Bab Ii PDF
Bab Ii PDF
2017
Selvarajah, Thenusha
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4498
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Prevalensi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada wanita penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 (DM tipe 2) di Poliklinik Endokrinologi
RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2017
SKRIPSI
Oleh :
140100244
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2017
SKRIPSI
Oleh :
140100244
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2017
iii
iv
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................... i
Lembar Pengesahan .......................................................................................... ii
Kata Pengantar.................................................................................................iii
Daftar Isi ............................................................................................................ v
Daftar Gambar ................................................................................................ vii
Daftar Tabel ....................................................................................................viii
Daftar Singkatan .............................................................................................. ix
Daftar Lampiran .............................................................................................. x
Abstrak .............................................................................................................. xi
Abstract ............................................................................................................ xii
vi
vii
viii
DM : Diabetes Melitus
WHO : World Health Organization
IDF : International Diabetes Federation
ISK : Infeksi Saluran Kemih
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
ADA : American Diabetes Association
MODY : Maturity-onset Diabetes of the Young
IFG : Impaired fasting Glucose
IGT : Impaired glucose tolerance
GLUT : Glucose Transporter
TTGO : Tes Toleransi Glukosa Oral
IMT : Indeks Massa Tubuh
TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
GDPT : Glukosa Darah Puasa Terganggu
TNM : Terapi Nutrisi Medis
ADI : Accepted Daily Intake
CRIPE : Continous Rythmiccal Intensity Progressive Endurance
DPP- IV : Dipeptidyl peptidase-4
KAD : Ketoasidosis diabetik
MO : Mikroorganisme
LPS : Lipopolisakarin
CNF : Cytotoxic necrotizing faktor-1
PAIS : Pathogenicity islands
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PNA : Pielonefritis akut
SUA : Sindroma uretra akut
PNK : Pielonefritis kronik
ix
Latar belakang. Diabetes melitus adalah suatu penyakit dengan peningkatan kadar gula darah
yang dapat menyebabkan beberapa kelainan didalam sistem pertahanan tubuh yang
memungkinkan peningkatan risiko tinggi terkena infeksi saluran kemih. Kerentanan untuk
terjadinya infeksi saluran kemih, semakin meningkat seiring dengan lamanya dan keparahan
penyakit diabetes yang diderita pasien. Dari berbagai penelitian epidemiologi didapatkan infeksi
saluran kemih lebih banyak terjadi pada pasien diabetes perempuan. Infeksi saluran kemih lebih
banyak terjadi pada pasien diabetes perempuan karena secara anatomis uretra perempuan lebih
pendek dibanding laki-laki. Prevalensi infeksi saluran kemih pada pasien Diabetes melitus
perempuan 43% dan pada laki-laki DM 30%.
Tujuan. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi Infeksi Saluran
Kemih pada wanita penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Poliklinik Endokrinologi RSUP Haji
Adam Malik Medan pada Tahun 2017.
Metode. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan desain penelitian cross
sectional. Subjek penelitian ini adalah pasien wanita Diabetes Melitus Tipe 2 yang di Poliklinik
Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2017 dari bulan januari hingga desember.
Semua data pasien diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis. Pada penelitian ini, infeksi
saluran kemih ditegakkan dengan melihat jumlah leukosit pada sedimen urin ( 5 lpb).
Kesimpulan. Dari penelitian ini diperolehi bahwa pasien wanita Diabetes Melitus Tipe 2 yang
menderita ISK yang di Poliklinik Endokrinologi, RSUP Haji Adam Malik, Medan terdapat
sebanyak 78 orang yaitu (82.16%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, prevalensi
ISK pada wanita yang menderita Diabetes Melitus tipe 2 di Poliklinik Endokrinologi RSUP Haji
Adam Malik pada tahun 2017 adalah tidak begitu tinggi jika dibandingkan dengan penelitian
yang lain.
Kata kunci: Prevalensi, Infeksi Saluran Kemih, Wanita, Diabetes Melitus Tipe 2, Poliklinik
Endokrinologi.
Background. Diabetes melitus is a disease with elevated blood sugar levels that can cause some
abnormalities in the body's defense system that allows an increased risk of developing urinary
tract infections. The susceptibility to urinary tract infection increases with the length and severity
of diabetes suffered by the patient. From various epidemiological studies found more urinary tract
infection occurs in female diabetic patients. Urinary tract infections are more common in female
diabetic patients because of anatomically female urethra is shorter than men. Prevalence of
urinary tract infection in patients Diabetes melitus women 43% and in men 30% DM.
Aim. The general purpose of this study was to determine the prevalence of urinary tract infections
in women with type 2 Diabetes Mellitus in Endocrinology Polyclinic Haji Adam Malik General
Hospital Medan in 2017.
Method. This research uses descriptive research method and cross sectional research design. The
subjects of this study were female patient Type 2 Diabetes meltus in Endocrinology Polyclinic Haji
Adam Malik General Hospital in 2017 from January to December. All patient data is taken from
secondary data, that is medical record. In this study, urinary tract infections were established by
looking at the number of leukocytes in urine sediments (> 5 lbb).
Conclusion. From this research, it was found that female patient of Diabetes Melitus Type 2 who
suffered from UTI treated in Endocrinology Polyclinic, Haji Adam Malik,General Hospital
Medan, there were 78 people (82.1%). From the results of this study it can be concluded that, the
prevalence of UTI in women suffering from Type 2 Diabetes Melitus treated in Endocrinology
Polyclinic Haji Adam Malik General Hospital in 2017 is not so high when compared with other
studies.
Keywords: Prevalence, Urinary Tract Infection, Women, Diabetes Melitus Type 2, Endocrinology
Polyclinic.
2.2.2. Etiologi
Pada pasien-pasien dengan diabetes melitus tipe 2, penyakitnya
mempunyai pola familial yang kuat. Indeks untuk diabetes melitus tipe 2 pada
kembar monozigot hampir 100%. Risiko berkembangnya diabetes tipe 2 pada
saudara kandung mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya. Transmisi genetik
adalah paling kuat dan contoh terbaik terdapat dalam diabetes awitan dewasa
muda (MODY), yaitu subtype penyakit diabetes yang diturunkan dengan pola
autosomal dominan. Jika orang tua menderita diabetes melitus tipe 2, rasio
diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1, dan sekitar 90% pasti membawa
(carrier) diabetes melitus tipe 2 (Schteigart E, 2006).
2.2.4. Patofisiologi
Karbohidrat terdapat dalam berbagai bentuk, termasuk gula sederhana atau
monosakarida, dan unit-unit kimia yang kompleks, seperti disakarida dan
polisakarida. Karbohidrat yang sudah ditelan dicerna menjadi monosakarida dan
diabsorpsi, terutama dalam duodenum dan jejunum proksimal. Sesudah
diabsorpsi, kadar glukosa darah akan meningkatkan untuk sementara waktu dan
akhirnya akan kembali jadi ke kadar semula. Pengaturan fisiologi kadar glukosa
darah sebagian besar bergantung pada hati yang (1) mengekstraksi glukosa, (2)
menyintesis glikogen, dan (3) melakukan glikogenolisis. Dalam jumlah yang lebih
sedikit, jaringan perifer-otot dan adipose-juga mempergunakan ekstrak glukosa
2.2.6. Diagnosa
Diagnosa DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
2.2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dan pengelolaan DM menurut PERKENI, 2015 dititik
beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani dan intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara
oral dan/atau suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi
tunggal atau kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan dekompensasi metabolik
berat, misalnya : ketoasidosis, stress berat, berat badan yang menurun dengan
cepat, atau adanya ketouria, insulin dapat segera diberikan.
a. Edukasi
Penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif dari pasien dan
keluarga. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan
edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala
hipoglikemia dan cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien,
sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara
mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
b. Terapi Nutrisi Medis
Terapi Nutrisi Medis merupakan bagian penting dari penatalaksanaan
diabetes melitus tipe 2 secara komprehensif. Kunci keberhasilannya
adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli
gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Setiap
penyandang mendapat diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai
dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip pengaturan
makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan
untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada
penyandang diabetes perlu ditekankan kepentingan keteraturan jadwal
makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurunan glukosa darah atau terapi insulin.
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari; karbohidrat yang
dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energy, asupan lemak
2.2.8. Komplikasi
Pengelolaan Penyakit DM yang tidak baik dapat menimbulkan komplikasi
baik akut maupun kronik. Menurut PERKENI (2015), komplikasi DM meliputi :
2.2.8.1. Komplikasi akut: Ketoasidosis diabetik (KAD), sindrom hiperglikemia
hiperosmolar nonketotik, hipoglikemia.
2.3.2. Epidemiologi
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
sering ditemukan di praktik umum, walaupun pelbagai antibiotika sudah tersedia
luas di pasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35%
semua perempuan dewasa pernah mengalami ISK seumur hidupnya. (Sukandar E,
2007). Infeksi saluran kemih juga merupakan masalah infeksi kedua sesudah
infeksi saluran pernapasan bawah (Muller et al., 2005).
2.3.3. Etiologi
Penyebab ISK terbanyak adalah Escherichia coli yang ditemukan lebih
dari 80% kasus. Staphylococcus saprophytius ditemukan pada 10%-15% kasus.
Enterococcus, Enterobacter sp, dan Proteus sp. relatif jarang ditemukan.
Klebsiella sp. dan Streptococcus grup B lebih banyak ditemukan pada pasien DM
(Pargavi et al.,2011).
2.3.4. Klasifikasi
Menurut lokasi infeksi:
- ISK Bawah : infeksi pada uretra dan kandung kemih
- ISK Atas : infeksi pada ginjal
Menurut gejala:
- Bakteriuria asimptomatis (tanpa disertai gejala)
- Bakteriuria simptomatis (disertai gejala)
Menurut komplikasi:
- ISK sederhana (tanpa faktor predisposisi)
- ISK berkomplikasi (disertai faktor perdisposisi) (Sukandar E, 2007).
individu dan lokasi saluran kemih. Oleh karena itu, ketahanan hidup
bakteri berbeda dalam kandung kemih dan ginjal (Sukandar E, 2007).
- Peranan faktor Tuan Rumah (host)
Faktor predisposisi pencetus ISK
Penelitian epidemiologi klinik mendukung hipotesis peranan status
saluran kemih merupakan faktor risiko atau pencetus ISK. Jadi
faktor bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan
penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi
bakteri sering mengalami kambuh bila sudah terdapat kelainan
struktural anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk
pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan
gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi.
Zat makanan dari bakteri akan meningkat dari normal, diikuti refluks
MO dari kandung kemih ke ginjal. Endotoksin dapat menghambat
peristaltik ureter. Refleks vesikoureter ini sifatnya sementara dan
hilang sendiri bila dapat terapi antibiotika (Sukandar E, 2007).
Status Immunologi Pasien (host)
Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongan darah dan
status sekitar mempunyai kontribusi untuk kepekaan terhadap ISK.
Prevelensi ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB, B
dan PI (antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe
golongan darah Lewis. Kepekaan terhadap ISK rekuran dari
kelompok pasien dengan saluran kemih normal (ISK tipe sederhana)
lebih besar pada kelompok antigen darah non-sekretorik
dibandingkan kelompok sekretorik (Sukandar E, 2007).
Patofisiologi ISK
Pada individu normal, urin selalu karena dipertahankan jumlah dan
frekuensi kencing. Uretro distal merupakan tempat kolonisasi
mikroorganisme non-pathogenic fastidious Gram-positive dan gram
negatif. Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme
asending dari uretra ke dalam kandung kemih. Pada beberapa pasien
tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini
Komplikasi
Kronik
Akut
Makrovaskular:
1.Penyakit jantung koroner
1. Ketoasidosis akut 2.Penyakit serebrovaskular
2. Sindrom hiperglikemi 3.Hipertensi
3. Hiperosmolar 4.Penyakit vaskuler darah tepi
nonketotik 5.Infeksi
4. Hipoglikemia
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien wanita DM Tipe 2 yang
menderita penyakit ISK yang tercatat dalam rekam medik di Poliklinik
Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Januari 2017 - Juni
2017. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling yaitu
besar sampel sama dengan jumlah populasi dengan ketentuan yang telah dibatasi
berdasarkan kriteria penelitian.
25
29
Tabel 4.1 Analisis Data Pasien Wanita DM Tipe 2 yang menderita ISK
Berdasarkan Kadar Gula Darah Puasa
Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa pasien DM tipe 2 dengan ISK yang
paling banyak dijumpai pada kadar gula darah puasa yang buruk yaitu sebanyak
49 orang (62,8%), diikuti kadar gula darah puasa yang sedang sebanyak 15 orang
(19,2%), dan dengan kadar gula darah puasa yang baik sebanyak 14 orang
(17,9%).
Tabel 4.2 Analisis Data Pasien Wanita DM Tipe 2 yang menderita ISK
Berdasarkan Kadar Gula Darah 2 Jam setelah makan
Dari tabel 4.2 didapatkan bahwa pasien DM tipe 2 dengan ISK yang
paling banyak dijumpai pada kadar gula darah 2 jam setelah makan yang buruk
yaitu sebanyak 54 orang (69,2%), diikuti kadar gula darah 2 jam setelah makan
yang sedang sebanyak 13 orang (16,7%), dan dengan kadar gula darah 2 jam
setelah makan yang baik sebanyak 11 orang (14,1%).
Tabel 4.3 Analisis Data Pasien Wanita DM Tipe 2 yang menderita ISK
Berdasarkan Kadar HbA1c
Dari tabel 4.3 didapatkan bahwa pasien DM tipe 2 dengan ISK yang
paling banyak dijumpai pada kadar HbA1c yang buruk yaitu sebanyak 40 orang
(51,3%), diikuti kadar HbA1c yang sedang sebanyak 27 orang (34,6%), dan
dengan kadar HbA1c yang baik sebanyak 11 orang (14,1%).
Tabel 4.4 Analisis Data Pasien Wanita DM Tipe 2 yang menderita ISK Berdasarkan Umur
Dari tabel 4.4 didapatkan bahwa pasien wanita DM tipe 2 dengan ISK
yang termuda menderita penyakit adalah berusia 28 tahun dan tertua adalah
berusia 81 tahun. Dari tabel 4.4 didapatkan bahwa kelompok umur pasien wanita
DM tipe 2 dengan ISK yang paling banyak dijumpai pada kelompok umur 50-59
tahun yaitu sebanyak 34 orang (43,6%), diikuti kelompok umur 60-69 tahun yaitu
sebanyak 21 orang (26,9%), diikuti kelompok umur 70-79 tahun terdapat
sebanyak 10 orang (12,8%), diikuti kelompok umur 40-49 tahun terdapat
sebanyak 8 orang (10,3%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun dan kelompok
umur 80-89 tahun yaitu masing-masing sebanyak 2 orang (2,6%), sedangkan
pasien wanita DM tipe 2 dengan ISK yang paling sedikit dijumpai adalah pada
kelompok umur 20-29 tahun yaitu 1 orang (1,3%).
Tabel 4.5 Analisis Data Pasien Wanita DM Tipe 2 yang menderita ISK
Berdasarkan Jenis Pekerjaan
4.3. PEMBAHASAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun
akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur
keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi
glukosa di dalam darah (hiperglikemia) (WHO,2014).
Menurut World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan
bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban
yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagian suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana
didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Infeksi
saluran kemih (ISK) adalah keadaan berkembang biaknya mikroorganisme
patogen didalam saluran kemih yang menyebabkan inflamasi. Dalam keadaan
normal saluran kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme
lainnya. Dalam keadaan normal urine dalam kandung kemih steril.
Pada penelitian ini didapatkan 78 orang sampel dari 95 orang wanita yang
mengalami DM tipe 2 dengan ISK yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Dari
penelitian ini didapatkan, rata-rata kadar gula darah puasa dari 78 orang pasien
DM tipe 2 dengan ISK adalah 183.9 mg/dL dan rata-rata kadar gula darah 2 jam
setelah makan dari 78 orang pasien wanita DM tipe 2 dengan ISK adalah 269.6
mg/dl. Hasil ini hampir sama dengan penelitian oleh Made Ariwijaya dan Ketut
Suwitra (2007). Dimana pada penelitian tersebut didapatkan bahwa dari 36 orang
penderita ISK, rata-rata kadar gula darah puasa adalah 196.6mg/dL dan kadar gula
darah 2 jam setelah makan 243.2mg/dL.
Selain itu, dari penelitian ini dijumpai pada kadar HbA1c pasien wanita
DM tipe 2 dengan ISK yang paling banyak dijumpai pada yang buruk (>8) yaitu
sebanyak 40 orang (51,3%) daripada 78 orang. Hasil ini hampir sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Amira Amer Mubrak et al, (2012) jijumpai pada
kadar HbA1c yang buruk (>7) yaitu sebanyak 33 orang (46,4%) daripada 71
orang.
Dari penelitian ini didapatkan, rata-rata umur pasien DM tipe 2 dengan ISK
adalah 56,42. Pasien DM tipe 2 dengan ISK yang termuda menderita penyakit
adalah berusia 28 tahun dan tertua adalah berusia 81 tahun. Pasien wanita DM tipe
2 dengan ISK yang paling banyak dijumpai pada kelompok umur 50-59 tahun
yaitu sebanyak 34 orang (43,6%), sedangkan pasien wanita DM tipe 2 dengan ISK
yang paling sedikit dijumpai adalah pada kelompok umur 20-29 tahun yaitu 1
orang (1,3%). Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Made Ariwijaya dan Ketut Suwitra (2007), didapati kejadian ISK pada pasien DM
lebih banyak didapatkan pada umur < 50 tahun dibandingkan dengan umur > 50
tahun (61,1% vs 38,9%). Hasil yang sama didapatkan pada penelitian Geerling,
SE (2001), yaitu umur rata-rata penderita DM dengan ISK 40,3 ± 13,5 tahun.
Perbedaan ini tidak begitu terlihat dan mungkin disebabkan oleh rentang umur
pasien yang berbeda pada kedua penelitian tersebut.
Diketahui bahwa dari 78 sampel kebanyakan pasien wanita DM tipe 2
dengan ISK bekerja sebagai Ibu rumah tangga yaitu sebanyak 34 orang (43,6%),
diikuti pegawai negeri yaitu sebanyak 24 orang (30,8%), diikuti pensiunan yaitu
sebanyak 6 orang (7,7%), diikuti pegawai swasta dan petani yaitu masing-masing
sebanyak 5 orang (6,4%), diikuti wiraswasta yaitu sebanyak 3 orang (3,8%).
Sementara penderita DM tipe 2 dengan ISK yang bekerja sebagai pekerja lepas
meliputi jumlah yang terendah dari semua sampel yaitu 1 orang (1,3%).
5.1. KESIMPULAN
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam
penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Prevalensi pasien wanita DM tipe 2 yang menderita ISK yang di rawat
jalan di Poliklinik Endokrinologi Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam
Malik, Medan adalah sebanyak 78 orang, (82,1%).
2. Dari 78 pasien wanita DM tipe 2 yang menderita ISK terdapat 49 orang,
(62,8%) dengan kadar gula darah yang buruk.
3. Dari 78 pasien wanita DM tipe 2 yang menderita ISK terdapat 54 orang,
(69,2%) dengan kadara gula darah 2 jam setelah makan yang buruk.
4. Dari 78 pasien wanita DM tipe 2 yang menderita ISK terdapat 40 orang,
(51,3%) dengan kadar HbA1c yang buruk.
5. Kebanyakan wanita DM tipe 2 yang menderita ISK adalah dari kelompok
umur 50-59 yaitu sebanyak 34 orang, (43,6%).
6. Wanita DM tipe 2 yang menderita ISK paling banyak bekerja sebagai Ibu
Rumah Tangga, yaitu sebanyak 34 orang, (43,6%).
5.2. SARAN
1. Bagian Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik
Diharapkan dapat menyimpan informasi pasien yaitu rekam medis
dengan lebih tersusun dan teratur bagi memudahkan para peneliti untuk
meneliti pada masa akan datang.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat luas harus lebih meningkatkan ilmu pengetahuan di
bidang kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit ini. Masyarakat
luas harus tetap waspada, hati-hati, serta menghindarkan diri dari hal-hal
yang menjadi penyebab terjadinya penyakit infeksi saluran kemih. Selain
itu, bagi pasien yang telah terdiagnosis infeksi saluran kemih diharapkan
35
ADA. 2013. Diagnosis and classification of diabetes melitus. Diabetes Care, 36,
p.67-74.
Amira, A.M., Afifa, M.A., El-hag, M., Mohammad, A.R., Majed, A., Al-
Sharbatti, S., et al 2012. Prevalence of urinary tract infection among
diabetes mellitus and non-diabetic patients attending a teaching hospital in
Ajman, UAE. GMJ, ASM.
37
impact of diabetes, pregnancy, and aborigin origin. Clin Infect Dis, 22:105-
106.
Pargavi, B., Mekala, T., Selvi A. T., dan Moorty, K., 2011. Prevalence of urinary
tract infection among diabetic patients in Vandavasi, Tamil Nadu, India.
Int.J.Biol.Techn, 2(2):42-45.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2006. Konsensus pengelolaan dan
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015. Konsensus pengelolaan dan
pencegahan diabtes mellitus tipe 2 di Indoensia. Jakarta: PB PERKENI
Powers, A.C., 2010. Diabetes Mellitus, In: Jameson, J.L., ed. Harrison
Endocrinology, 2nd Edition. McGraw-Hill Companies, USA, p 267-271.
Purnamasari, D., 2014. Diagnosis Dan Klasfikasi Diabetes Melitus. Dalam Syam,
A.F., Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,dkk ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi VI. Jakarta, Indonesia: Pusat Penerbitan Departmen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteraan UI, 2323-2327.
Purnomo, B.B., 2011. Infeksi Urogenitalia pada Dasar-Dasar Urologi. Edisi III.
Jakarta, Indonesia: CV Sagung Seto.
Saryono, 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jogjakarta: MITRA CENDIKA
Press.
Schteingart, E.D., 2006. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus.
Dalam: Price, S.A., Wilson, L.M. ed. Patofisiologi: Konsep Klinis Dan
Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
1259-1272.
Soegondo.S., 2004. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini. dalam
Soewondo, P., Subekti, I. Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu.
Cetakan ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 13-28.
Sukandar, E. 2014. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam Syam, A.F.,
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., dkk ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi VI. Jakarta, Indonesia: Pusat Penerbitan Departmen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteraan UI, hal 2129-2136.
Watkins, P.J., 2003. What is diabetes?. In ABC of Diabetes, 5th Edition, BMJ
Publishing Group, London.
WHO, 2014. Global Status Report On Non Communicable Diseases. Geneva.
Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., King, H., 2004. Global Prevalence of
Diabetes. Diabetes Care, vol. 27, no. 5, May.
Yunir, E., 2015. Risiko isk penderita diabetes melitus. Dalam Semijurnal Farmasi
& Kedokteran, Ethical Digest. No.133, thn XXI, Maret, hal 56-57
Yunir, E., 2015. Infeksi pada penderita diabetes melitus. Dalam Semijurnal
Farmasi & Kedokteran, Ethical Digest. No.133, thn XXI, Maret, hal 58-59
Data Pribadi
PERNYATAAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil
karya penulis sendiri,
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil
karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, setelah penulis cantumkan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah etika penelitian ilmiah.
Apabila pada kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian tertentu,
penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis
sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undang yang
berlaku.
GET
FILE='C:\Users\DR THENUSHA.S\Desktop\SPSS DATA.sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
FREQUENCIES VARIABLES=Umur Pekerjaan Kadar_Gula_Darah_Puasa
Kadar_Gula_Darah_2Jam_setelah_makan Kadar_HbA1c
/ORDER=ANALYSIS.
Statistics
Umur Pekerjaan Kadar_Gula_Da Kadar_Gula_Da Kadar_HbA1c
rah_Puasa rah_2Jam_Setel
ah_Makan
Valid 78 78 78 78 78
N
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
20-29 Tahun 1 1.3 1.3 1.3
30-39 Tahun 2 2.6 2.6 3.8
40-49 Tahun 8 10.3 10.3 14.1
50-59 Tahun 34 43.6 43.6 57.7
Valid
60-69 Tahun 21 26.9 26.9 84.6
70-79 Tahun 10 12.8 12.8 97.4
80-89 Tahun 2 2.6 2,6 100.0
Total 78 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Ibu Rumah Tangga 34 43.6 43.6 43.6
Pegawai Negeri 24 30.8 30.8 74.4
Pensiunan 6 7.7 7.7 82.1
Pegawai Swasta 5 6.4 6.4 88.5
Valid Petani 5 6.4 6.4 94.9
Pekerja Lepas 1 1.3 1.3 96.2
Wiraswasta 3 3.8 3.8 100.0
Total 78 100.0 100.0
Kadar_Gula_Darah_2Jam_Setelah_makan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik (80-144) 11 14.1 14.1 14.1
Sedang (145-179) 13 16.7 16.7 30.8
Valid Buruk (>180) 54 69.2 69.2 100.0
Total 78 100.0 100.0
Kadar_HbA1c
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik (<6,5) 11 14.1 14.1 14.1
Sedang (6,5-8) 27 34.6 34.6 48.7
Valid
Buruk (>8) 40 51.3 51.3 100.0
Total 78 100.0 100.0