Anda di halaman 1dari 94

Tugas Irigasi dan Bangunan Air

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perencanaan jaringan irigasi, air yang digunakan dalam pengairan
diambil dari sungai terdekat. Pengambilan air dari sungai dapat dilakukan secara
bebas apabila elevasi sawah lebih rendah daripada elevasi sungai, karena air akan
dengan mudah mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
Permasalahan akan timbul apabila sungai tersebut memiliki elevasi yang lebih
rendah daripada elevasi sawah yang akan dialiri. Untuk mencapai sawah yang
tinggi tersebut, air sungai harus memiliki kecepatan yang tinggi dan konstan.
Sedangkan kecepatan aliran sungai tidaklah selalu konstan, kadang sangat tinggi,
rendah bahkan sampai tidak ada air sama sekali (saat musim kemarau).
Untuk mengatasi permasalahan diatas maka dibuatlah bendung yang
memotong langsung aliran sungai. Bendung berfungsi untuk menaikkan elevasi
muka air sungai untuk mendapatkan kecepatan aliran yang diinginkan, sehingga
sawah terjauh yang memiliki elevasi lebih tinggi dari elevasi sungai dapat dialiri
air.

1.2 Metode
Metode yang dipakai adalah metode studi literatur, yaitu berdasarkan teori-
teori yang diambil dari buku dan bimbingan, arahan dari dosen pembimbing.

1.3 Landasan Teori


1.3.1 Pengertian Bendung
Bendung merupakan salah satu apa yang disebut Diversion Hard
Work, yaitu bangunan utama dalam suatu jaringan irigasi yang berfungsi
untuk menyadap air dari suatu sungai sebagi sumbernya. Bendung adalah
suatu bangunan konstruksi yang terletak melintang memotong suatu aliran
sungai dengan tujuan untuk menaikkan elevasi muka air yang kemudian
akan digunakan untuk mengaliri daerah yang lebih tinggi.

1
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

1.3.2 Fungsi Bendung


Fungsi dibangunnya suatu bendung adalah:
a. Menaikkan elevasi air sungai sehingga daerah yang diairi menjadi
lebih luas,
b. Memasukkan air dari sungai ke saluran melalui intake,
c. Mengurangi fluktuasi sungai,
d. Menyimpan air dalam waktu singkat,
e. Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran.

1.3.3 Syarat-syarat dan Lokasi Bendung


Syarat-syarat konstruksi bendung yang harus dipenuhi antara lain :
1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu
banjir.
2. Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung
tanah di bawahnya.
3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan
oleh aliran sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah.
4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air
minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.
5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa
pasir, kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan
kerusakan pada tubuh bendung.
Lokasi yang tepat untuk membangun bendung adalah :
1. Lokasi dengan profil sungai teratur serta kelandaian (I) yang kecil,
sehingga penggerusan pada waktu banjir yang terjadi pada bagian
dasar atau tepi sungai tidak terlampau besar.
2. Lokasi dengan sungai yang lurus atau belokan dengan jari-jari (R)
yang besar serta arah pengaliran yang tetap, sehingga tidak terjadi
penggerusan tepi.

2
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

3. Lokasi dengan bagian sungai yang tanah dasarnya cukup kuat dan
cukup kedap air, tanggul banjir sependek mungkin hubungkan dengan
saluran pembawa.
4. Jika sungai berbelok-belok, maka dicari lokasi bendung dengan
coupare yang seideal mungkin. Bendung dibangun di coupare,
kemudian setelah pembangunan bendung selesai ditimbun, sungai
baru yang melewati bendung tersebut dibangun. Dengan demikian,
lokasi bendung akan berada pada sungai yang lurus.

1.3.4 Bangunan yang terdapat pada Bendung


1. Tubuh Bendung (Weir)
Adalah bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan
normal maupun air banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap :
- Tekanan air
- Tekanan akibat perubahan debit yang mendadak
- Tekanan gempa
- Akibat berat sendiri
2. Bangunan Pembilas
Pada hulu bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan
pembilas guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam
saluran irigasi.
Ada 4 macam tipe, yaitu :
- Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan
- Pembilas bawah
- Shunt Under sluice
- Pengambilan bawah tipr boks
- Untuk mengurangi aliran yang bergolak (turbulent) yang terjadi
didekat intake maka perlu dibangun bangunan penguras (under
sluice).
3. Bangunan Penguras
Fungsinya adalahuntuk mengurangi aliran yang bergolak (turbulent)
yang terjadi di dekat intake. Puncak ambang dari under sluice dijaga

3
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

agar lebih rendah dari puncak ambang bendung, sehingga akan


membantu membawa debit pada musim kering ke arah under sluice.
Normalnya, permukaan puncak ambang under sluice ini sama dengan
permukaan dasar saluran terdalam pada musim kering. Dengan
membukanya pintu penguras, maka akan menggelontor endapan
lumpur yang terdapat di depan intake maupun di under sluice.
4. Dinding Pemisah (Divide Wall)
Terbuat dari susunan batu kali atau beton yangn dibangun disebelah
kanan sumbu bendung dan membatasi antara tubuh bendugn dengan
under sluice (bangunan penguras). Fungsi utama dari dinding
pemisah, yaitu :
- Membagi antara bendung utama dengan under sluice, karena
kedudukan under sluice lebih rendah daripada tubuh bendung.
- Membentu mengurangi arus yang bergolak didekat intake
sehingga lumpur akan mengendap di under sluice dan air yang
bebas lumpur akan masuk ke intake.
5. Canal Head Regulator
Berfungsi sebagai :
- Mengatur pemasukan air ke dalam saluran
- Mengontrol masuknya lumpur ke dalam sungai
- Menahan banjir sungai masuk ke dalam saluran.
Regulator umumnya terletak di sisi sebelah kanan bendung dan agak
menyudut ( antara 90o – 110o dengan sumbu horizontal)
6. Kantong Lumpur
Berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih
besar dari fraksi pasir halus (0,06 s/d 0,07 mm) dan biasanya
ditempatkan persis disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-
bahan yang telah mengendap dalam kantong lumpur kemudian
dibersihkan secara berkala melalui saluran pembilas kantong lumpur
dengan aliran ayng deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu
ke sungai sebelah hilir.

4
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

7. Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan
ditambahkan ke bangunan utama untuk keperluan :
- Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran
sungai
- Pengoperasian pintu
- Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk
tenaga eksploitasi dan pemeliharaan
- Jembatan diatas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama
mudah dijangkau atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk
umum.

1.3.5 Keadaan Tubuh Bendung


1. Menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai
Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai
dipengaruhi oleh:
 Kemiringan dasar sungai ( I ),
 Lebar dasar sungai (b),
 Debit rencana (Q).
2. Menentukan tinggi mercu bendung
Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
 Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh,
 Elevasi kedalaman air di sawah,
 Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah,
 Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier,
 Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder,
 Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran,
 Kehilangan tekanan di alat-alat ukur,
 Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer,
 Persediaan tekanan untuk eksploitasi,
 Persediaan untuk bangunan lain,

5
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

 Perluasan daerah irigasi.

3. Menentukan tinggi air di atas mercu bendung


Tinggi air di atas mercu bendung dipengaruhi oleh:
 Lebar Bendung (B)
Lebar bendung adalah jarak antara tembok pangkal di satu sisi
dengan tembok pangkal sisi lain. Biasanya lebar bendung (B)6/5
lebar normal (Bn) yaitu diperbesar 20%.
 Lebar Efektif Bendung (Bef)
Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat
untuk melewatkan debit. Untuk menetapkan besarnya lebar
efektif bendung, pelu diketahui mengenai eksploitasi bendung,
karena pengaliran air di atas pintu lebih sukar daripada pengairan
air di atas mercu bendung, maka kemampuan pintu pembilas
untuk pengaliran air dianggap hanya 80%, maka lebar efektif
bendung dapat dihitung dengan rumus:
Bef = B - Σb - Σt + 0,80 Σb
= B - Σt - 0,20 Σb
Dimana:
Bef = Lebar efektif bendung
B = Lebar seluruh bendung
Σt = Jumlah tebal pilar
Σb = Jumlah lebar pintu pembilas
4. Menentukan panjang dan dalam kolam Olak
Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam
energi yang terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan
hidraulis dari suatu aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam olak
sangat ditentukan oleh tinggi loncatan hidraulis, yang terjadi di
dalam aliran. Rumus yang dipakai untuk menentukan dalam kolam
olak adalah Rumus Schoklish yaitu:
4,75
T = .h.d 0, 2 .q 0,53
d 0,32

6
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Dimana: T = Scouring depth


d = Diameter terbesar yang hanyut waktu banjir
h = Beda tinggi
q = Debit persatuan lebar
Sedangkan rumus yang digunakan untuk menentukan panjang kolam olak
adalah Rumus Angerholzer , yaitu:


Ls = Vi  2 g .Hd  2p
2
H

Dimana: Ls = Scouring length


Hd = Tinggi air diatas bendung
Vi = Kecepatan pada kolam olak
g = gravitasi
5. Menentukan panjang lantai muka
Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan
tekanan, selanjutnya akan terjadi pengaliran di bawah bendung.
Karena sifat air mencari jalan dengan hambatan yang paling kecil
yang disebut “Creep Line”, maka untuk memperbesar hambatan,
Creep Line harus diperpanjang dengan memberi lantai muka atau
suatu dinding vertical.
Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus atau
teori:
 Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur
pengaliran adalah sebanding dengan panjang jalan Creep Line.
L
 H = cBligh

Dimana: H = Beda tekanan


L = Panjang creep line
c = creep ratio

7
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

 Teori Lane
Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa
energi yang diperlukan oleh air untuk mengalir kea rah vertical
lebih besar daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1,
sehingga dapat dianggap:
Lv = 3 LH

LV  1 LH
H 3
Clane
Dimana:
H = Tekanan
L = Panjang creep line
6. Menentukan stabilitas bendung
Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung
sesuai dengan yang direncanakan dan memenuhi syarat yang telah
ditentukan. Stabilitas bendung ditentukan oleh gaya-gaya yang
bekerja pada bendung, seperti:
 Gaya berat sendiri,
 Gaya gempa,
 Tekanan lumpur,
 Gaya hidrostatis,
 Gaya angkat (up lift pressure).
7. Perencanaan pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur benyaknya air yang masuk ke
saluran dan mencegah masukknya benda-benda padat dan kasar ke
dalam saluran (pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung
tempat pengambilan bisa terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa
juga hanya satu tergantung letak daerah yang akan dialiri. Tinggi
ambang tergantung pada material yang terbawa oleh sungai. Ambang
makin tinggi makin baik, untuk mencegah masuknya benda padat
dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh
ukuran pntu. Pada waktu banjir, pintu pengambilan cukup ditutup

8
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

untuk mencegah masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu


tidak berakibat apa apa karena saat banjir di sungai biaanya tidak
lama. Maka yang dianggap air normal pada sungai adalah setinggi
mercu. Ukuran pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar
pintu biasanya maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat
ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus dibuat lebih dari satu pintu
dengan pilar-pilar diantaranya.
8. Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B),
sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Dan bila banjir
lewat di atas pintu, maka tinggi pintu penguras harus setinggi mercu
bendung. Oleh karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan
untuk tinggi air setinggi air banjir.

1.3.6 Stabilitas Bendung


Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat-syarat konstruksi dari
bendung, antara lain:
a. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu
banjir,
b. Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran
sungai dan aliran air yang meresap di dalam tanah,
c. Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di
bawahnya,
d. Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi
muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi,
e. Peluap harus berbentuk sedemikian rupa agar air dapat membawa
pasir, kerikil, dan batu-batuan dan tidak menimbulkan kerusakan
pada puncak ambang.

1.3.7 Tipe Mercu Bendung


Di Indonesia ada 2 type mercu untuk bendung pelimpah yang umum
digunakan, yaitu:

9
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

1. Type Mercu Bulat


Untuk bendung denagn mercu bulat memiliki harga koefisien debit
yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung
ambang lebar. Pada sungai-sungai, type ini banyak memberikan
keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu selama
banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung
stream line dan tekanan negatif pada mercu. Untuk bendung dengan
2 jari-jari hilir akan digunakan untuk menemukan harga koefisien
debit.

r
r

Gambar 1.1 Mercu Type Bulat


2. Type Mercu Ogee
Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung
ambang tajam aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan
tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung
mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk bagian hulu mercu
bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir.

r2 r
r
r2 1 1

Gambar 1.2 Mercu Type Ogee

10
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

BAB II
PERENCANAAN BADAN BENDUNG

2.1 Data Perencanaan


a. Debit banjir rencana sungai/bendung (Q) = 175 m3/dt
b. Panjang sungai (L) = 18 km
c. Luas DAS (Daerah Aliran Sungai) = 50 km2
d. Lebar dasar sungai pada lokasi bendung = 45 m
e. Elevasi dasar sungai pada dasar bendung = + 120,00 m
f. Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh = +124,50 m
g. Elevasi muka tanah pada tepi sungai di lokasi bendung= +123,75 m
h. Kemiringan / slope dasar sungai = 0,0035

i. Tegangan tanah dasar yang diizinkan ( σ t ) = 2,0 kg/cm2


j. Pengambilan Satu Sisi (Q1) = 3,5 m3/det

2.2 Perhitungan Hidrolika Air Sungai


2.2.1 Menentukan Tinggi Air Maksimum pada Sungai
Data sungai :
 Kemiringan dasar sungai ( I ) = 0,0035
 Lebar dasar sungai ( b) = 45 meter
 Debit banjir rencana (Q) = 175 m3/det
 Kemiringan tepi sungai dianggap 1:1
Persamaan :
Q  A.V

V C R. I

87
C
  
1  
 R
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
A = Luas Penampang (m2)
V = Kecepatan aliran sungai di hilir (m/dt)

11
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

P = keliling basah (m)


R = Jari-jari basah (m)
I = Kemiringan dasar sungai
 = koef. kekasaran dinding saluran (1,3; dinding saluran dari tanah biasa)
C = koefisien Chezy

Gambar 2.1 Penampang Sungai

Kedalaman / tinggi air sungai maksimum di hilir bendung dicari dengan


cara coba – coba (Trial and Error) sampai didapat Q = Qdesign

Tabel 2.1 Perhitungan Tinggi Air Maksimum Di Hilir Bendung


Bagian Perkiraan Tinggi Air (d3)
1,000 1,200 1,250 1.37369
2
A = b.d3 + d3 46,000 55,440 57,813 63,703
P = b + 2 2 .d3 47,828 48,394 48,536 48,885
A
R = 0.962 1,146 1,191 1,303
P
87
C = (1   ) 37,410 39,285 39,705 40,677
R
V3 = C R .I 2,170 2,488 2,564 2,747

99,842 137,911 148,213 174,997


Q = A.V3 Q ≈ Qd
Jadi, didapat kedalaman maksimum air di hilir bendung (d3) = 1,37369 m.
 Cek jenis aliran air dengan Bilangan Froude (Fr) :
Fr = 1 ......................aliran kritis
Fr > 1 ......................aliran super kritis
Fr < 1 ......................aliran sub kritis

12
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

V
Fr 
g.d 3
2,747

9,811,37369
 0,7483  1  aliran Sub kritis

2.2.2 Menentukan Panjang Bendung

Gambar 2.2 Penampang Sungai

a. Lebar sungai rata – rata / lebar air normal (Bn)


1 
Bn = b  2. .d 3 
2 

= b  d3

= 45  1,37369
= 46,3737 m
b. Lebar maksimum / panjang Bendung (B)
6
B=  Bn
5
6
=  46,3737 m
5
= 55,6484 m ≈ 56 m

2.2.3 Menentukan Panjang Efektif Bendung


a. Lebar pintu pembilas (b1)
B 56
b 1    5,6 m
10 10

13
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Lebar maksimum pintu penguras = 2 m


5,6
n=  2,8  3 buah
2
5,6
b1= 1,8667  1,9 m
3
Lebar pintu pembilas (b1) = 1,9 m
Lebar pilar (t) diambil = 1,5 m
b. Lef = B – Σt – 0,20. Σb1
= 56 – (3  1,5) – 0,20 (1,9  3) = 51,54 m

Keterangan : b1 = lebar pintu penguras (m)


n = jumlah pintu penguras
t = tebal pilar (m)
Lef = panjang efektif bendung (m)

b
t
b
t
b
t

Gambar 2.3 Pintu Bendung

14
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

2.2.4 Menentukan Tinggi Bendung


4 Elevasi sawah bagian hilir, tertinggi, dan terjauh = 124,50 m
5 Tinggi genangan air di sawah = 0,10 m
6 Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah = 0,10 m
7 Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke tersier = 0,10 m
8 Kehilangan tekanan dari saluran primer ke sekunder = 0,10 m
9 Kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran = 0,30 m
10 Kehilangan tekanan pada alat-alat ukur = 0,40 m
11 Kehilangan tekanan dari sungai ke primer = 0,20 m
12 Kehilangan tekanan karena eksploitasi = 0,10 m
13 Kehilangan tekanan karena bangunan - bangunan = 0,25 m +
k. Elevasi minimum mercu bendung (x) : JUMLAH = 126,15 m
l. Elevasi dasar sungai pada dasar bendung (y) = 120 m -
m. Tinggi Mercu Bendung (p) = 6,15 m

15
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

2.1 Perhitungan Tinggi Air Maksimum Diatas Mercu Bendung

Gambar 2.4 Rencana Bendung

2.1.1 Tinggi Air di atas Mercu (Peil) Bendung


Tinggi mercu bendung (p) = 6,15 m
Panjang efektif bendung (Lef) = 51,54 m
Dipakai Bendung type Ogee :
2
3 Q  Q  3
He 2
  He   

C x L ef  C  L ef 

Untuk menentukan tinggi air di atas bendung digunakan cara coba-coba


(Trial and Error) dengan menentukan tinggi perkiraan terlebih dahulu.
Dicoba : He = 2 m, maka :
p 6,15
   3,075  dari grafik DC-12 didapatkan C1 = 2,18 (dengan
He 2
upstream face vertikal)
 hd = p + He – d3 = 6,15 + 2 – 1,374
= 6,776 m

hd  d3 6,776  1,374
  4,075  dari grafik DC - 13.A didapatkan C 2  1,0
He 2
hd 6,776
   3,388  dari grafik DC - 13.B didapatkan C3  1,0
He 2
 Maka, didapat : C = C1  C2  C3 = 2,18  1,0  1,0 = 2,18

16
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

2 2
 Q  3
 175  3
He`   
    1,364  He` He  2,0
 C x L ef   2,13  51,54 

Tabel 2.2 Perhitungan Tinggi Air Di Atas Mercu Bendung


Tinggi Perkiraan (He) Catatan
Bagian
1 1,364 1,365
Qd 175 175 175
p 6,150
4,509 4,505
He
hd  d3
5,776 5,509 5,505
He
hd
5,776 4,502 4,499
He
C1 2.1425 2.141 2,140
C2 1,00 1,00 1,00
C3 1,00 1,00 1,00
C = C 1 x C2 x C3 2.1425 2,141 2,140
2

He’ =  Qd  3
 1,3594 1,360 1,3604 He’ = He
 C x L ef 
Jadi, didapatkan tinggi air di puncak/mercu bendung (He) = 1,36m.
Keterangan :
Qd = Debit banjir rencana (m3/dt)
He = Tinggi energi dari puncak mercu bendung (m)
C = Koefisien debit (discharge coefficient)
C1 = Dipengaruhi sisi depan bendung
C2 = Dipengaruhi lantai depan
C3 = Dipengaruhi air di belakang bendung
Nilai C1, C2, dan C3 didapat dari grafik ratio of discharge coefficient yang
terlampir pada halaman lampiran.

17
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

2.1.2 Tinggi Air Maksimum Diatas Mercu Bendung


Tabel 2.3 Perhitungan Tinggi Air Maksimum Diatas Mercu Bendung
Tinggi perkiraan (hvo) Catatan
Bagian
0,0104 0,020 0,03
H = He – hvo 1,354 1,344 1,334 He = 1,364 m
do = H + P 7,504 7.494 7,484 P = 6,15 m
A = Lef . do 386,704 386,209 385,694 Lef = 51,54 m
Vo = Qd/A 0,453 0,453 0,454 Qd = 175 m3/det

2
vO
hv’ = 0,0104 0,0105 0,0105 hv’=hvo
2g

Jadi, didapatkan :
hvo = 0,0104 m
H = 1,354m
d0 = 7,504m
A = 386,704m2
V0 = 0,453m/dt
Keterangan :
hvo = tinggi kecepatan di hulu sungai (m)
H = tinggi air maksimum diatas mercu (m)
d0 = tinggi muka air banjir di hulu bendung (m)
V0 = kecepatan aliran di hulu bendung (m/det)

2.2 Perhitungan Ketinggian Energi Pada Tiap Titik

18
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

2.2.1 Tinggi Energi Pada Aliran Kritis


 Menentukan harga dC :
Q 175
q = L  51,54  3,395 m2/det
ef
1 1
 q2  3
 3,395 2  3
dC =       1,055 m
 g   9,81 

 Menentukan harga Ec :
q 3,395
VC =   3,218 m/det
d c 1,055

hVC =
VC
2


 3,218 2  0,528 m
2g 2  9,81

EC = dC + hVC + P
= 1,055 + 0,528 + 6,15
= 7,733 m

Keterangan :
dC = tinggi air kritis diatas mercu (m)
VC = kecepatan air kritis (m/dt)
hVC = tinggi kecepatan kritis (m)
EC = tinggi energi kritis (m)

2.2.2 Tinggi Energi (Air Terendah) Pada Kolam Olakan


Tabel 2.4 Perhitungan Tinggi Energi (Air Terendah) Pada Kolam Olakan
Perkiraan kecepatan (V1)
Bagian Catatan
12,05 12,07 12,092
q
d1 = 0,2818 0,2813 0,2808 q = 3,395 m2/det
V1
2
V
hV1 = 1 7,4007 7,4253 7,4524 g = 9,81 m/det2
2g
E1 = d1 + hV1 7,683 7,707 7,733
E1  Ec
Maka, didapatkan : V1 = 12,092 m/dt
d1 = 0,281 m
hV1 = 7,452m

19
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

E1 = 7,733 m
Keterangan :
d1 = tinggi air terendah pada kolam olakan (m)
V1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m/det)
hV1 = tinggi kecepatan (m)
E1 = tinggi energi (m)

2.2.3 Tinggi Energi (Air Tertinggi) Pada Kolam Olakan


V1
Fr 
g . d1

12,092

9,81  0,2808

 7,286

 
 
1
d1
d2   1  8. Fr
2 2 - 1
2  
0,2808  
   
1
  1  8 .7 , 286 2 2
 1
2  
 2,756 m
q
V2 
d2

3,395

2,756
 1,232 m/det
2
V2
h V2 
2g


1,232 2
2  9,81
 0,077 m
E2 = d2 + hV2
= 2,756 + 0,077 = 2,834 m
Keterangan :
Fr = bilangan Froude

20
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

d2 = tinggi air tertinggi pada kolam olakan (m)


V2 = kecepatan aliran (m/det)
hV2 = tinggi kecepatan (m)
E2 = tinggi energi (m)

2.2.4 Tinggi Energi Di Hilir Bendung


Pada perhitungan sebelumnya telah didapat :
V3 = 2,564m/det
d3 = 1,374 m
2
v 2,564 2
hV3 = 3   0,335 m
2g 2  9,81
E3 = d3 + hV3
= 1,374 + 0,335= 1,709m
Keterangan :
V3 = kecepatan aliran di hilir bendung (m/det)
d3 = tinggi air di hilir bendung (m)
hV3 = tinggi kecepatan di hilir bendung (m)
E3 = tinggi energi di hilir bendung (m)

2.2.5 Perhitungan Panjang Dan Dalam Penggerusan


Dalam penggerusan (scouring depth) :
h = dO – d3
= 7,504 – 1,374 = 6,130m
q = 3,396 m2/det
Schoklish Formula :
4,75
T = . h 0,2 . q 0,57
0,32
d
4,75
= . 6,130 0,2 . 3,396 0,57
300 0,32
= 2,209 m

Keterangan :

21
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

h = beda tinggi muka air di hulu dan di hilir (m)


d = diameter material terbesar yang jatuh ke dalam kolam olak (mm) = 300
mm
T = dalam penggerusan (m)

Panjang penggerusan (Scouring Length) :


V1 = 12,092m/det
H = 1,36 m
P = 6,15 m

Angelholzer Formula:

=  V1  2g H .
 2P 
L H
 g 

2 .  6,15  
= 12,092  2 .  9,81 . 1,36   .

  1,36
 9,81 

= 20,664 m

Keterangan :
V1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m/det)
H = tinggi air maksimum dari puncak mercu (m)
P = tinggi mercu bendung (m)
L = panjang penggerusan (m)

Elevasi masing – masing titik :


- Elev. Dasar sungai = + 120,00 m
- Elev. Muka air normal = 120,00 + P
= 120,00 + 6,15
= + 126,15 m

22
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

- Elev. Muka air banjir = 120,00 + do


= 120,00 + 7,504
= + 127,504 m
- Elev. Energi kritis = 120,00 + Ec
= 120,00 + 7,733
= + 127,733m
- Elev. Energi di hilir bendung = 120,00 + E3
= 120,00 + 1,709
= + 121,709m
- Elev. Dasar kolam olakan = 120,00 – (T – d3)
= 120,00 – (2,209 – 1,3737)
= + 119,165m
- Elev. Sungai maksimum di hilir = 120,00 + d3
= 120,00 + 1,3737
= + 121,374 m

23
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

sumbu y

X1 = 0,3807 m
Xo = 0,236 m
sumbu x
Y= 0,43 x^1,850
R1 = 0,27 m
Yc = 0,699 m
Ro = 0,675 m
(Xc,Yc) = (1,3;0,699) m
Xc = 1,3 m

P = 6.15 m

+ 120,00 m

+ 119,165m

Perencanaan Bentuk Mercu Bendung

2.5.1 Bagian muka bendung (upstream face) :


p = 6,15 m
He = 1,36 m
Hv0 = 0,01
p 6,15
  4,522
He 1,36

Hd = He – hv0
= 1,36 - 0,01
= 1,35 m
Tabel 2.5 p/He terhadap kemiringan muka bendung :

p/He Kemiringan

24
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

< 0,40 1:1


0,40 – 1,00 3:2
1,00 – 1,50 3:1

> 1,50 vertikal

Dari tabel, untuk p/He = 4,522 kemiringan muka bendung adalah vertikal.
Bentuk mercu yang dipilih adalah mercu Ogee.
Bentuk mercu Ogee tidak akan memberikan tekanan subatmosfer pada
permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana, karena
mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi.
Untuk debit yang rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah pada mercu.
Dari buku Standar Perencanaan Irigasi KP – 02 hal 48 Gambar 4.9, untuk
bendung mercu ogee dengan kemiringan vertikal, pada bagian up stream
diperoleh nilai :
X0 =0,175 Hd = 0,175 x 1,35 = 0,236 m
X1 =0,282 Hd = 0,282 x 1,35 = 0,3807 m
R0 =0,5 Hd = 0,5 x 1,35 = 0,675 m
R1 =0,2 Hd = 0,2 x 1,35= 0,27m

2.5.2 Bagian belakang Bendung (down stream)


Perencanaan permukaan mercu Ogee di bagian hilir, digunakan persamaan:
X n  K .H  n 1 .Y

Tabel 2.6 Harga K dan n untuk Berbagai Kemiringan


Kemiringan permukaan K n
1:1 1,873 1,776
3:2 1,939 1,810
3:1 1,936 1,836
vertikal 2,000 1,850

Bagian up stream : vertikal, dari tabel 2.6 diperoleh : k = 2,000


n = 1,850
Penampang melintang bagian belakang (down stream)

25
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Persamaan :
( n 1)
x n  K.H d .y
x 1,850  2 x1,35 (1,8501).y

x 1,85  2,326 y

1
y x 1,850
2.326
y  0,43x 1,85

Menentukan koordinat titik singgung antara garis lengkung dengan garis


lurus sebagian hilir spillway
- kemiringan bendung bagian down stream (kemiringan garis lurus)
dy
 1 ( 1 : 1)
dx
- Persamaan parabola : y  0,43x 1,85
Turunan pertama persamaan tersebut :
y  0,43x 1,85

dy
 0,43.1,85x 0,85
dx
= 0,8x 0,85
Kemiringan garis lurus 1:1
dy 1
 tg =
dx 1
1 = 0,8x 0,85
1
x 0,850 
0,8

x 0,850  1,25

X C  1,3 m

y  0,43x 1,85

 0,43.(1,3)1,85

YC  0,341 m

Didapat :

26
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

x c  1,3 m

Yc  0,699 m

Jadi perpotongan garis lengkung dan garis lurus terletak pada jarak :
Yc  0,699 m m dari puncak spillway
x c  1,3 m dari sumbu spillway

Lengkung Mercu spillway Bagian Hilir


Dengan Persamaan :
y  0,43x 1,85

Elevasi muka air normal = + 126,15 m


( x c , y c ) = (1,3; 0,699) m

Tabel 2.7 Koordinat Lengkung Down Stream

x y Elevasi (m)
0 0.000 126.150
0.2 0.022 126.128
0.4 0.079 126.071
0.6 0.167 125.983
0.8 0.285 125.865
1 0.430 125.720
1.2 0.602 125.548
1.3 0.699 125.451

Bagian Hilir Spillway dengan kemiringan 1: 1


tan   1;   45 o

y
Persamaan  tan   1  y  x
x
Elevasi dasar kolam olakan = + 119,165 m

Tabel 2.8 Bagian hilir dengan kemiringan 1 : 1

x (m) y (m) Elevasi

27
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

(m)
0 0 125.451
0.2 0.2 125.251
0.4 0.4 125.051
0.6 0.6 124.851
0.8 0.8 124.651
1 1 124.451
1.2 1.2 124.251
1.4 1.4 124.051
1.6 1.6 123.851
1.8 1.8 123.651
2 2 123.451
2.2 2.2 123.251
2.4 2.4 123.051
2.6 2.6 122.851
2.8 2.8 122.651
3 3 122.451
3.2 3.2 122.251
3.4 3.4 122.051
3.6 3.6 121.851
3.8 3.8 121.651
4 4 121.451
4.2 4.2 121.251
4.4 4.4 121.051
4.6 4.6 120.851
4.8 4.8 120.651
5 5 120.451
5.2 5.2 120.251
5.4 5.4 120.051
5.6 5.6 119.851
5.8 5.8 119.651
6 6 119.451
6.286 6.286 119.165

28
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

sumbu y
X1 = 0,38 m

Xo = 0,24 m
sumbu x
Y= 0,43 x^1,850
R1 = 0,27 m
Yc = 0,699 m
Ro = 0,675 m
(Xc,Yc) = (1,3;0,699) m
Xc = 1,3 m

+ 120,00 m

+ 119,165m

29
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

2.6 Perencanaan Lantai Depan ( Apron )


Untuk mencari panjang lantai muka, maka yang menentukan adalah ΔH
terbesar. ΔH terbesar ini biasanya terjadi pada saat air muka setinggi mercu
bendung, sedangkan di belakang bendung adalah kosong. Seberapa jauh lantai
muka ini diperlukan, sangat ditentukan oleh garis hidraulik gradien yang
digambar kearah upstream dengan titik ujung belakang bendung sebagai titik
permulaan dengan tekanan sebesar nol. Miring garis hidraulik gradien disesuaikan
dengan kemiringan yang diijinkan untuk suatu tanah dasar tertentu, yaitu dengan
menggunakan Creep Ratio ( c)
Fungsi lantai muka adalah menjaga jangan sampai pada ujung belakang
bendung terjadi tekanan yang bisa membawa butir-butir tanah.

2.6.1 Menentukan panjang lantai muka dengan rumus BLIGH


L
H 
c
L  c.H
Dimana : ΔH = beda tekanan
L = panjang Creep Line
c = Creep Ration ( diambil c = 5, untuk pasir kasar )
3
ΔH lk =  0,6
5
3
ΔH kj =  1.5
5
1
ΔH ji =  0,2
5
1,5
ΔH ih =  0,3
5
1
ΔH hg =  0,2
5
4,5
ΔH gf =  0,9
5
1,5
ΔH fe =  0,3
5

 ΔH = 4 m
L = 4 x 5 = 20 m
Faktor keamanan = 20% . 20 m = 4 m
Jadi Ltotal = 20 + 4 m = 24 m

30
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

2.6.2 Menentukan Panjang Creep Line

Panjang horizontal (Lh ) = 3,167 + 4,2 + 1 + 4,2 + 1 + 4,2 + 1 + 4,2 + 4,5 + 1,5
+3
= 31,967 m
Panjang vertical (Lv) = 1,835 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1,5 + 1 + 2,5 + 3
= 16,835 m
Panjang Total Creep Line (ΣL) = Lh + Lv
= 31,967 m + 16,835 m
= 48,802 m

2.6.3 Pengujian Creep Line ada dua cara yaitu:


a. Teori Bligh
L = Cc . H b
Di mana L = Panjang Creep Line yang diijinkan
Cc = Koefisien Bligh (Cc diambil 5)
Hb = beda tinggi muka air
Hb = P + H – d3
= 6,15 + 1,36 – 1,374 = 6,136 m
sehingga L = Cc . Hb
= 5 . 6,136 = 30,68 m
Syarat : L < ΣL
30,68 m < 48,802 m.........(OK)

b. Teori Lane
L = Cw . H b
Di mana Cw adalah koefisien lane (Cw diambil 3)
Sehingga L = Cw . H b
= 3 . 6,136
= 18,408 m
1
Ld = Lv + Lh
3

31
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

1
= 16,835 m + . 31,967 m
3
= 27,49 m
Syarat : L < Ld
18,408 m < 27,49 m ……(OK)

Tabel 2.9 Data – Data Hasil Perhitungan

d3 1.374 v1 12.092
v3 2.747 d1 0.281
L’=Beff 51.54 hv1 7.452
P 6.150 E1 7.733
He 1.36 d2 2.756
hv0 0.010 v2 1.232
d0 7.504 hv2 0.077
H 1.354 E2 2.834
v0 0.453 T 2.209
dc 1.055 L 18,408
vc 3.218 hv3 0.335
hvc 0.528 E3 1.709
Ec 7.733 ΣL 48,802

32
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

sumbu y
X1 = 0,38 m

Xo = 0,24 m
sumbu x
Y= 0,43 x^1,850
R1 = 0,27 m
Yc = 0,699 m
Ro = 0,675 m
(Xc,Yc) = (1,3;0,699) m
Xc = 1,3 m

+ 120,00 m

+ 119,165m

33
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

BAB III
STABILITAS BENDUNG

Gaya–gaya yang bekerja pada tubuh bendung :


1. Tekanan air.
2. Tekanan lumpur.
3. Tekanan berat sendiri bendung.
4. Gaya gempa.
5. Gaya angkat (uplift pressure).

3.1 Tekanan Air


3.1.1 Tekanan Air Normal

sumbu y
X1 = 0,38 m

Xo = 0,24 m
sumbu x

+ 120,00 m

+ 119,165m

Diagram Tekanan Untuk Air Normal

γ air = 1 ton/m3

Pa1 = ½ .  air . h2. Ka = ½ . 1 . 6,152 . 1 = 18,911 ton


Pa2 = b . h .  air = 1,033. 6,15 .1 = 6,353 ton

Tabel 3.1 Perhitungan Tekanan Air Normal

34
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Gaya (t) Lengan (m) Momen (tm)


Bagian
V H x y Mr M0
Pa1 - 18,911 - 2,885 - 54,558
Pa2 6,353 - 8,484 - 53,898 -
Jumlah 6,353 18,911 53,898 54,558

35
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

3.1.2 Tekanan Air Banjir

sumbu y

sumbu x

+ 119,165m

Diagram Tekanan Untuk Air Banjir

Pa1 = ½ .  air . h2 = ½ . 1 . 6,152 = 18,911 ton


Pa2 = b . h .  air = 1,35 . 6,15 . 1 = 8,303 ton
Pa3 = b . h .  air = 1,033 . 6,85 . 1 = 6,353ton
Pa4 = b . h .  air = 1,414. 1,35 . 1 = 1,909 ton
Pa5 = ½ .  air . h2 = ½ . 1 . 2,4952 = 3,113 ton
Pa6 = -½ .  air . h2 = ½ . 1 . 2,4952 = -3,113 ton

Tabel 3.2 Perhitungan Tekanan Air Banjir


Gaya (t) Lengan (m) Momen (tm)
Bagian
V H x y Mr M0
Pf1 - 18,911 - 3,910 - 73,942
Pf2 - 8,303 - 2,885 - 23,954
Pf3 6,353 - 8,484 - 53,898 -
Pf4 1,909 - 8,293 - 15,831 -
Pf5 3,113 - 0,832 - 2,59 -
Pf6 - -3,113 - 0,832 2,59
Jumlah 11,375 24,101 74,909 97,896

36
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

3.2 Tekanan Lumpur


 lumpur = 0,6 t/m3
θ = 300
Ka = tan2 (450 – θ/2)
= tan2 (450 – 300/2)
= 0,333
Keterangan :
γsub = berat volume lumpur (t/m3)
θ = sudut gesek dalam
Ka = tekanan lumpur aktif

sumbu y

sumbu x

+ 119,165m

Diagram Tekanan Kantong Lumpur

1
Pa1 = . Ka .  lumpur . h2
2
1
= . 0,333 . 0,6 . 6,152 = 7,557 ton
2
Pa2 =  lumpur . b . h
= 0,6 .1,35. 6,15 = 4,982 ton

Tabel 3.3 Perhitungan Tekanan Lumpur

37
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Gaya (t) Lengan (m) Momen (tm)


Bagian
V H x y Mr M0
Pa1 - 7,557 - 2,885 - 21,802
Pa2 4,982 - 8,484 - 42,267 -
Jumlah 4,982 7,557 42,267 21,802

38
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

3.3 Tekanan Berat Sendiri Bendung


 pasangan = 2,2 t/m3
Mr = W.x
Mo = W.y
Di mana : Mr = Momen perlawanan pada titik O
Mo = Momen guling pada titik O
W = Berat masing – masing segmen
x = Panjang lengan momen horizontal
y = Panjang lengan momen vertikal
W1 W2
W4

W3
W5
W6

W7

W1 1

W8

W9

W12

W1 0

Diagram Berat Sendiri Bendung


Pada badan bendung yang berbentuk parabola, luas penampang digunakan pendekatan :
A = 2/3 . L . H

5/8H

3/8H

3/8L 5/8L

Gambar 3.5 Pehitungan Bentuk Parabola


Segmen Berat (ton) Lengan (m) Momen (tm)

39
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

x Mr = W.x
W1 0,667 x 0,381 x 0,179 x 2,2= 0,101 7,730 0.781
W2 0,667 x 0,621 x 0,179 x 2,2= 0,163 7,353 1.199
W3 1,001 x 2,305 x 2,2 = 5,076 7,466 37.897
W4 0,667 x 0,679 x 0,520 x 2,2= 0,518 6,710 3.476
W5 0,679 x 1,785 x 2,2 = 2,666 6,626 17.665
W6 0,5 x 1,784x 1,785 x 2, 2 = 3,503 5,712 20.009
W7 0,5 x 1,5 x 1,502 x 2, 2 = 2,478 4,001 9.914
W8 1,5 x 3,499 x 2,2 = 11,517 3,750 43.189
W9 0,5 x 3,000 x 3,000 x 2,2 = 9,900 2,000 19.800
W10 3 x 3 x 2, 2 = 19,800 1.500 29.700
W11 3,467 x 6,002 x 2, 2 = 45,778 6,233 285.334
W12 1,033 x 2,335x 2, 2 = 5,307 8,483 45.019

JUMLAH  W = 106,807 513.983

Tabel 3.4 Perhitungan Tekanan Berat Sendiri Bendung


Lengan
Bagian Berat (t) Lengan (y) Mr Mo
(x)
w1 0.101 7.730 9.873 0.781 0.997
w2 0.163 7.353 9.873 1.199 1.609
w3 5.076 7.466 8.654 37.897 43.928
w4 0.518 6.710 9.481 3.476 4.911
w5 2.666 6.626 8.395 17.665 22.381
w6 3.503 5.712 8.097 20.009 28.364
w7 2.478 4.001 6.501 9.914 16.109
w8 11.517 3.750 4.248 43.189 48.924
w9 9.900 2.000 4.000 19.800 39.600
w10 19.800 1.500 1.500 29.700 29.700
w11 45.778 6.233 4.501 285.334 206.047
w12 5.307 8.483 2.666 45.019 14.148
Jumlah 106.807 513.983 456.719
3.4 Gaya Gempa
3.4.1 Gempa Horizontal
Gaya Horizontal (H) = Kh . W
= 0,10 . 106.807
= 10,681 ton
Momen (Mo) = (Mr) = Kh . ΣMo

40
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

= 0,10 . 456.719
= 45,672 Tm
Keterangan :
H = gaya gempa horizontal (t)
Kh = koefisien gempa horizontal
Pondasi batu : Kh = 0,10
V1 = berat sendiri bendung (t)
M01 = momen guling akibat berat sendiri (tm)

3.4.2 Gempa Vertikal


Gaya Vertikal (V) = Kh . W
= 0,05 . 106.807
= 5,340 ton
Momen (Mo) = (Mr) = Kh . ΣMr
= 0,05 . 513.983
= 25,699 Tm

Keterangan :
V = gaya gempa vertikal (t)
Kv = koefisien gempa vertikal
Pondasi batu : Kv = 0,05
Mr1 = momen tahanan akibat berat sendiri (tm)

41
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

3.5 Gaya Angkat (Uplift Pressure)


35.1 Air Normal
 L = Lh + Lv
= 48,802 m
Lx
Ux = Hx - . ΔH  
L 

Lx
Ux = Hx - .4
48,802 

Ux = Hx – 0,082 Lx LX

Keterangan :
Hx = tinggi muka air dari titik yang dicari (m)
Lx = panjang rayapan (m)
ΣL = total rayapan (m)
ΔH = tinggi muka air normal (m)
Ux = uplift pressure di titik x (t/m2)

c (2  U 1  U 2 )
U1

e
3 (U 1  U 2 )

c
U2
R (U 1  U 2 )
2

Gambar 3.6 Rayapan Gaya Angkat

Titik Hx (m) Lx (m) Uplift Force (t) Lengan (m) Momen

42
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Ux
V H x y Mr Mo
(t/m2)
a 6.985 31.802 4.377
7.598 0.784 5.957
b 8.485 33.302 5.754
25.062 2.275 57.016
c 8.485 37.802 5.385
-4.844 0.520 -2.519
d 7.485 38.802 4.303
6.362 0.754 4.797
e 7.485 40.302 4.180
13.294 1.341 5.302
f 9.985 42.802 6.475
19.056 1.510 28.775
g 9.985 45.802 6.229
-13.818 1.598 -22.081
h 6.985 48.802 2.983

JUMLAH 50.480 2.230 4.539 4.243 5.302 71.944

Tabel 3.5 Perhitungan Gaya Angkat Akibat Air Normal

Bagian Gambar Gaya angkat per 1 m panjang (t)

1,5  2  4,377   5,754


Y  0,716
3 4,377  5,754
1,5
a-b H  4,377  5.754  7,598
2
Ytotal  1,5  0,716  0,784

43
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

4,5  2 x 5,385  5,754


x  2,225
3 5,385  5,754
b-c 4,5
V  5,385  5,754  25,062
2
X total  4,5  2,225  2,275

1  2  4,303  5,385
y  0,481
3 4,303  5,385
c-d 1
H   4,303  5,385  4,844
2
Ytotal  1  0,481  0.52

1,5  2  4,18  4,303


x  0,746
3 4,18  4,303
d-e 1,5
V  4,18  4,303  6.362
2
X total  (1,5  0,746)  0,754

44
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

2,5  2  4,16  6,475


y  1,159
3 4,16  6,475
e-f
2,5
H  4,16  6,475  13,294
2
Ytotal  2,5  1,159  1,341

3  2  6,229  6,475
x  1,49
3 6,229  6,475
3
f-g V   6,229  6,475  19,056
2
X total  (3  1,49)  1,51

3  2  2,983  6,229 
y  1,402
3 2,983  6,229
g-h
3
H   2,983  6,229   13,818
2
Ytotal  3  1,402  1,598

Gaya angkat :
V = fu . ΣV
= 0,50 . (50,48) = 25,24 t
H = fu . ΣH
= 0,50 . 2,23= 1,115 t
M0 = fu . ΣM0
= 0,50 . 71,944 = 35,972 tm
Mr = fu . ΣMr
= 0,50 . 5,302 = 2.651 tm

45
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

3.5.2 Air Banjir


Lx
Ux = Hx - . ΔH
L
   
Lx
Ux = Hx - . 6,15
48,802

Ux = Hx - 0,126 Lx LX

Keterangan :
Hx = tinggi muka air banjir dari titik yang dicari (m)
Lx = panjang rayapan (m)
ΣL = total rayapan (m)
ΔH = beda tinggi M.A.B dengan muka air di hilir (m)
Ux = uplift pressure di titik x (t/m2)
Tabel 3.7 Perhitungan Gaya Angkat Akibat Air Banjir

Bagian Gambar Gaya angkat per 1 m panjang (t)

1.5  2  4,328  5,639


y  0,717
3 4,328  5,639
a-b 1.5
H  4,328  5,639  7,475
2
Ytotal  1,5  0,717  0,783

4,5  2  5,072   5,639 


x  2,21
3 5,072  5,639 
b-c 4,5
V  5,072  5,639  24,1
2
X total  4,5  2,21  2,29

46
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

1  2  3,946   5,072
y  0,479
3 3,946  5,072 
c-d 1
H   3,946  5,072   4,5
2
Ytotal  1  0,479  0,521

1,5  2  3,757   3,946


x  0,744
3 3,757  3,946 
d-e 1,5
V  3,757  3,946  5,777
2
X total  1,5  0,744  0,756

2,5  2  3,757   5,942


y  1,156
3 3,757  5,942
e-f 2,5
H  3,757  5,942  12,124
2
Ytotal  2,5  0,156  2,344

3  2  5,564  5,942 
x  1,484
3 5,564  5,942
3
V   5,564  5,942   17,259
2
X total  3  1,484  1,516

f-g

47
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

48
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

3  2  3,620   5,564 
y  1,394
3 3,620  5,564 
g-h 3
H   3,620  5,564   13,776
2
Ytotal  3  1,394  1,606

Tabel 3.8 Gaya Angkat Akibat Air Banjir


Ux Uplift Force (t) Lengan (m) Momen
Titik Hx (m) Lx (m)
(t/m2) V H x y Mr Mo
a 8.335 31.802 4.328
7.475 0.783 5.853
b 9.835 33.302 5.639
24.100 2.290 55.189
c 9.835 37.802 5.072
4.500 0.521 2.345
d 8.835 38.802 3.946
5.777 0.756 4.367412
e 8.835 40.302 3.757
12.124 2.344 28.419
f 11.335 42.802 5.942
4.176 3.759 15.69758
g 11.335 45.802 5.564
13.776 1.606 22.124
h 9.769 48.802 3.620

JUMLAH 34.053 37.875 6.805 5.254 58.740 75.254

Gaya angkat :
V = fu . ΣV
= 0,50 .(34,053) = 17,027 t
H = fu . ΣH

49
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

= 0,50 . 37,875 = 18,938 t


M0 = fu . ΣM0
= 0,50 . 75,254 = 37,627 tm
Mr = fu . ΣMr
= 0,50 . 58,740 = 29,370 tm

Tabel 3.9 Akumulasi Beban-Beban Pada Bendung


Gaya (t) Momen (tm)
No. Keterangan
Vertikal Horizontal Mr M0
1 2 3 4 5 6
Tekanan Air
a. Air normal 6,353 18,911 53,898 54,558
b. Air banjir 11,375 24,101 74,909 97,896
c. Tekanan Lumpur 4,982 7,557 42,267 21,802
d. Berat sendiri bendung 106,807 - 513.983 -
Gaya Gempa
e. Gempa horizontal - 10,681 45,672 45,672
f. Gempa vertikal 5,340 - 25,699 25,699
Gaya Angkat
g. Air normal 25,24 1,115 2,651 35,972
h. Air banjir 17,027 18,938 29,37 37,627

50
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

4.6 Kontrol Stabilitas Bendung


4.6.1 Tanpa Gempa
1. Keadaan Air Normal dengan Uplift Pressure
ΣH = a(4) + c(4) + g(4)
= 18,911 + 7,557+ 1,115 = 27,583 ton
ΣV = a(3) + c(3) + d(3) - g(3)
= 6,353+ 4,982 + 106,807-25,24 = 92,902ton
ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) + g(5)
= 53,898+ 42,267 + 513.983 + 2,651= 612,799 ton meter
ΣM0 = a(6) + c(6) + g(6)
= 54,558 + 21,802 + 35,972 = 112,332 ton meter
Kontrol :
a. Terhadap guling (over turning)
 Mr
SF =
 M0
612,799
= 112,332  5,455 ≥ 1,50 (ok)

b. Terhadap geser (sliding)


f V
SF =
H
0,7 . 92,902
=  2,358 ≥ 1,20 (ok)
27,583

keterangan :
f = koefisien geser
c. Terhadap daya dukung tanah (over sterssing)
Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
 Mr   M0
a =
V
612,799  112,332
=  5,387m
92,902

51
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.


B
e = a
2
9,6
=  5,387  - 0,587m
2
Jarak e masih terletak di dalam ‘ Bidang Kern ’
B 9,6
e< 
6 6
-0,587 < 1,6 m
Tegangan yang terjadi pada tanah akibat beban – beban pada bendung :
V M.x
σ = 
A Iy

V  V . e . 0,5 . b x

= bx . by 1 3
. bx . b y
12
V 6.V.e
=  2
bx . b y bx . by

V  6.e 
= 1  
bx . by  b x 

Tegangan izin tanah dasar (σ‘) = 2,0 kg/cm2 = 20,0 t/m2


Tegangan tanah dikontrol per 1 meter panjang bendung :
92,902  6 . - 0,587 
σmax = 1    9,677(0,741)
9,6 . 1  9,6 

= 7,179 t/m2 < 20 t/m2 (Ok)


92,902  6 . - 0,587 
σmin = 1    9,677(1,367)
9,6 . 1  9,6 

= 13,229 t/m2 > 0 (Ok)

2. Keadaan Banjir dengan Uplift Pressure

52
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

ΣH = b(4) + c(4) + h(4)


= 24,101 + 7,557+ 18,938 = 50,596 ton
ΣV = b(3) + c(3) + d(3) - h(3)
= 11,375+ 4,982 + 106,807 – 17,027 = 106,137 ton
ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + h(5)
= 74,909+ 42,267 + 513.983 + 29,37 = 660,529 ton meter
ΣM0 = b(6) + c(6) + h(6)
= 97,896 + 21,802 + 37,627 = 157,325 ton meter

Kontrol :
a. Terhadap guling (over turning)
 Mr
SF =
 M0
660,529
= 157,325  4,199 ≥ 1,50 (Ok)

b. Terhadap geser (sliding)


f V
SF =
H
0,7 . 106,137
=  1,468 ≥ 1,20 (Ok)
50,596

keterangan :
f = koefisien geser

c. Terhadap daya dukung tanah (over stressing)


Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
 Mr   M0
a =
V
660,529  157,325
=  4,741 m
106,137

Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.


B
e = a
2
9,6 B
=  4,741  0,059 m <  1,6 m
2 6

53
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Tegangan pada tanah dasar


V  6.e 
σ = 1  
bx . by  b x 

106,137  6 . 0,059 
σmax = 1    11,056(1,04)
9,6 . 1  9,6 

= 11,498t/m2 < 20,0 t/m2 (Ok)

106,137  6 . 0,059 
σmin = 1    11,056(0,963)
9,6 . 1  9,6 

= 10,647 t/m2 > 0 (Ok)

54
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

4.6.2 Dengan Gempa Horizontal


1. Keadaan Air Normal dengan Uplift Pressure
ΣH = a(4) + c(4) + e(4) + g(4)
= 18,911 + 7,557 + 10,681+ 1,115 = 38,264 ton
ΣV = a(3) + c(3) + d(3) - g(3)
= 6,353 + 11,375 + 106,807 – 25,24 = 99,295 ton
ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) + e(5) + g(5)
=53,898 + 42,267 + 513,983 + 45,672 + 2,651 = 658,471 tm
ΣM0 = a(6) + c(6) + e(6) + g(6)
= 54,558 + 21,802 + 45,672 + 35,972 = 158,004 ton meter
Kontrol :
a. Terhadap guling (over turning)
 Mr
SF =
 M0
658,471
= 158,004  4,167 ≥ 1,50 (Ok)

b. Terhadap geser (sliding)


f V
SF =
H
0,7 . 99,295
=  1,817 ≥ 1,20 (Ok)
38,264

keterangan :
f = koefisien geser

c. Terhadap daya dukung tanah (over stressing)


Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
Mr  M0
a =
V
658,471  158,004
=  5,04m
99,295

55
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.


B
e = a
2
9,6 B
=  5,04  0,24 m <  4,8
2 6
Tegangan pada tanah dasar
V  6.e 
σ = 1  
bx . by  b x 

99,295  6 . - 0,24 
σmax = 1    10,343(0,85)
9,6 . 1  9,6 

= 8,792 t/m2 < 20 t/m2 (Ok)


99,295  6 . - 0,24 
σmin = 1    10,343(1,15)
9,6 . 1  9,6 

= 11,895 t/m2 > 0 (Ok)

2. Keadaan Air Normal Tanpa Uplift Pressure


ΣH = a(4) + c(4) + e(4)
= 18,911 + 7,557 + 10,681 = 37,149 ton
ΣV = a(3) + c(3) + d(3)
= 6,353 + 4,982 + 106,807 = 118,142 ton
ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) + e(5)
= 53,898 + 42,267 + 513,983 + 45,672 = 655,82 ton meter
ΣM0 = a(6) + c(6) + e(6)
= 54,558 + 21,802 + 45,672 = 122,032 ton meter
Kontrol :
a. Terhadap guling (over turning)
 Mr
SF =
 M0
655,82
= 122,032  5,374 ≥ 1,50 (Ok)

b. Terhadap geser (sliding)


f V
SF =
H

56
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

0,7 . 118,142
=  0 ≥ 1,20 (Ok)
37,149

keterangan :
f = koefisien geser
c. Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
 Mr   M0
a =
V
655,82  122,032
=  4,518 m
118,142

Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.


B
e = a
2
9,6 B
=  4,518  0,282 m <  1,6
2 6
Tegangan pada tanah dasar
V  6.e 
σ = 1  
bx . by  b x 

118,142  6 . 0,282 
σmax = 1    12,307(1,176)
9,6. 1  9,6 

= 14,473 t/m2 < 20,0 t/m2 (Ok)


118,142  6 . 0,282 
σmin = 1    12,307(0,824)
9,6. 1  9,6 

= 10,141 t/m2 > 0 (Ok)

3. Keadaan Air Banjir Dengan Uplift Pressure


ΣH = b(4) + c(4) + e(4) + h(4)
= 24,101+ 7,557 + 10,681 + 18,938 = 61,277 ton
ΣV = b(3) + c(3) + d(3) - h(3)
= 11,375 + 4,982 + 106,807 – 17,027 = 106,137 ton
ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + e(5) + h(5)
= 74,909 +42,267 + 513,983 +45,672 + 29,37 = 706,201 ton meter
ΣM0 = b(6) + c(6) + e(6) + h(6)

57
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

= 97,896 + 21,802 + 45,672 + 37,672 = 203,042 ton meter

Kontrol :
a. Terhadap guling (over turning)
Mr
SF =
M0
706,201
= 203,042  3,478 ≥ 1,50 (Ok)

b. Terhadap geser (sliding)


f V
SF =
H
0,7 . 106,137
=  1,213 ≥ 1,20 (Ok)
61,277

keterangan :
f = koefisien geser
c. Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
 Mr   M0
a =
V
706,201  203,042
=  4,741 m
106,137

Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.


B
e = a
2
9,6 B
=  4,741  0,059 m <  1,6
2 6
Tegangan pada tanah dasar
V  6.e 
σ = 1  
bx . by  b x 

106,137  6 . 0,059 
σmax = 1    11,056(1,037)
9,6 . 1  9,6 

= 11,465 t/m2 < 20,0 t/m2 (Ok)


106,137  6 . 0,059 
σmin = 1    11,056(0,963)
9,6 . 1  9,6 

58
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

= 10,648 t/m2 > 0 (Ok)

4. Keadaan Air Banjir Tanpa Uplift Pressure


ΣH =b(4) + c(4) + e(4)
= 24,101 + 7.557 + 10,681 = 42,339 ton
ΣV = b(3) + c(3) + d(3)
= 11,375 + 4,982 + 106,807 = 123,164 ton
ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + e(5)
= 74,909 + 42,267 + 513,983+ 45,672 = 676,831 ton meter
ΣM0 = b(6) + c(6) + e(6)
= 97,896 + 21,802 + 45,672 = 165,37 ton meter
Kontrol :
a. Terhadap guling (over turning)
 Mr
SF =
 M0
676,831
= 165,37  4,093 ≥ 1,50 (Ok)

b. Terhadap geser (sliding)


f V
SF =
H
0,7 . 123,164
=  2,036 ≥ 1,20 (Ok)
42,339

keterangan :
f = koefisien geser
c. Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
 Mr   M0
a =
V
676,831  165,37
=  4,153 m
123,164

Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.


B
e = a
2

59
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

9,6 B
=  4,153  0,647 m <  1,6
2 6
Tegangan pada tanah dasar
V  6.e 
σ = 1  
bx . by  b x 

123,164  6 . 0,647 
σmax = 1    12,83(1,404)
9,6 . 1  9,6 

= 18,013 t/m2 < 20,0 t/m2 (Ok)


123,164  6 . 0,647 
σmin = 1    12,83(0,596)
9,6 .1  9,6 

= 7,647 t/m2 > 0 (Ok)

4.6.3 Dengan Gempa Vertikal


1. Keadaan Air Normal dengan Uplift Pressure
ΣH = a(4) + c(4) + g(4)
= 18,911 + 7,557 + 1,115 = 27,583 ton
ΣV = a(3) + c(3) + d(3) + f(3) - g(3)
= 6,353 + 11,375 + 106,807 + 5,34 –25,24 = 104,635 ton
ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) + f(5) + g(5)
= 53,898 + 42,267 + 513,983 + 25,699 + 2,651 = 638,498 tm
ΣM0 = a(6) + c(6) + f(6) + g(6)
= 54,558 + 21,802 + 25,699 + 35,972 = 138,031 ton meter
Kontrol :
a. Terhadap guling (over turning)
 Mr
SF =
 M0
638,498
= 138,031  4,626 ≥ 1,50 (Ok)

b. Terhadap geser (sliding)


f V
SF =
H

60
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

0,7 . 104,635
=  2,655 ≥ 1,20 (Ok)
27,583

keterangan :
f = koefisien geser
c. Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
 Mr   M0
a =
V
638,498  138,031
=  4,783 m
104,635

Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.


B
e = a
2
9,6 B
=  4,783  0,0,017 m <  1,6
2 6
Tegangan pada tanah dasar
V  6.e 
σ = 1  
bx . by  b x 

104,635  6 . 0,017 
σmax = 1    10,899(1.011)
9,6 . 1  9,6 

= 11,019t/m2 < 20,0 t/m2 (Ok)


104,635  6 . 0,017 
σmin = 1    10,899(0,989)
9,6 . 1  9,6 

= 10,779 t/m2 > 0 (Ok)

2. Keadaan Air Normal Tanpa Uplift Pressure


ΣH = a(4) + c(4)
= 18,911 + 7,557 = 26,468 ton

ΣV = a(3) + c(3) + d(3) + f(3)


= 6,353 + 4,982 + 106,807 + 5,34 = 123,482 ton
ΣMr = a(5) + c(5) + d(5) + f(5)
= 53,898 + 42,267 + 513,983 + 25,699 = 635,847 ton meter

61
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

ΣM0 = a(6) + c(6) + f(6)


= 54,588 + 21,802 + 25,699 = 102,089 ton meter
Kontrol :
a. Terhadap guling (over turning)
 Mr
SF =
 M0
635,847
= 102,089  6,228 ≥ 1,50 (Ok)

b. Terhadap geser (sliding)


f V
SF =
H
0,7 . 123,842
=  3,275 ≥ 1,20 (Ok)
26,468

keterangan :
f = koefisien geser
c. Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
 Mr   M0
a =
V
635,847  102,089
=  4,31 m
123,842

Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.


B
e = a
2
9,6 B
=  4,31  0,049 m <  1,6
2 6
Tegangan pada tanah dasar
V  6.e 
σ = 1  
bx . by  b x 

123,842  6 . 0,49 
σmax = 1    12,9(1,306)
9,6 . 1  9,6 

= 16,847 t/m2 < 20,0 t/m2 (Ok)


123,842  6 . 0,49 
σmin = 1    12,9(0,694)
9,6 . 1  9,6 

62
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

= 8,953 t/m2 > 0 (Ok)

3. Keadaan Air Banjir dengan Uplift Pressure


ΣH = b(4) + c(4) + h(4)
= 30,533 + 4,688 + 1,242 = 36,463 ton
ΣV = b(3) + c(3) + d(3) + f(3) + h(3)
= 12,971 + 4,114 + 69,105 + 3,45525 – 17,773 = 91,872 ton
ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + f(5) + h(5)
= 44,796 + 17,443 + 619,5214 + 30,97607 + 10,187 = 662,923 tm
ΣM0 = b(6) + c(6) + f(6) + h(6)
= 113,328+ 14,570 + 30,97607 + 95,413 = 294,287 ton meter
Kontrol :
a. Terhadap guling (over turning)
 Mr
SF =
 M0
662,923
= 294,287  2,253 ≥ 1,50 (Ok)

b. Terhadap geser (sliding)


f V
SF =
H
0,7 . 91,872
=  1,764 ≥ 1,20 (Ok)
36,463

keterangan :
f = koefisien geser

c. Terhadap daya dukung tanah (over stressing)


Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
 Mr   M0
a =
V
662,923  294,287
=  4,012 m
91,872

63
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.


B
e = a
2
9,6 B
=  4,012  0,788 m <  1,6
2 6

Tegangan pada tanah dasar


V  6.e 
σ = 1  
bx . by  b x 

91,872  6 . 0,788 
σmax = 1    9,57(1,493)
9,6 . 1  9,6 

= 14,288 t/m2 < 20,0 t/m2 (Ok)


91,872  6 . 0,788 
σmin = 1    9,57(0,508)
9,6 . 1  9,6 

= 4,862 t/m2 > 0 (Ok)

4. Keadaan Air Banjir Tanpa Uplift Pressure


ΣH = b(4) + c(4)
= 24,101+ 7,557 = 31,658 ton
ΣV = b(3) + c(3) + d(3) + f(3)
= 11,375 + 4,982 + 106,807 + 5,34 = 128,504 ton
ΣMr = b(5) + c(5) + d(5) + f(5)
= 97,896 + 42,267 + 513,983 + 25,699 = 679,845 ton meter
ΣM0 = b(6) + c(6) + f(6)
= 97,896 + 21.802 + 25,699 = 145,397 ton meter

Kontrol :
a. Terhadap guling (over turning)
 Mr
SF =
 M0
679,845
= 145,397  4,676 ≥ 1,50 (Ok)

b. Terhadap geser (sliding)

64
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

f V
SF =
H
0,7 . 128,504
=  2,841 ≥ 1,20 (Ok)
31,658

keterangan :
f = koefisien geser
c. Terhadap daya dukung tanah (over stressing)
Resultante beban vertikal bekerja sejarak a dari titik O.
 Mr   M0
a =
V
679,845  145,397
=  4,159 m
128,504

Resultante beban vertikal bekerja sejarak e dari pusat berat bendung.


B
e = a
2
9,6 B
=  4,159  0,641 m <  1,6
2 6
Tegangan pada tanah dasar
V  6.e 
σ = 1  
bx . by  b x 

128,504  6 . 0,641 
σmax = 1    13,386(1,401)
9,6 . 1  9,6 

= 18,754 t/m2 < 20,0 t/m2 (Ok)


128,504  6 . 0,641 
σmin = 1    13,386(0,599)
9,6 . 1  9,6 

= 8,018t/m2 > 0 (Ok)


Tabel 3.8 Akumulasi Kombinasi Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Tubuh Bendung

Kombinasi gaya – gaya SF Tegangan tanah


No.
pada bendung guling geser max min
1. Tanpa gempa
a. Air normal + gaya angkat 5,455 2,358 7,179 13,229
b. Air banjir + gaya angkat 4,199 1,468 11,498 10,647
2. Dengan gempa horizontal
a. Air normal + gaya angkat 4,167 1,817 8,792 11,895
b. Air normal 5,374 0 14,473 10,141
c. Air banjir + gaya angkat 3,478 1,213 11,465 10,648

65
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

d. Air banjir 4,093 2,036 18,013 7,647


3. Dengan gempa vertikal
a. Air normal + gaya angkat 4,626 2,655 11,019 10,779
b. Air normal 6,228 3,275 16,847 8,953
c. Air banjir + gaya angkat 2,253 1,764 14,288 4,862
d. Air banjir 4,676 2,841 18,754 8,018

66
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

BAB IV
PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMBILAN DAN PENGURAS

4.1 Bangunan Pengambilan (Intake)


Bangunan pengambilan berfungsi untuk mengambil air dari sungai dalam
jumlah yang diiginkan. Pengambilan dibuat dekat dengan pembilas dan as bendung.
Pembilas pengambilan dilengkapi dengan pintu dan bagian depannya terbuka untuk
menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir. Besarnya bukaan pintu
bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang diizinkan. Kecepatan ini
bergantung kepada ukuran butir bahan yang dapat diangkut.
Elevasi ambang bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dasar sungai. Ambang
direncana diatas dasar dengan ketentuan sebagai berikut :
 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau
 1,00 m jika sungai juga mengangkut pasir dan kerikil
 1,50 m jika sungai juga mengangkut batu – batu bongkah
Hal tersebut diatas dimaksudkan agar sedimen – sedimen seperti lanau, pasir,
kerikil, dan batu tidak ikut terbawa kedalam saluran pengambilan.

M.A.B
beton

M.A.N

pintu intake
Q

h
a

1m 0.5a
dasar sungai

Gambar 4.1 Perencanaan Pintu Pengambilan

67
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Ketentuan:
▫ Kecepatan aliran adalah 0,6 m/dtk sampai 1 m/dtk
▫ c = 0,6 untuk b < 1 m…………………………..….(1)
▫ c = 0,7 – 0,72 untuk 1,5 < b < 2,0 ………………...(2)
▫ Ukuran penampang
b : h = 1 :1
b : h = 1,5 : 1
b : h = 2 :1
Dipilih perbandingan 1,5 : 1
▫ Tinggi ambang intake tergantung jenis endapannya, yaitu untuk endapan
lumpur (t = 0,5 m), pasir + kerikil (t = 0,5 ~ 1 m) dan bebatuan ( t = 1~1,5 m)

M.A. B

z
M. A. N
pintu intake
Q
h

0.5a
dasar sungai

Debit pengambilan rencana (Qpr) = 3,50 m3/dt


Kecepatan air diambil = 1 m/dt
Q
A=
v
3,50
= = 3,50 m2
1
A=b.h
= (1,5.h).h
= 1,5.h2
h = (A/1,5)0,5
= (3,5/1,5) 0,5
= 1,5275 m = 1,53 m
b = 1,5.h = 1,5.(1,53) = 2,295 m (tidak memenuhi persyaratan (2))

68
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Yang lebih menentukan disini adalah lebar pintu


Diambil lebar pintu 2,3 m
Koefisien debit (c) = 0,7 ............untuk b > 1 m
v=c 2.g.z

v2
z= 2
c .2g

12
z= = 0,104 m
0,7 2.2(9,81)

Kontrol :
Q’ = c.A . 2 . g. z

= c.(bh) . 2 . g. z

= 0,7.(2,3 . 1,53) . 2 . 9,81. 0,104

= 3,519 m3/dt ...........................> Q. (OK !)


Keterangan :
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)
b = lebar bukaan (m)
h = tinggi bukaan (m)
Q = debit pengambilan (m3/dt)
Tinggi ambang pengambilan 0,5 sampai 1 m (pasir dan kerikil) diambil 1 m dari dasar
bendung.

Elevasi dasar bendung : + 120m


Elevasi ambang : + 126,15 m
Elevasi muka air banjir : + 127,504 m
1. Perencanaan Pintu Pengambilan

69
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Tinggi M.A.B dari dasar sungai = 7,5 m


Tinggi ambang dibawah pintu pengambilan diambil = 1 m
h2 = 7,5– 1 = 6,5 m
Pintu intake digunakan papan kayu jati dengan lebar masing – masing papan adalah
25 cm = 0,25 m
h1 = 6,5 – 0,25 = 6,25 m

Tekanan yang diterima masing – masing papan :


1
P = .w.(h 1  h 2 ).h
2
1
= .1.(6,25  6,5).0,25
2
a b a
= 1,594 t/m
L =b+ =b+a ; a = 0,15 m
= 2,3 + 0,15
= 2,45 m

Momen Lentur :
1 1
M = . P . L 2= . 1,594 . (2,45) 2 = 1,196 tm
8. 8.

Kayu kelas I  = 1500 t/m2 ( PPKI ‘ 61 hal 6)


Kayu terendam air  = 2/3 . 1500 t/m2 = 1000 t/m2

 = M = M. x
wIy

M. (1/2 t) M.
= 3 =
1/12 . h. t 1/6 . h . t 2

70
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

6 M
t2 =
h .
6 . 1,196
t =
0,25 . 1000

t = 0,169 m = 16,9 cm ≈ 20 cm

Keterangan :
P = tekanan air di depan pintu (t/m)
L = panjang pintu pengambilan (m)
M = momen lendutan pada pintu (tm)
t = tebal pintu pengambilan (cm)

+127,504 m

h1 P
h2 +121 m
+120 m

4.1.2 Dimensi Saluran Primer


Data – data perencanaan :
Q (Debit Pengambilan) = 3,5 m3/dt

71
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

b = 2,3 m
v = 1 m/dt
Kemiringan Saluran = 1:1
 Luas Penampang Basah
A = ½ (b+b+2h)h
= ½ (2,3+2,3+2h)h =(2,3+h)h
= 2,3h + h2

 Penentuan Tinggi Air


Q = A.V
3,5 = (2,3h + h2).1
h2 + 2,3h -3,5= 0

 b  b 2  4ac
Dengan menggunakan rumus ABC : 2a ,
maka didapatkan :
h = 1,046 m ≈ 1,05 m
Tinggi jagaan diambil = 0,60 m (diambil dari tabel )
Tinggi saluran : H = 1,05+ 0,60 = 1,65 m
Keterangan :
Q = debit pengambilan (m3/dt)
b = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi air (m)
A = luas saluran (m2)
V = kecepatan pengambilan (m/dt)

0,60 m

1,05 m

1,05 m 2,3 m 1,05 m

4.1 Bangunan Pembilas


Bangunan pembilas berfungsi untuk mengurangi sebanyak mungkin benda
– benda terapung dan fraksi – fraksi sedimen kasar yang yang masuk ke jaringan
saluran irigasi. Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan-

72
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

bahan kasar di depan pembilas pengambilan. Sedimen yang terkumpul dapat


dibilas dengan membuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan aliran
terkonsentrasi tepat di depan pengambilan.
Rumus kecepatan yang dipakai pada pintu pembilas :
vc = 1,5 c d , di mana :
vc = Kecepatan Krits yang diperlukan untuk pengurasan ( m/dt)
c = Koefisien (tergantung dari bentuk endapan). Harga koefisien 3,2 ~ 5,5
d = Diameter butir / endapan meksimum
Jadi, kecepatan pembilasan sangat ditentukan oleh diameter butir
maksimum yang lewat, di mana dianggap diameter material adalah 0,3 dan c yang
diambil adalah 4,5.
vc = 1,5 c d

= 1,5 . 4,5 . 0,3 0,3 = 3,697 m/dt

Pintu Terbuka Sebagian


vc = c. 2.g.z = c. 2 . g . (H - 1/2 y )

dimana :
c = 0,62
y = tinggi buka pintu
H = M.A.N = 6,85 m
Vc 2
z =H–½y=
c 2 .2 g

3,697 2
z =
0,62 2.( 2.9,81)

= 1,812
½y =H–z
= 6,15 – 1,812
= 4,338
Y = 8,676 m
Karena tinggi pintu terbuka y > H maka tinggi pintu pembilas tidak bisa dibuka
sebagian.

73
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

M.A.N =+126,15 m

+120 m

Keterangan :
vc = kecepatan pembilasan (m/dt)
c = koefisien pengaliran (0,62)
y = tinggi bukaan pintu (m)
H = MAN = minimum head, tinggi minimum bukaan untuk pengurasan (m)

Pintu Terbuka Penuh


Bukaan penuh (tinggi bukaan untuk pengurasan):
Dimana :
 = 0,75
∆H = H/3
Q = bd .  2 . g . H

=A.  2 . g . H

A .  2 . g . H
Vc = Q 
A A
H

3,697= 0,75 2.9,81.H / 3 H


d

13,668=11,036H/3
H = 3,715 m
∆H = 1/3.3,715 = 1,238 m
d = H - ∆H
= 3,715 – 1,238 = 2,477 m

74
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

75
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

4.2.3 Perencanaan pintu penguras


Daun pintu dibuat dari kayu (kayu jati / kayu kelas I)
σ lt = 1000 ton/m2
σ lt kayu jati = 150 kg/cm2
σ lt kayu terendam dalam air = 2/3.150 = 100 kg/cm2 = 1000 t/m2
Lebar kayu = 0,25 m
γw = 1 t/m3
γs = 0,6 t/m3
Ø = 300
Ka = tan2(450 – Ø/2)
= tan2(450 – 300/2) = 0,333

Tekanan Air Banjir


h1 = M.A.B = 7,504 m
h2 = 7,504–0,25= 7,254 m

air.( h1  h2 )
P1 = h
2
1.(7,504  7,254)
= 0,25
2
= 1,845 t/m
Tekanan Akibat Lumpur
h1 = 6,15 m (tinggi bendung)
h2 = 6,15 – 0,25 = 5,9 m

76
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

s.(h1  h2 )
P2 = h
2
0,6.(6,15  5,9)
= 0,25
2
= 0,904 t/m
Tekanan total yang terjadi pada pintu :
Ptotal = P1 + P2
= 1,845 + 0,904 = 2,749 t/m

a b a

Momen lendutan :
L =b+½a+½a=b+a
= 1,9 + 0,15 = 2,05 m
1
M = . Ptot . L 2
8.
1
= . 2,749 . 2,05 2
8.
= 1,444 tm

77
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

M
σ =
w
M .x
=
Ix
1
M. t M
2 1
= = ht 2
1
h.t 3 6
12
1,444
1000 = 1 2
.0,25.t 1
6
t = 0,186 m~ 20cm

Keterangan :
P = tekanan air di depan pintu (t/m)
L = panjang pintu pembilas (m)
M = momen lentur pada pintu (tm)
t = tebal pintu pembilas (cm)

78
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

BAB V
PERENCANAAN BANGUNAN KANTONG LUMPUR

5.1 Perencanaan Kantong Lumpur


Data : Pengambilan satu sisi
Q = Debit pengambilan 3,5 m3/dt
m = Kemiringan saluran diambil 1 : 1
h = Tinggi air di saluran 0,6 m
b = Lebar intake 2,3 m
V = Kecepatan aliran diambil 1 m/dt2

Q 3,5
A=   3,5 m2
v 1

 Luas tampang basah (A)


A = ½ . h . (2b + 2h)
3,5 = ½ . h . (2 . 2,3 + 2 . h)
3,5 = 2,3h + h2
h2 + 2,3 h – 3,5 =0
h = 1,045 m

 Keliling Basah (P)


P = b + 2h 2
= 2,3 + 2 . 1,045 2
= 5,256 m

 Jari – jari Hidraulis (R)


A 3,5
R = P  5,256  0,666m

 Kemiringan Saluran (In)

79
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

2
 
 V 
In =  2 
 
 k .R 3 
2
 
 1 
=  2   0,029m
 45 x 0,666 3 
 

 Tinggi Jagaan (Free Board)


2
F = c + 0,075 V . h 3
2
= 0,4 + 0,075 . 1 . 1,045 3

= 0,477 m

 Dimensi Kantong Lumpur


0,0178
ψ = 2
 0,00856
1  0,0377 Tc  0,00022 Tc

w = 2,3 mm/dt =0,0023 m/dt


nilai w didapat dari gambar 7.4 pedoman criteria perencanaan tahun
2002 ( kp – 02 ) pada hal 143. dengan asumsi jenis lumpur berasal dari
pasir alamiah.

Keterangan :
D = diameter sedimen = 0,06 mm = 6 x 10-5 m
w = kecepatan jatuh (m/dt)
ψ = koefisien viskositas (t/m3)
Tc = 25o

Lebar kantong lumpur (b) = 2,3 m x 5


= 11,5 m
(Lebar kantong lumpur diasumsikan 4 – 5 kali lebih besar dari lebar saluran
untuk memperkecil panjang kantong lumpur.)
h =1,045 m
Kemiringan melintang saluran (m) = 1

80
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Luas penampang basah :


A = (b + m.h) h
= (11,5 + 1.1,045) 1,045 = 13,11 m2
Q
v =
A
3,5
= 13,11 = 0,267 m/dt

Panjang Kantong Lumpur


L = (v/w) . H
= (0,267/0,0023) . 1,045
= 121,31 m ≈ 122 m
Panjang kantong lumpur (L) = 122 m

Tinggi aliran kritis :


Perkiraan Yc (m)
Bagian Keterangan
0,1722 0,1723 0,1741
(b + m Yc) Yc 2,0076 2,011 2,0325
g ((b + m Yc) Yc)3 79,376 79,798 82,364
0,5625 Q2 (b + 2mYc) 81,613 81,642 81,642

g   b  mYc  Yc 
3

0.990 0.977 1.00 Fr ≈ 1


0,5625 Q 2 (b  2mYc )
(aliran kritis)

Tinggi aliran kritis (Yc) = 0,1741 m

Kecepatan aliran kritis :


g (b  mYc )
Vc =
b  2mYc

9,81 (11,5  1.0,1741) 114 ,523


= 
11,5  2.1.0,1741 11,848

= 3,109 m/dt

Luas penampang basah pada aliran kritis :


Ac = (b + mYc) Yc

81
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

= (11,5 + 1 . 0,1741) 0,1741 = 2,032 m2

Keliling basah penampang pada aliran kritis :

Pc = (b + 2Yc) m2  1

= (11,5 + 2 . 0,1741) 12  1 = 16,756 m

Jari – jari hidrolis pada aliran kritis :


Ac
Rc =
Pc
2,032
= 16,756 = 0,121 m

Kemiringan Memanjang
Rumus Strickler
Untuk kondisi menurut gambar :

n = 0,02

tanah asli

Kc = 1/n ; n = 0,02
= 1/0,02 = 50

Kemiringan kritis (Ic)


2
 
 vc 
 2 
 Kc . R c 3 
Ic =
2
 
 3,109 
=  2   (0,254)
2
= 0,0645
 50. 0,121 3 
 

82
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Kedalaman kantong :
Dc = Ic . L
= 0,0645 . 122 = 7,869 m

Gambar 5.1 Potongan Memanjang Kantong Lumpur

1,05
0.6 mm

2,85mm
2,3
83
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Gambar 5.2 Potongan A - A

84
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

BAB VI
PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH (DPT)

6.1 Perencanaan Dinding Penahan Tanah


Data :
Elevasi muka tanah di tepi sungai = 124 m
Elevasi dasar sungai = 120,00 m
Tinggi muka air banjir =7,5 m
Tegangan ijin tanah (σ’t) = 20,0 t/m2
Berat volume tanah di tepi sungai (γt) = 1,6 t/m3
Sudut gesek dalam tanah (Ø) = 300
Berat volume pasangan batu kali (γps) = 2,2 t/m3
Tegangan lentur pasangan batu kali (σ’) = 100 t/m2
Tegangan geser pasangan batu kali (τ’) = 20 t/m2

Perencanaan :
Direncanakan dinding penahan tanah dengan dimensi sebagai berikut :
h = h1 + h2
▫ Direncanakan tinggi pondasi (h1) :2m
▫ Direncanakan tinggi jagaan : 1,0 m
▫ Tinggi air banjir + tinggi jagaan (h2) : 7,5 + 1 = 8,5 m
▫ Tinggi rencana DPT (h) : 2,0 + 8,5 = 10,5 m
▫ Tegangan ijin untuk pasangan batu kali :
 Tegangan tekan = 100 t/m2
 Tegangan tarik = 0 t/m2
 Tegangan geser = 20 t/m2
▫ Berat volume :
 Pasangan batu kali = 2,2 t/m2
 Tanah = 1,6 t/m2
▫ Kuat geser tanah dasar :
 Tanah dasar kondisi normal = 35 t/m2
 Tanah dasar kondisi tertentu= 70 t/m2

85
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Direncanakan dinding penahan tanah dengan dimensi sebagai berikut :

Gambar 6.1 Perencanaan Dinding Penahan Tanah

Tabel 6.1 Gaya Vertikal Akibat Berat Sendiri Bendung Dan Tanah Diatas DPT
Bagian V (t) x (m) Mr (tm)
1 2,2 . 10 .2 = 44 5 220
2 2,2 . 8,5 . 1 = 18,7 2,5 46,75
3 2,2 . 1 . 8 = 17,6 3,5 61,6
4 2,2 . 0,5 . 6 . 8 = 52,8 6 316,8
5 1,6 . 7 . 0,5 = 5,6 6,5 36,4
6 1,6 . 0,5 . 6. 8 = 38,4 8 307,2
Σ V =180 t Σ Mr = 1000 tm
Momen ditinjau terhadap titik A.

Tekanan tanah aktif pada dinding:


Ka = tan2 (450 – Ø/2)
= tan2 (450 – 300/2)
= 0,333
1
Pa = Ka . . γt . h2
2
1
= 0,333 . . 1,6 . 10,52 = 30 t
2

86
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Titik tangkap tekanan tanah aktif = 10,5/3 = 3,5 m

Momen guling akibat tekanan tanah aktif :


M01 =30 . 3,5 = 105 tm

Dalam hal ini tekanan tanah pasif pada DPT diabaikan karena tekanan tanah pasif
diyakini tidak akan selalu bekerja mengingat adanya kemungkinan tanah akan tergerus
air.

Tabel 6.2 Gaya Horizontal Berat Sendiri Dinding Akibat Gempa


Bagian H (t) y (m) M0 (tm)
1 2,2 . 10 .2 = 44 1 44
2 2,2 . 8,5 . 1 = 18,7 6,25 116,875
3 2,2 . 1 . 8 = 17,6 6 105,6
4 2,2 . 0,5 . 6 . 8 = 52,8 4,667 246,40176
5 1,6 . 7 . 0,5 = 5,6 10,25 57,4
6 1,6 . 0,5 . 6. 8 = 38,4 7,333 281,599
Σ H =180 t Σ M0 = 910 tm

Akibat gempa horizontal :


H = kh . Σ H
= 0,1 . 180 = 18 t
M02 = kh . Σ M0
= 0,1 . 910 = 91tm
Akibat gempa vertikal :
V = kv . Σ V
= 0,05 . 180 = 9 t
M03 = kv . Σ Mr
= 0,05 . 1000 = 50 tm

6.2 Kontrol Stabilitas Dinding Penahan Tanah


6.2.1 Tanpa Gempa
1. Terhadap Guling
Σ Mr = 1000 tm

87
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

Σ M0 = M01 = 105 tm
 Mr
SF =
 M0
1000
= = 9,523> 1,5 ........ (OK)
105

2. Terhadap Geser
ΣV = 180 t
ΣH = Pa = 30 t
 V tan
SF =
H
180 . tan 30 0
= = 3,46> 1,5 ……(Ok)
30

3. Terhadap Tegangan Tanah


 Mr   M0
a =
V
1000  105
= = 4,97m
180
e = b/2 – a
= 10/2 – 4,97 = 0,03 m.........................................< b/6 =10/6 = 1,6 m
V 6.e 
σ = 1  
b  b 

180  6 . (0,03) 
σmax = 1    19,95 t/m2.....................> σ’ = 20 t/m2 (OK !)
10  10 
190,1034  6 . (0,083) 
σmin = 1    1,806 t/m2........> 0 (OK !)
10  10 

4. Terhadap Retak

D E

A B C
10

88
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

σmin
σmax

Gambar 6.3 Diagram Tegangan Maksimum dan Minimum

a. Retak pada D – E
Tekanan tanah aktif yang bekerja :
Ka = 0,333
Pa = Ka . ½ . γt . h2
= 0,333 . ½ . 1,6 . 11,3232 = 34,155 t
Titik tangkap Pa = h/3 = 3,774 m
Momen guling (terhadap titik D) :
M0 = Pa . y
= 34,155 . 3,774 = 128,912 tm

Tabel 6.3 Gaya Vertikal Berat Sendiri Dinding + Tanah Diatas Tumit Dinding
V (t) x (m) Mr (tm)
2,2 . 9,067 . 1 = 19,9474 0,5 9,9737
2,2 . 1 . 8,823= 19,4106 1,5 29,1159
2,2 . 0,5 . 6 . 8,823 = 59,2318 4 236,9272
1,6 . 7 . 0,5 = 5,6 4,5 25,2
1,6 . 0,5 . 6 . 8,823 = 42,350 6 254,1
Σ V = 146,5398 t Σ Mr = 555,3168 tm

Momen ditinjau terhadap titik D.


Tegangan lentur pasangan batu kali :
 Mr   M0
a =
V
555,3168  128,912
= = 2,91 m
146,5398

e = b/2 – a
= 8/2 – 2,91 = 1,09 m...........................................< b/6 = 8/6 = 1,3

89
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

V  6.e 
σmax = 1  
b  b 

146,5398  6 . 1,09 
= 1   = 33,292 t/m2.........< σ’ = 100 t/m2 (OK !)
8  8 

V  6.e 
σmin = 1  
b  b 

146,5398  6 . 1,09 
= 1   = 3,343 t/m2 > 0 (OK !)
8  8 

Tegangan geser pasangan batu kali


H = 34,155 t
D = Σ V tan Ø – H
= 142,5398 tan 300 – 34,155 = 48,14 t

D
τ = 3/2 .
b.L
48,14
= 3/2 . = 9,026 t/m2 < τ’ = 20 t/m2
8 .1
Tidak terjadi retak pada D – E.

6.2.2 Dengan Gempa Horizontal


1. Terhadap Guling
Σ Mr = 1063,808 tm
Σ M0 = M01 + M02
= 129,029 + 97,742 = 226,771 tm
 Mr
SF =
 M0
1063,808
= 226,771  4,69 > 1,5 (OK !)

2. Terhadap Geser
ΣV = 190,1034 t
ΣH = Pa + H

90
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

= 34,189 + 19,01 t = 53,199 t


 V tan
SF =
H
190,1034 . tan 30 0
= = 2,06 > 1,5
53,199

3. Terhadap Tegangan Tanah


 Mr   M0
a =
V
1063,808 - 226,771
= = 4,4 m
190,1034

e = b/2 – a
= 10/2 – 4,4 = 0,6 m.............................................< b/6 =10/6 = 1,6 m
V 6.e 
σ = 1  
b  b 

190,1034  6 . (0,6) 
σmax = 1    19,85 t/m2..............< σ’ = 20,0 t/m2 (OK !)
10  10 
190,1034  6 . (0,6) 
σmin = 1 -   12,16 t/m2.............> 0 (OK !)
10  10 

4. Terhadap Retak
Retak pada D – E

Tabel 6.4 Gaya Horizontal Berat Sendiri Dinding Akibat Gempa


H (t) Y (m) M0 (tm)
2,2 . 9,067 . 1 = 19,9474 4,534 90,44151
2,2 . 1 . 8,823= 19,4106 4,412 85,63957
2,2 . 0,5 . 6 . 8,823 = 59,2318 2,941 174,2007
1,6 . 7 . 0,5 = 5,6 9,073 141,5388
1,6 . 0,5 . 6 . 8,823 = 42,350 5,882 249,1027
Σ H = 146,5398 t Σ M0 = 740,9233 tm

Momen ditinjau terhadap titik D.


ΣH = 146,5398 t
H = kh . Σ H
= 0,1 . 146,5398 = 14,65398 t

91
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

ΣH = Pa + H
= 34,155 + 14,65398 t = 48,809 t
M02 = kh . Σ M 0
= 0,1 . 740,9233 = 74,092 tm
M01 = 226,771 tm (momen guling akibat tekanan tanah aktif sedalam 9,323m)
Σ M0 = M01 + M02
= 226,771 + 74,092 = 300,490823 tm
Σ Mr = 555,3168 tm

Tegangan lentur pasangan batu kali :


 Mr   M0
a =
V
555,3168  300,490823
= 146,5398
= 2,736 m

e = b/2 – a
= 8/2 – 2,736 = 1,264 m < b/6 = 8/6 = 1,33 m

V 6.e 
σ = 1  
b  b 

146,5398  6 . 1,264 
σmax = 1   = 35,68 t/m2 < σ’ = 100 t/m2
8  8 
146,5398  6 . 1,264 
σmin = 1   = 0,952 t/m2 > 0
8  8 
Tegangan geser pasangan batu kali :
D = Σ V tan Ø – Σ H
= 146,5398 tan 300 – 48,809 = 35,796 t
D
τ = 3/2 .
b.L
35,796
= 3/2 . = 6,7 t/m2 < τ’ = 20 t/m2
8 .1
Tidak terjadi retak pada D – E.

6.2.3 Dengan Gempa Vertikal

92
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

1. Terhadap Guling
Σ Mr = 1063,808 tm
Σ M0 = M01 + M03
= 129,029 + 53,190 = 182,219 tm
 Mr
SF =
 M0
1063,808
= 182,219  5,838 > 1,5

2. Terhadap Geser
ΣV =190,1034 - 9,505 = 180,598 t
ΣH = Pa = 26,613 t
 V tan
SF =
H
180,598 . tan 30 0
= = 3,918 > 1,5
26,613

3. Terhadap Tegangan Tanah


 Mr   M0
a =
V
1063,808 - 182,219
= 180,598
= 4,88 m

e = b/2 – a
= 10/2 – 4,88 = 0,12 m < b/6 = 10/6 = 1,67 m
V 6.e 
σ = 1  
b  b 

180,598  6.0,12 
σmax = 1   = 19,36 t/m2 < σ’ = 20,0 t/m2 ( OK !)
10  10 
180,598  6.0,12 
σmin = 1   = 16,759 t/m2 >0 (OK !)
10  10 

4. Terhadap Retak
Retak pada D – E
ΣV = 146,5398 t
V1 = kv . Σ V

93
Tugas Irigasi dan Bangunan Air

= 0,05 . 146,5398 = 7,327 t


Σ V1 = Σ V - V1
= 146,5398 – 7,327 = 139,213 t
ΣH = Pa = 34,189 t
Σ Mr = 555,3168 tm
Σ M0 = M01 + M02
= 54,442 + (0,05 . 194,81337 ) = 64,183 tm
Tegangan lentur pasangan batu kali :
 Mr   M0
a =
V
555,3168  64,183
= 139,213
= 3,528 m

e = b/2 – a
= 8/2 – 3,528 = 0,472 m < b/6 = 8/6 = 1,3 m
V 6.e 
σ = 1  
b  b 

139,213  6 . 0,472 
σmax = 1   = 23,562 t/m2 < σ’ = 100 t/m2 (OK !)
8  8 
139,213  6 . 0,472 
σmin = 1   = 11,241 t/m2 >0 (OK !)
8  8 

Tegangan geser pasangan batu kali :


D = Σ V1 tan Ø – Σ H
= 139,213 tan 300 – 34,189 = 46,186 t
D
τ = 3/2 .
b.L
46,186
= 3/2 . = 8,66 t/m2 < τ’ = 20 t/m2
8 .1
Tidak terjadi retak pada D – E.

94

Anda mungkin juga menyukai