan lalu
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu pernah
memiliki penyakit menular atau keturunan: diabetes mellitus,
thypoid, hepatitis, hipertensi, penyakit jantung koroner, TB,
dan untuk mengetahui apakah klien sudah pernah
mengalami operasi sebelumnya (Ambarwati, 2010).
Hipertensi merupakan faktor risiko tunggal yang paling
penting untuk stroke iskemik maupun stroke perdarahan.
(Indarwati, 2008)
Seseorang dengan diabetes mellitus rentan untuk menjadi
ateroklerosi, hipertensi,obesitas,dan gangguan lemak darah.
Seseorang yang mengidap diabetes mempunyai resiko
serangan stroke iskemik 2 kali lipat dibandingkan yang tidak
diabetes (Indarwati, 2008)
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut Farida (2009) bahwa riwayat stroke dalam
keluarga mencerminkan suatu hubungan antara faktor genetis
dengan tidak berfungsinya lapisan dinding pembuluh darah
dalam arteri koronia. Karena orang yang terkena stroke gennya
sangat berpengarh terhadap keturunannya.
5. Riwayat Menstruasi
Siklus : 28 ± 2 hari
Lama : 3 – 8 hari
HPHT : Merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan
taksiran kelahiran (Varney, 2006).

6. Riwayat Obstetrik
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas
suami ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny Usia BB/PB H M Abnrmlts Lktsi Peny
1
2

a. Kehamilan
Dikaji untuk mengetahui primipaa atau multipara, berapa
usia kehamilan ibu saat melahirkan kehamilan yang lalu (Hani,
2011).
b. Persalinan
Dikaji untuk mengetahui penolong persalinan yang lalu,
jenis persalinan; SPontan, SC, forcep, atau vacuum ekstraksi
: tempat dilakukannya persalinan; penyulit yang menyertai
misalnya riwayat pre eklampsia pada kehamilan yang lalu
(Hani, 2011).

7. Riwayat Kontrasepsi
Menggunakan kontrasepsi hormonal dapat memicu hipertensi
pada klien yang memiliki riwayat hipertensi (Chapman &
Charles, 2013).

8. Data Fungsional Kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan


Nutrisi Pada pasien stroke diet biasanya (tinggi protein, tinggi
karbohidrat), mengetahui porsi makan dalam sehari cukup
atau berlebihan, obesistas beresiko terjadinya Hipertensi
(Indarwati, 2009).

Eliminasi Menggambarkan kebiasaan BAB meliputi frekuensi, jumlah,


konsistensi, dan bau serta kebiasaan BAK meliputi warna dan
jumlah (Ambarwati, 2010)
Istirahat Dikaji untuk mengetahui kebiasaan istirahat klien siang dan malam
(Ambarwati, 2010).
Personal Hygiene Dikaji untuk mengetahui kebersihan ibu meliputi mandi,
gosok gigi, keramas, perawatan payudara, dan perawatan vulva
(Asri, 2010).
Aktivitas Dikaji untuk mengetahui aktivitas fisik ibu sehari-hari (Susilowati,
2008).
Seksual Dikaji untuk mengethaui frekuensi klien melakukan hubungan
seksualitas dengan suami (Ambarwai, 2010).

9. Riwayat psikososiokultural spiritual


a. Psikologis
Dampak psikologis penderita stroke adalah perubahan
mental. Setelah stroke memang dapat terjadi gangguan pada
daya piker, kesadaran, konsentrasi, dan kemampuan belajar.
Penderitaan yang sangat umum pada pasien stroke adalah
depresi. Tanda depresi klinis antara lain : Sulit tidur,
kehilangan nafsu makan atau ingin makan terus, mudah
tersinggung, dan cepat letih ( Sustrani, L ., 2012)
b. Sosial
Riwayat pernikahan, pernikahan keberapa, lama menikah,
status pernikahan, sah/tidak.
Respon klien terhadap kehamilan, kehamilan direncanakan/
tidak, diterima/tidak
c. Cultural
DIkaji untuk mengetahui adanya pantangan makanan
ibu yang berkaitan dengan status gizi ibu dan adat istiadat
tentang kehamilan ini yang dapat berisiko terjadi hipertensi
(Saifuddin, 2006).

d. Spiritual
Tradisi keagamaan yang merugikan dan masih dilakukan
oleh ibu dan keluarga yang dapat merugikan kesehatan ibu dan
janinnya.

B) Data obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Pada kasus stroke keadaan
umum klien bisa dikatakan
baik maupun lemah
tergantung kondisi klien
(Manuaba,2007).
Kesadaran : pada kasus pasien dengan
dapat apatis dan paling
baik composmentis
(Chapman dan Charles,
2013).
Tanda vital :
Tekanan Darah : Sistolik > 160 mmHg.
Tekanan darah diastolik
≥110 mmHg pada satu kali
pemeriksaan atau lebih
dengan jarak minimal 4 jam
dan kurang dari 7 jam
(Wiknjosastro, 2010).
Nadi : Denyut nadi klien dihitung
dalam 1 menit normalnya
80-100 kali/menit (Hani,
2011).
Apabila terjadi kenaikan
denyut nadi dapat
disebabkan oleh adanya
peningkatan sensitifitas
dari peredaran darah. Hal
tersebut merupakan akibat
dari penyempitan
pembuluh darah yang
mengarah pada gejala
stroke (Chapman dan
Charles, 2013).
Pernafasan : Frekuensi pernafasan yang
dihitung dalam 1 menit,
respirasi normal 20-25
kali/menit (Hani, 2011).
Suhu : Peningkatan suhu tubuh
merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi
luaran stroke (Samanci,
dkk 2012)
Antropometri :
Tinggi badan : Tinggi badan normal ≥145cm
(Manuaba, 2007).
Berat badan : Kelebihan berat badan atau
obesitas dapat
meningkatkan kadar
kolestrol total,
meningkatkan tekanan
darah, dan menjadi faktor
resiko diabetes dan stroke
(Indarwati, 2009)
LILA : LILA normal ≥23,5 cm.
LILA ≤23,5 cm termasuk
factor resiko tinggi (KEK)
yang berkaitan dengan
status gizi dan dapat
berpengaruh terhadap
terjadinya pre eklampsia
berat (Wiknjosastro, 2010).

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
Kepala : Rambut bersih/ tidak, ada ketombe/tidak,
rontok/tidak (Alimun, 2006).
Wajah : Pada pasien Stroke biasanya terjadi edema
pada wajah (Chapman dan Charles, 2013).
Mata : Dikaji untuk mengetahui kesimetrisan bentuk
mata, warna konjungtiva (mera muda/ pucat),
warna sclera (putih/kuning). Pada kasus ini
ibu mengalami keluhan dengan pandangan
menjadi kabur dan edema pada palpebra
merupakan tanda dan gejala Stroke
(Chapman dan Charles, 2013).
Hidung : Dikaji untuk mengetahui ada benjolan/tidak
(Manuaba, 2007)
Mulut : Dikaji untuk mengetahui stomatitis/tidak, ada
caries/tidak, berdarah/ tidak (Wiknjosastro,
2008).
Telinga : Dikaji untuk mengetahui simetris/tidak, ada
serumen/tidak, bersih/ tidak (Manuaba, 2007).
Leher : Dikaji untuk mengetahui adalah pembesaran pada
kelenjar gondok, tumor/tidak/ kelenjar limfe/tidak
Dada : Terdapat retraksi dinding dada/ tidak, terdapat
benjolan pada axilla/ tidak, terdapat nyeri
tekan/tidak (Varney, 2004)
Payudara : Dikaji untuk mengetahui terdapat pembesaran
mammae/tidak, ada benjolan/tidak, simetris/tidak,
terjadi hiperpigmentasi aerola/tidak, puting susu
mononjol/tidak, kolostrum sudah keluar/belum
(Varney, 2004).
Abdomen : Ada/tidak luka bekas operasi, perut membesar
kearah membujut/tidak, terdapat linea nigra/tidak,
terdapat stirae gravidarum/tidak (Hani, 2011).

Genetalia : Untuk mengetahui adakah varice/tidak, ada


eksterna oedema/tidak, ada benjolan bartolini/ tidak, ada
benjolan skene/tidak, ada luka/ tidak (Asri,
2006).
Anus : Untuk mengetahui adakah hemoroid/tidak
Ekstremitas :
Atas :Apakah ada edema/tidak, jari
lengkap/tidak, ada kelainan/ tidak.
Pada pasien stroke biasanya
terdapat odema karena
penumpukan cairan pada tubuh.
(Indarwati, 2009)
Bawah : :Apakah ada edema/tidak, jari
lengkap/tidak, ada kelainan/ tidak.
Pada pasien stroke biasanya
terdapat odema karena
penumpukan cairan pada tubuh.
(Indarwati, 2009)

3. Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan otak sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis stroke
non hemoragik. Non contrast computed tomography (CT) scanning adalah
pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk evaluasi pasien dengan stroke
akut yang jelas. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan
distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan
lain yang gejalanya mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma, abses).
Kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT Scan
biasanya tidak sensitif mengidentifikasi infark serebri karena terlihat normal pada
>50% pasien, tetapi cukup sensitif untuk mengidentifikasi perdarahan intrakranial
akut dan/atau lesi lain yang merupakan kriteria eksklusi untuk pemberian terapi
trombolitik. 16 Teknik-teknik pencitraan berikut ini juga sering digunakan:
1. CT Angiografi
2. CT Scan Perfusion
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) Pungsi lumbal terkadang diperlukan untuk
menyingkirkan meningitis atau perdarahan subarachnoid ketika CT Scan negatif
tetapi kecurigaan klinis tetap menjadi acuan

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis : Papah postpartum jam/hari ke….. dengan SNH
Masalah : Menurut Baughman, C Diane,dkk, 2014 tanda dan gejala
dari stroke adalah 1. kehilangan motorik yaitu paralisis pada salah
satu sisi dan kelemahan salah satu sisi. 2. Kehilangan komunikasi
yaitu disatria (kesulita berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara).
3. Gangguan persepsi yaitu heminapsia atau kehilangan penglihatan
perifer, kehilangan sensori. 4. Disfungsi kandung kemih seperti
inkontinensia urinarius.
Kebutuhan : - Ajarkan pasien untuk mobilisasi
- Observasi TTV dan KU
- Kolaborasi dengan Dokter untuk pemberian therapy

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL


Diagnosis/ Masalah Potensial:
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:

1. Berhubungan dengan immobilisasi : infeksi pernafasan, nyeri pada


daerah tertekan, konstipasi dan
thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis : nyeri pada daerah punggung,
dislokasi sendi, deformitas dan
terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang
mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal
(Indarwati, 2009)

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Pencegahan dan pengobatan komplikasi Rehabilitasi Pencegahan stroke :
tindakan promosi, primer dan sekunder.

V. INTERVENSI
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
dengan melakukan tindakan sebagai berikut (Muttaqin, 2008) :
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan.
b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan
latihan-latihan gerak pasif.
e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
f. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan,
g. Pengobatan Konservatif :
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intra arterial. 30
3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi
sesudah ulserasi alteroma.
4) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

Anda mungkin juga menyukai