Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN TUGAS BESAR

PERANCANGAN TATA LETAK DAN FASILITAS


PROPOSAL PERANCANGAN LAYOUT PABRIK
PT. ASCEND INDONESIA

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Agnes Tessya S W 21070116120021
2. Nur Armando P 21070116130114
3. Steffany Audina P 21070116140121
4. Isandika N L 21070116140123

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................

i
DAFTAR TABEL

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejauh ini industri furniture/mebel Indonesia masih memiliki pamor bagus dalam
perdagangan dunia. Pada ajang pameran tunggal bertajuk “Indonesia Paviliun” yang
berlangsung selama 18-22 Maret 2007 di Shenzen - Cina, furniture asal Indonesia
banyak diminati oleh para pembeli internasional. Terdapat sekitar 50 hingga 70 pembeli
telah meminta pengusaha Indonesia untuk menjadi pemasok furniture dan kerajinan
Indonesia dengan nilai transaksi mencapai sekitar US$ 100 juta (Tempo Interaktif,
Jakarta, 9 April 2007).
Pemerintah juga telah mengupayakan untuk mengembangkan industri furniture.
Terlebih sektor ini telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu dari 10 komoditas
unggulan ekspor Tanah Air. Ini didukung baik oleh aspek kualitas dan desain produk
yang diminati oleh konsumen luar negeri, ketersedian bahan baku maupun sumber daya
manusia yang terampil.
Demikian juga dari sisi pangsa pasar nasional, industri mebel lokal masih
menguasai 70% pasar mebel domestik. Tetapi pangsa pasar ini terancam oleh impor
mebel asal China yang pertumbuhannya mencapai 200% per tahun dalam satu tahun
terakhir. Peningkatan impor mebel asal China yang terjadi tiap tahun terutama untuk
segmen mebel murah, untuk pasar menengah ke bawah (Media Indonesia Online, 27
Oktober 2007).
Untuk mengatasi kondisi tersebut, perusahaan dituntut untuk lebih intensif dalam
memperbaiki dan meningkatkan kualitas serta kapasitas produknya agar tetap mampu
bersaing di pasar dalam negeri dan pasar luar negeri. Proses produksi memegang
peranan perting dalam meningkatkan hasil produksi. Pada umumnya sebelum
perusahaan melaksanakan proses produksi, manajemen perusahaan perlu mengadakan
penyusunan perencanaan dan penjadwalan dengan baik, serta ditambah dengan
pengawasan yang intensif. Tujuan dari semua ini agar selama proses produksi bisa
berjalan sesuai dengan rencana dan dari jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan
pengawasan produksi sebagai usaha untuk pengendalian proses produksi agar sesuai

1
dengan rencana dan untuk mengetahui apabila ada penyimpangan selama proses
produksi berlangsung.
PT Ascend Indonesia adalah anak cabang dari PT Rakabu Furniture yang bergerak
dibidang Furniture (mebel). PT Ascend Indonesia ini focus pada proses produksi saja,
dikarenakan semua peralatan produksi mebel ada diperusahaan ini. Pada intinya
perusahaan ini adalah membuat berbagai macam produk meubeler untuk dikirim ke luar
negeri (export) yang kebanyakan dibuat atas pesanan buyer / konsumen, maka
perusahaan ini harus selalu menjaga kualitas produknya agar selalu diminati oleh
konsumen luar negeri. Apalagi di tengah kondisi perekonomian dunia yang sedang jatuh
seperti sekarang ini, maka perusahaan mau tidak mau dituntut untuk semakin
meningkatkan pengawasan terhadap produksi pesanan buyer dari luar negeri.
Selain itu sebagai perusahaan baru PT Ascend Indonesia memerlukan suatu
perancangan layout pabrik dengan kondisi yang sesuai dengan perusahaan.Layout
atau tata letak serta pengaturan dari fasilitas produksi dan juga area kerja yang ada
merupakan landasan utama dalam dunia industri. Pada umumnya tata letak pabrik yang
terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi dan dalam beberapa hal akan juga
menjaga kelangsungan hidup ataupun kesuksesan kerja suatu industri.
Perancangan fasilitas meliputi perancangan sistem fasilitas, tata letak pabrik dan
sistem penanganan material (pemindahan bahan). Diantara ketiga aktivitas perancangan
fasilitas di atas mempunyai keterkaitan yang sangat erat sehingga dalam proses
perancangan perlu dilakukan secara integral. Tata letak yang baik adalah tata letak yang
dapat menangani sistem material handling secara menyeluruh (Wignjosoebroto,1996).
Sistem materialhandling yang kurang sistematis menjadi masalah yang cukup besar dan
menggangu kelancaran proses produksi sehingga mempengaruhi sistem secara
keseluruhan. Untuk menangani masalah tersebut perlu melakukan tata letak fasilitas
yang memenuhi syarat ditinjau dari beberapa aspek.
Pengaturan fasilitas pada pabrik PT Ascend sebagai perusahaan perakit mobil
tamiya memegang peranan penting pula dalam kelancaran proses produksinya, sehingga
akan tercapai suatu aliran kerja yang teratur, aman, dan nyaman yang akan dapat
digunakan untuk menaikkan moral kerja dan performansi kerja dari operator.
Keberhasilan perusahaan secara profit salah satunya merupakan refleksi langsung dari

2
kelancaran proses produksi dan pemindahan bahan yang ditangai secara bijaksana
sehingga akan menghasilkan ouput yang optimal. Lebih spesifik lagi suatu tata letak
yang baik akan memberikan beberapa keuntungan-keuntungan dalam sistem produksi
diantaranya: (1) mengurangi waktu delay – mengatur keseimbangan antara waktu untuk
operasi produksi dan beban dari masing-masing departemen atau mesin sehingga akan
mengurangi delay yang berlebihan; (2) mengurangi proses pemindahan bahan (material
handling) – tata letak yang baik akan lebih menekankan untuk meminimalkan aktivitas-
aktivitas pemindahan bahan pada saat proses produksi berlangsung dimana hal ini akan
menghasilkan penghematan akan biaya perpindahan bahan, pendayagunaann yang lebih
baik akan pemakaian mesin, tenaga kerja atau fasilitas produksi, mengurangi work in
process, mempersingkat proses manufaktur, dan mengurangi kemacetan lainnya; (3)
penghematan penggunaan area untuk produksi, gudang, dan servis – setiap meter
persegi luas lantai dalam suatu pabrik memakan biaya maka sebaiknya digunakan
seoptimal mungkin sehingga biaya tidak langsung untuk setiap satuan produk dapat
ditekan; (4) mengurangi resiko bagi K3 dari operator – keselamatan dapat dijamin
dengan perancangan tata letak yang tepat melalui pengkajian yang cermat tentang
susunan tempat kerja, tata cara pemindahan barang, teknik-teknik penyimpanan,
pergantian udara, pencahayaan, dsb; (5) mengurangi faktor yang bisa merugikan dan
mempengaruhi kualitas dari bahan baku atau bahan jadi.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa perancangan tataletak fasilitas sangatlah
penting untuk meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. Suatu produksi yang
memiliki jumlah mesin yang banyak dan aliran produksi yang panjang membutuhkan
pengaturan tataletak dan dan pemindahan bahan yang efisien sehingga dapat
mengurangi backtracking pada proses produksi. Penataan itu bisa dilakukan
berdasarkan oleh tingkat kepentingannya, frekuensi penggunaan, prinsip fungsi, ataupun
urutusan kegunaan dengan mengedepankan sisi keergonomisan. Oleh karena itu untuk
membantu perusahaan merancang tata letak pabrik disusunlah proposal layout pabrik
PT. Ascend Indonesia.

3
1.2 Perumusan Masalah
Pentingnya perancangan tata letak atau layout serta fasilitas yang ada di dalam
pabrik untuk perusahaan baru yang akan didirikan yaitu PT. Ascend Indonesia.
Perancangan ini memerhatikan berbagai kondisi perusahaan seperti halnya jenis produk
yang dibuat yaitu satu jenis simple bench, mesin yang digunakan dalam memproduksi
serta kapasitas mesin sesuai dengan target output produksi serta seluruh karyawan yang
akan bekerja pada perusahaan.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari pembuatan proposal ini yaitu sebagai berikut :
1. Memberikan usulan layout atau tata letak serta fasilitas pabrik sekurang-kurangnya
terdiri dari layout awal dan layout perbaikan
2. Memberikan analisa biaya material handling pada masing-masing layout
3. Memilih usulan layout terbaik diantara alternatif layout yang dirancang

1.4 Sistematika Penulisan


Pada penulisan proposal ini adapun sistematika penulisannya yaitu sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan serta sistematika
penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Berisi pembahasan tentang produk yang di produksi, material yang di butuhkan,
part-part dari produk, struktur organisasi dan juga perancanganlayoutpabrik baik
layout awal maupun layout perbaikan serta analisis biaya material handling.
BAB III PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran dari bab pembahasan yang telah dipaparkan
seblumnya.

4
2 BAB II
IDENTITAS PERUSAHAAN
2.1 Profil Perusahaan
PT Kokoh Jaya Sejahtera merupakan suatu perusahan yang bergerak dibidang
perancagan tata letak fasilitas suatu perusahaan. Perusahaan ini didirikan pada tahun
2018 dan bertempat di daerah Kota Semarang. Perusahaan ini didirikan oleh 3 orang
konsultan yang bernama Annida, Reviza dan Widya. Mengapa perusahaan ini dibentuk
dikarenakan kepedulian dua konsultan ini terhadap perancangan tata letak fasilitas
perusahaan yang ada saat ini sangat tidak teratur sehingga menyebabkan laju produksi
yang terhambat. Oleh karena itu kedua konsultan ini berinisiatif membangun PT KJS
yang bergerak di perancagan tata letak fasilitas suatu perusahaan. Adapun data umum
dan visi misi dari perusahaan dapat dilihat dibawah ini.

Nama Perusahan : PT Kokoh Jaya Sejahtera


Alamat : Jln. Cikutra No. 144 Semarang 40124
Alamat E-mail : ptkokohjayasejahtera@perseroan.com
Alamaat Website : http://ptkjs.persero.co.id
Bidang Usaha : Konsultan Perancangan Tata Letak Fasilitas

Visi PT KJS:
- Menciptakan perusahaan yang memiliki integritas dan intelegensi yang tinggi
dalam melakukan perancangan tata letak fasiltas dan dapat bersaing secara lokal
maupun global.
Misi PT KJS :
- Dalam merancang tata letak fasiltas selalu berdasarkan keefektifan dan
keefesienan produksi dalam perusahaan yang akan dirancang.
- Selalu mementingkan lingkungan dan keselamatan para pekerja dalam merancang
tata letak fasilitas suatu perusahaan.

5
2.2 Struktur Organisasi

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Ascend Indonesia

Pada Gambar 2.8 di atas menunjukkan bagan struktur organisasi yang diperlukan
perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, dimana terdapat 6 jenis departemen
yang berbeda yaitu: produksi, sales and marketing, research and development, finance,
dan logistik. Dan rincian kebutuhan masing – masing bagian dapat dilihat pada Tabel
2.7 berikut ini.
Tabel 2.1 Jumlah Karyawan Perusahaan

No Jabatan Jumlah Karyawan


1 Direktur Utama 1
2 Kepala Departemen Produksi 1
3 Kepala Bagian QC 1
4 Staff Bagian QC 2
5 Kepala Bagian PPIC 1
6 Staff Bagian PPIC 3
7 Kepala Departemen RnD 1
8 Staff General Affair 1
9 Staff HRD 1
10 Staff Riset 1
11 Kepala Departemen Logistik 1
12 Kepala Bagian Warehouse 1
13 Staff Bagian Warehouse 4
14 Kepala Bagian Distribusi 1

6
15 Staff Bagian Distribusi 1
16 Kepala Bagian Purchasing 1
17 Staff Bagian Purchasing 2
18 Kepala Departemen Sales & Marketing 1
19 Staff Bagian Sales 1
20 Staff Bagian Marketing 1
21 Kepala Departemen Keuangan 1
22 Staff Bagian Accounting 1
23 Staff Bagian Administrasi 1
26 Driver 1
27 Security 2
28 Office Boy 1
29 Operator 18
Jumlah 52

Pembagian jam kerja pada PT Ascend Indonesia adalah untuk karyawan


produksi adalah mulai kerja dari hari Senin sampai Sabtu pukul 08.00 – 16.00 WIB.
Waktu istirahat ditetapkan selama satu jam, yaitu antara pukul 12.00 – 13.00 WIB.
Sehingga, jam kerja efektif untuk hari Senin – Sabtu adalah 7 jam (420 menit).

2.3 Kebijakan Perusahaan


Kebijakan Perusahaan PT KJS adalah:
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam memproduksi trolley food, perusahaan
KJS berkomitmen untuk terus menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan
masyarakat dan juga mempunyai kebijakan yang dinamis dan strategis terhadap
perubahan.

 Mutu Berkualitas
Kami berkomitmen untuk selalu peduli akan keinginan dan kepuasan pelanggan,
hal ini disertai dengan peningkatan kualitas yang terus berkesinambungan. Untuk terus
meningkatkan kualitas kami melakukannya dengan pendekatan rekayasa Teknik
maupun bisnis disertai dengan pemanfaatan teknologi maju yang efisien serta efektif.

7
Sumber daya manusia perusahaan kami juga menjamin keberlangsungan mutu yang
akan menjamin kepuasan pelanggan pada akhirnya.
 Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
organ-organ Perusahaan sehingga pengelolaan Perusahaan terlaksana secara
efektif. Akuntabilitas menciptakan pengawasan efektif yang mendasarkan
pada keseimbangan hak dan tanggungjawab antara Pemegang Saham, Dewan Komisaris
dan Direksi. Akuntabilitas mencerminkan aplikasi mekanisme sistem internal checks
and balances yang mencakup praktik-praktik yang sehat. Direksi bertanggung jawab
dalam kegiatan operasional sehari-hari dan Dewan Komisaris mewakili
Pemegang Saham dalam pelaksanaan pengawasan atas jalannya Perusahaan.
 Kemandirian
Merupakan suatu keadaan di mana Perusahaan dikelola secara profesional tanpa
benturan kepentingan dan intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
Direksi dalam menjalankan tugas tugas kepengurusan Perusahaan dan Dewan
Komisaris dalam melaksanakan peran pengawasan atas jalannya Perusahaan bebas dari
intervensi pihak luar.

8
BAB III
DESAIN PRODUK
3.1 Deskripsi Produk
Produk yang diproduksi oleh PT. Ascend Indonesia ini adalah simple bench. Simple
bench merupakan tempat duduk yang sering digunakan untuk bersantai dengan
menikmati cuaca sepanjang hari, minuman yang menyegarkan. Simple bench dapat
menambah keindahan untuk ruang dalam dan luar. Namun setiap menit setiap kali
elemen kegiatan bekerja dapat meruntuhkannya. Sehingga bahan yang tepat dapat
memperpanjang usefull life dari simple bench.
Simple bench yang diproduksi PT. Ascend Indonesia menggunakan perpaduan
material yang berbeda untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan tangguh.
Kerangka dari simple bench berasal dari steel sehingga dapat menahan beban yang
besar. Sedangkan seat chair dari simple bench ini menggunakan kayu dengan
petimbangan kayu yang mudah didesain dalam berbagai macam bentuk. Selain itu kayu
sebagai material yang soft akan mempernyaman pengguna pada saat duduk berbeda
halnya dengan bench yang seluruhnya menggunakan besi akan mengurangi
kenyamanan penggunaan ketika harus menggunakannya dalam waktu yang relative
lama.

Gambar 2.2 Simple Bench

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Gambar 2.3 Assembly Drawing Produk Simple Bench

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


3.2 Part List Produk
Berikut adalah penomoran untuk komponen penyusun atau part produk simple bench. Penomorannya dapat dilihat pada Gambar
2.3 berikut ini:

Gambar 2.4 Penomoran Part

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Tabel 2.2 Part List Produk Simple Bench

PART LIST
Company : Date :
Product : SIMPLE BATCH

Part No. Name Material Qty/Unit Category Size Make / Buy


1 ROUND TUBING (feet) D51×3,6 mm Steel 4 335,50 mm Make
2 ROUND TUBING D51×3,6 mm Steel 2 491,00 mm Make
3 Round Tubing D31,8×3,2mm Steel 2 2060,13 mm Make
4 Round Tubing D31,8×3,2mm Steel 6 35,06 mm Make
5 Plank Holder Steel 3 Make
6 Plank Wood 13 Buy
7 Plank Circle Wood 6 Buy
8 Paw Steel 4 Make
9 Fischer M10 (Concrete) Steel 8 Standart Part Buy
10 Lock washer 10 Steel 8 Standart Part Buy
11 Hexagon bolt M10×25 mm Steel 8 Standart Part Buy
12 Wood Screw D4,8×32 mm Steel 57 Standart Part Buy
13 Round Tubing D31,8×3,2 mm Steel 2 85,00 mm Make

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


3.3 Bill of Material (BOM)

Gambar 2.5 BOM Produk Ballpoint

3.4 Routing Sheet


Berikut adalah urutan langkah pengerjaan part-part antena yang harus diproduksi
perusahaan beserta estimasi waktu dan peralatannya
1. Nama part : ROUND TUBING (feet) D51×3,6mm
Jenis material : Steel
Dimensi : 335,50 mm
Order Quantity :4

Gambar 2.6 Round Tubing Drawing D51×3,6 ×335,50 mm


Tabel 2.3 Routing Sheet Part Round Tubing (feet) D51×3,6mm
Nomor Estimasi
Operasi Alat kerja Proses Kerja Waktu
Kerja (menit)
Pengukuran round tubing sepanjang 335,50
1 Meteran 1
mm
Mesin gergaji
2 Memotong round tubing 6
besi
Protactor
Menentukan sudut 45° pada salah satu round
3 (busur 2
tubing
derajat)

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Mesin gergaji
4 Memotong salah satu ujung round tubing 6
besi

2. Nama part : ROUND TUBING D51×3,6mm


Jenis material : Steel
Dimensi : 491,00 mm
Order Quantity :2

Gambar 2.7 Round Tubing D51×3,6 ×491 mm Drawing


Tabel 2.4 Routing Sheet Part Round Tubing D51×3,6mm
Nomor Estimasi
Operasi Alat kerja Proses Kerja Waktu
Kerja (menit)
Pengukuran round tubing sepanjang 335,50
1 Meteran 1
mm
Mesin gergaji
2 Memotong round tubing 5
besi
Protactor
Menentukan sudut 45° pada kedua ujung
3 (busur 2
round tubing
derajat)
Mesin gergaji
4 Memotong kedua ujung round tubing 6
besi

3. Nama part : Round Tubing D31,8×3,2 mm


Jenis material : Steel
Dimensi : 2060,13 mm
Order Quantity :2

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Tabel 2.5 Routing Sheet Round Tubing D31,8 × 3,2 mm
Nomor Estimasi
Operasi Alat kerja Proses Kerja Waktu
Kerja (menit)
Pengukuran round tubing sepanjang 2060,13
1 Meteran 1
mm
Mesin gergaji
2 Memotong round tubing 5
besi
Mesin Memotong kedua ujung round tubing dengan
3 10
gerinda membentuk lengkungan

4. Nama part : Round Tubing D31,8×3,2 mm


Jenis material : Steel
Dimensi : 35,06 mm
Order Quantity :6

Gambar 2.8 Routing Sheet Round Tubing D31,8 x 3,2mm


Nomor Estimasi
Operasi Alat kerja Proses Kerja Waktu
Kerja (menit)
Pengukuran round tubing sepanjang 35,06
1 Meteran 2
mm
Mesin gergaji
2 Memotong pipa round tubing sebanyak 6 part 10
besi
Mesin Membentuk setengah lingkaran pada salah
3 25
gerinda satu ujung round tubing

5. Nama part : Plank Holder


Jenis material : Steel
Dimensi : 824 mm
Order Quantity :3

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Gambar 2.9 Plank Holder
Tabel 2.6 Routing Sheet Part Cap
Nomor Estimasi
Operasi Alat kerja Proses Kerja Waktu
Kerja (menit)
1 Meteran Pengukuran plank sepanjang 824 mm 2
Mesin gergaji
2 Memotong hingga menjadi 3 part 3
mesin
Mengukur sekaligus memberikan tanda pada
plank yang akan di drilling dengan jarak 44
Penggaris mm pada masing-masing lubang. Pada kedua
3 4
dan spidol ujung plank diberikan jarak 16 mm dari tepi
plank.
(19 lubang @ plank)
4 Mesin drill Melakukan drilling 30
Mesin
5 Bending pada kedua ujung plank 5
bending

6. Nama part : Paw


Jenis material : Steel
Dimensi : 131 x 63 mm
Order Quantity :4

Gambar 2.10 Paw

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Tabel 2.7 Routing sheet Paw
Nomor Estimasi
Operasi Alat kerja Proses Kerja Waktu
Kerja (menit)
Meteran & Pengukuran dan memberikan tanda sesuai
1 3
spidol dimensi yang ditentukan
Gergaji Memotong plat paw sesuai ukura sebanyak 4
2 20
mesin paw
Menghilangkan sudut siku dan membentuk
3 Gerinda 35
sudut yang tidak berujung
Membentuk chamfer pada sisi kiri dan kanan
4 Gerinda 20
paw
Jangka
Mengukur dan memberi tanda untuk
5 sorong & 2
membentuk 2 lubang
spidol
Mesin
6 Membentuk lubang 3
drilling
7. Nama part : Round Tubing
Jenis material : Steel
Dimensi : 85 mm
Order Quantity :2

Gambar 2.11 Round Tubing D31,8×3,2×85mm

Tabel 2.8 Routing sheet Round Tubing (feet)


Nomor Estimasi
Operasi Alat kerja Proses Kerja Waktu
Kerja (menit)
1 Meteran Pengukuran round tubing sepanjang 85 mm 2
Mesin gergaji
2 Memotong pipa round tubing sebanyak 2 part 3
besi
Mesin Memotong salah satu ujung round tubing
3 10
gerinda dengan membentuk lengkungan

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


8. Nama produk : Simple Bench
Jenis Part : ROUND TUBING D51×3,6 mm [335,50] (4)
ROUND TUBING D51×3,6 mm [491] (2)
Round Tubing D31,8×3,2 mm [2060] (2)
Round Tubing D31,8×3,2 mm [35,06] (6)
Round Tubing D31,8×3,2 mm [85] (2)
Plank Holder [824] (3)
Wood Screw (57)
Plank (11)
Plank Circle (8)
Paw (4)

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Tabel 2.9 Routing sheet Simple Bench
Nomor Estimasi
Jumlah Nama
Operasi Alat kerja Nama part Proses Kerja Waktu
Part part assy
Kerja (menit)
ROUND
TUBING
2
D51×3,6
Menyambungkan RT a
[335]
1 kedua part dengan 8 & RT b
ROUND
las (welding)
TUBING
4
D51×3,6
[491]
Paw 4 Mengelas
(welding) ke paw Rpaw A
2 dengan masing- 8 & Rpaw
RTa& RTb 2
masing RTa& RT B
b ada 2 paw
RPa &RPb 2
Menyambungkan
Round
(welding) dua
Las listrik Tubing
3 Round Tubing di 6 RFeet
D31,8 × 3,2 2
antara RPa dan
mm
RPb
[2060,13]
Round Menyambungkan
Tubing (welding) 3
6 Rplank A
D31,8 × 3,2 Round Tubing
4 6 &
mm [35,06] pada masing-
Rplank B
Plank masing Plank
2
Holder Holder
Round
Tubing Menyambungkan
2
D31,8 × 3,2 (welding) Round
5 2 Rplank C
mm [85] Tubing diatas
Plank Plank Holder
1
Holder
Rplank A, B Membaut plank &
3
dan C plank circle ke
Mesin Plank 11 plank holder
6 Hand Plank Circle 8 dengan masing- 30 RPW
Drill masing plank
Wood
57 holder memiliki
Screws
19 lubang baut
Rfeet 1 Mengelas
Las
7 (welding) Rfeet 15 SB
Listrik RPW 1
dengan RPW

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Fischer M10 Paw pada SB
(Concrete)
8
dimasukkan baut
Lock washer
10
8 dengan urutan
Obeng Hexagon bolt SB
8 Hexagon bolt 3
hexagonal M10×25 mm
8 M10×25 mm Complete
kemudian Lock
washer 10 dan
SB Fischer M10
(Concrete)

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


3.5 Operation Process Chart
Round Tubing Round Tubing Plat Besi 6mm Paw
D51 x 3,6 mm D31,8 x 3,2 mm (Plank Holder)

Pengukuran Pengukuran
(kaki) [335,50] Pengukuran [824] Pengukuran
1' O2 [2060,13] 3' O20
1' O9 1' O15
Meteran Meteran Meteran
Meteran

Memotong Memotong round


6' O2 Memotong
tubing O21
Gergaji Mesin 5' O10 Pemotongan 20'
3' O16 Gergaji mesin
Meteran Gergaji mesin

Penentuan sudut Membentuk


45° Menghilahkan
2' O3 lengkungan pada sudut siku
Mengukur dan
Protactor kedua ujung 35' O22
10' O11 memberi tanda Gerinda
Mesin gerinda 4' titik drill
O17
Pengaris dan
Memotong ujung spidol
Membentuk
round tubing chamfer
6' O4
Mesin gergaji Pengukuran 20' O23
Gerinda
mesin [35,06] Drilling
2' O12
30' O18
Meteran Mesin drill
Pengukuran Mengukur dan
[335,50] memberi tanda
1' O5 2' O24
Meteran Jangka sorong
Bending dan spidol
Memotong 5' O19
10' O13 Mesin bending
Mesin gergaji besi
Memotong Membentuk
5' O6 lubang
Mesin gergaji 3' O25
Membentuk Mesin drill
setengah
lingkaran pada
Penentuan sudut salah satu ujung
45° 25' O14
2' O7 Mesin gerinda
Protactor

Pengukuran [85]
Memotong Kedua
2' O26
ujung Meteran
6' O8
Mesin gergaji

Memotong
3' O27
Mesin gergaji

Membentuk
lengkungan pada
ujung round tubing
10' O28
Mesin gerinda

Menegelas
75' O29-O35
Mesin Las

Gambar 2.12 Operation Process Chart Simple Bench

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


3.6 Assembly Chart

Gambar 2.13 Assembly Chart Produk Simple Bench

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


3.7 Fasilitas Pabrik
Area Produksi
 Lantai produksi (tempat pengerjaan produk)
- Cutting chamfering & bending Area (tempat pemotongan material)
- Drilling Area
- Aseembly Area
 Receiving area (tempat penerimaan material)
 Raw Material Storage (tempat penyimpanan material)
 Work in Pocess Storage Area (tempat penyimpanan part-part)
 Pacakging Area (tempat pengemasan dan pemberial label produk)
 Finshed Products Storage Area (tempat pengemasan dan penyimpanan barang
jadi)
 Shipping Area (tempat pengiriman barang jadi)
 Quality Control Area (tempat pemeriksaan barang jadi)
 Reject Area
 Office Room (ruang kantor bagian dari Departemen Produksi dan Departemen
Logistik)

Area Non Produksi


 Parkir Mobil dan Motor  Locker Room (tempat
 Lobby penyimpanan barang pribadi
 Meeting Room pekerja dan beristirahat)
 Toilet Pria  Toilet Pria dan Wanita
 Toilet Wanita
 Cafetaria
 Pos Satpam
 Mushola
 Office room

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


3.8 Perancangan Layout Awal
3.8.1 Perancangan Layout Area Produksi
3.8.1.1.1 From to Chart
Tabel 2.10 Aliran Pemindahan Bahan
Hubungan Aliran
Komponen yang Dipindahkan Titik Pemindahan Pemindahan
Pipa stainless steel D51×3,6mm, Pipa stainless steel D31,8×3,2mm, Plank
Receiving area (RA) - Raw
holder, Plank, Plank circle, Paw, Fisher M10, Lock washer 10, Hexagon bolt Receiving area
material storage (RMS)
M10×25mm, Wood screw D4,8×32mm, Plat stainless steel
Pipa stainless steel D51×3,6mm, Pipa stainless steel D31,8×3,2mm, Plat
RMS RMS - Sawing machine area
stainless steel
Round tubing 51×3,6×335,50mm, Round tubing 51×3,6×491mm, Round
Sawing machine area -
tubing 31,8×3,2×12060,13mm, Round tubing 31,8×3,2×35,06mm, Round Sawing machine area
Gerinda machine area
tubing 31,8×3,2×85mm
Round tubing 51×3,6×335,50mm, Round tubing 51×3,6×491mm, Round
Gerinda machine area -
tubing 31,8×3,2×12060,13mm, Round tubing 31,8×3,2×35,06mm, Round Gerinda machine area
Assembly area
tubing 31,8×3,2×85mm
Plank holder, Paw RMS RMS - Bending machine area
Bending machine area -
Plank holder, Paw Bending Machine Area
Assembly area
Plank, Plank circle, Wood screw D4,8×32mm, Fisher M10, Lock washer 10,
RMS RMS - Assembly area
Hexagon bolt M10×25mm
Assembly area - Quality
Simple Bench Assembly area
control area
Simple Bench QC area QC area - Packaging area
Teknik Industri – Universitas Diponegoro
Packaging area - Finished
Simple Bench Packaging area
products storage area
Finished products storage area
Simple Bench Finished product storage area - Shipping area

Keterangan aliran material pada Tabel 2.12 :


Tabel 2.11 Jumlah Komponen yang Dipindahkan

Aliran Material No. Komponen a (b) axb


Receiving area - raw material storage Pipa stainless steel D51×3,6mm 1 25 25
Pipa stainless steel D31,8×3,2mm 1 25 25
Plat stainless steel 1 25 50
Plank holder 3 25 75
Plank 13 25 325
Plank circle 6 25 150
Paw 4 25 100
Fisher M10 8 25 200
Lock washer 10 8 25 200

Hexagon bolt M10×25mm 8 25 200


Wood screw D4,8×32mm 57 25 1425
Jumlah 2775
RMS - Sawing machine area Pipa stainless steel D51×3,6mm 1 25 25
Pipa stainless steel D31,8×3,2mm 1 25 25
Teknik Industri – Universitas Diponegoro
Plat stainless steel 1 25 25
Jumlah 75
Sawing machine area - Gerinda machine area Round tubing 51×3,6×335,50mm 4 25 100

Round tubing 51×3,6×491mm 2 25 50


Round tubing 31,8×3,2×12060,13mm 2 25 50

Round tubing 31,8×3,2×35,06mm 6 25 150


Round tubing 31,8×3,2×85mm 2 25 50
Jumlah 400
RMS - Bending area Plank holder 3 25 75
Paw 4 25 100
Jumlah 175
Bending area - Drilling area Plank holder 3 25 75
Paw 4 25 100
Jumlah 175

Drilling area - Assembly area Plank holder 3 25 75


Paw 4 25 100
Jumlah 175
Gerinda area - Assembly area Round tubing 51×3,6×335,50mm 4 25 100
Round tubing 51×3,6×491mm 2 25 50
Round tubing 31,8×3,2×12060,13mm 2 25 50
Round tubing 31,8×3,2×35,06mm 6 25 150
Teknik Industri – Universitas Diponegoro
Round tubing 31,8×3,2×85mm 2 25 50
Jumlah 400
RMS - Assembly area Plank 13 25 325
Plank circle 6 25 150

Wood screw D4,8×32mm 57 25 1425


Fisher M10 8 25 200
Lock washer 10 8 25 200
Hexagon bolt M10×25mm 8 25 200
Jumlah 2500

Assembly area - Quality control area Simple bench 1 25 25


Jumlah 25
Quality control area - Packaging area Simple bench 1 25 25
Jumlah 25
Packaging area - Finished products storage area Simple bench 1 25 25
Jumlah 25
Finished products storage area - shipping area Simple bench 1 25 25
Jumlah 25

Kemudian dari tabel di atas, dapat dibuat from to chart yang berfungsi untuk menggambarkan kebutuhan penggunaan masing
– masing jenis mesin seperti pada Tabel 2.11 dan Tabel 2.12 yang menjelaskan tentang kriteria barang beserta Tabel 2.13 tentang
from to chart berkaitan dengan simbolnya berikut ini.
Teknik Industri – Universitas Diponegoro
Tabel 2.12 From to Chart

TO
RA RMS SMA GMA BMA DMA AA QCA PA FGSA SA
RA 2775
RMS 75 175 2500
SMA 400
GMA 400
FROM

BMA 175
DMA 175
AA 25
QCA 25
PA 25
FGSA 25

Tabel 2.13 Kode From to Chart


Kode Keterangan
RA Receiving area
RMS Raw material storage
SMA Sawing Machine area
GMA Gerinda Machine Area
BMA Bending Machine Area
DMA Drilling Machine area
AA Assembly area (Welding machine area)
QCA Quality Control Area
SA Shipping area
PA Packaging area
FGSA Finished Goods Storagea area

Tabel 2.14 Kriteria Flow


Total Flow Kriteria
>2000 A
1500< Flow <2000 E
1000< Flow <1500 I

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


500< Flow <1000 O
<500 U

Tabel 2.15 From to Chart Akhir

TO
RA RMS SMA GMA BMA DMA AA QCA PA FGSA SA
RA A
RMS U U A
SMA U
GMA U
FROM

BMA U
DMA U
AA U
QCA U
PA U
FGSA U

3.8.1.2 Kapasitas dan Jumlah Mesin


Berikut ini adalah perhitungan jumlah mesin yang dibutuhkan dalam
memproduksi simple bench:
Laju Produksi Pabrik
Jam Kerja = 8 jam/hari (termasuk set up mesin), 24 hari kerja/bulan
Jam Kerja/tahun = 12 bulan × 24 hari kerja/bulan = 288 hari
Demand/hari = 14.400 : 288 = 50 unit/hari

Kapasitas Jam Kerja


60menit/jam × 8 jam = 480 menit
Downtime 10% = 48 menit +
528 menit
Perkiraan Efisiensi = 90%
Waktu Efektif = 475,2 menit
475,2
Rate Value = = 9,504 menit/unit
50

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Tabel 2.16 Waktu Standard Part

Nama Part Qty/Unit Waktu Standard (Menit/Unit)

Round tubing 51×3,6×335,50mm 4 15


Round tubing 51×3,6×491mm 2 14
Round tubing 31,8×3,2×12060,13mm 2 16
Round tubing 31,8×3,2×35,06mm 6 37
Round tubing 31,8×3,2×85mm 2 15
Plank holder 3 44
Paw 4 83
Simple Bench 1 78

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Tabel 2.17 Rekap Route Sheet 1 unit simple bench

Round tubing Round tubing Round tubing Round tubing Round tubing Plank Simple
Nama Part Paw Jumlah
51×3,6×335,50mm 51×3,6×491mm 31,8×3,2×12060,13mm 31,8×3,2×35,06mm 31,8×3,2×85mm holder Bench

Part/Unit 4 2 2 6 2 3 4 1
Waktu Standar (menit)
Mesin gergaji 12 11 5 10 3 3 20 64
Mesin gerinda 10 25 10 55 100
Mesin hand drill 30 30 60
Mesin bending 5 3 8
Mesin las listik 45 45

Menentukan Jumlah Mesin


Jumlah mesin yang diperlukan untuk memproduksi sebanyak 50 unit simple bench per hari adalah sebagai berikut :
1) Hitung kebutuan mesin untuk setiap operasi per part, dengan rumus :
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑅
2) Untuk setiap mesin, jumlah yang diperlukan diperoleh dengan menjumlahkan kebutuhan mesin dari tiap part.
Contoh perhitungan:
Jumlah Mesin Gergaji yang dibutuhkan :
 Part Round Tubing D51×3,6×335,50mm = 600 menit/produk : 9,504 menit/produk = 63,13 mesin
 Part Round Tubing D51×3,6×491mm = 550 menit/produk : 9,504 menit/produk = 57,87 mesin

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


 Part Round Tubing D31,8×3,2×12060,13mm = 250 menit/produk : 9,504 menit/produk = 26,30 mesin
 Part Round Tubing D31,8×3,2×35,06mm = 500 menit/produk : 9,504 menit/produk = 52,61 mesin
 Part Round Tubing D31,8×3,2×85mm = 150 menit/produk : 9,504 menit/produk = 15,78 mesin
 Part Plank Holder = 150 menit/produk : 9,504 menit/produk = 15,78 mesin
 Part Paw = 1000 menit/produk : 9,504 menit/produk = 105 mesin
Total Mesin Hover yang dibutuhkan = 337 mesin

Tabel 2.18 Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Menghasilkan 50 Unit Simple Bench

Round tubing Round tubing Round tubing Round tubing Round tubing
Plank Simple
Nama Part 51×3,6×335,50 51×3,6×491 31,8×3,2×12060,13 31,8×3,2×35,06 31,8×3,2×85 Paw Jumlah
holder Bench
mm mm mm mm mm
Mesin gergaji 600 550 250 500 150 150 1000 0 3200
Mesin gerinda 0 0 500 1250 500 0 2750 0 5000
Mesin hand drill 0 0 0 0 0 1500 0 1500 3000
Mesin bending 0 0 0 0 0 250 150 0 400
Mesin las listik 0 0 0 0 0 0 0 2250 2250

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Tabel 2.19 Jumlah Mesin yang Dibutuhkan

Round
Round tubing Round tubing Round tubing Round tubing
tubing Plank Simple
Nama Mesin 51×3,6×335,50 31,8×3,2×12060,13 31,8×3,2×35,06 31,8×3,2×85 Paw Jumlah
51×3,6×491 holder Bench
mm mm mm mm
mm
58 26 53 16 16 110 0 337
Mesin gergaji 63
0 0 53 132 53 0 290 0 526
Mesin gerinda
0 0 0 0 0 158 0 158 316
Mesin hand drill
0 0 0 0 0 26 20 0 42
Mesin bending
0 0 0 0 0 0 0 237 237
Mesin las listik

Tabel 2.20 Rekap Kebutuhan Mesin dan Jumlah Operator

Nama Mesin Jumlah Kebutuhan Mesin Jumlah Kebutuhan Operator


337 4
Mesin gergaji
526 6
Mesin gerinda
316 4
Mesin hand drill
42 1
Mesin bending
237 3
Mesin las listik

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


3.8.1.3 Ukuran Masing-Masing SK (Lantai Produksi)
Luas masing-masing Stasiun Kerja (SK) dibuat berdasarkan ukuran mesin yaitu
sebagai berikut:
Tabel 2.21 Ukuran Stasiun Kerja

Jumlah Dimensi SK (m)


Jenis Mesin Mesin Luas
p l
1 Mesin gergaji 63 63 2 126
2 Mesin gerinda 58 58 2 116
3 Mesin hand drill 26 26 2 52
4 Mesin bending 53 53 2 106
5 Mesin las listrik 16 16 2 32
Total Luas Area Lantai Produksi 432

Lantai produksi meliputi layout stasiun kerja dan lintasan material handling.
Lintasan material handling terletak di bagian dalam layout stasiun kerja sehingga tidak
perlu menghitung ukurannya, karena sudah masuk ke dalam ukuran layout stasiun kerja.
Jenis layout yang digunakan yaitu Process Layout Planning sehingga ukuran SK
mengikuti ukuran dan jumlah mesin.Dengan memperhatikan perhitungan From to chart
sebelumnya maka dapat diperoleh pola SK sesuai Gambar 2.13 sebagai berikut:

Sawing Machine
Area

Gerinda Bending
Machine Area Machine Area

Welding
Drilling MAchine Machine Area
Area
(Assembly area)

Gambar 2.14 Pola Stasiun Kerja

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


3.8.1.4 Perancangan Luasan Office dan Fasilitas Pendukung Perancangan Luasan
Office
 Office Room
Ruang kantor diperuntukkan bagi karyawan sebagai ruang atau area kerja dalam
melakukan aktivitas pekerjaannya. Ruang kantor ini digunakan untuk kegiatan
pemantauan dan pencatatan yang melibatkan 1 orang kepala bagian QC, 2 orang
staff QC, 1 orang kepala bagian PPIC, 3 orang staff PPIC, 1 orang kepala bagian
distribusi, 1 orang staff distribusi, 1 orang kepala bagian purchasing, 2 orang staff
purchasing, 1 orang kepala bagian warehouse, serta 4 orang staff warehouse.
Maka didapatkan pengguna ruang office yakni sebanyak 17 orang.
Dari jumlah 17 orang tersebut dengan asumsi rata-rata luas ruang yang
diperlukan untuk tempat kerja setiap karyawan termasuk alat bantu kantor dan
ruang kerjanya (Neufert, 2002) adalah 2 × 2,25 m2. Maka didapatkan luas kantor
yang diperlukan adalah 85 m2. Tinggi ruangan kerjayang dibutuhkan adalah 5 m
dan nantinya akan diberikan ac. Dimensi ruang office adalah 8,5×10 × 5 m (p × l
× t).

Gambar 5. 1 Ruang office PT KGI

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


 Perancangan Luasan Fasilitas Pendukung
Pada penentuan fasilitas pada lantai produksi terdapat beberapa fasilitas ruang
pada lantai produksi untuk menunjang kelancaran proses produksi yang ada serta
kenyamanan para pekerja. Penentuan fasilitas ruang pada lantai produksi
mempertimbangkan rincian jumlah karyawan di lantai produksi sebagai berikut:
Tabel 2.22 Rincian Jumlah Karyawan di Area Produksi

Jumlah
Departemen Perincian Pria Wanita Jumlah
Total
Kepala Bagian PPIC 1 1
Staff PPIC 1 2 3
Produksi 7
Kepala Bagian QC 1 1
Staff QC 1 1 2
Kepala Bagian
1 1
Warehouse
Staff Warehouse 4 0 4
Kepala Bagian Distribusi 1 1
Logistik 10
Staff Distribusi 1 0 1
Kepala Bagian
1 1
Purchasing
Staff Purchasing 1 1 2
Tenaga Kerja
Operator 337 0 337 337
Tidak Langsung
Jumlah 350 4 354 354

Fasilitas pada area produksi yaitu sebagai berikut :


a. Locker Room
Ruang loker merupakan ruang penyimpanan barang pribadi yang dibawa oleh pekerja
yang sifatnya untuk sementara. Selain barang pribadi ruang loker juga digunakan
untuk menyimpan peralatan APD masing-masing pekerja. Ukuran yang digunakan
adalah ruang loker dengan empat susun dengan tinggi 1,95 m, panjang 32,5 cm dan
lebar 50 cm. Jumlah karyawan yang membutuhkan ruangan loker ini sebanyak 18
orang. Oleh karena itu loker empat susun yang dibutuhkan sebanyak 3 unit loker.
Perancangan penataan ruang loker adalah pada dua sisi masing-masing empat loker
empat susun dan 2 unit loker 4 susun. Sehingga diperoleh luasan untuk ruang loker
untuk 18 operator sebesar 2,1125 m2 dengan spefikasi ukuran 1,408 m × 1,5 m.

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Penentuan luas ruang loker ini didapatkan dari data arsitek Ernest Neufert tahun
2002.Gambar loker dapat dilihat pada Gambar 2.14 berikut ini.

Gambar 2.15 Data Arsitek Ruang Loker Empat Susun


b. Toilet
Toilet yang akan dirancang disini adalah toilet yang ada di area produksi. Jumlah
karyawan pada lantai produksi yaitu operator berjumlah 18 orang lalu ditambahkan
dengan staf divisi produksi dan logistik masing-masing berjumlah 7 orang dan 0
orang sehingga seluruhnya berjumlah 35 orang. Dikarenakan jumlah karyawan pria
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah karyawan wanita maka ditentukan 2 bilik
toilet untuk wanita dan 6 bilik toilet untuk pria.
Pada bilik toilet pria terdapat urinoir sedangkan pada bilik wanita tidak. Bentuk
toilet dengan bukaan ke dalam. Kemudian, ukuran bilik sebesar 1,5 m x 0,85 m
dengan jarak antar urinoir sebesar 0,6 m. Jarak urinoir yang berhadapan adalah 1,65
m. Sehingga dimensi ruang toilet pria yang dibutuhkan untuk 6 bilik adalah panjang
5,1 m dan lebar 2,25 m.
Sedangkan pada toilet wanita ukuran bilik sama dengan pria yaitu sebesar 1,5 m x
0,85 m dengan jarak penempatan wastafel 1,15 m. Sehingga dimensi ruang toilet
wanita yang dibutuhkan untuk 2 bilik adalah panjang 1,7 m dan lebar 2,65 m.
tampilan untuk toilet pria dapat dilihat pada Gambar 2.15 dan Gambar 2.16 untuk
toilet wanita. Penentuan luas toilet sendiri didapatkan dari data arsitek Ernest
Neufert tahun 2002.

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Gambar 2.16 Data Arsitektur Toilet Pria

Gambar 2.17 Data Arsitektur Toilet Wanita

c. Rest Room
Rest room ditujukan pada karyawan yang bergerak langsung pada lantai produksi
yaitu operator dan juga staff produksi dan logistik. Jumlah keseluruhan karyawan ini
sebanyak 35 orang. Area ini berguna untuk tempat istirahat sehingga dapat
menambah kenyamanan pekerja dalam rutinitas bekerja. Istirahat yang diasumsikan
adalah yang tidak memakan waktu yang lama. Kapasitas rest point atau rest room ini
hanya untuk 3 orang dengan ukuran ruangan keseluruhan sebesar 4 m x 3,375
m.Penentuan luas rest room ini didapatkan dari data arsitek Ernest Neufert tahun
2002.Gambar 2.17 menampilkan bentuk umum dari rest room.

Gambar 2.18 Rest Room

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


d. Finished goods storage area
Finished goods storage area merupakan ruangan yang digunakan untuk
menyimpan barang yang sudah jadi yang siap untuk didistribusikan. Jumlah
produksi maksimum selama satu bulan adalah 1200 unit. Dalam satu bulan
terdapat 24 hari kerja, lead time pengambilan simple bench dari finished goods
storage area adalah 1 hari. Sehingga jumlah maksimum simple bench yang berada
di storage dapat dicari yaitu (1200/24) × 1 = 50 unit. Sehingga luasan yang
diperlukan untuk menampung simple bench adalah pada Gambar 2.14 berikut.
Dalam menentukan luasan finished goods storage area diperhitungkan pula jalan
untuk material handling yang digunakan yaitu forklift. Sehingga ukuran finished
goods storage area yaitu membuat vertikal menggunakan rak yaitu :
1 rak = 50 cm x 60 cm
50 cm x 5 unit keatas = 250 cm
60 cm x 10 unit kesamping = 600 cm
50 unit = 2,5 m x 6 m
Allowance = 2 m
Total = 4,5 m x 12 m

Gambar 2.19 Finished Goods Storage Area

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


e. Raw Material Storage
Raw material storage digunakan untuk menyimpan raw material atau bahan baku
dari supplier yang nantinya akan digunakan dalam proses produksi. Pada raw
material storage ini setiap material/komponen yang ditempatkan pada tempat yang
berbeda-beda sehingga akan mempermudah dalam penyimpanan, pengendalian
kualitas, dan pencarian sewaktu-waktu.

Gambar 2.20 Raw Material Storage

Tabel 2.23 Kebutuhan Persediaan Material/minggu


Persediaan
Material yang
yang
Jenis material dibutuhkan/minggu
dibutuhkan
(mm2)
(unit)
Pipa stinleesteel D51×3,6× length 6000mm 58100 10
Pipa stinleesteel D31,8×3,2× length 6000mm 112515,5 19
Plat stainlessteel 1500×6000×6mm 66753 1
Plank 2380×40×32mm 325 325
Plank circle 2380×40×32mm 150 150
Fisher M10 200 200
Lock washer 10 200 200
Hexagon bolt M10×25mm 200 200
Wood screw D4,8×32mm 1425 1425

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Tabel 2.24 Luasan Ruangan yang Dibutuhkan Masing-Masing Material
RMS p(m) l(m)
Pipa stinleesteel D51×3,6× length 6000mm 6 0,51
Pipa stinleesteel D31,8×3,2× length 6000mm 6 0,6042
Plat stainlessteel 1500×6000×6mm 6 1,5
Plank 2380×40×32mm 2,38 1
Plank circle 2380×40×32mm 2,38 1
Fisher M10 0,5 0,5
Lock washer 10 0,5 0,5
Hexagon bolt M10×25mm 0,5 0,5
Wood screw D4,8×32mm 0,5 0,5

Sehingga total luasan yang diperlukan untuk raw material storage adalah 10,08 m
× 7,4 m = 74,592 m2
f. Packaging Area
Packaging Area digunakan untuk tempat pengepakan produk-produk yang sudah
jadi sehingga siap untu didistribusikan. Pada Packagingarea diasumsikan
dirancang untuk dapat menampung 2 orang pekerja dan 1 unit simple bench
sehigga luasan area packaging yang dibutuhkan adalah 3 m × 1,5 m = 4,5 m2
g. Quality Control
QC digunakan untuk tempat memeriksa barang yang selesai di assembly.
Ukurannya diasumsikan dengan hanya memuat 1 unit simple bench, sehingga
luasan ruangan yang dibutuhkan adalah 3 m × 2 m = 6 m2.
h. Shipping
Besarnya luas lantai shipping yaitu = 30% dari total luas finished goods storage
area ditambah dengan allowance untuk transportasi pemindahan material,
sehingga luasan ruangan yang dibutuhkan adalah 3,78 m × 2 m = 4,56 m2.
i. Receiving
Receiving area merupakan area yang digunakan untuk penerimaan material
dengan asumsi dapat memuat 3 truk. Receiving area berdekatan denga raw

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


material storage untuk mengurangi gerakan perpindahan material. Besarnya area
untuk receiving yaitu 10,08 m × 2 m = 20,16 m2.

Tabel 2.25 Rekapitulasi Perancangan Luasan Area Produksi


Luas area Allowance
Jenis fasilitas p (m) l (m) Luas total
(m2) (10%)
Office Room 8,5 10 85 8,5 93,5
Reject area 1,056 3 3,168 0,3168 3,4848
Toilet pria 5,1 2,25 11,475 1,1475 12,6225
Toilet wanita 1,7 2,65 4,505 0,4505 4,9555
Finished goods storage area 3,78 5,425 20,5065 2,05065 22,55715
Raw material storage 6 4,46 26,76 2,676 29,436
Work in process product
storage 3,78 5,425 20,5065 2,05065 22,55715
Packaging area 3 1,5 4,5 0,45 4,95
Quality control area 3 2 6 0,6 6,6
Receiving area 6 2 12 1,2 13,2
Shipping area 3,78 2 7,56 0,756 8,316
Locker room 4 3,375 13,5 1,35 14,85
Lantai produksi 14,9 10 149 14,9 163,9
Total Area Produksi 400,9291

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


3.8.1.5 Layout Awal Area Produksi

Gambar 2.21 Layout Awal Area Produksi

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


3.8.1 Perancangan Luasan Departemen
Tabel 2.26 Perancangan Luasan Departemen

Departemen Kapasitas P (m) L (m) Luas Allowance 10% Total (m2)


Direktur Utama 1 4 3,35 13,4 1,34 14,74
Produksi 1 2 2,25 4,5 0,45 4,95
Research and
4 8 2,25 18 1,8 19,8
Development
Logistik 1 2 2,25 4,5 0,45 4,95
Sales & Marketing 3 6 2,25 13,5 1,35 14,85
Keuangan 3 6 2,25 13,5 1,35 14,85
Total Luas Kantor Departemen 74,14

Berdasarkan Tabel 2.26 luasan tiap departemen diatas, terlihat bahwa masing –
masing departemen memiliki ukuran panjang dan lebar yang berbeda beda, hal ini
disebabkan oleh jumlah karyawan dalam departemen tersebut. Staff dari departemen
yang berhubungan langsung dengan lantai produksi berada di kantor lantai produksi,
seperti staff produksi dan assembly serta logistik. Jadi dari kedua departemen tersebut
yang berada di kantor hanya kepala departemen saja.
Untuk departemen yang lain, baik kepala bagian, kepala divisi maupun staff
berada di di kantor ini. Setiap pekerja membutuhkan 4,5 m2 sebagai ruang gerak mereka
yang didapat dari data arsitek Ernest Neufert tahun 2002. Hal ini dikarenakan sudah
menjadi ketentuan yang harus diperhatikan dalam menyusun perkantoran salah satunya
tiap pekerja membutuhkan kira-kira 4,5 m2 sebagai luas minimum ruang pergerakan
pekerja agar tidak terjadi pemborosan tempat kerja.
Seperti halnya departemen Research & Development berisi 4 orang sehingga
luasannya 4 x 4,5 m2= 18 m2, panjang ruangan dibuat 6 m dan lebarnya 3 m. Luas
ruangan untuk direktur memiliki ketentuan yang berbeda, satu direktur membutuhkan
ruang gerak 13,4 m2. Panjang ruangan direktur dibuat 4 m dan lebarnya 3,35 m.

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Gambar 2.22 Layout Awal Office Room

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


3.8.2 Perancangan Luaan Fasilitas Pendukung (Area Non Produksi)
Pada perusahaan ini memiliki fasilitas pendukung pada area non produksi.
Ukuran fasilitas pendukung tersebut memilki ukuran ruangan yang berbeda-beda.
Berikut adalah rancangan luasan fasilitas pendukung tersebut :
a. Mushola
Mushola digunakan sebagai tempat ibadah bagi umat muslim. Kapasitasnya 10
orang saja.Setiap pekerja membutuhkan 2 m2 sebagai ruang gerak. Sehingga
ukuran ruangan sebesar 2 x 10 m2 = 20 m2. Dengan ukuran panjang 4 m dan
lebar 5 m.
b. Pos Satpam
Pos satpam yang dimiliki oleh perusahaan adalah berada di bagian depan
kantor, cukup untuk menampung 2 orang saja. Setiap orang membutuhkan 4,5
m2 sebagai ruang gerak. Sehingga ukuran ruangan sebesar 2 x 4,5 m2 = 9 m2
dengan ukuran panjang dan lebar masing-masing sebesar 3 m.
c. Toilet Pria
Toilet yangmerupakan fasilitas yang diatur sesuai kebutuhan, sehingga
berkaitan dengan jumlah orang yang menggunakan fasilitas ini. Tabel 2.27
berikut menampilkan rincian jumlah karyawan yang akan memakai toilet
kantor.
Tabel 2.27 Data Karyawan Diluar Area Produksi

Jabatan/Departemen Pria Wanita Jumlah


Direktur Utama 1 0 1
Produksi 1 0 1
Research and Development 2 2 4
Logistik 1 1
Sales & Marketing 1 2 3
Finance 1 2 3
Tenaga kerja tak langsung 4 0 4
Jumlah 11 6 17

Dikarenakan perbandingan penggunaan toilet seperti diatas maka kebutuhan


bilik toilet sebanyak 5 unit dengan 3 bilik untuk toilet pria dan 2 bilik untuk

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


toilet wanita, hal ini disebabkan oleh banyaknya karyawan pria yang melebihi
dari karyawan wanita. Dimana pada bilik toilet pria terdapat urinoir dan bentuk
toilet dengan bukaan ke dalam. Kemudian, ukuran bilik sebesar 1,5 m x 0,85 m
dengan jarak antar urinoir sebesar 0,6 m. Jarak urinoir yang berhadapan adalah
1,65 m. Dimensi ruang toilet pria yang dibutuhkan yaitu sebanyak 3 bilik adalah
panjang 2,25 m dan lebar 1,65 m. Contoh desainnya dapat dilihat pada Gambar
2.22 berikut.

Gambar 2.23 Contoh Desain Toilet Pria


d. Toilet Wanita
Sedangkan pada toilet wanita ukuran bilik sama dengan pria namun tidak terdapat
urinoiryaitusebesar 1,5 m x 0,85 m dengan jarak penempatan wastafel 1,15 m.
sehingga dimensi ruang toilet wanita yang dibutuhkan untuk 2 bilik adalah
panjang 2,65 m dan lebar 0,85 m. Contohnya terdapat pada Gambar 2.23.

Gambar 2.24 Contoh Desain Toilet Wanita

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


e. Meeting Room
Ruang rapat (meeting room) yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan
rapat atau evaluasi tiap minngu, kapasitasnya 15 orang. Setiap pekerja
membutuhkan 2 m2 sebagai ruang gerak mereka sebagai luas minimum ruang
pergerakan pekerja. Sehingga ukuran ruangan sebesar 15 x 2 m2 = 30 m2.
Dengan ukuran panjang 6 m dan lebar 5 m.
f. Lobby
Tempat yang digunakan untuk menerima tamu dari pihak luar atau disebut
lobby. Kapasitasnya 2 orang. Setiap orang membutuhkan 4,5 m2 sebagai ruang
gerak mereka. Sehingga ukuran ruangan sebesar 2 x 4,5 m2 = 9 m2. Dengan
ukuran panjang 2 m dan lebar 4,5 m.
g. Kantin
Kantin yang merupakan tempat untuk makan dan minum bagi karyawan atau
pegawai. Kapasitasnya 10 orang saja. Kantin ini sekaligus fasilitas
diperuntukkan bagi OB untuk menyediakan makanan dan minuman bagi para
tamu. Setiap orang membutuhkan 4,5 m2 sebagai ruang gerak .Sehingga ukuran
ruangan sebesar 10 x 4,5 m2 = 45 m2. Dengan ukuran panjang 5 m dan lebar 9
m.
h. Parkir
 Parkir Mobil
Fasilitas parkir mobil juga harus menyediakan ruang gerak agar mobil
dapat masuk dan keluar dengan mudah. Kapasitas parkir mobil pada PT.
Lasalle Stationery adalah 10 mobil saja (diperuntukkan direktur, kepala
divisi, dan tamu saja), parkir dibuat berhadapan. Ukuran panjang adalah 12
m (4,5 m x 2 sisi + ruang berbelok 3 m) dan lebar 10 m (2 m x 5 mobil).
Sehingga luasnya menjadi 120 m2. Gambar 2.24 dan Gambar 2.25
menampilkan tentang mobil dan kebutuhan parkirnya.

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Gambar 2.25 Contoh Ukuran Mobil

Gambar 2.26 Contoh Desain Parkir Mobil


 Parkir Motor
Fasilitas parkir motor juga harus menyediakan ruang gerak dan jalan agar
motor dapat masuk dan keluar dengan mudah. Ukuran motor yaitu 2,25 ×
0,75 m, dengan allowance 10% sebagai ruang gerak. Kapasitas parkir 60
motor dan dibuat memanjang untuk 3 lajur. 1 lajur dapat diisi 20 motor.
Antar lajur diberi jalan dengan lebar jalan 1 m. Sehingga ukuran parkir
adalah panjang = (20 x 0,75 m) + (10% *(20 x 0,75 m) = 16,5 m dan lebar
= 3 x 2,25 m + ( 2 x 1 m) = 8,75 m. Luasnya menjadi 144,375 m2 dimana
ukuran dan kebutuhan parkir motor terlihat pada Gambar 2.21 berikut.

Gambar 2.27 Contoh Ukuran Motor

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Tabel 2.28 Rekapitulasi Perancangan Luasan Area Non Produksi

Fasilitas p (m) l (m) Luas (m2) Allowance Luas Total (m2)


Mushola 4 5 20 2 22
Pos Satpam 2 2,25 4,5 0,45 4,95
Kantin 9 5 45 4,5 49,5
Toilet Pria 2,55 2,25 5,7375 0,57375 6,31125
Toilet Wanita 1,7 2,65 4,505 0,4505 4,9555
Meeting Room 5 6 30 3 33
Lobby 4 4,5 18 1,8 19,8
Parkir Mobil 12 10 108 12 120
Parkir Motor 7,14656 10 71,465625 7,940625 79,40625
Total Area Non Produksi 340

3.8.3 Perancangan Layout Keseluruhan Awal


3.8.3.1 Hubungan Antara Aktivitas
Untuk merancang hubungan antar aktivitas dari ruangan – ruangan yang ada di
perusahaan, terlebih dahulu dilakukan rekapitulasi seluruh ruangan yang ada seperti
yang tersaji dalam Tabel 2.29 sebagai berikut:
Tabel 2.29 Data Fasilitas Perusahaan
1. Office room 9. Packaging area
2. Locker room 10. Finished goods storage area
3. Toilet 11. Work in process product storage
4. Receiving area area
5. Raw material storage 12. Shipping area
6. Production area 13. Mushalla
7. Quality control area 14. Kantin
8. Reject area 15. Tempat parkir
a. ARC (Activity Relationship Chart)
Activity Relationship Chart (ARC) merupakan sebuah diagram yang
menggambarkan keeratan hubungan antar satu bagian dengan bagian lainnya.
Activity Relationship Diagram (ARC) ini secara umum keterkaitannya
digambarkan melalui simbol huruf dengan bobot angka tersendiri. Simbol yang

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


digunakan dalam pembuatan Activity Relationship Diagram (ARC) dapat dilihat
pada Tabel 2.23 dan Tabel 2.24 sebagai berikut:
Tabel 2.30Hubungan Simbol ARC
Simbol Huruf Keterangan Bobot Angka
A Mutlak 4
E Sangat Penting 3
I Penting 2
O Biasa 1
U Tidak Penting 0
X Tidak Diharapkan -

Tabel 2.31 Hubungan Alasan ARC


No Alasan
1 Menggunakan catatan yang sama
2 Mengguanakan personel yang sama
3 Menggunakan ruangan yang sama
4 Tingkat hubungan personel
5 Tingkat hubungan kertas kerja
6 Urutan aliran kertas
7 Menggunakan aliran kerja yang sama
8 Menggunakan peralatan dan fasilitas yang sama
9 Ribut, kotor, debu, dll
10 Lain-lain yang mungkin perlu

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Gambar 2.28 Activity Relationship Chart
Gambar 2.27 di atas menunjukkan hubungan antar ruangan dengan matriks ARC
dimana masing – masing memiliki makna dan alasan tersendiri.

b. ARD (Activity Relationship Diagram)


Activity Relationaship Diagam atau Diagram keterkaitan aktivitas merupakan
diagram blok yang menunujukkan pendekatan keterkaitan kegiatan (departemen
atau mesin) dengan menggunakan blok yang dihubungkan dengan garis yang
mewaliki deskripsi prioritas kedekatan yang berbeda-beda. Hubungan pada
Gambar 2.28 disimbolkan dengan 5 warna berbeda: merah dengan 4 garis
(A/mutlak), kuning dengan 3 garis (sangat penting), hijau dengan 2 garis
(I/penting), biru dengan 1 garis (O/biasa saja), dan hitam dengan 1 garis (X/tidak
dikehendaki).

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Gambar 2.29 Activity Relationship Diagram

c. SRD (Space Relationship Diagram)


Gambar 2.29 menunjukkan hubungan antar ruangan dengan metode Space
Relationship Diagram (SRD). Pada dasarnya, konsep sejenis dengan Activity
Relationship Diagram (ARD). Namun SRD lebih menunjukkan besar masing –
masing ruangan. Dalam hal ini, sebuah kotak mewakili ukuran luasan dari fasilitas
yang telah ditetapkan.
Warna yang digunakan pada dasarnya sama yaitu merah, kuning, hijau, biru,
dan hitam. Namun pada SRD ini masing – masing hanya digambarkan dengan 1
buah garis.

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Gambar 2.30 Activity Relationship Diagram
d. ATBD (Activity Template Block Diagram)
Pembuatan ATBD dilakukan melalui 2 buah tahapan, dimana tahap pertama yaitu
membuat template untuk tiap ruangan yang berbentuk kotak dengan aturan: kiri
atas (A), kanan atas (E), kiri bawah (I), kanan bawah (O), dan tengah (X).
Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 2.30 berikut ini:

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Gambar 2.31 Activity Relationship Diagram
Kemudian tahap kedua adalah membuat konfigurasi yang mampu menunjukkan
penempatan – penempatan untuk tiap ruangan dengan mempertimbangkan faktor
kepentingan antar ruangan.Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 2.26 berikut ini
yang kemudian akan berfungsi sebagai acuan dalam membuat layout perusahaan.

Gambar 2.32 Activity Relationship Diagram

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


3.8.3.2 Layout Keseluruhan Awal
Setelah seluruh diagram berhasil dibuat, maka dapat dilakukan perancangan tata
letak perusahaan secara keseluruhan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.27
berikut ini, dimana:
 Warna biru pada area produksi menggambarkan jalur yang digunakan untuk
supplier
 Warna hijau pada area produksi menggambarkan jalur yang digunakan untuk
distributor
 Warna kuning pada area produksi merupakan jalur penggunaan material handling
untuk memindahkan barang dari ruangan satu ke ruangan lainnya.
 Warna biru toska pada area produksi merupakan jalur untuk berjalan bagi para
operator
 Warna merah pada area produksi merupakan jalur untuk berjalan bagi para
karyawan ataupun pengunjung pabrik.

Gambar 2.33 Layout Alternatif 1

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


3.9 Perancangan Layout Perbaikan
Dalam perancangan tata letak fasilitas, tentunya diperlukan alternatif sebagai
bahan pertimbangan sehingga mampu didapatkan pengaturan tata letak yang paling
efektif, efisien, dan menguntungkan. Alternatif yang dibuat dapat dilihat pada Gambar
2.34 berikut:

Gambar 2.34 Layout Alternatif 2

3.10 Analisis Biaya Material Handling


3.10.1 Material Handling yang Digunakan
Pada PT. Ascend Indonesia pemindahan material yang digunakan adalah
platform hand truck. Pemilihan jenis material handling ini dikarenakan produk yang
dihasilkan tidak tergolong produk yang berat, sehingga material handling yang sesuai
adalah yang sederhana seperti yang tertera pada Gambar 2.35.Tipe platform hand
truckyang dipilih Prestar NF-301. Berikut adalah spesifikasinya :
 Loading / Platform size : 920mm x 610mm. (ukuran alas platform)
 Platform Height : 210mm. (ketinggian alas platform dari lantai)
 Handle Height : 1000mm. (ketinggian pegangan dari lantai)
 Net Weight : 22.5kg. (berat barang bersih)
 Max Loading capacity : 300kg. (kapasitas muatan maksimum)
 Caster : 130mm / 5 inch (ukuran roda) berbahan karet keras dan dapat
berputar 360 derajat.

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


Gambar 2.35 Platform Hand Truck Prestar NF-301

3.10.2 Perbandingan Analisis Biaya Material Handling


3.11 Usulan Pemilihan Layout

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


BAB III
PENUTUP

3.12Kesimpulan
Pada kasus ini dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

3.13Saran
Pada kasus ini terdapat beberapa saran, yaitu sebagai berikut :

Teknik Industri – Universitas Diponegoro


DAFTAR PUSTAKA
Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek.Jakarta :Erlangga.
Purnawan, Reggy Z. 2014. Sejarah Ditemukannya Pulpen, [html], http://blognya-
reggy.blogspot.com/2011/10/sejarah-ditemukannya-pulpen.html, diakses
tanggal 27Juni 2015).
Yuliant, Rionaldi dkk. 2014. Usulan Perancangan Tata Letak Fasilitas Perusahaan
Garmen CV. X Dengan Menggunakan Metode Konvensional [pdf],
( http://jurnalonline.itenas.ac.id/index.php/rekaintegra/article/view/541,
diakses tanggal 27Juni 2015)

Anda mungkin juga menyukai