Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM:

PRODUKSI PESTISIDA ALAMI RAMAH LINGKUNGAN NON-


KARSINOGENIK DARI LIMBAH KULIT KAKAO DENGAN
MENGGUNAKAN MIKROWAVE

BIDANG PENELITIAN:
PKM-PENELITIAN

Diusulkan oleh:

Ketua : Fitri Handayani Hamid F1C1 14 110 (Angkatan 2014)


Anggota : Irnawati F1C1 14 076 (Angkatan 2014)
Habrin Kifli HS. F1C1 15 034 (Angkatan 2015)

HALAMAN SAMPUL

UNIVERSITAS HALU OLEO


KENDARI
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

ii
RINGKASAN
Penelitian ini diarahkan untuk mengembangkan metode pembuatan
pestisida alami dengan menggunakan microwave. Pestisida alami dapat
terdegradasi dalam lingkungan sehingga usaha pengendalian hama dan penyakit
pada tanaman dapat dilaksanakan dengan aman dan ramah lingkungan. Pestisida
alami dibuat dari limbah kulit kakao yang mengandung senyawa aktif polifenol
yang memiliki potensi sebagai antijamur. Pada penelitian dilakukan penetapan
kadar polifenol, karakterisasi Gas Chromatography-Mass Spektroskopi dan uji
aktivitas anti jamur dari ekstraks kulit kakao metode microwave-assisted
extraction (MAE). Metode MAE dilakukan pada daya 100, 200 dan 300 watt
selama 15 menit dengan berat sampel masing-masing 10, 20 dan 30 gr yang
dicampurkan dengan 100 mL air:etanol 85% (v/v %). Hasil pengujian diperoleh
kadar total senyawa polifenol ekstrak MAE terbanyak yaitu 0,6953 g/L ekivalen
asam galat (EAG) pada daya 300 watt dengan berat sampel 30 gr. Daya hambat
ekstrak terhadap hama penggerek buah kakao yaitu jamur Phytophthora
palmivora dengan metode sumur. Hasil ini berpotensi untuk menghasilkan
biopestisida di Indonesia khususnya daerah Sulawesi Tenggara yang ramah
lingkungan non-karsinogenik dan dampak negatifnya dapat dieliminir sehingga
usaha pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kakao dapat dilaksanakan
dengan aman. Selain itu, studi awal yang telah dilakukan dapat menjadi acuan
dalam pengembangan penelitian-penelitian kulit kakao menjadi biopestisida.
Inovasi ini pula berpotensi diajukan sebagai hak kekayaan intelektual sebab
pemanfaatan kerikil sebelumnya hanya sebagai limbah buangan masyarakat.
Rencana lain yang juga akan diwujudkan adalah penyusunan draft artikel ilmiah
dan Hak Kekayaan Intelektual/paten.

iii
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
RINGKASAN ........................................................................................................ iii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Urgensi ..................................................................................................... 2
1.5 Luaran yang Diharapkan .......................................................................... 2
1.6 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB 2. TARGET LUARAN .................................................................................. 2
BAB 3. METODE PENELITIAN........................................................................... 3
3.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 3
3.2 Metode Penelitian ..................................................................................... 3
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI .......................................................................... 4
4.1 Preparasi Sampel ...................................................................................... 4
4.2 Microwave-assisted extraction (MAE) .................................................... 5
4.3 Penentuan Kadar Fenolik ......................................................................... 6
BAB 5. POTENSI HASIL ...................................................................................... 7
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ................................................. 7
LAMPIRAN ............................................................................................................ 8
A. Penggunaan Dana ......................................................................................... 8
B. Bukti-bukti Pendukung Kegiatan ................................................................. 9

iv
1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggulan
perkebunan yang banyak diusahakan melalui perkebunan rakyat (±94,19%)
(Dirjenbun, 2012). Usaha perkebunan kakao di Sulawesi Tenggara pada tahun
2015 tercatat 251.730 Ha dengan produksi mencapai 157.537 ton (Badan Pusat
Statistik Sultra, 2016). Wilayah perkebunan kakao terluas di Sulawesi Tenggara
terletak di Kabupaten Kolaka Timur dengan luas area 94 ribu Ha yang terletak di
sentra produksi Lambandia, mampu memproduksi 40.122 ton per tahun.
Keberhasilan perluasan areal tersebut telah memberikan hasil bagi
peningkatan kakao Indonesia di dunia. Indonesia berhasil menempatkan diri
sebagai produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading pada tahun
2002, walaupun kembali tergeser ke posisi ketiga oleh Ghana pada tahun 2003.
Tergesernya posisi Indonesia tersebut salah satunya disebabkan oleh makin
mengganasnya serangan hama pengerek buah Kakao (PBK).
Laporan Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2014 menujukkan bahwa tanaman kakao yang terserang hama penyakit
mencapai 76,90% dan hanya 23,10% tanaman yang masih sehat. Menurut
Nurmansyah (2010) bahwa salah satu penyakit penting pada tanaman kakao
adalah penyakit busuk buah kakao yang disebabkan oleh jamur Phytophthora
palmivora hal ini menyebabkan sebagian tanaman tidak menghasilkan buah
(Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014).
Usaha yang dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang
menjadi kendala dalam meningkatkan produktivitas dan mutu hasil panen kakao
adalah penggunaan pestisida. Saat ini umumnya petani menggunakan pestisida
sintetik yang resikonya terhadap kesehatan dan lingkungan dapat berdampak
negatif dan dari segi biaya yang relatif mahal (Mashuni dkk., 2010). Untuk
mengatasi kekurangan tersebut maka dikembangkan pestisida alami yang dapat
terdegradasi dan dampak negatifnya dapat dieliminir sehingga usaha pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman kakao dapat dilaksanakan dengan aman dan
ramah lingkungan.
Penelitian ini diproduksi pestisida alami menggunakan microwave dari kulit
kakao yang banyak terdapat di Sulawesi Tenggara yang menghasilkan limbah
kulit kakao yang mencapai 75% (Aji dkk., 2013). Sehingga dihasilkan pestisida
yang dapat mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman kakao serta mutu dan
produktivitas hasil panen meningkat yang akan mendukung upaya percepatan
pembangunan ekonomi di koridor Sulawesi. Menurut Mulyatni dkk (2012),
Wulan (2001) dan Matsumoto dkk (2004), kulit buah kakao mengandung senyawa
aktif alkaloid yaitu theobromin (3,7–dimethylxantine), polifenol, flavonoid,
saponin, triterpenoid dan tanin terkondensasi atau terpolimerisasi.
Senyawa-senyawa bioaktif tersebut diketahui memiliki sifat antibakteri dan
antimikroba terhadap beberapa bakteri patogen dan bakteri karsinogenik

1
2

(Lamuela-Raventos, 2005). Keberadaan senyawa aktif tersebut didalam kulit buah


kakao diduga menjadi salah satu penyebab tidak ditemukannya penyakit pada
tanaman kakao yang disebabkan oleh bakteri. Oleh karena itu, kulit buah kakao
sangat direkomendasikan sebagai salah satu bahan utama dalam pembuatan
pestisida alami ramah lingkungan untuk mengatasi hama penggerek buah kakao
(PBK) yaitu jamur Phytophthora palmivora.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana teknik pembuatan
pestisida alami dari kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) berbasis metode
microwave serta bagaimana efektivitas pestisida alami dari kulit buah kakao
terhadap hama penggerek buah kakao (PBK) yaitu jamur Phytophthora
palmivora?
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu metode dalam
pembuatan pestisida dengan menggunakan microwave serta mengetahui
efektivitas pestisida alami dari kulit buah kakao hama penggerek buah kakao
(PBK) yaitu jamur Phytophthora palmivora.
1.4 Urgensi
Urgensi dari penelitian ini adalah memberikan konstribusi alternatif
mengenai pemanfaatan dari kulit buah kakao sebagai pestisida alami dalam
menangani hama penggerek buah kakao (PBK) yaitu jamur Phytophthora
palmivora serta menjadikan kulit buah kakao sebagai limbah yang termanfaatkan
dan mengembangkan metode microwave sebagai metode pembuatan pestisida
alami.
1.5 Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan pada penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan terhadap mahasiswa dan masyarakat mengenai manfaat
kulit buah kakao sebagai pestisida alami serta mengembangkan metode
microwave sebagai metode pembuatan pestisida alami.
2. Menghasilkan produksi pestisida alami dari limbah kulit buah kakao
(Theobroma cacao L.) di Indonesia khususnya daerah Sulawesi Tenggara.
3. Menghasilkan publikasi ilmiah yang bertaraf nasional maupun internasional.
1.6 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan mampu mengembangkan
metode microwave dalam pembuatan pestisida alami serta menunjang program
riset penelitian pada tugas akhir sekaligus menambah wawasan kepada
masyarakat tentang pembuatan pestisida alami.
BAB 2. TARGET LUARAN
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini yaitu termanfaatkannya limbah
kulit kakao sebagai biopestisida dan mengembangkan metode microwave sebagai
metode pembuatan biopestisida sehingga menghasilkan produksi pestisida alami
di Indonesia khususnya daerah Sulawesi Tenggara yang ramah lingkungan non-

2
3

karsinogenik dan dampak negatifnya dapat dieliminir maka usaha pengendalian


hama dan penyakit pada tanaman kakao dapat dilaksanakan dengan aman.
Laporan hasil penelitian ini juga ditargetkan dapat dipublikasikan dalam artikel
ilmiah bertaraf nasional maupun internasional.
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Kegiatan ini meliputi dua tahapan, yaitu kegiatan lapangan dan
laboratorium. Kegiatan lapangan dalam rangka pengambilan sampel kulit kakao
(Theobroma Cacao L.) di Lambandia, Kolaka Timur, Sulawesi tenggara.
Sedangkan kegiatan laboratorium meliputi preparasi sampel, microwave-assisted
extraction (MAE), penentuan kadar fenolik, gas chromatograpgy dan pengujian
antijamur.

Kulit kakao
- dikeringkan dan dihaluskan

Serbuk kulit kakao


- ditimbang 10 g; 20 g dan 30 g
- dicampurkan 100 mL etanol 85% : air (v/v %)
- dimasukkan kedalam microwave
- memanaskan pada daya 100, 200 dan 300 watt
selama 15 menit
Ekstrak kulit kakao
- disaring

Residu Filtrat

Penentuan Kadar Gas chromatography- Pengujian anti hama


fenolik mass Spectroscopy

Gambar 1. Desain penelitian


3.2 Metode Penelitian
1. Preparasi Sampel
Preparasi sampel meliputi pengeringan dan penghalusan sampel kulit
kakao. Menggeringkan kulit kakao segar dibawah sinar matahari selama 3-4 hari
kemudian menghaluskan kulit kakao dengan ukuran 0,25-0,60 mm (Chan dkk.,
2015).
2. Microwave-Assisted Extraction (MAE)
Pembuatan pestisida dilakukan dengan menggunakan metode Microwave-
Assisted Extraction (MAE). Pertama, menimbang kulit kakao kering masing-
masing sebanyak 10 g, 20 g, dan 30 g. Selanjutnya, menambahkan masing-masing

3
4

sampel 100 ml etanol 85% (v/v) kedalam erlenmeyer yang berisi sampel 10 g.
Selanjutnya, memasukkan dan memanaskan campuran dalam mikrowave
(Panasonic NN-ST324M) pada daya 100 watt selama 15 menit. Perlakuan kembali
dilakukan pada daya 200 dan 300 watt dengan berat sampel 10 g. Kemudian
dilakukan perlakuan yang sama pada sampel dengan berat 20 g dan 30 g pada
daya 100-300 watt dengan kontrol suhu 50 °C sampai 70 °C selama 15 menit
(Chan dkk., 2015). Ekstrak yang dihasilkan disaring dan mengambil filtratnya
kemudian disimpan pada suhu dingin.
3. Penentuan Kadar Fenolik
Masing-masing sebanyak 1 ml ekstrak 100% dilarutkan sampai volume 9 ml
dengan etanol sehingga konsetrasi sampel menjadi 10%. Kemudian diambil
sebanyak 0,6 ml dan ditambah 3 ml reagen Foli Ciocalteau dan dikocok.
Didiamkan selama 3 menit, ditambah 2,4 ml larutan Na2CO3 10,75% dan
didiamkan pada range operating time 60 menit pada suhu kamar. Absorban
larutan ekstrak diukur dengan spekrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
absorbansi maksimum 765 nm. Sehingga, diperoleh kandungan fenolik
optimimum melalui grafik kurva kalibrasi standar.
4. Karakterisasi Kromatografi Gas-Massa Spektrometer
Ekstrak Microwave-Assisted Extraction (MAE) yang dihasilkan setelah
penyaringan dan menggunakan berbagai pelarut diukur di laboratorium Kimia, F-
MIPA, Universitas Haluoleo, menggunakan GC-MC untuk jumlah dan kandungan
utama komponen-komponen Ekstrak Microwave-Assisted Extraction (MAE) yang
terkandung didalamnya.
5. Uji Antijamur
Uji antijamur dilakukan dengan uji daya hambat pertumbuhan Phytophthora
palmivora. enam buah cawan petri disiapkan, dalam satu cawan petri diisi media
PDA ditambahkan dengan ekstrak. Konsentrasi yang digunakan dalam perlakuan
uji toksisitas ekstrak terhadap penghambatan pertumbuhan Phytophthora
palmivora adalah sebagai berikut:
A 0 = tanpa ekstrak (10 ml PDA)
A 1 = 0,2 ml ekstrak + 9,8 ml PDA
A 2 = 0,4 ml ekstrak + 9,6 ml PDA
A 3 = 0,6 ml ekstrak + 9,4 ml PDA
A 4 = 0,8 ml ekstrak + 9,2 ml PDA
A 5 = 1 ml ekstrak + 9 ml PDA
Pengamatan dilakukan terhadap penghambatan pertumbuhan jamur Phytophthora
palmivora sejak hari pertama setelah isolasi sampai pertumbuhan jamur
Phytophthora palmivora pada kontrol memenuhi cawan Petri.
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI
4.1 Preparasi Sampel
Sampel yang digunakan adalah kulit kakao. Preparasi sampel meliputi
pengeringan dan penghalusan sampel kulit kakao. Menggeringkan kulit kakao
segar dibawah sinar matahari selama 3-4 hari kemudian menghaluskan kulit kakao
menggunakan blender dengan ukuran 0,25-0,60 mm.

4
5

Gambar 2. Preparasi sampel


4.2 Microwave-assisted extraction (MAE)
Ekstraksi mikrowave telah berhasil digunakan untuk ekstraksi polifenol dari
berbagai bahan tanaman (Spigno dan De Faveri, 2009; Wijngaard et al, 2012 dan
Wang et al, 2008). Ekstraksi mikrowave bahan alam kulit kakao dengan
menggunakan etanol-air 85% (v/v %). Etanol merupakan pelarut yang lebih
efisien dalam menarik komponen polar hingga semi polar. Pada penelitian ini
senyawa target yang akan dianalisis adalah polifenol yang cenderung bersifat
polar sehingga pelarut etanol lebih sesuai untuk digunakan. Etanol mempunyai
beberapa kelebihan yakni relatif tidak bersifat racun, tidak eksplosif bila
bercampur dengan udara, tidak korosif, absorbsinya baik, panas yang diperlukan
untuk pemekatan lebih sedikit dan mudah didapatkan (Lestari dkk., 2015).
Keterangan:
2 1. Pompa air
2. Kondensor
3. microwave

3
1

Gambar 3. Desain microwave


Hasil Microwave-Assisted Extraction (MAE) 10 gram kulit kakao dengan
etanol pada daya 100 watt selama 15 menit menghasilkan 72 mL ekstrak kental
etanol terbanyak yang berwarna kuning pekat dan volume ekstrak paling rendah
yaitu 18 mL pada daya 300 watt dengan berat sampel 30 gram. Perbandingan
volum hasil ekstraksi pada daya 100, 200 dan 300 watt yang masing-masing
dengan berat sampel 10, 20 dan 30 gram adalah sebagai berikut:

5
6

Gambar 4. Total volum ekstrak kulit kakao


4.3 Penentuan Kadar Fenolik
Penetapan kadar polifenol dilakukan dengan menggunakan reagen Folin-
Ciocalteu (FC). Reagen ini mengandung fosfomolibdat-fosfotungstat yang akan
mengoksidasi gugus hidroksil (-OH) dari senyawa fenol menghasilkan senyawa
komplek berwarna biru molibdenum-tungsten (Mo-W). Reaksi ini berjalan lambat
pada suasana asam sehingga pada saat reaksi ditambahkan Na2CO3 untuk
membentuk suasan basa sehingga reaksi dapat berjalan lebih cepat (Agustiningsih,
2010). Warna biru yang terbentuk akan semakin pekat setara dengan konsentrasi
ion fenolat yang terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi senyawa fenolik
maka semakin banyak ion fenolat yang akan mereduksi asam heteropoli sehingga
warna biru yang dihasilkan semakin pekat (Singleton dan Rossi, 1965). Analisis
kandungan fenolik total menggunakan metode Folin-Ciocalteu yang
absorbansinya diukur pada panjang gelombang 765 nm dengan operating time 60
menit (Pourmorad dkk; 2006).
Pada penelitian ini digunakan asam galat sebagai senyawa fenol
pembanding. Asam galat merupakan golongan asam fenolik C6-C1 atau
hidroksibenzoat yang mudah diperoleh dalam kondisi stabil dan murni, serta lebih
murah dibandingkan dengan senyawa standar lainnya (Lestari dkk., 2015). Pada
pengukuran asam galat dengan variasi konsentrasi diperoleh persamaan regresi
linier y = 0,0098x + 0,0431 dengan nilai R2 = 0,9995 (Gambar 3).

Gambar 3. Kurva kalibrasi larutan standar asam galat


Penetapan kadar fenol dari sampel dilakukan dengan cara memasukkan
nilai absobansi sampel ke dalam persamaan regresi kurva kalibrasi asam galat,

6
7

hasil yang diperoleh dinyatakan sebagai g/L ekuivalen asam galat. Dari hasil
pengujian, diketahui bahwa varietas ekstrak MAE yang memiliki kandungan fenol
terbanyak yang dinyatakan setara dengan asam galat pada daya 300 watt dengan
berat sampel 30 gram dengan kandungan fenol total sebanyak 0,6953 g/L (tabel
1).
Tabel 1. Total kadar fenolik kulit kakao dengan variasi berat sampel dan daya
Kadar Fenol dalam
Berat sampel (g) Daya (W)
Konsentrasi 100% (g/L)
100 0,3050
10 200 0,4118
300 0,4776
100 0,3055
20 200 0,4569
300 0,6419
100 0,3053
30 200 0,5011
300 0,6953
BAB 5. POTENSI HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa kulit kakao dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat luas khususnya dalam bidang pertanian dan
perkebunan yang akan mendukung program pemerintah “Indonesia Go Organik”
pada tahun 2010 dalam rangka menekan pemakaian pestisida sintetik yang
resikonya berdampak buruk terhadap kesehatan dan lingkungan dan harga yang
relatif mahal. Serta mendukung usaha pertanian dan perkebunan karena dapat
berpotensi dalam pengembangan usaha biopestisida dari pemanfaatan kulit kakao.
Kulit kakao adalah limbah organik dalam setiap panennya mencapai 75% limbah
yang sangat berpotensi untuk menjadikannya biopestisida karena kandungan
senyawa fenolat yang memiliki berbagai aktivitas sebagai antibakteri dan
antijamur sehingga tidak memerlukan modal besar dalam pembuatan biopestisida.
Biopestisida yang dihasilkan dapat terdegradasi dan dampak negatifnya dapat
dieliminir sehingga usaha pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kakao
dapat dilaksanakan dengan aman dan ramah lingkungan serta mutu dan
produktivitas hasil panen meningkat yang akan mendukung upaya percepatan
pembangunan ekonomi di koridor Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian ini
nantinya akan dipatenkan dalam bentuk jurnal artikel ilmiah yang dapat
bermanfaat sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan penelitian ini telah
berjalan sekitar 75%, selanjutnya akan dilakukan karakterisasi Kromatografi Gas-
Massa Spektrometer (GC-MS) dan uji aktivitas antijamur serta tahapan
pembuatan laporan akhir dan perampungan draft artikel ilmiah dan draft hak
kekayaan intelektual/paten.

7
8

LAMPIRAN
A. Penggunaan Dana
1. Peralatan Penunjang
Justifikasi Harga satuan Jumlah
Material Kuantitas
pemakaian (Rp) (Rp)
Masker Penutup hidung 1 pack 45.000 45.000
Erlenmeyer 500 mL Wadah 2 buah 70.000 140.000
Microwave oven Microwave-assisted
(Panasonic NN- extraction (MAE) 1 buah 1.675.000 1.675.000
ST324M)
Gelas ukur 100 mL Mengukur volume
1 buah 250.000 250.000
larutan
Labu takar 500 mL Mengencerkan 1 buah 300.000 300.000
SUB TOTAL (Rp) 2.410.000
2. Bahan Habis Pakai
Justifikasi Harga Jumlah
Material Kuantitas
Pemakaian satuan (Rp) (Rp)
Etanol p.a Pelarut 2,5 liter 975.000 975.000
Alkohol antiseptik Mencuci alat 1 liter 59.000 59.000
Spirtus Bahan bakar spirtus 1 liter 22.000 22.000
akuades Pelarut 4 liter 7.000 28.000
Asam galat Larutan standar 5 gram 100.000 500.000
reagen Folin- Uji kadar fenolik
100 mL 500.000 500.000
Ciocalteu
Natrium karbonat Uji kadar fenolik 100 gram 380.000 380.000
Isolat P. palmivora Bahan uji
1 cawan 350.000 350.000
afektivitas
Analisis GM-MS Karakterisasi
3 kali 350.000 1.050.000
sampel
Potato Dextrosa Media uji antijamur
50 gram 376.000 376.000
Broth (PDB)
Potato Dextrosa Media uji antijamur
50 gram 300.000 300.000
Agar (PDA)
SUB TOTAL (Rp) 4.540.000
3. Lain-lain
Justifikasi Harga satuan Jumlah
Material
kegiatan (Rp) (Rp)
Desain alat Desain alat 50.000 200.000
Administrasi Biaya administrasi laboratorium 300.000 350.000
Lainnya Pembuatan proposal, laporan,
penggandaan, penjilitan dan biaya
500.000 500.000
penelusura pustaka dan surat
menyurat
SUB TOTAL (Rp) 1.050.000
Total (Keseluruhan) Rp. 8.000.000

8
9

B. Bukti-bukti Pendukung Kegiatan

Proses ekstraksi kulit kakao Hasil ekstraksi kulit kakao

Pengukuran Larutan Standar Larutan Standar asam galat yang


akan diukur

Pengukuran kadar fenolik ekstrak

Anda mungkin juga menyukai