Anda di halaman 1dari 7

1.

KINERJA BANGUNAN SPASIAL


Pada setiap bangunan yang diperuntukan sebagai fasilitas umum, tentu ada
persyaratan yang harus dipenuhi, baik berupa standarisasi lokal maupun
secara internasional. Berikut ini adalah beberapa persyaratan umum dari
sebuah gedung pertunjukan disertai dengan pembahasan secara mendalam.

1.a. Dasar Teori Auditorium

Untuk meningkatkan kenyamanan penglihatan pada layout tribun yang


berbaris – baris, maka harus terdapat adanya pengaturan ketinggian
tempat duduk yang tepat. Garis pandang vertikal harus diperiksa melalui
beberapa tempat di dalam ruang pertunjukan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi garis pandang antara panggung dengan area penonton
dan sebaliknya adalah:
a) Jarak maksimum yang dapat dicapai oleh penonton dari
tempatnya berada ke pemain.

b) Kedalaman acting area dan ketinggian vertikal pentas sesuai

dengan tipe pertunjukan.

c) Titik terendah dan terdekat panggung yang harus dapat dilihat oleh

seluruh penonton.

d) Titik tertinggi dari acting area harus bisa dilihat oleh para penonton

yang letaknya paling jauh dari panggung. Dinding penutup balkon,

proscenium, atau border tidak boleh merusak garis pandang tersebut.

Gambar - Construction of
Sightlines

Sumber : Neufert – Data Arsitek Jilid 3


Gambar 2.45 Kemiringan lantai auditorium harus berkelanjutan.
Sumber : Neufert – Data Arsitek Jilid 3

 Garis pandang horizontal

Garis pandang horizontal selalu menjadi hal yang kritis


bagi gedung pertunjukan dengan panggung proscenium. Dengan
acting area yang lebar, garis pandang justru akan semakin terbatas
dan berpengaruh pada lebar area tempat duduk yang dapat
disediakan. Pandangan dari penonton yang duduk di barisan
paling samping membatasi luasan acting area pada panggung.
Adanya proscenium atau border lainnya semakin memangkas
acting area.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, solusi bagi permasalah
penonton yang duduk tepat di belakang penonton lain adalah letak
kursi selang-seling. Namun perlu diingat bahwa kepala dari penonton
di baris depannya akan mempersempit lebar panggung yang dapat
dilihat.
 Pemilihan Bentuk Ruang yang Tepat

Doelle (1995:95) menyebutkan bahwa bentuk ruang juga

mempengaruhi kualitas bunyi. Ada beberapa bentuk ruang

pertunjukan yang lazim digunakan , yaitu: bentuk empat persegi

(rectangular shape), bentuk kipas (fan shape), bentuk tapal kuda

(horse-shoe shape) dan bentuk hexagonal (hexagonal shape).

Lantai bentuk Kipas (Fan Shape) membawa penonton

dekat dengan sumber bunyi karena memungkinkan adanya konstruksi

balkon. Keuntungan lain dari bentuk ini menurut Mills (1986: 29)

adalah bentuk kipas dapat menampung penonton dalam jumlah

banyak, disamping itu juga menyediakan sudut pandang yang

maksimum bagi penonton.

Akan tetapi disisi lain, banyak pula kekurangan dari bentuk ini

memiliki kekurangan yang membuat reputasi akustiknya kurang

baik, karena bentuk dinding samping yang melebar ke belakang

menyebabkan pemantulan yang terlalu cepat ke dinding belakang

yang dilengkungkan sehingga menciptakan gema dan pemusatan

bunyi sehingga ruang ini cenderung memiliki akustik yang tidak

seragam, dengan kondisi area duduk penonton bagian tengah yang

kurang baik. Ini dapat diatasi dengan bahan2 akustik


 Tatanan tempat duduk

Gambar Metode menghitung posisi pandangan , titik P berada di bawah

Sumber : Theatre Planning ABTT Ham (1987;35)

Gambar Sudut maksimum kemiringan penglihatan.

Sumber : Theatre Planning ABTT Ham (1987;35)

Tata letak duduk penonton menjadi hal yang penting untuk

dipahami. Seperti yang tertulis pada pembahasan sebelumnya,

kenyamanan saat menonton pertunjukan dipengaruhi batas jarak

pandang dan kemampuan mendengarkan dari tiap individu penonton.

Tiap baris dibuat bertingkat sehingga tiap penonton secara

teori tidak terhalang oleh orang di depannya. Kemiringan lantai

minimal 30°. Namun, masalah terhalang kepala orang yang duduk di

depan masih sering terjadi, maka pola duduk selang-seling menjadi

solusinya.
Gambar 2.48 Posisi duduk selang-seling

Sumber : Theatre Planning ABTT Ham (1987:56)

Dengan pola duduk seperti ini, seorang penonton tidak lagi

terhalang oleh kepala orang yang duduk di depannya. Kepala

orang yang duduk 2 baris di depannya yang mungkin akan

menghalangi pandangan lurus ke depannya. Namun orang tersebut

duduk 2 baris di bawahnya. Baris di depannya hanya akan sedikit

mempersempit lebar pandangan sisi kiri dan kanan.

Melengkungkan barisan kursi juga dapat menambah fokus

pandangan ke arah pusat panggung.

Area balkon yang juga menampung penonton pada area

atas harus didesain sedemikian rupa sehingga mencegah

digunakannya tembok balkon sebagai tempat meletakan barang-

barang seperti tas yang mungkin jatuh dan menimpa orang lain di

bawahnya. Bila terlalu tipis, akan membut penonton merasa ngeri,

tebal idealnya sekitar 250 mm. Railing penjaga perlu dipasang di

setiap ujung dinding balkon.


Gambar Kursi Balkon

Sumber : Theatre Planning ABTT Ham (1987:56)

Jarak sirkulasi pada area penonton menjadi faktor penting berikutnya.


Berdasarkan buku Theatre Planning ABTT, Ham(1987:54)
menyebutkan bahwa:
A : jarak back-to-back tiap baris untuk kursi dengan sandaran
adalah 760 mm (minimum).
-B : jarak back-to-back tiap baris untuk kursi tanpa sandaran
adalah 610 mm (minimum).
-C : Lebar kursi dengan sandaran tangan adalah 510 mm
(minimum).
-D : Lebar kursi tanpa sandaran tangan adalah 460 mm
(minimum).
E: Jarak antar baris minimum adalah 305mm.

-F : Jarak maksimum untuk kursi dari lorong adalah 3060mm.

-G : Lebar minimum lorong adalah 1070 mm.

Gambar Auditorium Seating

Sumber : Theatre Planning ABTT Ham (1987)

Anda mungkin juga menyukai