Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos yang berarti rakyat dan kratos
atau kratein yang berarti kekuasaan atau pemerintahan. Sehingga sesuai asal katanya
muncullah beberapa pengertian demokrasi, yaitu demokrasi merupakan bentuk
kekuasaan yang berasal dari rakyat,oleh rakyat, dan untuk rakyat atau dengan kata
lain sistem pemerintah yang kekuatannya dipegang oleh rakyat. Demokrasi juga
merupakan hasil kontruksi nalar manusia atau argumentasi manusia bahwa
keabsahan suatu pemerintahan adalah apabila kedaulatan yang akan menjelma
menjadi kekuasaan dan wewenang untuk memerintah bersumber dari rakyat yang
diperintah.
Hakikat demokrasi
Dari pegertian dan makna demokrasi di atas dapat diterik kesimpulan bahwa
hakikat demokrasi dapat dikatakan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat.
Pemerintahan dari rakyat memiliki arti bahwa sebuah sistem pemerintahan yang
sah dan diakui oleh rakyat. Diakui dan sah memiliki arti bahwa tanggung jawab
pemerintahan diberikan oleh rakyat. Sebaliknya pemerintah yang tidak diakui
adalah pemerintah yang tidak mendapatkan dukungan dan persetujuan dari
rakyat. Rakyat memegang kendali penuh atas pemilihan pemerintahan
berdasarkan persamaan pandangan dan politik tanpa ada unsur paksaan.
Menurut Dahl (1989: 233) mengajukan tujuh indikator yang bisa diringkasnya
sebagai berikut : 1) Kontrol atas keputusan pemerintah; 2) Pergantian elite atau
pemimpin melalui Pemilu yang bebeas, adil dan jujr dan secara regular; 3) Semua
orang dewasa mempunyai hak suara; 4) Semua orang dewasa mempunyai hak untuk
menjadi kandidat dipilih; 5) Adanya hak berekspresi termasuk mengkritik
pemerintah; 6) Kebebasan mengakses informasi; 7) Kebebasan berkumpul dan
beorganisasi.
Berbeda dengan Dahl, menurut Blaug dan Schwarzmantel terdapat lima nilai
universal demokrasi yaitu : 1) Kebebasan dan otonomi (freedom and autonomy); 2)
Persamaan (equality); 3) Perwakilan (representation); 4) Kekuasaan mayoritas
(majory rule); 5) kewarganegraaan (citizenship).
Sebagai suatu sistem sosial kenegaraan, USIS (1995:6) mengintisarikan demokrasi
sebagai sistem yang memiliki 11 (sebelas) pilar atau soko guru yakni “1) Kedaulatan
rakyat; 2) Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah; 3) Kekuasaan
mayoritas; 4) Hak-hak minoritas; 5) Jaminan hak asasi manusia; 6) Pemilihan yang
bebas dan jujur; 7) Persamaan di depan hukum; 8) Proses hukum yang wajar; 9)
Pembatasan pemerintah secara konstitusional; 10) Pluralisme sosial, ekonomi, dan
politik; 11) Nilai-nilai tolerensi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.
Dengan demikian, dari sekian banyak konsep dan teori demokrasi termasuk
indikator-indikatornya, maka setidaknya yang dimaksud dengan demokrasi adalah
sebagai berikut :
1) Kedaulatan rakyat, rakyat sebagai sumber kekuasaan oleh karena kekuasaan ada
karena adanya rakyat.
2) Partisipasi rakyat, partisipasi rakyat dapat disalurkan baik secara langung maupun
tidak langsung sehingga memungkinkan adaanya pergantian elite dan pemerintahan
melalui suatu mekanisme pemilihan umu yang regular, jujur dan adil.
3) Konstitusi negara, dengan adanya konstitusi suatu negara demokrasi, maka
memungkinkan adanya kontrol terhadap kebijakan pemerintah dan
pertanggungjawaban pemerntahan terhadap kekuasaan yang dimilikinya kepada
masyarakat.
4) Jaminan dan penegakan hak asasi manusia, dalam hal ini meliputi hak untuk hidup,
memiliki sesuatu, berserikat dan berkumpul, informasi dan sebaginya, sehingga
warga negara merasa aman dan terlndung oleh negara.