Anda di halaman 1dari 47

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

SYARAT- SYARAT DAN


KETENTUAN TEKNIS

BAB I
LINGKUP PEKERJAAN TANGGUNG JAWAB
KONTRAKTOR

1.1. DATA PROGRAM


Nama Kegiatan : DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
KAB.KOLAKA TIMUR
Nama Pekerjaan : PEKERJAAN JEMBATAN BOX CULVERT, DUICKER

WILAYAH III
Tahun Anggaran : 2016
Pemilik Program : PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR

1.2. LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan pada kegiatan ini adalah PEMBANGUNAN JALAN
LINGKUNGAN
Kegiatan Tahun Anggaran 2016 yang dilaksanakan sesuai gambar terlampir.
Uraian/Jenis Pekerjaan:

1. Pekerjaan Persiapan dan Sasaran Utama Penunjang Pekerjaan.


2. Pekerjaan Tanah.
3. Pekerjaan Jalan Paving (Kanstin dan/atau Beton Rabat).
4. Pekerjaan Jalan Telford.
5. Pekerjaan Jalan Lapis Penetrasi (Aspal).
6. Pekerjaan Pelat Beton.
7. Pekerjaan Gorong-gorong.
8. Pekerjaan Tembok Penahan Tanah.
9. Pekerjaan Plengsengan.

1.3. PERATURAN TEKNIS YANG DIPERGUNAKAN

1.3.1. Uraian spesifikasi bahan-bahan dan persyaratan pelaksanaan, secara umum


ditentukan pada patokan dan kualitas bahan-bahan, cara pelaksanaannya dan lain-
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
lain petunjuk yang berhubungan dengan peraturan pembangunan yang sah berlaku
di Republik Indonesia. Selama pelaksanaan kontrak ini, harus betul-betul ditaati dan
dilaksanakan sebagai tambahan persyaratan dari semua pasal-pasal yang diuraikan.
Pada khususnya peraturan-peraturan berikut berkenaan dengan hal terserbut diatas:
i. Pedoman Pelaksanaan APBN/ Perpres 54 tahun 2010.
ii. Pedoman tata cara penyelenggaraan pembangunan Bangunan Negara yang
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (Dit. Jen. CIPTA KARYA).


iii. Pemeriksaan umum untuk Pemeriksaan Bahan-bahan bangunan : H.I 3 PUBB
– 1966; NI-33, PUBB-1966.
iv. Peraturan Beton Indonesia; PBI.Ni-2/ 1955; PBI.NI-2/1971.
v. Peraturan Muatan Indonesia; PMI,.NI-18/1969.
vi. Peraturan Semen Portland Indonesia NI-8
vii. Peraturan perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja) antara
lain tentang larangan mengerjakan anak-anak dibawah umur.
viii. Dan peraturan-peraturan lain yang belum tercantum diatas tetapi berkaitan
dengan pekerjaan ini.
Bilamana tidak ada lagi sumber dari standar dan kertentuan-ketentuan lain yang sah
berlaku di Republik Indonesia, maka standar internasional lainnya yang biasa
diperbandingkan, dapat dipergunakan sebagai pengganti standar yang telah diperinci
di atas dan harus dengan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.
1.3.2. Semua bahan–bahan yang diuraikan pada pasal-pasal ini, harus didatangkan
dalam
keadaan baru sama sekali dan tanpa cacat terkecuali ditentukan lain dalam
persyaratan kontrak ini.
1.3.3. Spesifikasi ini hanya menguraikan pekerjaan untuk spesifikasi pekerjaan
struktur
diuraikan secara terperinci dalam spesifikasi terpisah.

1.4. RENCANA KERJA


Dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari dari saat penunjukan pemenang. Kontraktor
harus mengajukan rencana kerja atau action plan tertulis lengkap dengan gambar-
gambar pendukung metode kerja, sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaaan
seperti yang disebutkan dalam Dokumen Lelang, menjelaskan secara terperinci
urusan
pekerjaan dan cara melaksanakan pekerjaan tersebut termasuk hal-hal khusus bila
diperlukan, persiapan-persiapannya, peralatan, pekerjaan sementara yang ada sejauh
mana hal tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya dan harus mendapatkan
persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan, dan pihak-
pihak atau instansi yang terkait dengan kelangsungan kegiatan tersebut di atas.

1.5. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR

Sebelum pelaksanaan pekejaan, Kontraktor wajib memeriksa kekuatan konstruksi


yang
akan dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan Pejabat Pembuat Komitmen
atau PPTK atau Pengawas Lapangan. Segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat
kelalaian kontraktor tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan konstruksi menjadi
tanggung jawab Kontraktor. Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan yang
dilaksanakan telah mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK,
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Pengawas Lapangan tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab atas
pekerjaannya sesuai dengan isi kontrak.

1.6. TENAGA KERJA


Tenaga-tenaga yang yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang ahli / terlatih
dan berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik
sesuai dengan ketentuan/ petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan.

1.7. SATUAN UKURAN


Semua satuan ukuran yang disebutkan dalam spesifikasi ini yang digunakan dalam
pekerjaan adalah standar meter dan Kilogram. Bila disebut satu ton, yang dimaksud
adalah satu ton yang bernilai 1000 kilogram.

1.8. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN


Bila kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Pejabat Pembuat Komitmen,
PPTK, Pengawas Lapangan bermaksud untuk memberikan petunjuk-petunjuk itu
harus
diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau oleh orang-orang yang ditunjuk untuk
itu
oleh Kontraktor.
Orang-orang atau pelaksana tersebut harus mengerti bahasa yang dipakai oleh
Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan, atau Kontraktor akan
menyediakan penterjemah khusus untuk keperluan tersebut.

1.9. LAPORAN

a. Kontraktor diharuskan membuat bahan laporan berkala kemajuan pekerjaan untuk


setiap satu minggu kegiatan dengan mengisi formulir evaluasi kemajuan pekerjaan
sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
Ringkasan laporan tersebut harus mencantumkan keadaan cuaca, jumlah
pengerahan tenaga kerja, tenaga pengawas dan pelaksana, alat-alat yang
dipergunakan, jumlah pengiriman bahan-bahan bangunan ke lokasi pekerjaan,
kemajuan fisik dari pekerjaan yang telah selesai, masalah-masalah yang timbul
dilapangan serta pemecahannya, dan rencana kerja minggu berikutnya.
b. Laporan kemajuan pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor pada setiap akhir
pekan untuk dievaluasi
c. Laporan lain seperti Laporan Harian dan lain-lain sesuai dengan uraian dalam
syarat-syarat umum kontrak.

1.10. GAMBAR-GAMBAR DAN UKURAN

a. Gambar-gambar yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan adalah:


RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

1. Gambar yang termasuk dalam dokumen Lelang


2. Gambar perubahan yang disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK,
Pengawas Lapangan.
3. Gambar lain yang disediakan dan disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK,
Pengawas Lapangan.

b. Kalkir asli dari gambar-gambar Kegiatan disimpan oleh Pejabat Pembuat


Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan. Kontraktor diberi 2 (dua) set cetak biru dari
semua gambar-gambar tanpa pungutan biaya. Permintaan kontraktor akan
tambahan cetak biru dari gambar-gambar tersebut akan dikenakan biaya.

c. Kontraktor diharuskan menyimpan satu set cetak biru di kantor lapangan untuk
dipergunakan setiap saat apabila diperlukan.
d. Gambar-gambar pelaksanaan (Shop drawing) dan detailnya harus mendapat
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan sebelum
dipergunakan dalam pelaksanaan Kegiatan.

e. Pada penyerahan akhir pekerjaan (Penyerahan Pertama dan Terakhir) harus


disertai Gambar hasil pelaksanaan “ (as built drawings)”.
f. Semua ukuran dinyatakan dalam sistim matrik.
g. Kalau terdapat perbedaan dengan spesifikasi maka yang benar dan berlaku adalah
yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.

1.11. WILAYAH KERJA

a. Secara umum Kontraktor dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan


bangunan di tepi jalan umum karena jalan umum tidak termasuk wilayah kerja
Kontraktor kecuali ada pertimbangan khusus dan persetujuan dari Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.

b. Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau
menyimpan bahan-bahan bangunan di sekitar lokasi Kegiatan, maka bahan
bangunan harus didatangkan dari Gudang Kontraktor atau Leveransir setiap hari
dengan jumlah yang cukup untuk pekerjaan satu hari.

c. Dalam pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus berkoordinasi dengan instansi


yang terkait, apabila di dalam lokasi Kegiatan terdapat jaringan pekerjaan yang
tidak berhubungan dengan kewenangan Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK,
Pengawas Lapangan ataupun kontraktor pelaksana.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

1.12. BAHAN –BAHAN MUTU PEKERJAAN

a. Jenis dan mutu bahan yang dilaksanakan harus diutamakan bahan-bahan produksi
dalam negeri, sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perindustrian dan
Menteri Penertiban Aparatur Negara Tgl. 23 Desember 1980, Keppres 16/1994 dan
Keppres No. 24/1995.

b. Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan


harus terdiri dari kualitas tinggi sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-syarat
kualitas bahan masing-masing bagian pekerjaan. Hasil pekerjaan dan mutu
termasuk bahan-bahan yang terpakai harus diterima dan disetujui Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan

c. Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang tercantum


dalam peraturan standar yang berlaku di Indonesia. Standar peraturan yang
berlaku adalah edisi yang terakhir. Untuk bahan-bahan yang mutunya belum diatur
dalam peraturan standar maupun ketentuan dalam spesifikasi teknis, harus
mendapat persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan sebelum dipergunakan.

d. Untuk bahan yang mutunya yang masih berdasarkan standar internasional, apabila
diperlukan, Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan dapat
meminta Kontraktor untuk menunjukkan sertifikat tes dari agen, distributor yang
menjual atau pabrik yang memproduksi bahan yang bersangkutan.

e. Bahan-bahan bangunan atau tenaga kerja lokal/ setempat yang memenuhi syarat
teknis sesuai dengan peraturan yang ada (RKS) dianjurkan untuk dipergunakan
untuk dengan mendapatkan ijin tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK,
Pengawas Lapangan.

f. Bila bahan-bahan bangunan yang memenuhi spesifikasi terdapat beberapa/


bermacam-macam jenis merk diharuskan untuk memakai jenis dan mutu bahan
dipilih satu jenis.

g. Bahan-bahan bangunan yang telah ditetapkan jenisnya, apabila bahan bangunan


tersebut mempunyai beberapa macam mutu, maka harus ditetapkan untuk
dilaksanakan dipergunakan yang mutu/ kwalitas kelas I (KW. I).

h. Bila Rekanan/ kontraktor sudah menandatangani untuk dilaksanakan jenis dan


mutu bahan untuk pekerjaan atau bagian pekerjaan tidak sesuai dengan yang
ditetapkan, harus ditolak atau dikeluarkan dari lokasi Kegiatan paling lambat 1 x 24
jam setelah ditolak atas biaya/ tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

i. Contoh/sampel yang dikehendaki oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK,


Pengawas Lapangan, Kontraktor harus segera menyediakan tanpa kelambatan
atas biaya Kontraktor dan harus sesuai dengan ketetapan (RKS).

j. Bila dalam uraian dalam syarat-syarat disebutkan nama pabrik/produk dari suatu
barang, maka ini hanya dimaksudkan untuk menunjukkan kwalitas dan tipe dari
barang-barang yang dikehendaki Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan.

k. Kontraktor Pelaksana harus menawarkan harga-harga barang/bahan tersebut


sesuai RKS dan Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan dan bahan yang
ditawarkan dalam harga satuan pekerjaan dan atau harga satuan bahan/upah
adalah mengikat.

l. Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim kel okasi Kegiatan, Kontraktor harus
menunjukkan contoh dari bahan bersangkutan kepada Pejabat Pembuat Komitmen,
PPTK, Pengawas Lapangan untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis, mutu,
berat, kekuatan, dan sifat-sifat penting lainnya dari bahan tersebut.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
m. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi Kegiatan ternyata tidak sesuai dengan
contoh yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya,
maka Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan berwenang untuk
menolak bahan tersebut dan mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya
dan diganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa
terdahulu.

n. Semua bahan yang disimpan di lokasi Kegiatan harus diletakkan dan dilindungi
sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses
lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan
tersebut.

o. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kontraktor dilarang menyimpan bahan-


bahan yang berbahaya seperti minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas
dan bahan kimia sedemikian rupa sehingga keselamatan orang dan keamanan
lingkungan sekitarnyan dapat dijamin.

1.13. PEMBONGKARAN STRUKTUR YANG ADA

Pekerjaan ini harus mencakup pembongkaran, baik keseluruhan ataupun sebagian,


pemindahannya dan struktur lain yang diperlukan untuk dibongkar untuk
memungkinkan pembangunan atau perpanjangan atau perbaikan dari struktur yang
memiliki fungsi yang sama seperti struktur yang tua (atau bagian dari struktur) yang
akan dibongkar.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Pekerjaan harus juga meliputi pemindahan yang memenuhi syarat dari material
bongkaran dari pasal ini, yang meliputi baik pembuangan maupun penyelamatan,
penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan pengamanan terhadap kerusakan dari
material yang ditentukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan.

1.14. PENGATURAN PEMBUANGAN SISA–SISA


Kontraktor harus melakukan seluruh pengaturan yang diperlukan dengan pemilik
tanah
dan memikul seluruh biaya, untuk memperoleh lokasi yang sesuai untuk pembuangan
material sisa dan untuk pernyimpanan dari material yang diselamatkan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN SARANA UTAMA
PENUNJANG PEKER JAAN

2.1. PEKERJAAN PENDAHULUAN

1. Pekerjaan Persiapan adalah suatu pekerjaan awal yang merupakan suatu kesatuan
pekerjaan yang tidak terpisahkan dari pekerjaan utama yang diatur dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Surat Perjanjian/ kontrak, yang meliputi:

a. Sewa Kantor Kegiatan/ Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas


Lapangan yang dilengkapi meja, kursi, dan papan tulis.
b. Mobilisasi dan Demobilisasi peralatan kerja.
c. Pembuatan foto dokumentasi.
Pengambilan Foto Dokumentasi.
- Permulaan pekerjaan ( 0 % )
- Setiap Jenis/ Item Pekerjaan (proses dan finish )
- Setiap Pengajuan Pembayaran Angsuran
- Setelah masa pemeliharaan berakhir.

Foto harus berwarna ukuran postcard sebanyak masing-masing 3 (tiga) lembar.


Disusun dalam album dan diberi keterangan. Kontraktor/Rekanan harus
menyediakan segala yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang baik,
sempurna dan efisien dengan urutan yang teratur, termasuk alat-alat pembantu
yang dipergunakan seperti Concrete Mixer (Beton Molen), Penggetar Beton
(Vibrator), Pompa Air, Pemadat (Compactor), alat pengangkat (Hoist) dan
sebagainya yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
2. Pekerjaan Pengukuran adalah suatu pekerjaan pemasangan patok kayu meranti
sebagai patokan/ pengukuran awal untuk menetukan peil/ elevasi.
3. Pembersihan lokasi awal, dilaksanakan untuk memudahkan pekerjaan pengukuran
dan pekerjaan lainnya.

2.2. PEMBERSIHAN LAPANGAN


Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, daerah kerja harus dibersihkan dari
pepohonan, semak belukar, sisa-sisa bangunan, sampah, akar-akar pohon, dan semua
material tersebut harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk
Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan Pekerjaan.
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan harus juga
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan
dan
dirapikan kembali.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sepenuhnya tanggung jawab dan beban
Kontraktor, serta harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan.

2.3. PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN


1. Selama pelaksanaan pekerjaan pihak rekanan/ kontraktor diwajibkan mengadakan
segala keperluan untuk keamanan dan kesejahteraan para pekerja dan tamu,
seperti PPPK, sanitasi, air minum dan fasilitas kesejahteraan. Juga diwajibkan
memenuhi segala peraturan, tata tertib, ordonasi pemerintah atau Pemerintah
Daerah setempat.
2. Rekanan/Kontraktor diharuskan membatasi daerah operasinya di sekitar lokasi
pekerjaan dan mencegah para pekerjanya melanggar wilayah orang lain.
3. Rekanan/Kontraktor harus menjaga agar jalanan umum, jalan kecil dan hak
pemakai jalan bersih dari bahan-bahan bangunan dan sebagainya dan memelihara
kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan maupun pejalan kaki selama pekerjaan
berlangsung.
4. Selama masa pelaksanaan pekerjaan, Rekanan/Kontraktor bertanggung jawab
penuh atas segala kerusakan bangunan yang ada di sekitarnya, utilitas, jalan-jalan,
saluran-saluran pembuangan dan sebagainya di lokasi dan kerusakan sejenis yang
disebabkan karena pelaksanaan Pekerjaan dalam arti yang luas. Itu semua
diperbaiki kontraktor hingga dapat diterima oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
5. Kontrktor bertanggung jawab atas keamanan dan kerusakan seluruh pekerjaan
termasuk bahan-bahan bangunan dan perlengkapan instansi, hingga Kontrak
selesai dan diterima baik oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan.

2.4. JAMINAN DAN KESELAMATAN BURUH

2.4.1. Air Minum dan Air Kerja


a. Kontraktor harus senantiasa menyediakan air minum yang cukup bersih di tempat
pekerjaan untuk para pekerjanya.
b. Kontraktor harus mengadakan air kerja untuk keperluan pekerjaan selama
pelaksanaan dapat mempergunakan atau menyambung pipa air yang telah ada
dengan meteran air sendiri (guna memperhitungkan pembayarannya) atau air
sumur yang bersih/ jernih dan tawar, bila hal ini meragukan harus diperiksa di
laboratorium.

2.4.2. Kecelakaan Kerja.


a. Apabila terjadi kecelakaan pada tenaga kerja pada waktu melaksanakan
pekerjaan, kontraktor harus segera mengambil tindakan yang perlu untuk
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

keselamatan si korban. Biaya pengobataan dan lain-lain menjadi tanggung jawab


Kontraktor dan harus segera melaporkan kepada Instansi yang berwenang dan
Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
b. Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk PPPK yang selalu
tersedia dalam saat dan berada di tempat kantor lapangan (direksi keet).

2.5. PENGUKURAN
2.5.1. Jaringan Titik Tetap
a. Jaringan patok titik tetap diambil berdasarkan referensi titik tetap (Patok
Beton/Bangunan Permanen) yang dipasang oleh dinas terkait yang terdekat.
b. semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi
yang dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada
butir di atas.
c. Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam Kegiatan ini
tercantum dalam gambar-gambar rencana atau akan ditunjukkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas di lapangan.

2.5.2. Pengukuran Kembali.


a. Apabila ada perubahan ditentukan/disesuaikan dengan kondisi lapangan
setempat bersama Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
b. Alat-alat ukur yang dipergunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dan
sebelum pekerjaan dimulai semua alat ukur yang dipakai harus mendapat
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan, baik dari
jenisnya maupun kondisinya.

c. Cara pengukuran ketepatan hasil pengukuran, toleransi salah tutup, dan


pembuatan serta pemasangan patok bantu akan ditentukan Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
d. Apabila timbul keragu-raguan dari pihak Kontraktor dalam menginterpretasikan
angka-angka elevasi dalam gambar, maka hal ini harus dilaporkan kepada
Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan untuk dimintakan
penjelasannya.
e. Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar dengan
hasil pengukuran ulang, maka Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan akan memutuskan hal itu.
f. Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
g. Hasil pengukuran kembali harus sudah diserahkan dan disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan selambat-selambatnya 10 hari
setelah tanggal SPMK.

2.5.3. Pekerjaan Pengukuran Dan Survei Lapangan


a. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil tekniknya
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

untuk melakukan survei dan membuat laporan mengenai kondisi fisik lapangan
khususnya lokasi rencana konstruksi apakah tidak terdapat kesesuaian.
Kontraktor bersama-sama dengan Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan harus secara bersama-sama mengambil peil permukaan dan sounding
areal kerja dan menyetujui semua kekhususan terhadap mana semua pekerjaan
didasarkan.

b. Kontraktor harus merawat dan menyediakan dan merawat stasion survei yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan, dan harus membongkarnya setelah
pekerjaan setelah selesai.

c. Kontraktor harus memberitahu Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas


Lapangan sekurang-kurangnya 24 jam sebelumnya, bila akan mengadakan
leveling pada semua bagian daripada pekerjaan.

d. Kontraktor harus menyediakan, atas biaya kontraktor, semua bantuan yang


diperlukan Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan dalam
pengadakan pengecekan leveling tersebut.

e. Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Pejabat Pembuat Komitmen,


PPTK, Pengawas Lapangan bila dipandang perlu untuk mengadakan penelitian
kelurusan maupun level dari bagian-bagian pekerjaan.

f. Kontraktor harus membuat peil/ titik-titik tanda (bench mark) permanen di tiap-tiap
bagian pekerjaan dan peil ukuran ini harus diberi pelindung dan dirawat selama
berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah.

g. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan berlangsung


berikut ahli ukur yang berpengalaman sehingga apabila dianggap perlu setiap
saat siap mengadakan pengukuran ulang.

h. Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat optik
dan sudah ditera kebenarannya/ dikalibrasi.

i. Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi, sudut. Koordinat, serta letak
patok-patok harus dibuat gambarnya dan dilaporkan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
Kebenaran dari hasil laporan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

j. Jika menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan


kemajuan Kontraktor tidak memuaskan untuk menyelesaikan pekerjaan survei ini
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

tepat pada waktunya atau dalam hal Kontraktor tidak memulai pekerjaan atau
melakukan pekerjaan tidak dengan standar yang ditentukan, Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan dapat menunjuk stafnya sendiri atau
pihak lain untuk mengerjakan survey lapangan dan membebankan seluruh
biayanya kepada Kontraktor.

2.5.4. Pematokan dan Bouwplank


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktror harus melaksanakan
pematokan dan pemasangan bouwplank sesuai petuntuk Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.

b. Bouwplank harus dibuat tegak lurus sumbu saluran dan dibuat selebar pondasi
saluran.

c. Patok dan bouwplank harus dibuat kokoh, tidak mudah rusak dan tidak bergerak
serta harus dijaga agar tidak rusak/ hilang selama pelaksanaan pekerjaan.

d. Elevasi yang tercantum dalam bouwplank dan patok akan menjadi dasar
pelaksanaan pekerjaan baik dalam penentuan lebar saluran, tinggi saluran
maupun tebal pasangan/ konstruksi lainnya.

e. Untuk pekerjaan jalan lingkungan dipasang patok kayu tiap jarak 50 m dan pada
bagian atas setinggi 50 cm di permukaan tanah dicat meni dan diberi Nomor Sta
(Stadium).

2.6. KANTOR LAPANGAN/ RUANGAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN,


PPTK,
PENGAWAS LAPANGAN

a. Kontraktor harus menyediakan kantor lapangan untuk dipergunakan oleh Pejabat


Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan selama pelaksanaan pekerjaan,
transportasi, alat komunikasi serta gudang untuk menyimpan bahan dan
peralatannya.

b. Pemeliharaan, kebersihan dan keamanan gudang dan kantor lapangan merupakan


tanggung jawab Kontraktor.

c. Pada saat pekerjaan dinyatakan selesai, gudang dan kantor lapangan harus
dibongkar merupakan oleh Kontraktor atas biaya sendiri dan semua peralatan dan
perlengkapan tetap menjadi menjadi milik Kontraktor.

d. Penyediaan dan pengerjaan hal-hal yang tersebut pada artikel ini tidak akan
mendapat pembiayaan tersendiri tetapi kesemuanya harus sudah termasuk dalam
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

pembiayaan menurut Kontrak pada mata pembiayaan sewa kantor lapangan


(direksi keet).

e. Kontraktor bertanggung jawab atas semua pengadaan fasilitas tersebut pada butir
a dan b.

f. Kontraktor harus membuat bangunan kantor lapangan (direksi keet) serta gudang
bahan yang luas dan bentuknya akan ditentukan kemudian.

g. Bangunan tersebut harus dapat dijamin agar didalamnya bebas dari air hujan dan
sinar matahari, termasuk dapat melindungi material yang tersimpan.

h. Kontraktor harus mengisi perabotan maupun perlengkapan lain di ruang kantor


lapangan (direksi keet) atas usulan Kontraktor dan persetujuan Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.

2.7. PENGATURAN LALU LINTAS

a. Lalu Lintas Kegiatan.


1. Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus mematuhi dan mentaati
ketentuan dan peraturan lalu lintas umum yang berlaku, sejauh pekerjaannya
mempengaruhi kelancaran lalu lintas umum. Dalam hal ini Kontraktor
diharuskan mendapatkan pengarahan dan pedoman dari instansi setempat
yang berwenang yaitu polisi lalu lintas dan Dinas Perhubungan.
2. Penggunaan jalan dan jembatan umum harus diatur sedemikian rupa agar
gangguan lalu lintas dan kerusakan yang timbul sebagai akibatnya dijaga
sekecil mungkin. Perbaikan kerusakan terhadap jalan, jembatan, gorong yang
diakibatkan oleh lalu lintas Kegiatan dibebankan oleh Kontraktor dan harus
disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.

b. Rambu-rambu Sementara.

Kontraktor diharuskan menyediakan, membuat, memasang dan menempatkan


rambu-rambu lalu lintas sementara pada lokasi dan posisi termasuk rintangan-
rintangan di sekitar lokasi Kegiatan. Penempatannya harus dengan persetujuan
polisi lalu lintas atau instansi lain yang berwenang. Bentuk dan ukuran huruf serta
susunan kalimat pada rambu dan rintangan harus jelas, mudah dimengerti oleh
setiap pengendara kendaaraan dan pada setiap cuaca gelap dan malam hari harus
diberi penerangan. Apabila pekerjaan telah dinyatakan selesai oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan, Kontraktor harus menyingkirkan
semua rambu-rambu dan rintangan-rintangan sementara yang tidak diperlukan lagi
yang selama pelaksanaan dipergunakan untuk pengaturan lalu lintas disekitar
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

lokasi Kegiatan.

2.8. PAPAN NAMA KEGIATAN


Kontraktor harus membuat dan memasang papan nama kegiatan ukuran 0,8 x 1 m di
lokasi yang ditunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
Ukuran,
bentuk dan susunan kata-kata dan warna akan ditentukan Pejabat Pembuat
Komitmen,
PPTK, Pengawas Lapangan.

2.9. GAMBAR-GAMBAR YANG HARUS DIPERSIAPKAN OLEH


KONTRAKTOR

2.9.1. Umum

Pelaksanaan pengukuran awal oleh Kontraktor yang dilaksanakan sejak diterimanya


Surat Perintah Mulai Kerja dari Pejabat Pembuat Komitmen, dimaksud untuk
mendapatkan gambaran kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan
gambar yang diterima oleh Kontraktor dari Pejabat Pembuat Komitmen.
Data dan hasil pengukuran awal oleh Kontraktor yang telah disyahkan dan disetujui
oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan pekerjaan tersebut,
akan menjadi acuan dasar pembuatan gambar-gambar selama waktu pelaksanaan
sampai selesai pekerjaan.

Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut di atas, akan merupakan dasar


pokok kesepakatan bersama antara Kontraktor dan Pejabat Pembuat Komitmen
untuk menghitung volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah
dilaksanakan oleh Kontraktor, serta yang harus dibayar oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.

Semua gambar-gambar yang dipersiapkan oleh kontraktor, harus bisa memberikan


secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang
meliputi antara lain.

-Bentuk tiap jenis bangunan jalan yang akan dikerjakan


-Elevasi muka tanah asli dan masing-masing pekerjaan
-Dimensi bangunan jalan sebagai pelengkap.
-Jenis serta komposisi material yang dipergunakan
-Rencana garis galian pondasi jalan/jembatan

Hal-hal lain sesuai petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas


Lapangan pekerjaan
Adapaun gambar-gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor meliputi antara lain:
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

“ Construction Drawing ” atau “ Working Drawing ”.


“ Shop Drawing ”.
“As Built Drawing”.
Semua gambar-gambar tersebut di atas, baru bisa dipakai sebagai pedoman
pelaksanaan pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan
sesungguhnya, apabila sudah mendapat persetujuan dan disyahkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.

2.9.2. “Construction Drawing” Atau “Working Drawing”


“Construction Drawing” Atau “Working Drawing” adalah gambar rencana bangun
yang
telah disesuaikan dengan kondisi lapangan sesungguhnya dan setelah disetujui dan
disyahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
Semua dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi
posisi dan kedudukan dari masing-masing jenis bangunan jalan yang tergambar
“Construction Drawing” Atau “Working Drawing” harus mengacu dan didasarkan
pada
“Design Drawing” yang diberikan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK,
Pengawas
Lapangan.
Apabila karena kondisi dan posisi lapangan yang sesungguhnya, sehingga
mengakibatkan perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan
bangunan, maka Kontraktor harus konsultasi dan mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan. Atas dasar
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen, jika ada penyesuaian dimensi, elevasi posisi
dan kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun yang telah
disepakati
bersama, disetujui dan disyahkan Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan adalah yang mengikat pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan, dan
merupakan dasar serta acuan utama bagi Kontraktor pada pelaksanaan pekerjaan.
“Construction Drawing” Atau “Working Drawing” yang dipersiapkan oleh kontraktor
tersebut, harus bisa memberikan suatu gambaran rancang bangun yang akan
dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan, sehingga perlu dan harus dicantumkan
anatara lain :

Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal.


Dimensi rencana bangunan jalan.
Elevasi posisi dan kedudukan bangunan jalan

Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain.


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
“Construction Drawing” Atau “Working Drawing” yang disyahkan oleh Pejabat
Pembuat
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Komitmen, dipakai sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal saat akan
dimulainya pelaksanaan pekerjaan atau “ Mutual Cheek ” pada kondisi pelaksanaan
0%.
Kontraktor wajib membuat copy “Construction Drawing” Atau “Working Drawing”
sebanyak minimum 3 (Tiga) Copy, dengan distribusi dua copy untuk PPTK,
Pengawas
Lapangan, satu copy untuk arsip Kontraktor dan satu copy serta gambar aslinya harus
gambar aslinya harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Pembuatan Working Drawing dan perhitungan Mutual Check harus sudah selesai dan
disetujui oleh PPTK, Pengawas Lapangan dan Pejabat Pembuat Komitmen selambat-
lambatnya 2 minggu setelah tanggal SPMK.

Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke waktu, dimungkinkan adanya


penyesuaian pelaksanaan karena kondisi “Engineering Adjustment”, atau perubahan
desain “Revised Design”, semuanya bisa mengakibatkan perubahan volume
pelaksanaan pekerjaan menjadi bertambah atau berkurang.
Untuk kondisi “Engineering Adjustment”, tidak diperlukan adanya gambar baru yang
disyahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, namun Kontraktor wajib memberikan
laporan tertulis serta sketsa penyesuaian guna mendapatkan persetujuan dari PPTK,
Pengawas Lapangan pekerjaan dan tembusan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Sedang pada kondisi perubahan desain “Revised Design”, Pejabat Pembuat
Komitmen
secara resmi akan memberikan gambar perubahan desain yang telah disyahkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen kepada Kontraktor secara administratif dalam bentuk
“Variation Order”.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Construction Drawing” Atau
“Working Drawing” termasuk penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab dan beban kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan
termasuk “Overhead” pada analisa satuan pekerjaan.

2.9.3. “ Shop Drawing”


Apabila pada konstruksi bangunan yang akan dikerjakan, ada unit bangunan yang
harus dikerjakan pembuatannya di luar areal Kegiatan, dan karena sifat
kekhususannya harus dan terpaksa dikerjakan oleh Sub-Kontraktor, maka sebelumnya
Sub- Kontraktor yang bersangkutan diharuskan membuat dan menyerahkan gambar
rencana bentuk unit bangunan tersebut, lengkap dengan perhitungan konstruksinya.
“ Shop Drawing” yang disiapkan oleh Sub-Kontraktor tersebut, harus diserahkan
pada
Pejabat Pembuat Komitmen, diperiksa, dikoreksi apabila perlu, dan untuk selanjutnya
disyahkan oleh Pemilik Kegiatan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Gambar Unit bangunan atau “ Shop Drawing” tersebut harus secara lengkap memuat:
Bentuk unit bangunan serta dimensinya.
Material yang akan dipakai serta spesifikasinya.
List Komponen unit bangunan yang memuat:

a. Panjang lebar, tebal komponen unit bangunan


b. Berat persatuan komponen unit bangunan
c. Jumlah komponen unit bangunan dan lain-lain

Gambar dan list pekerjaan pembuatan dan pemasangan tulangan konstruksi termasuk
dalam kategori “Shop Drawing”.
Kontraktor wajib membuat copy “Shop Drawing” sebanyak minimum 5 (lima) copy,
dengan distribusi dua Copy untuk PPTK, dan Pengawas Lapangan, satu copy
dipasang di barak kerja, satu copy untuk arsip Kontraktor dan satu copy serta gambar
aslinya harus diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Shop Drawing” termasuk
penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada
analisa
harga satuan pekerjaan.

2.9.4. “As Built Drawing”

Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar pelaksanaan, berikut


pekerjaan tambah atau kurang berdasarkan “Variasi Order” yang diberikan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen, dan Kontraktor telah melakukan pengukuran ulang akhir
pekerjaan, maka Kontraktor diwajibkan membuat gambar purna bangun atau “As
Built
Drawing”.
Gambar purna bangun atau “As Built Drawing” tersebut, harus lengkap berisi antara
lain:
- Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada.
- Dimensi dan masing-masing bangunan yang telah dikerjakan.
- Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan yang telah
dikerjakan.

- Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan.


Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan Kontraktor kepada
PPTK, Pengawas Lapangan pekerjaqan untuk diperiksa dan disetujui, selanjutnya
diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen guna mendapatkan pengesahan dari
Pejabat Pembuat Komitmen.
Perhitungan volume akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor
atau
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

yang “mutual check” volume pekerjaan 100%, semua mengacu dan didasarkan pada
gambar purna bangun yang telah disyahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, dan
merupakan volume akhir yang akan dibayar oleh Pejabat Pembuat Komitmen kepada
Kontraktor.

Kontraktor wajib membuat copy “As Built Drawing” sebanyak 5 (lima) copy, dengan
distribusi dua Copy untuk Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan
pekerjaan dan Pengawas, 3 (tiga) copy serta gambar aslinya harus diserahkan kepada
Pejabat Pembuat Komitmen, termasuk data dan perhitungan hasil pengukuran akhir
sebagai pendukungnya.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “As Built Drawing” termasuk
penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada
analisa
harga satuan pada analisa harga satuan pekerjaan.
As Built Drawing harus sudah diserahkan dan disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan selambatnya-lambatnya bersamaan dengan
Berita Acara Penyerahan I.

2.9.5. Administrasi Kegiatan


Kontraktor wajib menyediakan dan membuat kelengkapan administrasi lapangan
berupa buku tamu, buku laporan bahan, material, alat dan pekerja, catatan harian
cuaca dan lain-lain yang diperlukan untuk kelengkapan administrasi. Kontraktor
wajib
membuat harian, laporan mingguan dan laporan bulanan lengkap dengan data
penunjangnya dan foto dokumentasi sebagaimana tercantum dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat Kegiatan.

Sebelum memulai aktifitas Kontraktor diwajibkan untuk membuat jadwal atau


schedule, rencana kerja, metode kerja, kebutuhan material, Kebutuhan sumberdaya
daan peralatan dan harus mendapat persetujuan dari pengawas dan Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas LapangaN.

2.10. PHOTO DOKUMENTASI

Sejak awal akan mulai melaksanakan pekerjaan, selama masa pelaksanaan pekerjaan
dan pada akibat pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat dokumentasi
kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang diwujudkan dalam bentuk photo dokumentasi.
Photo dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan tersebut, harus bisa memberikan
gambaran secara lengkap dan menyeluruh mengenai kegiatan pelaksanaan pekerjaan
sejak dari awal sampai akhir pelaksanaan pekerjaan, sehingga secara kronologi bisa
merupakan satu gambaran tujuan yang akan dicapai oleh kegiatan tersebut.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Photo dokumentasi dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik tetap yang berbeda
atau secara garis kegiatan pelaksanaan seluruh pekerjaan.
Photo dokumentasi tersebut, pelaksanaan pengambilnya dilakukan pada kondisi tahap
kegiatan pelaksanaan Pekerjaan:

-Saat awal sebelum mulai kegiatan pelaksanaan pekerjaan 0%.


-Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50%
-Saat selesai pelaksanaan pekerjaan atau prestasi 100%.

Photo dokumentasi tersebut, selanjutnya harus dicetak ukuran kartu pos, masing-
masing 5 (lima), dengan distribusi 1(satu) Copy dipasang dibarak kerja dan 4 (empat)
copy lainnya ditata rapi pada album photo kemudian diserahkan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen.
Pada saat pengambilan photo dokumentasi akhir pelaksanaan pekerjaan, disamping
cetakan ukuran kartu pos sebanyak 4 (empat) copy, sedangkan pengambilan photo
dokumentasinya dari 1 (satu) titik lain yang berbeda lokasi, dan akan ditentukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan pekerjaan.
Disamping photo dokumentasi utama tersebut, atas permintaan Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan pekerjaan Kontraktor bisa melaksanakan
pengambilan photo dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan lainnya yang
dianggap berguna dan mempunyai nilai penting untuk didokumentasikan.
Pada saat penyerahan photo dokumentasi, Kontraktor juga harus menyerahkan negatif
film, ditata menurut ukuran photo dokumentasi yang diserahkan.
Semua biaya yang timbul akibat pembuatan photo dokumentasi tersebut sepenuhnya
menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor, serta harus diperhitungkan termasuk
“Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

2.11. PENGERINGAN ATAU “COFFERING DAN DEWATERING”

Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal pekerjaan
kadang-kadang suatu saat tidak bisa bebas sama sekali dari adanya air.
Pada keadaan ini, kontraktor diwajibkan mengeringkan atau membebaskan areal
pekerjaan yang akan dipakai sebagai kedudukan Konstruksi dari genangan air atau
pengaruh air, karena bisa menyebabkan turunnya kualitas pekerjaan akibat pengaruh
air tersebut.
Pada prinsipnya, selama masa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang akan
dipakai sebagai kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap kering, bebas dari
genangan ataupun rembesan air.
Pekerjaan pengeringan yang dimaksud disini adalah, termasuk sistem drainase
lingkungan pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif, terutama
pada masyarakat dan lingkungan setempat.

Untuk pekerjaan-pekerjaan menurut sifatnya dipandang oleh Pejabat Pembuat


RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Komitmen tidak diperlukan adanya sistem pengeringan khusus maka, semua yang
timbul akibat pekerjaan pengeringan ini menjadi tanggung jawab dan beban
Kontraktor,
serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa harga satuan
pekerjaan.
Pada jenis pekerjaan yang dipandang oleh Pejabat Pembuat Komitmen memerlukan
adanya konstruksi pengeringan sifatnya khusus dan memerlukan penanganan
tersendiri, maka perhitungan volume dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan
pengeringan tersebut di atas, diperhitungkan dalam satuan (unit) m’, sedangkan harga
satuan pekerjaan yang ditawarkan, sudah harus meliputi upah tenaga, bahan material
yang dipakai, peralatan yang dipergunakan “Overhead” dan keuntungan Kontraktor.

2.12. SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSA BAHAN BANGUNAN

a. Kontraktor harus selalu memegang teguh disiplin keras dan perintah yang baik
antara pekerjaannya dan tidak akan mengerjakan tidak sesuai atau tidak
mempunyai keahlian dalam tugas yang diserahkan kepadanya.

b. Kontraktor menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang


disediakan menurut Dokumen Kontrak dalam keadaan baru dan semua pekerjaan
akan berkualitas baik bebas dari cacat. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan
standart ini dapat dianggap defecktif (rusak).

c. Dalam pengajuan penawaran harga kontraktor harus memperhitungkan biaya-biaya


pengujian/ pemeriksaan berbagai bahan yang dipergunakan untuk pelaksanaan
pekerjaan. Diluar jumlah tersebut kontraktor tetap bertanggung jawab atas biaya-
biaya pengiriman yang tidak memenuhi syarat-syarat yang dikehendaki.

2.13. PEKERJAAN YANG TIDAK BAIK

a. Pejabat Pembuat Komitmen atau PPTK berhak mengeluarkan instruksi agar


Kontraktor membongkar pekerjaan apa saja yang telah ditutup untuk diperiksa atau
mengatur untuk mengadakan pengujian bahan-bahan atau barang-barang baik
yang sudah maupun yang belum dimasukkan dalam pekerjaan atau yang sudah
dilaksanakan. Biaya untuk pekerjaan dan sebagainya menjadi beban Kontraktor
untuk disempurnakan sesuai dengan dokumen kontrak.

b. Pejabat Pembuat Komitmen atau PPTK berhak mengeluarkan instruksi untuk


menyingkirkan dari tempat pekerjaan, pekerjaan-pekerjaan, bahan-bahan atau
barang apa saja yang tidak sesuai dengan dokumen kontrak.

c. Pejabat Pembuat Komitmen berhak mengeluarkan perintah yang dikehendaki


pemecatan siapa saja dari pekerja
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

BAB III
PEKERJAAN TANAH

3.1. UMUM

Yang dimaksud dengan pekerjaan tanah adalah semua pekerjaan persiapan lapangan,
termasuk pekerjaan peralatan tanah, galian tanah, serta penanganan, penghamparan
dan pemadatan material timbunan yang diperlukan, pembuangan semua material sisa
galian, pengeringan (bila diperlukan), perlindungan terhadap daerah di sekitarnya,
urugan kembali, pengupasan muka tanah, timbunan tanah pada alur dan elevasi
sesuai yang ditunjukkan pada gambar.

Khusus pekerjaan perataan dan galian tanah harus menggunakan alat berat atau
secara mekanis. Kebutuhan alat berat untuk penggalian dan pengangkutannya serta
kombinasi dari kedua alat dan metode kerjanya harus dihitung berdasarkan jadwal
atau
waktu yang dibutuhkan untuk penggalian dan harus disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan. Bila terjadi kesalahan hitung atau metode
kerja sehingga mengakibatkan waktu penyelesaian Kegiatan menjadi mundur atau
terjadi penambahan biaya, maka segala akibat tersebut di atas harus ditanggung
sepenuhnya oleh Kontraktor.

Bila tidak langsung digunakan penyimpanan bahan galian yang akan digunakan tidak
diperbolehkan diletakkan di jalan. Batu besar yang tidak diperkenankan untuk
material
timbunan dapat disimpan/ dicadangkan bagi keperluan pasangan batu, sesuai dengan
spesifikasi. Penggunaan semua material galian untuk keperluan tertentu ditentukan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan. Kontraktor tidak
diperkenankan menghamburkan atau dengan kata lain membuang material galian
yang
berguna. semua galian akan dilaksanakan dengan batasan dan sesuai kebutuhan yang
diperlihatkan pada pasal-pasal dari spesifikasi ini berkenaan dengan masalah
pengendalian air. Tidak diperbolehkan menebang tanpa ijin dari Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan dan Instansi yang terkait.

Pekerjaan perataan, galian dan urugan harus benar-benar rata menurut gambar-
gambar potongan memanjang dan potongan melintang dengan permukaan dan
kemiringan yang rapi dan benar-benar rata dan teratur. Apabila tidak disebutkan lain,
semua rumput tanaman dan semua bahan-bahan yang merusak harus dibuang
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
sebelum bahan urugan diletakkan pada tempatnya. Semua bahan-bahan yang lemah
atau mudah rusak harus diganti dengan bahan-bahan yang baik seperti syarat yang
ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Bahan galian yang didapatkan dari tempat galian tidak mencukupi bagi keperluan
penimbunan maka dapat diperoleh tambahan galian dari daerah bahan galian lain
yang
telah disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan. Lokasi
bahan
galian yang telah digali harus diperbaiki sedemikian rupa untuk menghilangkan
kemiringan tanah yang tajam dan tidak stabil atau hal lain yang kurang baik dan
berbahaya. Luas dan kedalaman galian masih dalam batas area yang telah disetujui
Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan. Kontraktor bertanggung
jawab terhadap pengaturan dan pembayaran semua bahan galian termasuk bahan
lempung dan bahan yang dipilih sesuai persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen,
PPTK, Pengawas Lapangan.

3.2. PENGENDALIAN AIR

Kontraktor harus menyediakan, memasang dan mengoperasikan semua peralatan


yang diperlukan untuk menjaga galian bebas dari air/genangan selama pelaksanaan
konstruksi dan harus membuang air hingga pekerjaan tidak menimbulkan kerusakan
terhadap benda-benda disekitarnya, atau menyebabkan gangguan atau mengancam
umum. “Interceptor Drain” perlu untuk menjaga air permukaan jangan sampai masuk
ke lubang galian konstruksi. Untuk penggalian di bawah air, Kontraktor harus
mengusahakan melaksanakan pengeringan disekitar lokasi galian dengan metode
yang harus diusulkan oleh kontraktor dan harus mendapatkan persetujuan dari Pejabat
Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
Tanggul akan sangat baik digunakan mencegah kerusakan akibat erosi selama
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Kerusakan yang ditimbulkan diperbaiki atas biaya
Kontraktor.

3.3. PEKERJAAN GALIAN

a. Uraian
1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah atau material
lain baik dari tempat kerja atau sekitarnya, yang perlu untuk menyelesaikan
yang memuaskan dari pekerjaan dalam kontrak ini.

2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan pondasi, pembuangan


material yang tidak terpakai atau humus, dan untuk pembentukan secara umum
dari tempat kerja sesuai dengan spesifikasi ini dan yang memenuhi garis,
ketinggian penampang yang ditunjukkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

b. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi dari
yang ditentukan lebih dari 2 cm dari tiap titik.

2. Permukaan galian yang telah selesai yang terbuka terhadap aliran air
permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk
menjamin drainase yang bebas dari permukaan ini tanpa terjadi genangan.

c. Perbaikan Dari Pekerjaan Galian Yang Tidak Memuaskan


Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan, harus diperbaiki
oleh Kontraktor sebagai berikut :
- Material yang berlebihan harus dibuang dengan menggali lebih lanjut.
- Daerah dimana digali lebih, atau daerah retak atau lepas, harus diurug kembali
dengan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat seperti yang diperintahkan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.

d. Pelaporan dan Pencatatan


1. Untuk setiap pekerjaan galian, Kontraktor harus menyerahkan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan, sebelum memulai pekerjaan,
gambar perincian potongan melintang atau memanjang yang menunjukkan
kondisi awal dari tanah sebelum operasi pembabatan dan penggarukan
dilakukan.
2. Kontraktor harus menyerahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK,
Pengawas Lapangan gambar perincian dari seluruh struktur sementara yang
diusulkannya atau yang diperintahkan untuk digunakan, seperti skor, turap,
cofferdam, dan tembok penahan dan harus memperoleh persetujuan Pejabat
Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan sebelum melaksanakan
pekerjaan galian yang dimaksudkan untuk dilindungi oleh struktur yang
diusulkan tersebut.
3. Setelah masing-masing galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi selesai,
Kontraktor harus memberitahu Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan. Bahan landasan atau material lain tidak boleh dipasang sebelum
kedalaman galian disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan.
e. Prosedur Penggalian.
Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan
dalam gambar atau ditunjukkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK,
Pengawas Lapangan dan harus mencakup pembuangan seluruh material dalam
bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, padas, batu bata, batu beton, dan
lain-lain.
Pekerjaan galian harus dilakukan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap
material di bawah dan di luar batas galian.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

f. Kondisi Tempat Kerja


Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan
seluruh material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk pengeringan,
penggalian saluran air dan pembangunan saluran sementara, tembok ujung dan
Cofferdam. Pompa agar siap ditempat kerja pada setiap saat untuk menjamin tak
ada gangguan dalam prosedur pengeringan dengan pompa.
g. Jaminan Keselamatan pekerjaan Galian
1. Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin
keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian.

2. Selama masa pekerjaan galian, Kontraktor harus menjaga setiap saat suatu
lereng yang stabil yang mampu menahan pekerjaan sekitarnya. Bila diperlukan,
Kontraktor harus menahan atau menyangga struktur di sekitarnya yang jika
tidak dilakukan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian
tersebut.

Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )


3. Pada setiap saat dimana kedalaman galian melebihi ketinggian di atas kepala,
Kontraktor harus menempatkan pengawas keamanan pada tempat kerja yang
tugasnya hanya memonitor kemajuan dan keamanan. Pada setiap saat
peralatan cadangan serta perlengkapan P3K harus tersedia di tempat kerja
galian.

4. Seluruh tepi galian terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk
mencegah pekerja atau orang lain terjatuh kedalamnya dan setiap galian
terbuka pada jalan badan atau bahu harus ditambah dengan bambu pada
malam hari dengan drum dicat putih atau lampu kuning sesuai dengan
ketentuan Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.

h. Penggunaan dan Pembuangan Material Galian


Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam batas-batas dan cakupan
Kegiatan dimana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi
timbunan atau urugan kembali, maupun lime treatment.
Material galian yang mengandung tanah organis tinggi, sejumlah besar akar atau
benda tetumbuhan yang lain dan tanah yang komprensif yang menurut Pejabat
Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan akan menyulitkan pemadatan
dari material atau yang mengakibatkan kerusakan atau penurunan yang tidak
dikehendaki, harus diklasifikasikan tidak memenuhi untuk digunakan sebagai
timbunan dalam pekerjaan permanen.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Setiap material galian berlebih untuk kebutuhan timbunan, atau setiap material
yang tidak disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan
Teknik sebagai bahan timbunan harus dibuang dan diratakan dalam lapis yang tipis
oleh Kontraktor di luar tempat kerja sesuai petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen,
PPTK, Pengawas Lapangan.

Kontraktor harus bertanggung jawab untuk seluruh pengaturan dan biaya untuk
pembuangan material yang berlebih atau tidak memenuhi syarat, termasuk
pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik tanah dimana pembuangan dilakukan.

i. Pembuangan Material Pekerjaan Sementara dan Perapihan Tempat Bekas galian.


1. Terkecuali diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas
Lapangan, seluruh struktur sementara seperti cofferdam atau skor dan turap
harus dibongkar oleh Kontraktor setelah selesai pekerjaan struktur permanen
atau pekerjaan lain untuk mana galian telah dilakukan. Pembongkaran harus
dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atu
formasi yang telah selesai.
2. Material galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam
saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan selesai sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu saluran air.
3. Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh
Kontraktor harus ditinggalkan dalam keadaan rapi dengan tepi dan lereng yang
stabil.

3.4. URUGAN DAN TIMBUNAN TANAH DIPADATKAN

a. Umum

Semua pengurugan, dan timbunan tanah, harus dilakukan di tempat kering yang
disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
Penggunaan peralatan bagi pelaksanaan penimbunan dan pengurugan kembali
sehingga dapat memperoleh hasil pemadatan sesuai dengan spesifikasi, jenis dan
kapasitas sesuai dengan yang diminta dan telah disetujui Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.
Melindungi semua daerah kerja dari kerusakan yang diakibatkan oleh air atau
dengan cara lain membuat sistem drainase yang baik untuk menjaga jangan
sampai air berada di atas tanah urugan dan daerah pengurugan. Alat berat tidak
boleh beroperasi dalam jarak 1 m dari bangunan dan “Vibrating Rollers” dalam
jarak 1,5 m dari bangunan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

b. Timbunan/ Urugan
Timbunan tidak boleh diletakkan hingga galian yang telah dilakukan dan pekerjaan
pondasi yang telah diselesaikan diperiksa dan disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan. Penimbunan diletakkan mendatar lapis
demi lapis yang dipadatkan dengan menggunakan peralatan tetapi dengan
ketebalan lepas maksimum 200 mm, pemadatan timbunan dengan tenaga manusia
dan juga dengan tenaga mesin harus dengan ketebalan lepas maksimum 200 mm.
Distribusi bahan di seluruh bagian lapisan harus seragam dan penimbunan harus
bebas dari tonjolan, cekungan, dan alur-alur atau lapisan material yang berbeda
susunan atau gradasi dengan material di sekitarnya.

Bila permukaan lapisan menjadi terlalu keras atau halus, untuk pemadatan dengan
lapisan berikutnya, perlu dilakukan torehan sejajar sumbu penimbunan hingga
kedalaman tidak kurang dari 75 mm sebelum dilapisi dengan lapisan selanjutnya.
Pada muka puncak semua timbunan tanah harus diberi kemiringan tidak kurang
dari 2% untuk mendapatkan drainase yang efektif, walau tidak
diperlihatkan/ditunjukkan dalam gambar. Permukaan dari timbunan tanah harus
dengan kemiringan 25 hingga dapat berfungsi sebagai drainase.

c. Pemadatan
Pelaksanaan semua penimbunan tidak kurang 90% dari maksimum dry density.
Semua timbunan harus dilembabkan sebesar 2% daripada optimum dan kemudian
dipadatkan. Distribusi kelembaban yang seragam dapat diperoleh dengan metode
yang telah disetujui Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan bagi
pemadatan lapisan. Bila lapisan teratas (dari lapisan sebelumnya) dan timbunan
yang dipadatkan atau tanah pondasi menjadi kering atau basah untuk memperoleh
ikatan yang baik perlu dilakukan penorehan dan pelembaban dengan
menggunakan pancaran air untuk memperoleh kadar air yang yang baik bagi
peletakan lapisan selanjutnya.

3.5. KELEBIHAN GALIAN DAN PEMBUANGAN SISA GALIAN


Semua bahan hasil dari galian yang berlebihan yang dianggap perlu oleh Pejabat
Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan harus dipindahkan/dibuang dari
lokasi pekerjaan dan biaya untuk itu ditanggung oleh Kontraktor. Kontraktor harus
menyediakan lokasi buangan akhir untuk sisa tanah hasil galian yang tidak terpakai,
di
luar lokasi pekerjaan atau sesuai petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK,
Pengawas Lapangan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

BAB VI
PEKERJAAN PELAT BETON

6.1. U m u m

a. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan semua struktur beton termasuk beton tak
bertulang, beton bertulang dan bagian beton dari struktur komposit, sesuai dengan
spesifikasi ini serta elevasi, kelandaian dan ukuran yang tercantum dalam gambar
rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Lapangan/PPTK.
Pemborong sebelum melaksanakan pekerjaan beton diwajibkan memeriksa
gambar/perhitungan konstruksi beton bertulang. Bila Pengawas Lapangan/PPTK
menganggap perlu maka dibuatkan perhitungan / gambar beton dengan mendapat
persetujuan perencana teknis.

b. Standar-standar yang dipakai


Pada setiap tahapan pekerjaan beton, yakni perencanaan, pelaksanaan dan
pemeliharaannya berlaku ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Peraturan
Beton Bertulang Indonesia, yang selanjutnya disingkat dengan PBI. Hal-hal yang
belum diatur dalam ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam PBI, maka dipakai
standard SKSNI-T15,ACI, ASTM dan AASTHO.

c.Mutu beton
Mutu beton yang dikehendaki untuk semua pekerjaan beton biasa (praktis) adalah
K 225 kecuali ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan/PPTK dengan campuran
beton 1pc : 2ps : 3kr, ukuran beton dan penulangannya sesuai dengan gambaR
d. Pengajuan
1. Pemborong harus mengajukan contoh semua bahan yang hendak digunakan
dengan data pengujian, yang harus memenuhi spesifikasi.
2. Pemborong harus mengajukan desain campurannya untuk setiap jenis
pekerjaan pengecoran beton.
3. Pemborong harus mengajukan gambar terinci dari semua perancah yang
akan
digunakan, mendiskusikan metode konstruksi dan program kerjanya serta
memperoleh persetujuan Pengawas Lapangan, PPTK sebelum memasang
setiap perancah atau memulai pekerjaan beton lainnya. Persetujuan tersebut
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
tidak akan membebaskan Pemborong dari tanggung jawabnya pada setiap
struktur
4. Pemborong harus memberitahu Pengawas Lapangan, PPTK secara tertulis
paling tidak 24 jam sebelumnya untuk mencampur atau mengecor beton.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

e. Kondisi Pekerjaan
Pemborong harus menjaga suhu dari semua bahan-bahan terutama agregat
kasar, pada tingkatan yang serendah mungkin dan harus menjaga suhu dari
beton di bawah 30o C pada waktu pengecoran.

Sebagai tambahan, maka Pemborong tidak akan mengecor beton apabila :


1. Kecepatan penguapan melebihi 1,0 Kg/m2/jam;
2. Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %;
3. Hujan atau bila udara penuh debu (tercemar)
4. Kondisi lapangan yang tidak memungkinkan atau tidak ada persetujuan
Pengawas Lapangan/PPTK untuk mengecor.
f. Pembetulan Pekerjaan yang kurang memuaskan
1.Pembetulan dari pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
dirinci dalam spesifikasi, atau hasil akhir permukaan yang tidak memuaskan,
atau tidak memenuhi persyaratan sifat campuran yang dirinci dalam
spesifikasi, harus meminta petunjuk Pengawas Lapangan, PPTK yang
meliputi:
- Perubahan dalam perbandingan campuran untuk sisa pekerjaan.
- Penguatan atau pembuangan seluruh dan penggantian bagian pekerjaan
yang dianggap kurang memuaskan.
- Tambalan pada cacat-cacat kecil.
2.Dalam hal adanya perselisihan mengenai kualitas pekerjaan beton atau setiap
keraguan mengenai kelayakan data pengujian yang tersedia, maka
Pengawas Lapangan, PPTK dapat meminta Pemborong untuk melaksanakan
pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin bahwa suatu penilaian
yang cukup baik mengenai kualitas pekerjaan dapat dibuat. Pengujian
tambahan tersebut harus atas biaya sendiri dari Pemborong.

6.2. Persyaratan Bahan

Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen PC dari Gresik,
Cibinong dan Nusantara (semen produksi dalam negeri) dan harus memakai satu
macam merk pabrik setiap lokasi bangunan dengan jenis dan kwalitas yang sama.
Kerikil untuk semua pekerjaan beton/beton bertulang dapat memakai krikil ukuran 1-
2
atau 2/3 cm, padat dan bersih dan sebelum dipakai harus dicuci terlebih dahulu.
Pasir cor harus dipakai pasir khusus untuk beton, berbutir tajam, bersih dari segala
kotoran dan tidak boleh tercampur dengan bahan-bahan lain.
Untuk mengaduk semua campuran beton harus memakai air bersih dan tawar
sesuai (PBI 1971).
Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini, semua
bahan yang dipakai untuk pekerjaan beton harus memenuhi ketentuan yang
tercantum pada bagian 2 bab 3 dari PEDOMAN BETON 1989 (SKBI-1.4.53.1989
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

a. Semen PC

1. Semua semen yang boleh digunakan adalah Semen Portland type-I yang
ditentukan dalam SII 0013-81 atau Standar Umum Bahan Bangunan
Indonesia 1986 dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
dalam standar tersebut.
2. Kecuali diijinkan lain oleh Pengawas Lapangan./PPTK, maka hanya produk
dari satu pabrik/merk untuk setiap jenis semen PC yang boleh digunakan
untuk pekerjaan beton.
3. Semen yang diterima dalam kantong-kantong yang masih tersegel dan tidak
pecah.
4. Kecuali jika diperintahkan lain oleh Pengawas Lapangan/PPTK, keterangan
hasil pengujian dari pabrik harus disertakan bersama setiap pengiriman
semen untuk menjamin mutu semen PC sesuai standar.
5. Pemborong harus menyediakan contoh dari setiap pengiriman semen PC
yang telah diserahkan ke tempat kerja kepada Pengawas Lapangan/PPTK
yang diperlukan untuk pengujian. Bila menurut penilaian Pengawas
Lapangan/PPTK semen PC tersebut berbungkah atau berbongkol maka
semen PC tersebut ditolak semen tersebut dan Pemborong harus segera
menyingkirkannya dari tempat pekerjaan.
6. Semen PC yang telah disimpan lebih dari 40 (empat puluh) hari dan
kualitasnya meragukan tidak boleh digunakan dalam pekerjaan, sampai
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
dilakukan pengujian kembali, dan hasil pengujian memperlihatkan kualitas
yang sesuai dan memenuhi standard yang telah diberikan. Bahan yang
ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu
1x24 jam.
7. Segera setelah sampai di lokasi pekerjaan, semen PC harus disimpan di
tempat penyimpanan yang telah direncanakan sesuai dengan tujuannya, atau
di tempat kering yang bebas dari pengaruh cuaca buruk serta mempunyai
sistim ventilasi yang baik dan lantai tempat penyimpanan terletak lebih tinggi
45 cm dari permukaan tanah dan 20 cm dari dinding serta fasilitas lain untuk
mencegah penyerapan terhadap kelembaban. Semua fasilitas penyimpanan
harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan/PPTK dan harus diberi
jalan masuk yang mudah untuk tujuan pemeriksaan dan identifikasi. Setiap
penyerahan semen PC akan disimpan secara terpisah (menurut
kelompoknya) dan Pemborong menggunakan semen PC sesuai urutan waktu
dari penerimaan bahan tersebut. Tanpa alasan apapun semen PC tidak boleh
ditumpuk (keatas) lebih dari 10 zak (2 meter) tingginya.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

8. Jenis semen PC yang berbeda harus disimpan di tempat yang terpisah dan
diberi tanda yang jelas. Semen PC yang dikirimkan ke lokasi pekerjaan dalam
drum atau zak oleh pemasok (supplier) atau pabrik harus disimpan didalam
drum atau zak sampai semen PC tersebut digunakan. Bila semen PC dalam
drum atau zak tersebut telah dibuka, semen PC tersebut harus segera
digunakan. Bila ada keterbatasan ruang untuk penyimpanan semen PC di
lokasi pekerjaan, maka harus disimpan di pusat lokasi Kegiatan dan dapat
didistribusikan sesuai kebutuhan masing-masing pekerjaan.

b. Agregat
1. Secara umum, agregat harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII
00520-80 dan persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi ini. Bila tidak
tercakup dalam SII 00520-80 maka agregat harus memenuhi ketentuan
ASTM C33.
2. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran partikel terbesar
tidak lebih besar daripada 3/4 dari jarak minimum antara batang tulangan atau
perbatasan lainnya dalam jarak di mana pekerjaan beton harus ditempatkan.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
3. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran partikel terbesar
tidak lebih besar daripada 3/4 dari jarak minimum antara batang tulangan atau
perbatasan lainnya dalam jarak di mana pekerjaan beton harus ditempatkan.
4. Jumlah total lempung dan lumpur di dalam pasir alam tidak boleh melebihi
ketentuan yang ada dalam ACI dan ASTM
5. Agregat harus bebas dari bahan-bahan organik seperti dirinci dalam
AASHTO.
6. Pengambilan contoh dan pengujian agregat harus dilakukan memenuhi
ketentuan yang sesuai dengan bagian-bagian dalam ASTM. Pemborong
harus memberi jaminan kepada Pengawas Lapangan/PPTK, bahwa agregat
yang akan dipasok tidak akan meningkatkan reaksi alkali dengan PC.
7. Sebelum pekerjaan adukan contoh dimulai, Pemborong harus menyerahkan
contoh sebanyak 50 kg dari masing-masing agregat yang diusulkan akan
digunakan untuk mendapatkan persetujuan Pengawas Lapangan/PPTK dan
harus disimpan di lapangan untuk digunakan sebagai patokan (acuan).
8. Pemborong harus menyiapkan cara-cara penimbunan agregat pada setiap
tempat di mana pekerjaan pembetonan dilakukan sedemikian :
 Ukuran nominal dari agregat kasar dan agregat halus harus ditempatkan
terpisah setiap waktu.
 Pengotoran terhadap agregat yang disebabkan oleh tanah dan benda-
benda lainnya dapat dihindarkan setiap waktu.
 Setiap timbunan agregat harus mampu mengalirkan air (lolos air).
9. Pemborong harus memastikan bahwa agregat kasar dicurahkan, disimpan
dan dipindahkan dari tempat penyimpanan dengan cara sedemikian sehingga
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

tidak menyebabkan pemisahan. Agregat kasar harus berupa koral / batu


pecah yang mempunyai susunan gradasi yang baik, keras, tidak porous,
tajam dan bentuknya relatif kubus.Agregat kasar mempunyai ukuran butir di
antara 5 sampai dengan 20 mm, ukuran yang lebih besar dari 38 mm untuk
penggunaannya harus mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan/
PPTK, sesuai dengan dimensi struktur dan kerapatan tulangan dimana
adukan akan dicor.
10. Gradasi dari agregat kasar secara keseluruhan harus dapat menghasilkan
mutu beton yang dikehendaki, padat dan mempunyai daya kerja yang baik
dengan PC dan air dalam proporsi campuran yang akan dipakai.
11. Pasir yang digunakan harus benar-benar pasir cor bukan pasir laut.
12. Agregat kasar dan agregat halus harus selalu bersih dari gumpalan tanah liat,
lumpur, minyak dan bahan organis yang merugikan.
13. Agregat halus mempunyai modulus kehalusan butir antara 2 sampai dengan
32 jika diselidiki dengan saringan standard, berbentuk tajam dan keras.
14. Gradasi dari agregat halus harus menghasilkan mutu beton yang dikehendaki.
15. Semua agregat harus disimpan di tempat bersih yang keras permukaannya
dan dicegah supaya tidak terjadi percampuran dengan material/bahan lain
dan terkotori.
16. Agregat halus yang basah tidak boleh digunakan sampai menurut pendapat
Pengawas Lapangan/PPTK agregat tersebut telah kering hingga mencapai
kadar air yang tetap dan seragam, kecuali jika Pemborong mengukur kadar
air agregat halus secara terus menerus dan mengatur jumlah agregat halus
dan air yang ditambahkan dalam setiap pengadukan beton. Bila diperlukan
untuk memenuhi ketentuan dalam pasal ini, Pemborong harus melindungi
gundukan/timbunan dari pengaruh cuaca buruk. Bila keadaan tempat/lokasi
kerja terbatas bagi penyimpanan agregat, agregat harus disimpan di pusat
lokasi kerja dan akan didistribusikan setiap hari sesuai dengan kebutuhan
masing-masing jenis pekerjaan dengan cara sedemikian rupa sehingga
terhindar dari pengotoran dan pemisahan terhadap agregat.

c. A i r
1.Air yang digunakan dalam mencampur, merawat, atau penggunaan lain yang
direncanakan harus bersih dan bebas dari setiap zat-zat yang merugikan
seperti minyak, garam, asam alkali, basa, gula atau zat organik yang adapat
merusak beton. Air harus diuji sesuai dengan dan harus memenuhi
persyaratan ASTM atau PBI.
2.Air dengan kualitas sebagai air minum dapat digunakam tanpa pengujian.
3.Pengawas Lapangan/PPTK berhak mengharuskan Pemborong memeriksa air
yang dipakai ke laboratorium bahan yang diakui dan sah, atas biaya
Pemborong.

d. Bahan Tambahan / Admixture.


RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan/dicampur bersama bahan


beton selama pengadukan dengan maksud memperbaiki sifat-sifat campuran
beton. Kecuali diijinkan atau diperintahkan oleh Pengawas Lapangan, PPTK,
Pemborong tidak diperkenankan mempergunakan admixture. Metode penggu-
naan dan jumlah bahan tambahan yang digunakan harus seijin dan disetujui
Pengawas Lapangan, PPTK. Tetapi persetujuan ini tidak mengurangi tanggung
jawab Pemborong untuk menghasilkan beton dengan kekuatan dan "kemudahan
pengerjaan" sesuai dengan ketentuan. Beton yang meliputi berbagai kelas/mutu
yang menggunakan bahan tambahan harus direncanakan dan dibuat adukan
contoh tersendiri dan disetujui Pengawas Lapangan, PPTK, demikian pula bila
beton dengan kelas tersendiri. Bahan tambahan yang mengandung calcium
khlorida tidak boleh digunakan dengan alasan apapun.

6.3. Pencampuran Bahan


Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini,
persyaratan mengenai campuran beton baik mengenai perencanaan campuran dan
pengendalian mutu harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada bagian 3 bab 4
dari PEDOMAN BETON 1989 (SKBI - 1.4.53.1989).

a. Rencana Campuran Beton


Pada saat dimulainya pekerjaan Pemborong harus membuat adukan untuk setiap
mutu beton yang tercantum pada tabel 6.1. yang akan digunakan dalam pelak-
sanaan kegiatan dan detail rencana campuran harus dimasukkan untuk disetujui
Pengawas Lapangan, PPTK.

b. Workability (Kelecakan Beton)


1. Kemudahan pengerjaan setiap mutu beton harus sedemikian rupa sehingga
pemadatan dengan hasil yang memuaskan dapat diperoleh bila beton dicor
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
dan divibrasi dan tidak memisah bila ditangani, diangkut dan dipadatkan
dengan metode yang diusulkan akan digunakan Pemborong dalam
penanganan, transportasi dan pemadatan beton yang bersangkutan dalam
pekerjaan. Untuk beton bertulang, pemadatan ditentukan dengan metode
yang diuraikan dalam ACI dan ASTM harus tidak kurang dari 0,85 dan tidak
lebih besar dari 0,92.
2. Kekentalan (konsistensi) adukan beton harus disesuaikan dengan cara
transport, cara pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan
dari tulangan. Kekentalan tersebut dapat tergantung pada berbagai hal,
antara lain jumlah dan jenis semen, nilai faktor air semen, jenis ukuran butir
dari agregat serta penggunaan bahan-bahan pembantu.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

c. Contoh Campuran Beton


setelah Pengawas Lapangan/PPTK menyetujui rencana campuran beton
untuk setiap jenis mutu beton struktur dan selama atau setelah pelaksanaan tes
pendahuluan, Pemborong harus menyiapkan suatu percobaan campuran dari
setiap mutu beton dengan dihadiri/diketahui oleh Pengawas Lapangan, PPTK.
Selanjutnya, untuk kemudahan dalam pekerjaan pengecoran maka Pemborong
harus mengajukan metode pelaksanaan pengecoran yang dianggap paling
efesien menurut kontraktor berkaitan dengan besarnya volume beton dan
berkaitan dengan luas areal yang tersedia di lapangan. Metode pelaksanaan
tersebut harus diajukan paling lambat 7 hari sebelum pengecoran untuk
mendapatkan persetujuan Pengawas, PPTK, KPA.

d. Batasan Rasio Campuran Air / Semen


Dalam merencanakan dan menentukan adukan beton untuk digunakan dalam
pekerjaan, Pemborong harus memperhatikan ketentuan terdahulu dan juga
memperhatikan batasan- batasan lain pada rasio air/semen yang diperlihatkan
pada gambar atau yang dinyatakan/ disebutkan sesuai penggunaan beton pada
bagian tertentu pekerjaan.

6.4. Pengadukan Beton


a. Pengukuran Bahan untuk Beton
Kotak pengukur volume harus dibuat dengan konstruksi yang baik dari bahan
kayu atau baja serta mempunyai volume/isi yang tetap dari bermacam-macam
agregat untuk satu adukan dari suatu campuran. Kotak tersebut harus
mempunyai dasar yang tertutup dan harus ditandai dengan jelas agregat yang
mana yang digunakan. Pada saat menghitung ukuran dari kotak pengukur untuk
agregat halus harus diberi kelonggaran yang berguna untuk melebarnya agregat
halus sehubungan dengan adanya kandungan kadar air yang ada pada timbunan
pasir di lokasi pekerjaan. Sebelum Pemborong menggunakan kotak pengukuran
volume dalam pekerjaannya, hal tersebut harus mendapat persetujuan Pengawas
Lapangan/PPTK yang menyangkut ukuran dan bentuk kotak tersebut. Bila bahan
pencampur tambahan boleh digunakan, harus diukur secara terpisah dengan alat
pembubuh (dispenser) yang telah dikalibrasi, dan harus ditambahkan ke dalam
adukan bersama air. Semua pengaduk dan mesin pengaduk harus dijaga agar
bebas kerak beton dan harus dibersihkan sebelum pengadukan dimulai.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

b. Pengadukan BetoN

Beton harus diaduk dalam alat pengaduk mekanis atau beton molen yang mampu
mengkombinasikan agregat, semen dan air (termasuk bahan campuran
tambahan, jika ada) ke dalam suatu campuran yang berwarna seragam dan
melepaskan campuran tanpa pemisahan. Pada permulaan pekerjaan, dengan
pengaduk yang bersih, pengadukan pertama hanya terdiri dari setengah bagian
dari jumlah normal agregat kasar untuk mengganti pelekatan bahan lain pada
drum. Keadaan kadar air asli agregat harus ditentukan sebelum dimulainya
pengadukan setiap harinya dan pada periode tertentu dalam 1 hari pengadukan
bila diperlukan.
Pemborong harus memperhitungkan kandungan air dalam agregat bila
menentukan jumlah air yang ditambahkan ke setiap campuran, dan akan
mengatur jumlah air yang ditambahkan ke setiap adukan untuk menjaga rasio
air/semen dari adukan selalu tetap.

c. Pengawasan Mutu Beton


1. Pengawas Lapangan/PPTK berhak meminta setiap saat pada Pemborong
untuk membuat benda uji berupa silinder dari adukan beton yang dibuat.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
Pengambilan contoh beton harus sesuai dengan ketentuan dari PBI 89 dan
ASTM C172, pembuatan dan perawatan benda uji harus sesuai ketentuan
dari ASTM C31 dan diuji berdasarkan ASTM C39 di laboratorium yang
berwenang dan disetujui oleh Pengawas Lapangan/PPTK.
2. Yang dimaksud dengan kekuatan beton disyaratkan (fc’) adalah hasil test
tekan silinder E 150mm x H 300mm pada umur beton 28 hari.
3. Jumlah pengambilan dari setiap mutu beton yang dituang dalam satu hari
harus diambil tidak kurang dari satu kali. Satu pengambilan contoh mewakili
suatu volume rata-rata yang tidak lebih dari 20 m3 atau 5 truk mixer atau 1
batch (dipilih yang volumenya terkecil). Pada setiap kali pengambilan contoh
beton harus dibuat empat pasang spesimen silinder yang dites sebagai
berikut :
- 1 pasang dites pada umur 3 hari
- 1 pasang dites pada umur 7 hari
- 2 pasang dites pada umur 28 hari

4. Laporan uji tekan harus diserahkan kepada pengawas satu hari sesudah
selesai pengujian. Evaluasi hasil uji tekan umur 28 hari dilakukan berdasarkan
ketentuan sebagai berikut :
- Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji berturut-turut yang masing-
masing terdiri dari empat hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc' +
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

0,82S).
- Tidak satupun dari hasil uji tekan mempunyai nilai dibawah 0,85 fc'.
- Yang dimaksud satu hasil uji tekan adalah nilai rata-rata kuat tekan 2 buah
spesimen silinder dari contoh beton yang sama (atau 1 pasang spesimen).
5. Apabila dalam pelaksanaan nanti kedapatan bahwa hasil uji tekan gagal
memenuhi syarat spesifikasi dan telah pula dilakukan penyelidikan lain dan
hasilnya gagal pula, maka bagian pekerjaan tersebut harus diperkuat dengan
suatu metode yang mana seluruh biaya untuk itu, baik untuk perencanaan
maupun pelaksanaannya ditanggung oleh Pemborong sepenuhnya.
6. Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Pengawas
Lapangan/PPTK mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang
cacat seperti berikut :

- Konstruksi beton kropos.


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
- Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak sesuai dengan gambar.
- Konstruksi yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti yang
direncanakan.
- Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus
dibongkar dan diganti dengan yang baru, kecuali Pengawas Lapangan/PPTK
menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang
ditimbulkan tersebut.
Pengujian tambahan yang diminta oleh Pengawas Lapangan/PPTK mengenai
mutu beton dan biaya ditanggung oleh Pemborong.

6.5. Persyaratan Pelaksanaan


Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini,
persyaratan mengenai pelaksanaan pembetonan yang meliputi pengadukan,
pengangkutan, penuangan, pengecoran, perawatan, bekisting, penulangan, siar
konstruksi, sparing dan lain-lain harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada
bagian 3 bab 5 dan bab 6 dari PEDOMAN BETON 1989 (SKBI 1.4.53.1989).

a. Siar-siar Konstruksi
1. Semua siar-siar konstruksi dalam beton harus dibentuk rata horisontal atau vertikal.
Siar-siar tersebut harus berakhir pada bekisting yang kokoh dan ditunjang dengan
baik, jika perlu bekisting dibor guna melewati penulangan.
2. Bila pekerjaan pengecoran ditunda sampai beton yang sudah dicor mulai mengeras,
maka dianggap terdapat siar konstruksi. Pemborong harus menyerahkan kepada
Pengawas Lapangan/PPTK jadwal secara detail rencana pembetonan semua bagian
pekerjaan.
3. Jika diperlukan siar konstruksi di tempat yang lain dari pada yang telah disetujui,
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

karena adanya kerusakan alat atau alasan lain yang tak terduga, harus disediakan
penopang tegak lurus pada garis tegangan-tegangan utama tetapi jika lokasinya dekat
tumpuan suatu plat atau balok, atau di tempat lain yang dianggap berbahaya oleh
Pengawas Lapangan/PPTK, maka beton yang sudah dicor harus dipecah kembali dan
disingkirkan sehingga dicapai lokasi yang cocok untuk siar konstruksi sebagaimana
yang disetujui oleh Pengawas Lapangan/PPTK.
4. Pengecoran beton harus dilaksanakan secara terus menerus dari satu siar ke siar
berikutnya, tanpa memperhatikan jam-jam makan.
5. Permukaan siar beton yang sudah dicor harus dibersihkan seluruhnya dari benda-
benda asing atau serpihan-serpihan. Jika beton kurang dari 3 hari umurnya,
permukaan tersebut harus disiapkan dengan pencucian dan penyikatan seluruhnya.
Jika umurnya lebih dari 3 hari atau sudah terlalu keras, permukaan tersebut harus
disand blasted untuk memperlihatkan agregat.
6. Pemborong harus memperhatikan bahwa permukaan telah disiapkan dan
dibersihkan
sebelum pengecoran disetujui oleh Pengawas Lapangan /PPTK. Bekisting harus
diperiksa lagi dan dikencangkan. Pemadatan dan penggetaran harus dilakukan pada
permukaan lama dan ke sudut-sudut cetakan beton.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
b. Pembuatan Bekisting
Pemborong tidak diperbolehkan mengecor beton sebelum bekesting dan pasangan
besi beton diperiksa dan disetujui Pengawas Lapangan/PPTK.
Pemasangan papan-papan bekesting dipakai papan meranti tebal 2 cm disusun
secara rapat.
Pembongkaran papan bekesting dapat dilaksanakan sesudah mendapat persetujuan
dari Pengawas Lapangan/PPTK.

Setelah pekerjaan bekesting dibongkar semua bidang yang terlihat ada lobang-
lobang, tidak rata, harus segera ditutup dengan spesie 1pc : 2ps.
1. Semua cetakan beton dan penopang-penopangnya harus didesain oleh Pemborong
dan sebelum mulai dikerjakan harus disetujui Pengawas Lapangan/PPTK.
2. Cetakan harus benar-benar lurus, rata dan kokoh sehingga cukup untuk menahan
defleksi, gerakan-gerakan dan getaran yang membahayakan akibat tekanan dari
adukan beton cair atau padat.
3. Semua sambungan harus ditutup rapat untuk menghindari kebocoran air semen dan
dibuat sedemikian sehingga permukaan beton yang kelihatan (exposed surface) lurus,
rata dan kokoh.
4. Bila ada bagian beton yang sempit dan mempunyai kedalaman yang sangat besar,
harus dibuat lubang-lubang pada sisi-sisi cetakan di posisi yang disetujui PPTK untuk
memungkinkan penuangan dan pemadatan beton yang memadai.
5. Penggunaan pengikat (batang tarik) yang ditanam dalam beton diperkenankan
setelah
mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan/PPTK. Penempatannya harus
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

didesain sehingga tidak ada bagian yang tertanam lebih dekat dengan permukaan
beton dari pada selimut betonnya untuk melindungi baja tulangan di lokasi tersebut.
6. Semua lubang bekas batang pengikat harus diisi dengan beton atau spesi dengan
cara
yang disetujui Pengawas Lapangan/PPTK dan harus tidak berbekas pada permukaan
beton.
7. Cetakan harus mempunyai lubang-lubang sementara yang kegunaannya untuk
membuang kotoran. Lubang-lubang ini harus ditutup dengan rapi sebelum
pengecoran.
8. Bekisting harus dibuat sedemikian sehingga pembongkarannya dapat mudah
dilakukan tanpa membahayakan konstruksi.

9. Jarak maksimum tiang-tiang penyangga harus diatur oleh Pemborong demi


keamanan
struktur yang akan dicor. Semua tiang-tiang penyangga tidak boleh ditempatkan
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
langsung di atas tanah, tetapi berpijak di atas balok kayu rata atau lantai kerja dengan
kokoh.
10. Apabila pemasangan bekisting tidak sesuai dengan ketentuan atau dianggap
kurang
baik maka Pengawas Lapangan/PPTK berhak menyuruh membongkar dan
memperbaiki dengan biaya ditanggung oleh Pemborong.
11. Untuk menghindari dan menjaga lendutan, maka cetakan khusus untuk balok dan
plat
beton harus dibuat cembung keatas setinggi besarnya lendutan yang akan terjadi.
12. Pemborong diwajibkan untuk memasang beton deking agar tulangan tidak
menempel
pada permukaan bekisting, ketebalan dari beton deking tersebut harus disesuaikan
dengan selimut beton yang diperlukan yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
13. Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua permukaan cetakan harus bersih dari
segala sesuatu yang dapat mengurangi mutu beton dan kekuatannya, terutama
kotoran-kotoran yang menempel, ataupun serpihan-serpihan kayu, kawat sisa
pemotongan, dan lain-lainnya untuk dikumpulkan disuatu tempat dan selanjutnya
diambil dan dibuang
14. Semua bahan cetakan harus dirawat dengan baik. Bahan yang rusak tidak
diijinkan
untuk digunakan. Sebelum digunakan lagi semua cetakan harus dibersihkan.

c. Pembongkaran Bekisting
1. Pembongkaran dilakukan dimana bagian konstruksi bagian tersebut harus dapat
memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan, atau pembongkaran dapat
dilaksanakan sesuai kekuatan beton berdasarkan hasil pengujian. Tidak ada cetakan
yang boleh dibuka sebelum disetujui oleh Pengawas Lapangan/PPTK. Persetujuan ini
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

tidak membebaskan Pemborong dari tanggung jawabnya.


2. Pembongkaran bekisting dilaksanakan dengan hati-hati, jangan sampai merusak
betonnya sendiri. Pemborong wajib memperbaiki dengan biayanya sendiri, setiap
kerusakan yang timbul akibat pembongkaran dan pemukulan cetakan dan
penopangnya. Kerusakan-kerusakan kecil mungkin dapat diperbaiki dengan mengisi
plester / spesi sesuai kebijaksanaan Pengawas Lapangan/PPTK. Semua permukaan
beton harus benar-benar halus. Setiap permukaan yang bersisik harus dibersihkan dan
lubang-lubang udara di permukaan diisi dengan campuran spesi 1:1½.

d. Kerusakan pada Permukaan Bekisting

Pembuatan bekisting dan pembetonan harus sedemikian sehingga tidak diperlukan


lagi perbaikan, permukaan harus rata/halus dan padat. Jika noda timbul setelah
pembongkaran bekisting, arahan Pengawas Lapangan/PPTK dalam hal perbaikan
yang diperlukan harus dilakukan segera. Tindakan tersebut termasuk (tetapi tidak
dibatasi) dalam :
1. Sirip, lubang gelembung, pelunturan warna permukaan dan kerusakan kecil lain
dapat
disikat dengan karung /kain kasar segera setelah bekisting dilepas ;

2. Permukaan beton yang tidak rata dan ketidak teraturan yang lambat laun harus
digosok dengan Carbo rundum dan air setelah beton dipelihara dengan baik.
3. Kerusakan yang seperti ini dan kerusakan lain harus diperbaiki dengan cara yang
disetujui PPTK yang mungkin termasuk penggunaan "epoxy resin" yang cocok,
dimana
perlu, dipotong membentuk "dovetail" yang teratur paling sedikit dengan kedalaman
75
mm dan diisi kembali dengan beton diatas tulangan kawat baja dan mengikat pada
"dovetail".

e. Pengecoran Beton

1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja
tulangan sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan instalasi-instalasi yang
harus ditanam, penopang dan pengikatan dan lain-lain selesai dikerjakan. Sebelum
pengecoran dimulai permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran
harus disetujui oleh Pengawas Lapangan/PPTK.
2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan cetakan harus bersih dari air
yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas yang lainnya. Permukaan bekisting dan
bahan-bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor harus dibasahi
dengan merata namun tidak berlebihan. Baja tulangan harus bersih dari semua
kotoran atau zat pelapis yang dapat mengurangi lekatan dengan beton.
3. Pemborong harus memperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

pengecoran yang akan masih berlanjut, terhadap sistem struktur/penulangan yang


ada.
4. Pemborong harus memperhatikan sebelum pengecoran, dikoordinasikan dengan
pekerjaan instalasi listrik dan drainase, terutama yang menyangkut pipa-pipa sparing
yang tertanam dalam beton. Untuk pemasangan sparing-sparing harus dihindari
memotong pembesian. Jika pemasangan sparing ini dirasa akan menimbulkan
masalah, Pemborong harus melaporkan dan meminta petunjuk dari Pengawas
Lapangan/ PPTK. Sparing-sparing harus dipasang kuat sehingga tidak bergeser/
berubah kedudukannya selama pengecoran dan harus dilindungi sehingga tidak terisi
adukan beton.
5. Sebelum pengecoran dimulai persiapan harus benar-benar memadai dan
Pemborong
wajib meminta ijin dari Pengawas Lapangan/PPTK untuk memulai pengecoran
tersebut.
6. Paling lama 2 jam setelah waktu pengadukan pertama kali, beton harus sudah
dituang
seluruhnya. Beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutannya ke
tempat posisi terakhir sependek mungkin dan dengan alat yang dapat melindungi dari
pengaruh kontaminasi atau segregasi. Segregasi dalam beton yang disebabkan jatuh
bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk
dengan baja tulangan-tulangan, tidak dapat diterima.
7. Penggunaan concrete pump dapat dilakukan dengan seijin Pengawas
Lapangan/PPTK. Pemborong wajib mengatur campuran beton yang sesuai dan
kecepatan penuangan beton untuk menghindari segregasi, kerusakan pada baja
tulangan, cetakan dan sebagainya.

8. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala vibrator harus dapat menembus
dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di
bawahnya. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton
dengan airnya.
9. Tukang besi harus selalu berada di lokasi pengecoran untuk sewaktu-waktu
membetulkan posisi dari baja tulangan.
10. Jadwal waktu pengecoran harus diatur sedemikian sehingga tidak ada permukaan
beton yang dibiarkan lebih dari 30 menit sebelum pengecoran berikutnya.
11. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras, kecuali dilakukan
dalam
tempat yang terlindung.
12. Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang
keropos atau cacat lainnya maka perbaikan hanya dilakukan setelah mendapat
persetujuan dari Pengawas Lapangan/PPTK, mengenai cara pengisian atau
penambalan dan penutupan lainnya.
13. Jika ketidak sempurnaan tersebut tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan
permukaan beton yang diharapkan, maka harus dibongkar atau diganti dengan
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

pembetonan kembali. Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan
biaya perbaikan kembali merupakan tanggung jawab Pemborong.
14. Beton tidak boleh dicor dalam air yang mengalir dan juga tidak boleh jatuh
melalui air.
Beton hanya dapat dicor dengan menggunakan kotak kedap air dengan dasar yang
terbuka atau corong pipa cor (tremie) dari jenis yang disetujui Pengawas
Lapangan/PPTK. Dasar kotak tidak boleh dibuka sampai kotak tersebut terletak
dengan baik di atas tempat pengecoran, dan ujung corong pipa cor harus selalu tetap
di bawah permukaan adukan beton yang baru dicor.

15. Toleransi Dimensional

a. Toleransi Permukaan Beton Permukaan beton dari berbagai macam mutu baik
dengan bekisting atau tanpa bekisting yang ditentukan pada butir diatas harus
sesuai dengan toleransi yang diperlihatkan pada tabel 6.4. di bawah ini, kecuali
bila toleransi dinyatakan berbeda oleh spesifikasi atau diperlihatkan dalam
gambar. Pada tabel 6.4. jalur dan ketinggian/"lines and level" dan
dimensi/"dimension" berarti jalur dan ketinggian serta dimensi potongan melintang
yang diperlihatkan pada gambar. Ketidak-teraturan permukaan, dikategorikan
sebagai kekasaran "abrupt" atau tidak rata "gradual". Kekasaran tidak seragam
mencakup, tetapi tidak terbatas pada cetakan dan sirip yang disebabkan
perletakan bekisting yang salah, ikatan/sambungan yang longgar dan kerusakan
pada bahan bekisting dan harus diuji dengan plat lurus (straight template) bagi
permukaan datar atau peralatan yang sesuai bagi permukaan yang melengkung.
Plat pengukur tersebut mempunyai panjang 3 m untuk permukaan tanpa bekisting
dan 1,5 m untuk permukaan dengan bekisting.

b. Toleransi kelurusan dan selimut beton


Toleransi menurut ukuran :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m + 5 mm
Panjang keseluruhan melebihi 6 m + 15 mm
Panjang balok, pelat lantai atas, kolom, + 10 mm
kolom dinding atau antara tembok kepala
Toleransi menurut bentuk :
Siku-siku (perbedaan panjang/diagonal 10 mm
Kelurusan atau Busur (penyimpangan dari 12 mm
garis yang dimaksud) untuk panjang sampai 3 m
Kelurusan atau Busur untuk panjang 3 m - 6 m 15 mm
Kelurusan atau Busur untuk panjang lebih 20 mm
besar dari 6 m
Toleransi menurut Posisi (dari titik rujukan) :
Posisi rencana dari kolom pracetak + 10 mm
Posisi rencana dari permukaan horizontal + 10 mm
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Posisi rencana dari permukaan vertikal + 10 mm


Toleransi menurut kedudukan tegak :
Penyimpangan ketegangan untuk kolom + 10 mm
dan dinding
Toleransi menurut ketinggian :
Puncak beton penutup di bawah pondasi + 10 mm
Puncak beton penutup di bawah pelat injak + 10 mm
Puncak kolom, tembok kepala dan balok + 10 mm
melintang
Puncak pelat lantai + 10 mm
Toleransi menurut kedudukan datar :
10 mm dalam ukuran panjang horisontal 4 m
Toleransi untuk selimut beton di atas baja tulangan :
Selimut beton sampai dengan 3 cm + 5 mm
Selimut beton dari 3 cm - 5 cm + 10 mm
Selimut beton dari 5 cm - 10 cm + 10 mm

f. Beton ready mix


1. Beton Ready Mix harus berasal dari suatu sumber yang disetujui oleh Pengawas
Lapangan/PPTK dan harus memenuhi persyaratan yang diuraikan pada bagian ini.
Pemborong bertanggung jawab untuk mengusahakan agar beton memenuhi
persyaratan dari spesifikasi ini termasuk pengendalian mutu.

2. Jika salah satu dari persyaratan dalam spesifikasi ini tidak dipenuhi oleh pemasok,
Pengawas Lapangan/PPTK dapat menarik kembali persetujuannya dan mengharuskan
Pemborong mengganti pemasok.

3. Beton harus diangkut dengan truk mixer yang terus menerus berputar dengan
kecepatan sesuai ketentuan dari pabrik.

4. Pemborong harus menyediakan di lapangan satu mixer drum dengan kapasitas


minimum 12 m3 dan menjaganya agar tetap dalam kondisi jalan untuk dipakai bila
terjadi gangguan dalam pemasokan ready mix. Pemborong juga harus menyediakan
juga material yang memadai untuk dipakai dengan mixer cadangan tersebut.

5. Pemborong harus mengatur agar Pengawas Lapangan/PPTK dapat memeriksa alat


pembuat beton ready mix bilamana diperlukan.

6. Pemborong harus memiliki data-data dari pemasok ready mix yang menunjukkan
bahwa ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi ini telah dipenuhi oleh pemasok yang
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

bersangkutan. Proporsi campuran bahan-bahan dari setiap mixer harus terus didata.

7. Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan waktu pengadukan dan penambahan


air, dikirim bersama pengemudi truk dan diparaf oleh pencatat waktu yang
bertanggung jawab di tempat pengadukan (batching plant). Penambahan air setelah
keluar dari tempat pengadukan harus dibawah pengawasan Pengawas
Lapangan/PPTK. Sama sekali tidak diperkenankan penambahan air pada waktu
pengecoran.

8. Di lapangan harus dibuat catatan meliputi hal-hal berikut ini :


- Waktu kedatangan truk mixer.
- Waktu pengadukan dan penambahan air di batching plant.
- Waktu ketika beton dicorkan.
- Mutu beton atau kekuatan yang ditentukan dan ukuran agregat maksimum.
- Posisi dimana beton dicor.
- Identifikasi silinder uji yang diambil dari truk tersebut.
- Slump (atau faktor kompaksi)

9. Beton harus sudah dituang dan dipadatkan pada posisi akhirnya dalam waktu 2 jam
setelah semen bercampur dengan air kecuali disetujui oleh Pengawas
Lapangan/PPTK.
Hal lain di luar ketentuan di atas kasus mengikuti ketentuan yang ada dalam PBI
1971
NI-2 atau SKBJ - 1.4.53.1989.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )

g. Perawatan (Curing)
1. Seluruh permukaan beton harus dilindungi selama proses pengerasan terhadap
sinar
matahari dan hembusan angin kering.
2. Semua permukaan beton yang terlihat harus diambil tindakan sebagai berikut:
- Sebelum beton mulai mengeras, maka beton setelah pengecoran pada hari-hari
pertama harus disirami, ditutupi dengan karung basah atau digenangi dengan air
selama paling sedikit 2 minggu secara terus menerus.
- Tidak diperkenankan menaruh bahan-bahan diatas konstruksi beton yang baru dicor
(dalam tahap pengeringan) atau mempergunakannya sebagai jalan mengangkut
bahan-bahan.

6.6. Penulangan
a. U m u m
Penulangan termasuk tulangan datar, anyaman yang dilas dan kawat pengikat untuk
beton cor di tempat dan pasangan batu.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

b. Bahan Tulangan

1. Baja Tulangan
- Baja tulangan yang diapakai adalah ex produksi Krakatau Steel atau
ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan/PPTK
- Pemborong tidak boleh memakai baja tulangan ukuran penampang yang tidak
tepat/banci. Baja tulangan harus bersih dari kotoran lapisan minyak/lemak dan
karat serta tidak cacat (retak-retak, mengelupas dan sebagainya).
Penggantian ukuran batang baja yang berbeda hanya akan diijinkan bila
dilengkapi dengan perhitungan-perhitungan yang dapat dipertanggung
jawabkan serta harus mendapatkan persetujuan Pengawas Lapangan/PPTK.
- Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitas tidak sesuai
dengan spesifikasi dan peraturan lain harus segera dikeluarkan dari lokasi
setelah menerima instruksi dari Pengawas Lapangan/PPTK dalam waktu
1x24 jam.

2. Penunjang untuk Tulangan (Baja)


Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
Harus dibentuk dari batang kawat baja ringan atau blok beton pracetak dari kelas
beton yang akan digunakan didalam pekerjaan. Kayu, batu bata, batu dan bahan-
bahan lain tidak akan diperkenankan sebagai penunjang.

3. Pengikat untuk Tulangan


Kawat untuk mengikat tulangan harus berupa kawat ikat baja lunak sesuai dengan
AASHTO M 32-78.

c. Pembengkokan dan Pengikatan


Besi tulangan harus dibengkokkan sesuai BS 4466 atau NI- 2-1983. Pembengkokan
harus dikerjakan dalam keadaan dingin. Pembengkokan kembali batang yang salah
dibengkokkan tidak diperbolehkan. Semua tulangan diikatkan dengan tepat dan baik
pada kedudukan yang diperlihatkan dalam gambar menggunakan blok penahan dan
dudukan. Semua persilangan besi tulangan dikencangkan (diikatkan satu sama lain)
dengan kawat besi yang lunak. Ujung besi dibengkokkan dan masuk ke dalam beton.
Pemborong harus memastikan bahwa semua tulangan selalu tetap dalam posisinya,
penanganan/perhatian khusus perlu diberikan selama pengecoran beton dilakukan.
Selimut beton harus dijaga dengan bantuan blok-blok penyangga (beton tahu).
Tulangan paling atas plat lantai harus tetap pada kedudukannya dengan menggunakan
dudukan yang dibuat dari besi lunak / "chairs", diameter dan jumlah harus cukup
untuk
menjamin tulangan tidak berubah bentuk dan berubah kedudukannya. Selimut beton
pada tulangan harus sesuai pasal 3.11.2 dari CP 110 part 1 - 1972 .
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

d. Pengelasan Tulangan

Tulangan yang ditentukan harus dilas, melalui beberapa proses yang harus
diperlihatkan oleh Pemborong dengan pengujian tekuk dan tarikan yang akan
menjamin kekuatan besi asli tidak berkurang dan las mempunyai kekuatan yang tidak
kurang dari kekuatan besi asli, serta harus dapat dibuktikan dengan pengujian di
laboratorium dengan jumlah benda uji ditentukan oleh Pengawas Lapangan/PPTK.
Semua pekerjaan beton bertulang harus mengikuti PBI 1971 dan SKSNI.
Semua ukuran besi beton maupun penulangannya harus dilaksanakan sesuai
dengan gambar. Besar ukuran beton beserta penulangan dilaksanakan sesuai gambar
rencana dan gambar detail tidak tertulis secara jelas.
Tulangan untuk beton harus memakai besi/tulang yang baru, bersih dari segala
kotoran
termasuk karat-karat yang ada harus dibersihkan beton dilaksanakan sesuai dengan
gambar, bila terjadi perbedaan antara bestek dan gambar detail, Pemborong
diwajibkan
untuk melaporkan kepada Pengawas Lapangan/PPTK sehingga mendapatkan
keputusan
mana yang akan dilaksanakan.
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ( RKS )
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

BAB VIII
PEKERJAAN PLENGSENGAN

a. Bahan yang diperlukan batu kali yang bersih serta homogen, pasir pasang yang
mempunyai gradasi yang baik, semen yang digunakan harus mempunyai standar SNI.
Bahan pasangan batu kali adalah batu kali yang di belah terlebih dahulu dengan luas
permukaan pecah minimal 50%, ukuran batu kali yang akan dipasang minimal 10-15
cm maksimal 30-40 cm.

b. Pelaksanaan pembuatan bangunan plengsengan.


1. Pasangan batu kali baru boleh dilaksanakan setelah kedalaman dan lebar galian
diperiksa oleh KPA, PPTK, Pengawas dan sesuai ketentuan dalam gambar. Pada
seluruh pasangan pondasi batu kali harus didahului dengan urugan pasir yang
dipadatkan, dan pasangan batu kosong dengan ketebalan sesuai ketentuan dalam
gambar. Pemasangan batu belah untuk pasangan pondasi harus berdiri.
2. Pasangan batu kali menggunakan spesi 1 pc : 4 ps dan pemukaan yang terlihat
diplester dengan spesi 1 pc : 3 ps.
3. Pengadukan spesi dengan menggunakan beton molen. Penggunaan terlalu
banyak adukan untuk menutup rongga atau celah tidak dibenarkan. Rongga atau
celah harus diisi dengan batu yang lebih kecil. Daya dukung maksimum yang
diijinkan dari pasangan batu belah yang sudah selesai dikerjakan adalah 50
Kg/Cm2.
4. Jika pekerjaan pasangan batu kali terpaksa dihentikan maka permukaan
perhentian harus bergerigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang
kokoh dan sempurna. Di dalam pasangan tidak boleh ada rongga-rongga atau
celah-celah yang kosong.
5. Permukaan atas dan bagian dalam diplester halus dengan campuran 1 pc : 3 ps.
Campuran untuk pekerjaan plesteran harus memenuhi persyaratan. Pekerjaan
plesteran dikerjakan satu lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan dihaluskan
dengan air semen.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

BAB I X
PEKERJAAN LAIN-LAIN

10.1. PERUBAHAN-PERUBAHAN
Apabila ada perubahan dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas karena sesuatu hal
harus seijin Pejabat Pembuat Komitmen, PPTK, Pengawas Lapangan.

10.2. PENUTUP
Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) tidak disebutkan hal-hal yang
dipasang, dibuat, dilaksanakan dan disediakan, tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan
hal ini menjadi bagian yang nyata dilaksanakan dan disediakan oleh Rekanan, harus
dianggap sebagai telah dibuat didalam spesifikasi ini jadi tidak terhitung sebagai
pekerjaan tambah/ meer werk.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

Anda mungkin juga menyukai