JUDUL PROGRAM:
BIDANG PENELITIAN:
PKM-PENELITIAN
Diusulkan oleh:
HALAMAN SAMPUL
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
RINGKASAN
Penelitian ini diarahkan untuk mengembangkan metode pembuatan
pestisida alami dengan menggunakan microwave. Pestisida alami dapat
terdegradasi dalam lingkungan sehingga usaha pengendalian hama dan penyakit
pada tanaman dapat dilaksanakan dengan aman dan ramah lingkungan. Pestisida
alami dibuat dari limbah kulit kakao yang mengandung senyawa aktif polifenol
yang memiliki potensi sebagai antijamur. Pada penelitian dilakukan penetapan
kadar polifenol, karakterisasi Gas Chromatography-Mass Spektroskopi dan uji
aktivitas anti jamur dari ekstraks kulit kakao metode microwave-assisted
extraction (MAE). Metode MAE dilakukan pada daya 100, 200 dan 300 watt
selama 15 menit dengan berat sampel masing-masing 10, 20 dan 30 gr yang
dicampurkan dengan 100 mL air:etanol 85% (v/v %). Hasil pengujian diperoleh
kadar total senyawa polifenol ekstrak MAE terbanyak yaitu 0,6953 g/L ekivalen
asam galat (EAG) pada daya 300 watt dengan berat sampel 30 gr. Daya hambat
ekstrak terhadap hama penggerek buah kakao yaitu jamur Phytophthora
palmivora dengan metode sumur. Hasil ini berpotensi untuk menghasilkan
biopestisida di Indonesia khususnya daerah Sulawesi Tenggara yang ramah
lingkungan non-karsinogenik dan dampak negatifnya dapat dieliminir sehingga
usaha pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kakao dapat dilaksanakan
dengan aman. Selain itu, studi awal yang telah dilakukan dapat menjadi acuan
dalam pengembangan penelitian-penelitian kulit kakao menjadi biopestisida.
Inovasi ini pula berpotensi diajukan sebagai hak kekayaan intelektual sebab
pemanfaatan kerikil sebelumnya hanya sebagai limbah buangan masyarakat.
Rencana lain yang juga akan diwujudkan adalah penyusunan draft artikel ilmiah
dan Hak Kekayaan Intelektual/paten.
iii
DAFTAR PUSTAKA
iv
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggulan
perkebunan yang banyak diusahakan melalui perkebunan rakyat (±94,19%)
(Dirjenbun, 2012). Usaha perkebunan kakao di Sulawesi Tenggara pada tahun
2015 tercatat 251.730 Ha dengan produksi mencapai 157.537 ton (Badan Pusat
Statistik Sultra, 2016). Wilayah perkebunan kakao terluas di Sulawesi Tenggara
terletak di Kabupaten Kolaka Timur dengan luas area 94 ribu Ha yang terletak di
sentra produksi Lambandia, mampu memproduksi 40.122 ton per tahun.
Keberhasilan perluasan areal tersebut telah memberikan hasil bagi
peningkatan kakao Indonesia di dunia. Indonesia berhasil menempatkan diri
sebagai produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading pada tahun
2002, walaupun kembali tergeser ke posisi ketiga oleh Ghana pada tahun 2003.
Tergesernya posisi Indonesia tersebut salah satunya disebabkan oleh makin
mengganasnya serangan hama pengerek buah Kakao (PBK).
Laporan Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2014 menujukkan bahwa tanaman kakao yang terserang hama penyakit
mencapai 76,90% dan hanya 23,10% tanaman yang masih sehat. Menurut
Nurmansyah (2010) bahwa salah satu penyakit penting pada tanaman kakao
adalah penyakit busuk buah kakao yang disebabkan oleh jamur Phytophthora
palmivora hal ini menyebabkan sebagian tanaman tidak menghasilkan buah
(Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014).
Usaha yang dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang
menjadi kendala dalam meningkatkan produktivitas dan mutu hasil panen kakao
adalah penggunaan pestisida. Saat ini umumnya petani menggunakan pestisida
sintetik yang resikonya terhadap kesehatan dan lingkungan dapat berdampak
negatif dan dari segi biaya yang relatif mahal (Mashuni dkk., 2010). Untuk
mengatasi kekurangan tersebut maka dikembangkan pestisida alami yang dapat
terdegradasi dan dampak negatifnya dapat dieliminir sehingga usaha pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman kakao dapat dilaksanakan dengan aman dan
ramah lingkungan.
Penelitian ini diproduksi pestisida alami menggunakan microwave dari kulit
kakao yang banyak terdapat di Sulawesi Tenggara yang menghasilkan limbah
kulit kakao yang mencapai 75% (Aji dkk., 2013). Sehingga dihasilkan pestisida
yang dapat mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman kakao serta mutu dan
produktivitas hasil panen meningkat yang akan mendukung upaya percepatan
pembangunan ekonomi di koridor Sulawesi. Menurut Mulyatni dkk (2012),
Wulan (2001) dan Matsumoto dkk (2004), kulit buah kakao mengandung senyawa
aktif alkaloid yaitu theobromin (3,7–dimethylxantine), polifenol, flavonoid,
saponin, triterpenoid dan tanin terkondensasi atau terpolimerisasi.
Senyawa-senyawa bioaktif tersebut diketahui memiliki sifat antibakteri dan
antimikroba terhadap beberapa bakteri patogen dan bakteri karsinogenik
1
2
2
3
Kulit kakao
- dikeringkan dan dihaluskan
Residu Filtrat
3
4
sampel 100 ml etanol 85% (v/v) kedalam erlenmeyer yang berisi sampel 10 g.
Selanjutnya, memasukkan dan memanaskan campuran dalam mikrowave
(Panasonic NN-ST324M) pada daya 100 watt selama 15 menit. Perlakuan kembali
dilakukan pada daya 200 dan 300 watt dengan berat sampel 10 g. Kemudian
dilakukan perlakuan yang sama pada sampel dengan berat 20 g dan 30 g pada
daya 100-300 watt dengan kontrol suhu 50 °C sampai 70 °C selama 15 menit
(Chan dkk., 2015). Ekstrak yang dihasilkan disaring dan mengambil filtratnya
kemudian disimpan pada suhu dingin.
3. Penentuan Kadar Fenolik
Masing-masing sebanyak 1 ml ekstrak 100% dilarutkan sampai volume 9 ml
dengan etanol sehingga konsetrasi sampel menjadi 10%. Kemudian diambil
sebanyak 0,6 ml dan ditambah 3 ml reagen Foli Ciocalteau dan dikocok.
Didiamkan selama 3 menit, ditambah 2,4 ml larutan Na2CO3 10,75% dan
didiamkan pada range operating time 60 menit pada suhu kamar. Absorban
larutan ekstrak diukur dengan spekrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
absorbansi maksimum 765 nm. Sehingga, diperoleh kandungan fenolik
optimimum melalui grafik kurva kalibrasi standar.
4. Karakterisasi Kromatografi Gas-Massa Spektrometer
Ekstrak Microwave-Assisted Extraction (MAE) yang dihasilkan setelah
penyaringan dan menggunakan berbagai pelarut diukur di laboratorium Kimia, F-
MIPA, Universitas Haluoleo, menggunakan GC-MC untuk jumlah dan kandungan
utama komponen-komponen Ekstrak Microwave-Assisted Extraction (MAE) yang
terkandung didalamnya.
5. Uji Antijamur
Uji antijamur dilakukan dengan uji daya hambat pertumbuhan Phytophthora
palmivora. enam buah cawan petri disiapkan, dalam satu cawan petri diisi media
PDA ditambahkan dengan ekstrak. Konsentrasi yang digunakan dalam perlakuan
uji toksisitas ekstrak terhadap penghambatan pertumbuhan Phytophthora
palmivora adalah sebagai berikut:
A 0 = tanpa ekstrak (10 ml PDA)
A 1 = 0,2 ml ekstrak + 9,8 ml PDA
A 2 = 0,4 ml ekstrak + 9,6 ml PDA
A 3 = 0,6 ml ekstrak + 9,4 ml PDA
A 4 = 0,8 ml ekstrak + 9,2 ml PDA
A 5 = 1 ml ekstrak + 9 ml PDA
Pengamatan dilakukan terhadap penghambatan pertumbuhan jamur Phytophthora
palmivora sejak hari pertama setelah isolasi sampai pertumbuhan jamur
Phytophthora palmivora pada kontrol memenuhi cawan Petri.
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI
4.1 Preparasi Sampel
Sampel yang digunakan adalah kulit kakao. Preparasi sampel meliputi
pengeringan dan penghalusan sampel kulit kakao. Menggeringkan kulit kakao
segar dibawah sinar matahari selama 3-4 hari kemudian menghaluskan kulit kakao
menggunakan blender dengan ukuran 0,25-0,60 mm.
4
5
3
1
5
6
6
7
hasil yang diperoleh dinyatakan sebagai g/L ekuivalen asam galat. Dari hasil
pengujian, diketahui bahwa varietas ekstrak MAE yang memiliki kandungan fenol
terbanyak yang dinyatakan setara dengan asam galat pada daya 300 watt dengan
berat sampel 30 gram dengan kandungan fenol total sebanyak 0,6953 g/L (tabel
1).
Tabel 1. Total kadar fenolik kulit kakao dengan variasi berat sampel dan daya
Kadar Fenol dalam
Berat sampel (g) Daya (W)
Konsentrasi 100% (g/L)
100 0,3050
10 200 0,4118
300 0,4776
100 0,3055
20 200 0,4569
300 0,6419
100 0,3053
30 200 0,5011
300 0,6953
BAB 5. POTENSI HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa kulit kakao dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat luas khususnya dalam bidang pertanian dan
perkebunan yang akan mendukung program pemerintah “Indonesia Go Organik”
pada tahun 2010 dalam rangka menekan pemakaian pestisida sintetik yang
resikonya berdampak buruk terhadap kesehatan dan lingkungan dan harga yang
relatif mahal. Serta mendukung usaha pertanian dan perkebunan karena dapat
berpotensi dalam pengembangan usaha biopestisida dari pemanfaatan kulit kakao.
Kulit kakao adalah limbah organik dalam setiap panennya mencapai 75% limbah
yang sangat berpotensi untuk menjadikannya biopestisida karena kandungan
senyawa fenolat yang memiliki berbagai aktivitas sebagai antibakteri dan
antijamur sehingga tidak memerlukan modal besar dalam pembuatan biopestisida.
Biopestisida yang dihasilkan dapat terdegradasi dan dampak negatifnya dapat
dieliminir sehingga usaha pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kakao
dapat dilaksanakan dengan aman dan ramah lingkungan serta mutu dan
produktivitas hasil panen meningkat yang akan mendukung upaya percepatan
pembangunan ekonomi di koridor Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian ini
nantinya akan dipatenkan dalam bentuk jurnal artikel ilmiah yang dapat
bermanfaat sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan penelitian ini telah
berjalan sekitar 75%, selanjutnya akan dilakukan karakterisasi Kromatografi Gas-
Massa Spektrometer (GC-MS) dan uji aktivitas antijamur serta tahapan
pembuatan laporan akhir dan perampungan draft artikel ilmiah dan draft hak
kekayaan intelektual/paten.
7
8
LAMPIRAN
A. Penggunaan Dana
1. Peralatan Penunjang
Justifikasi Harga satuan Jumlah
Material Kuantitas
pemakaian (Rp) (Rp)
Masker Penutup hidung 1 pack 45.000 45.000
Erlenmeyer 500 mL Wadah 2 buah 70.000 140.000
Microwave oven Microwave-assisted
(Panasonic NN- extraction (MAE) 1 buah 1.675.000 1.675.000
ST324M)
Gelas ukur 100 mL Mengukur volume
1 buah 250.000 250.000
larutan
Labu takar 500 mL Mengencerkan 1 buah 300.000 300.000
SUB TOTAL (Rp) 2.410.000
2. Bahan Habis Pakai
Justifikasi Harga Jumlah
Material Kuantitas
Pemakaian satuan (Rp) (Rp)
Etanol p.a Pelarut 2,5 liter 975.000 975.000
Alkohol antiseptik Mencuci alat 1 liter 59.000 59.000
Spirtus Bahan bakar spirtus 1 liter 22.000 22.000
akuades Pelarut 4 liter 7.000 28.000
Asam galat Larutan standar 5 gram 100.000 500.000
reagen Folin- Uji kadar fenolik
100 mL 500.000 500.000
Ciocalteu
Natrium karbonat Uji kadar fenolik 100 gram 380.000 380.000
Isolat P. palmivora Bahan uji
1 cawan 350.000 350.000
afektivitas
Analisis GM-MS Karakterisasi
3 kali 350.000 1.050.000
sampel
Potato Dextrosa Media uji antijamur
50 gram 376.000 376.000
Broth (PDB)
Potato Dextrosa Media uji antijamur
50 gram 300.000 300.000
Agar (PDA)
SUB TOTAL (Rp) 4.540.000
3. Lain-lain
Justifikasi Harga satuan Jumlah
Material
kegiatan (Rp) (Rp)
Desain alat Desain alat 50.000 200.000
Administrasi Biaya administrasi laboratorium 300.000 350.000
Lainnya Pembuatan proposal, laporan,
penggandaan, penjilitan dan biaya
500.000 500.000
penelusura pustaka dan surat
menyurat
SUB TOTAL (Rp) 1.050.000
Total (Keseluruhan) Rp. 8.000.000
8
9