Anda di halaman 1dari 111

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka mencapai sistem perbankan yang kuat, sehat serta

efisien maka Bank Indonesia melakukan proses konsolidasi terhadap

Perbankan Indonesia. Proses Konsolidasi perbankan tersebut semakin

dipercepat oleh Bank Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan

ketahanan dan kesehatan perbankan dalam jangka panjang, menciptakan

kestabilan sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi

nasional yang berkesinambungan, juga untuk meningkatkan perlindungan

terhadap masyarakat mengingat peran bank sebagai salah satu lembaga

kepercayaan. Dalam proses percepatan konsolidasi tersebut, Bank

Indonesia menyatakan tentang kewajiban modal minimum bank, yang

menetapkan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR)

harus mecapai 8%, sehingga bank wajib memelihara ketersediaan modal

karena setiap pertambahan kegiatan bank khususnya yang mengakibatkan

pertimbangan aktivitas harus diimbangi dengan pertambahan pendapatan

permodalan sebesar 100:8 (Bankirnews, Mei 2011).

Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk

melakukan kegiatan operasi perbankan secara normal dan mampu

memenuhi semua kewajiban dengan baik dengan cara-cara yang sesuai

dengan peraturan perbankan yang berlaku (Triandaru dan Budisantoso,

2006: 51).Kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran sehingga dalam

sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat menukarkan

1
2

uang. Kegiatan penukaran uang ini dikenal nama pedagang valuta asing

(money changer). Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kegiatan

operasional perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang

atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan.Selanjutnya kegiatan

perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang.Uang yang

disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali kepada

masyarakat yang membutuhkannya.Jasa-jasa bank lainnya menyusul

sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan masyarakat yang

semakin beragam.Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan

semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin

dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara

maju mapun negara berkembang. Sekarang perkembangan dunia

perbankan semakin pesat dan juga modern, perbankan semakin

mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara, bahkan

aktivitas dan keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu

negara.

Pada saat ini dunia perbankan mengalami persaingan yang semakin

ketat karena kondisi perekonomian yang semakin terbuka.Selain itu

tantangan dunia perbankan semakin sulit dengan diterapkannya Arsitektur

Perbankan Indonesia (API).Pada tanggal 9 Januari 2004, Gubernur Bank

Indonesia telah mengumumkan implementasi API. API merupakan

kebijakan pemerintah terhadap dunia perbankan di Indonesia yang

penerapannya akan dilaksanakan pada Tahun 2010. Kebijakan API ini

membahas tentang struktur perbankan yang sehat, pengawasan yang


3

independen, dan perlindungan nasabah.Salah satu kebijakan API adalah

penetapan modal minimum untuk bank umum sebesar Rp 100 miliar dan

untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebesar 10 miliar. Kebijakan API

ini menuntut setiap bank berlomba-lomba dalam menghimpun dana dari

masyarakat. Hal ini merupakan suatu langkah yang baik untuk

mengembalikan kepercayaan masyarakat dan untuk lebih memperkuat

fundamental perbankan nasional dalam jangka panjang.

Banyak pihak yang berkepentingan dalam penilaian kinerja pada

sebuah perusahaan perbankan, diantaranya bagi para manajer, investor,

pemerintah, masyarakat bisnis, maupun lembaga-lembaga yang

terkait.Manajemen sangat memerlukan hasil penilaian terhadap kinerja

unit bisnisnya, yaitu untuk memastikan tingkat ukuran keberhasilan para

manajer dan sekaligus sebagai evaluasi penyusunan perencanaan strategi

maupun operasional pada masa selanjutnya. Kinerja perbankan yang baik

akan menarik minat investor untuk melakukan investasi pada sektor

perbankan, karena investor melihatsemakin sehat suatu bankmaka

manajeman bank tersebut bagus, serta diharapkan bisa memberikan return

yang tinggi. Pemerintah sangat berkepentingan terhadap penilaian kinerja

suatu lembaga keuangan, sebab memiliki fungsi memajukan dan

meningkatkan perekonomian negara, sedangkan masyarakat sangat

menginginkan agar badan usaha sektor perbankan sangat sehat dan

maju,sehingga dapat dicapai efisiensi dana berupa biaya yang murah dan

efisien.
4

PT. Bank Pembangunan Daerah Bali merupakan salah satu bank

lokal berstatus bank umum dengan aktivitas nasional maupun

internasional.Bank yang memiliki peran dalam menumbuhkan

perekonomian daerah Bali ini telah memberikan produk dan layanan jasa

perbankan sejak 5 Juni 1962.Setiap tahun PT. Bank Pembangunan Daerah

Bali melakukan penilaiantingkat kesehatan bank yang bertujuan untuk

menilai kinerja bank selama satu periode.

Tingkat kesehatan bank dapat menunjukkan kinerja dari PT. Bank

Pembangunan Daerah Bali dan dalam menilainya digunakan peraturan

yang telah ditetapkan oleh BI. Hasil dari penilaian akan memberikan

dampak terhadap kepercayaan masyarakat. Oleh sebab itu, keberhasilan

dalam melaksanakan tugas sebagai lembaga keuangan yang bermutu baik

dapat ditinjau dari tingkat kesehatan bank tersebut. Berdasarkan Surat

Edaran BI No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 dan PBI No.

13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat kesehatan

Bank Umum menggantikan PBI sebelumnya Nomor 6/10/PBI/2004

tentang sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penentuan

tingkat kesehatan bank menggunakan empat kelompok faktor yaitu Risk

Profile, Good Corporate Governance, Earnings ataurentabilitas, dan

Capital atau permodalan yang lebih dikenal dengan singkatan RGEC

dalam mengukur skala operasi dalam struktur permodalannya.

Sesuai dengan SE BI yang menyatakan bahwa penilaian kesehatan

Bank merupakan salah satu hal yang penting untuk menjaga ketahanan dan

kesehatan perbankan dalam jangka panjang, menciptakan kestabilan


5

sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang

berkesinambungan, juga untuk meningkatkan perlindungan terhadap

masyarakat, peneliti mengangkat penelitian mengenai penilaian kesehatan

bank dengan judul “Penilaian Kesehatan Bank dengan Metode RGEC

pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali Periode 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, agar masalah yang

akan dibahas memperoleh suatu kejelasan dan pembahasannya lebih

terarah, maka penulis berusaha untuk mengidentifikasikan masalahnya

sebagai berikut:

1) Bagaimana penilaian tingkat kesehatan bankpada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali ditinjau dari Risk Profile pada Tahun

2015?

2) Bagaimana penilaian tingkat kesehatan bankpada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali ditinjau dari Good Coorporate

Governance pada Tahun 2015?

3) Bagaimana penilaian tingkat kesehatan bankpada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali ditinjau dari Earningpada Tahun 2015?

4) Bagaimana penilaian tingkat kesehatan bank pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali ditinjau dari Capital pada Tahun 2015?


6

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka

tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1) Mengetahui penilaian tingkat kesehatan bank pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali ditinjau dari Risk Profile pada Tahun

2015

2) Mengetahui penilaian tingkat kesehatan bank pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali ditinjau dari Good Coorporate

Governance pada Tahun 2015

3) Mengetahui penilaian tingkat kesehatan bank pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali ditinjau dari Earning pada Tahun 2015

4) Mengetahui penilaian tingkat kesehatan bank pada PT Bank

Pembanungan Daerah Bali ditinjau dari Capital pada Tahun 2015

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian merupakan penjelasan kepada pihak-pihak

mana saja yang kiranya hasil penelitian penulis dapat memberikan

manfaat. Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1) Bagi PT Bank Pembangunan Daerah Bali

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan bagi

pihak bank sehingga manajemen bank dapat meningkatkan kinerjanya

dan dapat menetapkan strategi bisnis yang baik dalam menghadapi

krisis keuangan global dan juga persaingan dalam dunia bisnis

perbankan.
7

2) Bagi Masyarakat

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai tingkat kesehatan bank PT Bank Pembangunan

Daerah Baliuntuk Tahun2015.

3) Bagi Penulis

Penelitian ini dapat dijadikan media bagi penulis dalam menerapkan

pengetahuan teoritis yang telah diperoleh selama perkuliahan.Dan

memperkaya wawasan dan pengetahuan mengenai Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Bank

1) Definisi Bank

Menurut Undang–Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, “

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarkat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk–bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.” Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi

Keuangan No. 31 (2007) menyatakan bahwa : “ Bank adalah badan usaha

yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Berdasarkan beberapa uraian dari definisi bank dapat diambil kesimpulan

bahwa bank adalah suatu badan hukum yang kegiatannya menghimpun dana

masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan

dana.

2) Fungsi Bank

MenurutBudisantoso dan Nuritomo (2014: 9) fungsi utama bank

adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial

intermediary. Secara spesifik bank dapatberfungsi sebagai:


9

a) Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Masyarakat akan

mau menitipkan dananya di bank karena adanya kepercayaan. Pihak bank

juga akan menyalurkan dananya kepada debitur karena adanya usur

kepercayaan.Pihak bank juga akan menyalurkan dananya kepada debitur

karena adanya unsur kepercayaan.

b) Agent of development

Kegiatan bank yang berupa menghimpun dan menyalurkan dana

memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan

distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Kelancaran kegiatan

investasi-distribusi-konsumsi adalah kegiatan pembangunan perekonomian

suatu masyarakat.

c) Agent of services

Bank memberikan penawaran jasa perbankan lain, seperti jasa pengiriman

uang, penitipan barang berharga, pemberi jaminan bank, dan penyelesaian

tagihan.

2.1.2 Laporan Keuangan

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam standar Akuntansi Keuangan

(2007: 1-2) menyatakan bahwa : “Laporan keuangan yang lengkap

biasanya meliputi : neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi

keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang

merupakan bagian internal dari laporan keuangan.


10

1) Tujuan Laporan Keuangan

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

(2007:3) menyatakan bahwa : “Tujuan laporan keuangan adalah

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,

serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat

bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan

ekonomi.”

2) Komponen Laporan Keuangan

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

No. 1 (2007) menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri

dari komponen-komponen sebagai berikut.

a) Neraca, yaitu laporan yang menunjukkan keadaan keuangan

suatu perusahaan pada tanggal tertentu.

b) Laporan Laba Rugi, yaitu laporan yang menunjukkan hasil

usaha dan biaya-biaya selama suatu periode akuntansi

c) Laporan perubahan ekuitas, yaitu laporan yang menunjukkan

sebab-sebab perubahan ekuitas dari jumlah pada awal periode

menjadi ekuitas pada akhir periode.

d) Laporan Arus Kas, menunjukkan arus kas masuk dan keluar

yang dibedakan arus kas operasi, atau kas nvestasi dan arus

kas pendanaan.

e) Catatan atas Laporan Keuangan, berisi informasi keuangan

yang tidak dicantumkan dalam laporan keuangan tetapi


11

informasi tersebut merupakan bagian internal dari laporan

keuangan.

2.1.3 Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Faktor Penilaian Tingkat Keseshatan Bank yaitu RGEC :

Pada PBI NO.13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/24/dpnp tangal 25 Oktober

2011 yang menjadi indikator adalah :

1) Risk profile

Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 Pasal 7 ayat 1

penilaian terhadap faktor profil risiko sebagaimana dimaksud dalam

pasal 6 huruf a merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan

kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional Bank yang

dilakukan terhadap 8 (delapan) risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar,

risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko

kepatuhan, risiko reputasi. Penelitian ini mengukur faktor Risk Profile

dengan menggunakan 3 indikator yaitu faktor risiko kredit dengan

menggunakan rumus Non Performing Loan (NPL), risiko pasar dengan

menggunakan rumus Interest Rate Risk (IRR), dan risiko likuiditas

dengan menggunakan rumus Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to

Asset Ratio (LAR) dan Cash ratio. Hal tersebut dikarenakan pada risiko

diatas peneliti dapat memperoleh data kuantitatif yang tidak dapat

diperoleh pada faktor risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik,

risiko kepatuhan dan risiko reputasi.

Penialaian terhadap resiko terbagi menjadi 8 bagian yaitu :


12

a) Risiko kredit

Risiko pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak, seperti

penundaan, pengurangan pembayaran suku bunga dan pinjaman

pokoknya, atau tidak membayar pinjaman sama sekali.

b) Risiko pasar

Suatu risiko yang timbul karena menurunnya nilai suatu investasi

karena pergerakan pada faktor-faktor pasar.

c) Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas Risiko kekurangan likuiditas terjadi karena

adanyarush–penarikan dana secara serentak yang dapat

mengakibatkan kebangkrutanbank.

d) Risiko operasional

Risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak

memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau sebagai

akibat dari kejadian eksternal.

e) Risiko hukum

Risiko dari ketidakpastian tindakan atau tuntutan atau

ketidakpastian dari pelaksanaan atau interpretasi dari kontrak,

hukum atau peraturan.

f) Risiko strategik

Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan

strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang

tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan

eksternal.
13

g) Risiko kepatuhan

Risiko yang disebabkan oleh ketidakpatuhan suatu bank untuk

melaksanakan perundang–undangan dan ketentuan lain yang

berlaku

h) Risiko reputasi

Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholderyang

bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.

Masing–masing bagian dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu tingkat

risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko. Sehingga

penilaian untuk resiko terdapat 16 penilaian.Meninjau tingkat risiko

terbagi atas 5 tingkat. Semakin kecil poin yang diterima maka

kesehatan bank dari sisi risiko tersebut semakin baik.

2) Good Corporate Governance

Penilaian terhadap faktor GCG dalam pendekatan RGEC

didasarkan ke dalam tiga asek utama yaitu, governance structure,

governance process, dan governance output. Berdasarkan ketetapan

Bank Indonesia yang disajikan dalam Laporan Pengawasan Bank

(2012:36):“governance structure mencakup pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta

kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite. Governance process

mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan,

penerapan fungsi audit intern dan ekstern, penerapan manajemen risiko

termasuk systempengendalian intern, penyediaan dana kepada pihak

terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank. Aspek terakhir
14

governance output mencakup transaparansi kondisi keuangan dan non

keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi prinsip

Transparancy, Accountability, Responsibility, Indepedency, dan

Fairness (TARIF)”.

3) Earning

Earning adalah salah satu penilaian kesehatan bank dari sisi

rentabilitas. Indikator penilaian rentabilitas adalah ROA (Return On

Assets), ROE (Return On Equity), NIM (Net Interest Margin), dan

BOPO (Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional.

Komponen laba actual terhadap proyeksi anggaran dan kemampuan

komponen laba dalam meningkatkan permodalan. Karakteristik bank

dari sisi rentabilitas adalah kinerja bank dalam menghasilkan laba,

kestabilan komponen-komponen yang mendukung core earning, dan

kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba di

masa depan.

4) Capital

Peraturan bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Pasal 7 ayat 2

sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf d meliputi penilaian

terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan.

CAR adalah rasio kinerja bank untukmengukur kecukupan modal yang

dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau

menghasilkan risiko (Kasmir, 2009:198).


15

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

1) Arrivida Lasta, Arifin, dkk (2014). Dengan judul “Anlisis Tingkat

Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan RGEC (Risk Profile,

Good Corporate Governance, Earning, dan Capital PT Bank Rakyat

Indonesia Tbk Periode 2011-2013. Variabel yang digunakan

RGEC.Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis laporan

keuangan.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT

Bank Rakyat Indonesia dengan menggunakan metode RGEC ini

menunjukkan predikat kesehatan bank pada periode 2011-2013 secara

keseluruhan sehat.

2) Minarrohmah,Yaningwati, dkk (2014). Dengan judul “Analisis Tingkat

Kesehatan Bank dengan Menggunakan Pendekatan RGEC (Risk Profile,

Good Corporate Governance, Earning, Capital) pada PT Bank Central

Asia, Tbk Periode 2010-2012).Variabel yang digunakan yaitu

RGEC”.Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis laporan

keuangan.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT

Bank Central Asia dengan menggunakan metode RGEC ini menunjukkan

predikat kesehatan bank pada peiode 2011-2013 secara keseluruhan

sangat sehat.

3) Purnamasari, dan Mimba (2014). Dengan Judul “ Penilaian Tingkat

Kesehatan PT. BPD Bali Berdasarkan Risk Profile, GCG, Earning,

Capital”. Teknik analisa yang digunakan yaitu menganalisis laporan

keuangan dan non keuangan dengan metode RGEC. Sesuai

pembahasandapat disimpulkan PT. BPD Bali menggunakan peaturan-


16

peraturan Bank Indonesia Nomor 13/I/PBI/2011 tentang kesehatan bank

Umum mengunakan analisais Risk Profile, Good Corporate Governance,

Earning dan Capital tergolong cukup sehat.

4) Ramadhany, Suhadak, dkk (2015). Dengan judul “Analisis Perbandingan

Tingkat Kesehatan Bank berdasarkan Risk Profile, Good Corporate

Governance, Earning, dan Capital (RGEC) pada Bank Konvensional

BUMN dan Swasta”.Teknik analisis yang digunakan adalah teknik

analisis faktor profil risiko (Risk Profile), analisis faktor rentabilitas

(earnings), dan analissi faktor permodalan (capital).Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan pada Bank BUMN selama periode 2011-

2013, memiliki predikat komposit secara umum sangat baik dan

mencerminkan kondisi bank yang secara umum sangat sehat. Pada bank

swasta nasional devisa memiliki predikat komposit secara umum baik

dan mencerminkan kondisi bank yang secara umum sehat.

5) Yessi, Rahayu, dkk (2015). Dengan judul “ Analisis Tingkat kesehatan

Bank dengan Menggunakan Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good

Corporate Governance, Earning, Capital) Studi pada PT Bank Sinar

Harapan Bali Periode 2010-2012”. Teknik analisis yang digunakan

menganilisis data dengan berdasarkan pada PBI No 13/24/PBI/2011 pasal

6, tentang mekanisme penilaian Bank Sinar Harapan Bali secara

Individual.Penilaian-penilaian tersebut mencakup penilaian good

corporate governance, earnings, dan capital. Berdasarkan kriteria

penilaian RGEC diatas maka hasil penilaian terhadap pengelolaan Good

Corporate Governance Bank Sinar Harapan Bali dari Tahun 2010 hingga
17

2012 dengan bedasarkan surat Keputusan Bank Indonesia (BI) No.

13/24/PBI/2012, mendapatkan predikat sehat.

6) Setiabudi (2015). Dengan judul “Analisis Perbedaan Tingkat kesehatan

Bank Umum Syari’ah berdasarkan Metode CAMELS dan RGEC Periode

Tahun 2011-2013”.Teknik analisa yang digunakan menganalisis laporan

keuangan berdasarkan metode CAMELS dan RGEC. Berdasarkan pada

faktor manajemen dengan rasio NOM berada pada peringkat empat,

namun secara keseluruhan perhitungan CAMLES berada pada peringkat

satu di tahun 2011 yang berarti sangat sehat sedangkan pada peringkat

dua di Tahun 2012-2013 yang berarti sehat. Dalam metode RGEC dapat

diketahui bahwa rata-rata tingkat BUS Tahun 2011 sampai 2013 berada

pada tingkat satu yang mencerminkan kondisi bank secara umum sangat

sehat.

7) Dwinanda, dan Wiagustini (2015). Dengan judul “ Analisis Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali

Berdasarkan Metode RGEC”.Teknik analisa yang digunakan dengan

menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan metode RGEC.

Berdasarkan pada penelitian tersebut maka secara keseluruhan PT Bank

Pembangunan Daerah bali periode Tahun 2012 dan 2013 menunjukkan

kondisi yang sangat sehat.

8) Utami (2015). Dengan judul “Perbandingan Analisis CAMELS Dan

RGEC Dalam Menilai Tingkat Kesehatan Bank Pada Unit Usaha Syariah

Milik Pemerintah PT Bank Negara Indonesia, TBK Tahun 2012-

2013.Variabel yang digunakan CAMELS dan RGEC.Teknik analisis


18

yang digunakan teknik analisis laporan keuangan. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank Negara Indonesia Syariah

dengan metode CAMELS dan RGEC ini menunjukkan predikat

kesehatan bank tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh

Bank Indonesia, untuk periode Maret 2012 sampai dengan Desember

2013 rata-rata Bank Negara Indonesia Syariah memperoleh predikat

sehat.

9) Fortrania (2015). Dengan judul “Analisis Tingkat Kesehatan Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan Metode CAMELS dan

RGEC”.Teknik penelitian yang digunakan yaitu menganalisis data

dengan menggunakan rasio-rasio keuangan seperti, capital adequacy,

assets quality, management, earning, liquidity, dan sensitivity, serta

laporan laba rugi bank. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data

yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut

tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan

menggunakan metode CAMELS dan RGEC ini menunjukkan bank

tersebut dari periode 2011-2013 sehat.

10) Diarto, dan Aisjah (2015). Dengan judul “ Analisis Tingkat Kesehatan

Bank dengan Menggunakan metode RGEC (Risk Profile,

GoodCorporate Governance, Earning, Capital) pada PT.Bank Rakyat

Indonesia (PERSERO), Tbk Periode 2011-2014. Teknik penelitian yang

digunakan adalah dengan menggunakan laporan keuangan.Berdasarkan

hasil analisis dan pembahasan mengenai tingkt kesehatan PT. Bank

Rakyat Inonesia (Persero), Tbk pada Tahun 2011-2014 yang diukur


19

mennggunakan metode RGEC secara keseluruhan merupakan bank yang

dapat dikatakan sehat.

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Sebelumnya
No Nama & Judul Variabel Teknik Hasil penelitian
Tahun penelitian penelitian analisis data
Penelitian
1 Arrivida Anlisis RGEC teknik analisis PT Bank Rakyat
Lasta, Tingkat (Risk laporan Indonesia dengan
Arifin, Kesehatan Profile, keuangan. menggunakan metode
dkk Bank Good RGEC ini menunjukkan
(2014) dengan Corporate predikat kesehatan bank
Menggunak Governan pada periode 2011-2013
an ce, secara keseluruhan
Pendekatan Earning, sehat.
RGEC dan
(Risk Capital).
Profile,
Good
Corporate
Governance
, Earning,
dan Capital
PT Bank
Rakyat
Indonesia
Tbk Periode
2011-2013
2 Minarroh Analisis RGEC teknik analisis PT Bank Central Asia
mah,Yanin Tingkat (Risk laporan dengan menggunakan
gwati, dkk Kesehatan Profile, keuangan metode RGEC ini
(2014) Bank Good menunjukkan predikat
dengan Corporate kesehatan bank pada
Menggunak Governan peiode 2011-2013
an ce, secara keseluruhan
Pendekatan Earning, sangat sehat.
RGEC dan
(Risk Capital).
Profile,
Good
Corporate
Governance
, Earning,
Capital).
Variabel
yang
20

digunakan
yaitu RGEC
3 Purnamasa Penilaian RGEC menganalisis disimpulkan PT. BPD
ri, dan Tingkat (Risk laporan Bali menggunakan
Mimba Kesehatan Profile, keuangan dan peaturan-peraturan
(2014) PT. BPD Good non keuangan Bank Indonesia Nomor
Bali Corporate dengan metode 13/I/PBI/2011 tentang
Berdasarka Governan RGEC kesehatan bank Umum
n Risk ce, mengunakan analisais
Profile, Earning, Risk Profile, Good
GCG, Capital) Corporate Governance,
Earning, Earning dan Capital
Capital tergolong cukup sehat.
4 Ramadhan Analisis RGEC teknik analisis pada Bank BUMN
y, Perbanding (Risk faktor profil selama periode 2011-
Suhadak, an Tingkat Profile, risiko (Risk 2013, memiliki predikat
dkk Kesehatan Good Profile), komposit secara umum
(2015) Bank Corporate analisis faktor sangat baik dan
berdasarkan Governan rentabilitas mencerminkan kondisi
Risk Profile, ce, (earnings), dan bank yang secara umum
Good Earning, analissi faktor sangat sehat. Pada bank
Corporate dan permodalan swasta nasional devisa
Governance Capital) (capital). memiliki predikat
, Earning, komposit secara umum
dan Capital baik dan mencerminkan
(RGEC) kondisi bank yang
pada Bank secara umum sehat.
Konvension
al BUMN
dan Swasta
5 Yessi, Analisis RGEC menganilisis kriteria penilaian RGEC
Rahayu, Tingkat (Risk data dengan diatas maka hasil
dkk kesehatan Profile, berdasarkan penilaian terhadap
(2015) Bank Good pada PBI No pengelolaan Good
dengan Corporate 13/24/PBI/201 Corporate Governance
Menggunak Governan 1 pasal 6, Bank Sinar Harapan
an ce, tentang Bali dari Tahun 2010
Pendekatan Earning, mekanisme hingga 2012 dengan
RGEC Capital) penilaian Bank bedasarkan surat
(Risk Sinar Harapan Keputusan Bank
Profile, Bali secara Indonesia (BI) No.
Good Individual 13/24/PBI/2012,
Corporate mendapatkan predikat
Governance sehat.
, Earning,
Capital)
Studi pada
PT Bank
21

Sinar
Harapan
Bali Periode
2010-2012
6 Setiabudi Analisis CAMELS menganalisis pada faktor manajemen
(2015) Perbedaan dan RGEC laporan dengan rasio NOM
Tingkat keuangan berada pada peringkat
kesehatan berdasarkan empat, namun secara
Bank metode keseluruhan
Umum CAMELS dan perhitungan CAMLES
Syari’ah RGEC berada pada peringkat
berdasarkan satu di Tahun 2011
Metode yang berarti sangat
CAMELS sehat sedangkan pada
dan RGEC peringkat dua di Tahun
Periode 2012-2013 yang berarti
Tahun sehat. Dalam metode
2011-2013 RGEC dapat diketahui
bahwa rata-rata tingkat
BUS Tahun 2011
sampai 2013 berada
pada tingkat satu yang
mencerminkan kondisi
bank secara umum
sangat sehat.

7 Dwinanda, Analisis RGEC Teknik analisa Pada penelitian tersebut


dan Penilaian (Risk yang maka secara
Wiagustini Tingkat Profile, digunakan keseluruhan PTBank
(2015) Kesehatan Good dengan Pembangunan Daerah
Bank Pada Corporate menganalisis bali periode tahun
PT Bank Governan laporan 2012 dan 2013
Pembangun ce, keuangan. menunjukkan kondisi
an Daerah Earning, yang sangat sehat.
Bali Capital)
Berdasarka
n Metode
RGEC
8 Utami Perbanding CAMELS teknik analisis PT Bank Negara
(2015) an Analisis dan RGEC laporan Indonesia Syariah
CAMELS (Risk keuangan. dengan metode
Dan RGEC Profile, CAMELS dan RGEC
Dalam Good ini menunjukkan
Menilai Corporate predikat kesehatan bank
Tingkat Governan tersebut sesuai dengan
Kesehatan ce, standar yang telah
Bank Pada Earning, ditetapkan oleh Bank
Unit Usaha dan Indonesia, untuk
22

Syariah Capital) periode Maret 2012


Milik sampai dengan
Pemerintah Desember 2013 rata-
PT Bank rata Bank Negara
Negara Indonesia Syariah
Indonesia, memperoleh predikat
TBK Tahun sehat.
2012-2013
9 Fortrania Analisis CAMELS menganalisis Penelitian dan analisis
(2015) Tingkat dan RGEC data dengan data yang telah
Kesehatan menggunakan dilakukan maka dapat
Bank rasio-rasio diambil kesimpulan
Umum keuangan sebagai berikut Tingkat
Syariah dan seperti, capital kesehatan Bank Umum
Unit Usaha adequacy, Syariah dan Unit Usaha
Syariah assets quality, Syariah dengan
dengan management, menggunakan metode
Metode earning, CAMELS dan RGEC
CAMELS liquidity, dan ini menunjukkan bank
dan RGEC sensitivity, tersebut dari periode
serta laporan 2011-2013 sehat.
laba rugi bank
10 Diarto, Analisis RGEC teknik analisis Berdasarkan hasil
dan Aisjah Tingkat (Risk laporan analisis dan
(2015) Kesehatan Profile, keuangan. pembahasan mengenai
Bank Good tingkt kesehatan PT.
dengan Corporate Bank Rakyat Inonesia
Menggunak Governan (Persero), Tbk pada
an metode ce, Tahun 2011-2014 yang
RGEC Earning, diukur mennggunakan
(Risk Capital) metode RGEC secara
Profile, keseluruhan merupakan
Good bank yang dapat
Corporate dikatakan sehat.
Governance
, Earning,
Capital)
pada PT.
Bank
Rakyat
Indonesia
(PERSERO
), Tbk
Periode
2011-2014

Sumber : Skripsi, Artikel, Data Diolah (2016)


23

BAB III

KERANGKA BERPIKIR

3.1 Kerangka Berpikir

Penilaian kesehatan bank adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mengetahui kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasi

perbankan secara normal dan memenuhi kewajibannya. Penilaian kesehatan

bank sangat penting karena untuk membentuk kepercayaan masyarakat dan

untuk melaksanakan prinsip kehati–hatian dalam dunia perbankan, serta

diharapkan hanya bank–bank yang benar–benar sehat yang dapat beroperasi

dan berhubungan dengan masyarakat. Kesehatan suatu bank umum perlu

diketahui karena untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat

diperlukan bank yang sehat.

Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan Peraturan Bank

Indonesia penilaian kesehatan bank umum ditentukan dalam Surat Edaran

No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 menyatakan bahwa penilaian

tingkat kesehatan bank dinilai dengan analisis RGEC yang terdiri dari :

Risiko (Risk), Manajemen yang baik (Good Corporate Governance),

Rentabilitas (Earning) dan Permodalan (Capital). Penilaian tingkat

kesehatan bank melalui RGEC ini merupakan salah satu indikator

manajemen yang baik dalam mengelola perbankan dengan adanya

pencapaian tingkat peringkat kesehatan bank dengan peringkat komposit 1

dan peringkat komposit.


24

Gambar 3.1
Kerangka Berpikir
PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH
BALI

Laporan Keuangan

Metode RGEC

Risk Good Earning Capital


Profile Corporate
Governance

Transparansi
NPL ROA

Akuntabilitas CAR

Pertanggung
LDR NIM
Jawaban

Independensi

Kewajaran

Analisis Data Keuangan

Kesehatan Bank : Sangat Sehat/


Sehat/ Cukup Sehat/ Kurang
Sehat/Tidak Sehat
25

Sumber : Hasil Pemikiran Peneliti (2016)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Bank Pembangunan Daerah Bali yang

beralamat di jalan raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar Bali.

4.2 Obyek Penelitian

Obyek yang akan diteliti oleh penulis dalam penelitian ini adalah

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank menggunakan metode RGEC ( Risk

Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital ).Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang

ditujukan untuk menggambarkan fenomena–fenomena yang berlangsung

saat ini atau pada saat lampau. Penelitian ini akan dilakukan dengan

mengumpulkan data–data sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam

Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/ 24/ DPNP

tanggal 25 Oktober 2011.

4.3 Identifikasi Variabel

Dalam Usulan Penelitian ini menggunakan metode RGEC, diantaranya

yaitu :

1) Risk Profile yang terdiri dari : NPL dan LDR

2) Good Corporate Governance yang terdiri dari :Transpalansi

(Transparency), Akuntabilitas (Accountability), Pertanggung Jawaban


26

(Responsibility), Independensi (Independency), dan Kewajaran

(Fairness).

3) Earning yang terdiri dari : ROA dan NIM

4) Capital yang terdiri dari : CAR

4.4 Definisi Operasional Variabel

Penilaian kesehatan bank merupakan penilaian terhadap kemampuan

bank dalam menjalankan kegaiatan operasional perbankan secara normal

dan kemampuan bank dalam kewajibannya.Penilaian Tingkat Kesehatan

Bank sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan dari masyarakat

dan hanya bank–bank yang benar–benar sehat saja yang dapat melayani

masyarakat. Peraturan tentang penilaian kesehatan bank terdapat pada

Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/ 24/ DPNP

tanggal 25 Oktober 2011 yang menjadi indicator adalah RGEC yang terdiri

dari Risk Profile atau risiko (R), Good Corporate Governance (G),

Earnings (E) dan Capital (C) dan penilaiaan menggunakan skala 1 sampai

5 semakin kecil poin yang diterima itu menandakan kesehatan bank

semakin baik. RGEC sebagai indikator yang terdiri dari :

1) Risk profile

Penilaian terhadap resiko terbagi menjadi 8 bagian yaitu:

a) Risiko kredit

Rasio kredit dihitung dengan menggunakan rasio Non Performing

Loan :

Kredit Bermasalah
NPL= ×100 ...................................
Total Kredit

(1)
27

b) Risiko pasar

Rasio pasar dihitung dengan menggunakan rasio Interest Ratio

Risk:

RSA (Rate Sensitive Assets)


IRR= ×100 ................................
RSL( Rate Sensitive Liabilities)

. (2)

c) Risiko likuiditas

Rasio likuiditas dapat dihitung menggunaklan rasio-rasio sebagai

berikut:

(1) Loan to Deposit Ratio (LDR)

Total Kredit
LDR= × 100 ...................................
Dana Pihak Ketiga

(3)

(2) Loan to Asset Ratio (LAR)

Total Kredit
LAR= × 100 ............................................ (4)
Total Aseet

(3) Cash Ratio

Alat−alat Liquid yang Dikuasai


Cash Ratio= ×100 ......
Dana Pihak Ketiga

. (5)

2) Good Corporate Governance

BI mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 9/ 12

/DPNP Tanggal 30 Mei 2007, yang merupakan petunjuk pelaksanaan

dari PBI nomor 8/4/PBI/2006, yang telah diperbaharui dengan PBI No.

8/14/PBI/2006 tanggal 5 October 2006. BI – melalui SE tersebut –

menjelaskan lebih rinci kelima prinsip GCG tersebut, yaitu sebagai


28

berikut:

a) Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam

mengemukakan informasi yang material dan relevan serta

keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan. Prinsip

transparansi merupakan salah satu prinsip yang wajib dijalankan di

suatu perusahaan, prinsip ini merupakan salah satu prinsip yang ada

di dalam Good Corporate Governance (GCG). Untuk menjaga

obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang

mudah diakses dan dipahami untuk mengungkapkan tidak hanya

masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan,

tetapi juga hal yang penting untuk pengembalian keputusan oleh

pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.

(Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance 2006).

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance, (2006)

indikator dari transparansi (transparency) :

(1) Ketersediaan informasi yang jelas, tepat waktu, akurat, dan

mudah diakses.

(2) Semua informasi harus diungkapkan pada stakeholders.

(3) Prinsip keterbukaan harus sesuai perundang-undangan.

(4) Kebijakan harus tertulis.

b) Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan

pelaksanaan pertanggungjawaban dengan bank sehingga

pengelolaannya berjalan secara efektif. Pengelolaan perusahaan


29

harus didasarkan pada pembagian kekuasaan diantara manajer

perusahaan, yang bertanggungjawab pada pengoperasian setiap

harinya, dan pemegang sahamnya yang diwakili oleh dewan direksi.

Dewan direksi diharapkan untuk menetapkan kesalahan (oversight)

dan pengawasan. (Menurut Komite Nasional Kebijakan

Governance 2006).

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance, (2006)

indikator dari akuntabilitas (accountability) yaitu :

(1) Menetapkan rincin tugas dan tanggung jawab organ perusahaan.

(2) Meyakini bahwa semua organ mempunyai kemampuan sesuai

tugas.

(3) Sistem pengendalian internal yang efektif.

(4) Ukuran kinerja.

(5) Berpegangan pada etika bisnis dan pedoman perilaku.

c) Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan

Bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

prinsip-prinsip pengelolaan Bank yang sehat. Perusahaan harus

mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan

tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga

dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan

mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. (Menurut

Komite Nasional Kebijakan Governance 2006).


30

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance, (2006)

indikator dari pertanggungjawaban (responsibility) yaitu :

(1) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran

dasar, dan peraturan pemerintah.

(2) Pelaksanaan tanggung jawab sosial.

d) Independensi (independency) yaitu pengelolaan Bank secara

profesional tanpa pengaruh/ tekanan dari pihak manapun. Untuk

memperlancar pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance, perusahaan harus dikelola secara independen dengan

keseimbangan kekuatan. Dalam keseimbangan kekuatan tersebut,

tidak ada organ perusahaan yang mendominasi satu sama lain dan

tidak dapat diintervensi dari pihak lain. (Menurut Komite Nasional

Kebijakan Governance 2006).

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance,(2006)

indikator dari independensi (independency) yaitu :

(1) Organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi pihak

manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu.

(2) Organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugas sesuai

anggaran dasar dan peraturan perundangan.

e) Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam

memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam

melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku


31

kepentingan lainnya berdasarkan atas kewajaran dan kesetaraan.

(Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance 2006).

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance, (2006)

indikator dari kewajaran (fairness) yaitu :

(1) Memberi kesempatan bagi stakeholders untuk memberikan

masukan dan menyampaikan pendapat.

(2) Perusahaan memberikan perlakuan yang setara dan wajar

kepada stakeholder.

(3) Perusahaan memberi kesempatan yang sama dalam penerimaan

karyawan.

3) Earning

Penilaian terhadap earning dibagi menjadi 4 bagian yaitu :

a) Return on Assets (ROA)

Laba Sebelum Pajak


ROA= × 100 .............................................
Rata−rata total aset

(6)

b) Return On Equity (ROE)

Laba Setelah Pajak


ROE= × 100 .............................................
Rata−rata modal inti

(7)

c) Net Interest Margi (NIM)

Pendapatan Bunga Bersih


NIM = × 100 ..................................
Rata−rata aktiva produktif

. (8)

d) Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)


32

Beban Operasional
BOPO= × 100 ...................................
Pendapatan Operasional

(9)

4) Capital

Rasiokecukupanmodal :

Modal
CAR= ×100 .......................
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

(10)

4.5 Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data berangka yang diperoleh melalui suatu

pengukuran. Data kuantitatif mendasarkan pada hasil penelitian pada

perhitungan-perhitungan matematis yang kemudian memberikan

gambaran atas suatu penelitian. Data angka yang dihasilkan menjadi

acuan yang telah ditentukan sebelumnya. Cara- cara yang digunakan

bisa berupa tes, yang kemudian melalui berbagai proses uji vailiditas

(Ashly,2010). Dalam penelitian ini, data kuantitatif berupa jawaban

dari kuesioner.

2) Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau yang

berwujud pernyataan-pernyataan verbal, bukan dalam bentuk angka

(Ashly, 2010) Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam

teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen,


33

kuesioner, dll. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa sejarah

berdirinya perusahaan dan struktur organisasi.

4.5.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

dokumenter. Data dokumenter adalah data penelitian yang antara lain

berupa laporan keuangan. Berdasarkan sumber data penelitian ini

menggunakan sumber data sekunder. Data sekunder adalah sumber data

penelitian yang diperoleh peneliti seacara tidak langsung melalui media

perantara. (Indriantoro dan Supomo, 2013:147). Dalam penelitian ini

data sekunder diperoleh dari laporan keuangan PT Bank Pembangunan

Daerah Bali Periode 2015.

4.6 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi. Dokumentasi adalah mengumpulkan data sekunder dengan

cara melihat atau menyalin catatan kertas kerja yang dianggap berhubungan

dengan penelitian. (Indriantoro dan Supomo, 2013: 147).

4.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis laporan

keuangan dengan menggunakan pendekatan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,

Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank

berbasis risiko menggantikan penilaian CAMELS. Penilaian terhadap

faktor-faktor RGEC terdiri dari:

1) Profil Risiko (Risk Profile)


34

Penilaian terhadap risiko terbagi menjadi 8 bagian yaitu risiko

kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum,

risiko strategik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Dalam

penelitian ini mengukur faktor risk profile dengan menggunakan 2

indikator yaitu faktor risiko kredit dengan menggunakan rumus NPL

dan risiko likuiditas dengan rumus LDR, LAR, dan Cash Ratio.

a) Risiko Kredit

Dengan menghitung rasio Non Performing Loan :

Kredit Bermasalah
NPL= ×100 ...................................... (11)
Total Kredit

Tabel 4.1.
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Risiko Kredit
Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat <2%

2 Sehat 2%-3,5%

3 Cukup Sehat >3,5%-5%

4 Kurang Sehat >5%-8%

5 Tidak Sehat >8%

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia (2016)

b) Risiko Likuiditas

Dengan Menghitung rasio- rasio sebagai berikut :

Loan to Deposit Ratio (LDR)


35

Total Kredit
LDR= × 100 .....................................
Dana Pihak Ketiga

(12)

Tabel 4.2.
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Risiko Likuiditas
Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat 70%-<85%

2 Sehat 60%-<70%

3 Cukup Sehat 85%-<100%

4 Kurang Sehat 100%-<120%

5 Tidak Sehat ->120%-<60%

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia (2016)

2) Good Corporate Governance

Petunjuk teknis penilaian GCG selengkapnya tertuang dalam

Surat Edaran No.13/24/DPNP Perihal Penilaian Tingkat Kesehatan

Bank Umum yang diterbitkan pada tanggal 25 Oktober 2011. Tahap

penilaiannya adalah sebagai berikut:

a) Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas

manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-

prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-

prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia

mengenai Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dengan

memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank.

b) Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan analisis

atas: (i) pelaksanaan prinsip-prinsip GCG Bank sebagaimana

dimaksud pada angka 1); (ii) kecukupan tata kelola (governance)

atas struktur, proses, dan hasil penerapan GCG pada Bank; dan
36

(iii) informasi lain yang terkait dengan GCG Bank yang

didasarkan pada data dan informasi yang relevan.

c) Peringkat faktor GCG dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat

yaitu Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3, Peringkat 4, dan

Peringkat 5. Urutan peringkat faktor GCG yang lebih kecil

mencerminkan penerapan GCG yang lebih baik. Penetapan

peringkat faktor GCG dilakukan dengan berpedoman pada

Tabel4.3, seperti dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3.
Peringkat Good Corporate Governance
1 Mencerminkan manajemen Bank telah melakukan penerapan
Good Corporate Governance yang secara umum sangat baik.
Hal ini tercermin dari pemenuhan yang sangat memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Apabila terdapat
kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate
Governance, maka secara umum kelemahan tersebut tidak
signifikan dan dapat segera dilakukan perbaikan oleh
manajemen Bank.
2 Mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan
Good Corporate Governance yang secara umum baik. Hal ini
tercermin dari pemenuhan yang memadai atas prinsip-prinsip
Good Corporate Governance. Apabila terdapat kelemahan
dalam penerapam prinsip Good Corporate Governance, maka
secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan dan dapat
diselesaikan dengan tindakan normal oleh manajeme Bank.
3 Mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan
Good Corporate Governance yang secara umum cukup baik.
Hal ini tercermin dari pemenuhan yang cukup memadai atas
37

prinsip-prinsip Good Corporate Governance, maka secara


umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan memerlukan
perhatian yang cukup dari manajemen Bank.
4 Mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan
Good Corporate Governance yang secara umum kurang baik.
Hal ini tercermin dari pemenuhan yang kurang memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Terdapat
kelemahan dlaam penerapan prinsip Good Corporate
Governance, maka secara umum kelemahan tersebut signifikan
dan memerlukan perbaikan yang menyeluruh oleh manajemen
Bank.
5 Mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan
Good corporate Governance yang secara umum tidalk baik.
Hal ini tercermin dari pemenuhan yang tidak memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Kelemahan dalam
penerapan prinsip Good Corporate Governance, maka secara
umum kelemahan tersebut sangat signifikan dan sulit untuk
diperbaiki oleh manajemen Bank.
Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP tahun 2011

3) Earnings (Reantabilitas)

Penilaian terhadap faktor earnings didasarkan pada dua rasio yaitu:

a) Return on Assets (ROA)

Laba Sebelum Pajak


ROA= × 100 .......................................... (13)
Rata−rata total aset

Tabel 4.3.
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas (ROA)
Peringat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat Perolehan Laba sangat tinggi


(rasio ROA diatas 2%)

2 Sehat Perolehan laba tinggi (rasio ROA


berkisar antara 1,26% sampai
dengan 2%)

3 Cukup Sehat Perolehan laba cukup tinggi (rasio


ROA berkisar antara 0,51%
sampai dengan 1,25%)

4 Kurang Sehat Perolehan laba rendah atau


cenderung mengalami kerugian
(ROA mengarah negatif,
rasioberkisar 0% sampai dengan
38

0,5%)

5 Tidak Sehat Bank mengalami keugian yang


besar (ROA negatif, rasio
dibawah 0%)

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia (2016)

b) Net Interest Margin (NIM)

Pendapatan Bunga Bersih


NIM = × 100 ..................................... (14)
Rata−rata aktiva produktif

Tabel 4.4.
Matriks Kreiteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas (NIM)

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat Margin bunga sangat tinggi (rasio


diatas 5%)

2 Sehat Margin bunga bersih tinggi (rasio NIM


berkisar antara 2,01% sampai dengan
5%)

3 Cukup Sehat Margin bunga bersih cukup tinggi


(rasio NIM berkisar antara 1,5%
sampai dengan 2%)
39

4 Kurang Sehat Margin bunga bersih rendah mengarah


negatif (rasio NIM berkisar 0% sampai
dengan 1,49%)

5 Tidak Sehat Margin bunga bersih sangat rendah


atau negatif (rasio NIM dibawah 0%)

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia (2016)

5) Capital

Capital atau permodalan yaitu metode penilaian bank berdasarkan

permodalan yang dimiliki bank dengan menggunakan rasio Capital

Adequacy Ratio (CAR).

Modal
CAR= ×100 ....................... (15)
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

Tabel 4.5.
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Permodalan

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat > 12%

2 Sehat 9%≤CAR<12%

3 Cukup Sehat 8%≤CAR<9%

4 Kurang Sehat 6%<CAR<8%

5 Tidak Sehat CAR≤6%

Sumber : Kodifikasi Penilaian Kesehatan Bank Indonesia (2016)


Peringkat komposit dikategorikan sebagai berikut :

a) Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang secara umum

sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif

yang signifikan dari kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

b) Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang secara umum

sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang

signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.


40

c) Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang secara umum

cukup sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif

yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

d) Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang secara umum

kurang sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif

yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

e) Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang secara umum

tidak sehat sehingga dinilai sangat tidak mampu menghadapi pengaruh negatif

yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor internal lainnya.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

1) Deskripsi Data Umum

a) Sejarah PT. Bank Pembangunan Daerah Bali

Bank Pembangunan Daerah Bali (selanjutnya disebut Bank BPD

Bali) didirikan tanggal 5 Juni 1962 dengan Akta Notaris Ida Bagus Ketut
41

Rurus No. 131. Pada tanggal 12 Mei 2004, badan hukum BPD Bali yang

semula berbentuk Perusahaan Daerah (PD), berubah menjadi Perseroan

Terbatas (PT). Bank BPD Bali adalah satu-satunya bank milik Pemerintah

Daerah Bali yang diharapkan berperan aktif dalam menggerakkan

perekonomian daerah Bali terutama dalam menggerakkan sektor riil dan

meningkatkan usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) agar mampu

bertahan dan bersaing mengimbangi perubahan lingkungan yang begitu

dinamis. Selain mengemban misi sebagai penggerak perekonomian daerah,

Bank BPD Bali juga harus tetap menjalankan usaha secara sehat di tengah-

tengah persaingan industri perbankan, baik di tingkat regional, nasional,

maupun internasional. Pesaing yang dihadapi tidak hanya dari sesama bank

melainkan juga berbagai organisasi yang bergerak dalam jasa keuangan,

baik yang sifatnya formal maupun informal.

Perubahan lingkungan yang dinamis yang ditandai oleh

meningkatnya harapan dari berbagai pihak menuntut Bank BPD Bali untuk

semakin adaptif dan inovatif dalam mengelola seluruh sumber daya yang

dimiliki untuk mewujudkan visi dan misi organisasi. Karena itu agar bisa

fokus dalam pengelolaan organisasi dan hasilnya dapat dievaluasi secara

efektif dan terukur, perlu dirumuskan rencana bisnis strategis dalam kurun

waktu lima tahun ke depan. Kebutuhan akan adanya rencana bisnis strategis

ini makin mendesak di tengah situasi persaingan global yang dirasakan oleh

setiap entitas bisnis dalam semua sektor industri tidak terkecuali sektor

perbankan.
42

Dengan memperhatikan peluang dan tantangan yang dihadapi serta

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dan juga dalam rangka implementasi

blueprint Bank BPD Bali sebagai Regional Champion (BRC), maka

ditetapkan strategic goal beserta sasaran yang ingin dicapai dalam kurun

waktu lima tahun mendatang. Semuanya ini dituangkan dalam Corporate

Plan tahun 2012-2016 yang pelaksanaannya lebih lanjut akan dituangkan

dalam rencana bisnis bank tahunan. Dalam pelaksanaannya, rencana bisnis

bank tahunan memerlukan beberapa penyesuaian yang disebabkan oleh

perubahan lingkungan yang dihadapi.Corporate Plan yang dilengkapi

dengan rencana kerja operasional yang realistis disertai indikator kinerja

kunci akan menjadi panduan bagi setiap insan Bank BPD Bali untuk

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara efektif dan efisien dalam

mewujudkan visi dan misi organisasi.

b) Visi dan Misi PT. Bank Pembangunan Daerah Bali

(1) Visi

Kinerja Bank BPD Bali selama satu tahun terakhir sebagaimana

disajikan pada Bab Pendahuluan telah menunjukkan kondisi yang baik.

Pencapaian tersebut tentu saja merupakan output yang dihasilkan oleh

seluruh elemen organisasi dalam upaya mewujudkan visi dan misi yang

telah ditetapkan sebelumnya. Visi dan misi tersebut merupakan arah dan

panduan bagi segenap komponen organisasi dalam menggerakkan dan

menggunakan seluruh sumber daya organisasi menuju pencapaian

tujuan dan sasaran organisasi.


43

Namun demikian, sebagaimana umumnya lingkungan bisnis yang

selalu berubah, lingkungan bisnis yang dihadapi oleh Bank BPD Bali

juga terus berubah. Dinamika lingkungan, baik yang eksternal maupun

internal menuntut adanya beberapa penyesuaian bagi organisasi jika tidak

ingin berada dalam kondisi stagnan, tidak terkecuali penyesuaian

terhadap visi dan misi organisasi. Penyesuaian rumusan visi dan misi

bukanlah sesuatu yang tabu untuk dilakukanpenyesuaian agar mampu

membawa organisasi ke arah bisnis yang lebih fokus sehingga dapat

mempertajam keunggulan kompetitfinya sekaligus mampu menjadikan

organisasi terdepan dalam memberikan nilai bagi seluruh stakeholders

yang dimiliki.

Visi yang disepakati oleh jajaran operasional dan shareholder

Bank BPD Bali merupakan cita-cita tertinggi yang memberikan arah

dan menjadi energi bagi seluruh komponen organisasi dalam

melaksanakan masing-masing tugas dan fungsi operasional. Sampai akhir

tahun 2011, rumusan visi Bank BPD Bali adalah sebagai

berikut:“Menjadikan BPD Bali sebagai Bank yang sehatdan badan

usaha yang tangguh dan terpercaya dalam persaingan globalserta

mampu memenuhi harapan Stakeholder”

Rumusan visi seperti di atas, jika dianalisis menyiratkan bahwa

seluruh komponen operasional dan shareholders Bank BPD Bali

menginginkan Bank BPD Bali menjadi:

(a) Bank yang sehat.

(b) Bank yang tangguh.


44

(c) Bank yang terpercaya.

(d) Bank yang terpercaya.

(e) Menempati posisi terkuat dalam konteks persaingan industri

perbankan Global.

(f) Memuaskan harapanstakeholders yaitu pemerintah, nasabah,

pemegang saham, kreditor, dan karyawan.

Bila disimak secara mendalam, cita-cita tertinggi yang ingin

diwujudkan oleh shareholder dan jajaran operasional adalah

menjadikan Bank BPD Bali sebagai bank yang paling tangguh,

terpercaya dalam lingkup persaingan industri perbankan global, dan

mampu memberikan manfaat yang melebihi harapan para stakeholders.

Rumusan lingkup “persaingan global” menyatakan bahwa Bank

BPD Bali telah menetapkan diri dan memiliki komitmen untuk

memenangkan persaingan dalam industri perbankan dalam konteks

persaingan global. Dilihat dari persyaratan sebuah rumusan visi,

rumusan tersebut telah mendefinisikan lingkup persaingan Bank BPD

Bali dengan jelas. Namun demikian, dinilai dari dimensi target

market yang disasar, rumusan tersebut belum secara spesifik

menunjukkan target market yang ingin dilayani, misalnya apakah Bank

BPD Bali akan melayani pasar kredit produksi, pasar kredit untuk

korporasi, pasar kredit bagi UMKM konsumen/retail, ataukah akan

melayani pasar kredit konsumen/retail.

Hal kedua yang perlu dicermati dari rumusan visi di atas adalah

bagian kalimat yang menyatakan “sebagai bank yang sehat”.


45

Sebagaimana diketahui, pernyataan visi merupakan cita-cita yang ingin

diwujudkan melalui pencapaian sasaran dan tujuan organisasi. Ada

prasyarat atau kondisi tertentu yang harus dipenuhi agar visi tersebut

dapat diwujudkan. Dalam industri perbankan, prasyarat tersebut adalah

bank harus berada dalam kondisi yang sehat. Agar mampu mengelola

seluruh sumber daya yang dipercayakan oleh pemegang saham dalam

upaya memberikan yang terbaik kepada stakeholders, maka sebuah

bank harus berada dalam kondisi sehat. Karena itu, tingkat kesehatan

bank bukan merupakan tujuan atau bahkan visi organisasi melainkan

prasyarat mendasar bagi pengelolaan organisasi bank sehingga tidak

perlu lagi dicantumkan dalam pernyataan visi orgnanisasi.

(2) Reformulasi Visi

Berdasar analisis diatas maka dapat dirumuskan kembali visi

Bank BPD Bali sebagai berikut.“Menjadi Bank Terkemuka Dalam

Melayani UMKM UntukMendorong Pertumbuhan Perekonomian

Bali”

Rumusan visi tersebut secara spesifik menyatakan posisi yang

ingin diraih yaitu sebagai bank terkemuka. Terkemuka di sini

dimaksudkan selalu berada di depan dalam setiap aspek nilai yang

diharapkan stakeholders, yaitu terdepan dalam produk dan layanan

yang disampaikan kepada pelanggan, terdepan dalam memberikan

pengembalian asset bagi pemegang saham, terdepan dalam mencapai

pertumbuhan dan pembelajaran, serta terdepan dalam melaksanakan

proses bisnis internal.


46

Target market yang menjadi fokus layanan adalah Usaha

Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM) yang menjadi tumpuan harapan

bagi ketahanan perekonomian wilayah Bali khususnya dan Indonesia

umumnya. Tumbuh dan berkembangnya sektor UMKM ini secara

langsung atau tak langsung akan memberi dampak pada pertumbuhan

perekonomian daerah Bali sehingga pada akhirnya diharapkan akan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali secara keseluruhan.

Sebagai ukuran pencapaian ini maka pertumbuhan perekonomian Bali

sebagai indikator kinerja perekonomian ditetapkan berada di atas rata-

rata pertumbuhan perekonomian nasional. Cita-cita ini tidaklah

berlebihan mengingat Bali memiliki satu sektor penggerak

perekonomian unggulan yaitu sektor pariwisata beserta sub sektor

iringannya.

(3) Misi

Dalam upaya mewujudkan visi Bank BPD Bali maka

dicanangkan misi perusahaaan yang baru untuk menjabarkan alasan

rasional eksistensi organisasi dengan seluruh aktivitas yang

dilaksanakan. Misi yang dirumuskan merupakan refleksi tujuan

bersama para karyawan dan citra yang ingin dibangun dalam benak

masyarakat penerima dan pengguna layanan dan menjadi arah segala

upaya yang dilakukan organisasi, yaitu:“Meningkatkan Kinerja

Organisasi, Daya Saing, Program Kemitraan dan Kontribusi pada

Daerah serta Kepedulian Lingkungan”

c) Produk produk dan jasa pada PT. Bank BPD Bali


47

Beberapa produk simpanan dan pinjaman BPD Bali sebagai bentuk layanan

publik antara lain:

(1) Giro

Simpanan dana pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan

setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro dan sarana perintah

pembayaran lainnya sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

(2) Deposito Berjangka

Simpanan dana pihak ketiga yang penarikannya berdasarkan

jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Jangka waktu yang

ditawarkan berkisar antara 1, 3,6,12, dan 24 bulan serta dapat

diperpanjang secara otomatis sesuai konfirmasi awal. Keunggulan dapat

digunakan sebagai agunan kredit.

(3) Tabungan

Simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap

saat dengan memberikan banyak keuntungan bagi penabungnya.

Produk tabungan Bank BPD Bali telah dilengkapi dengan kartu ATM

yang dapat dipergunakan di mesin ATM Bank BPD Bali maupun

jaringan ATM Bersama. Jenis – jenis Tabungan di Bank BPD Bali

sebagai berikut :

(a) Simpanan Pembangunan Daerah (SIMPEDA)

Tabungan berbunga kompetitif yang memiliki kesempatan diundi 2

(dua) kali secara di regional setiap tahun.

(b) Simpanan Bali Dwipa (SIBAPA)


48

Tabungan berbunga kompetitif dengan undian sekali dalam

setahun. Keunikannya yakni mempersembahkan dana punia

(sumbangan sukarela) kepada desa Pakraman tempat pemenang

hadiah utama berdomisili.

(c) Tabungan Hari Tua Bali Dwipa (THT Bali Dwipa)

Tabungan berjangka waktu tertentu yang memberikan

perlindungan asuransi. Dirancang khusus untuk merencanakan

masa depan seperti persiapan pensiun, pendidikan anak, liburan

dan upacara. Keuntunganya : bunga yang lebih tinggi dari Simpeda

dan Sibapa, jangka waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan,

kebebasan menentukan jenis setoran dan perlindungan asuransi.

(d) Kredit

Ada berbagai jenis produk kredit untuk membantu

meningkatkan perekonomian rakyat diantaranya : Kredit Modal

Kerja (KMK/PRK murni), Kredit Investasi, Kredit Sindikasi,

Kredit Usaha Persiapan Pensiun, Kredit Multiguna dan Kredit

Program. Kredit Program terdiri dari :

i. KUPS ( Kredit Usaha Pembibitan Sapi)

ii. KFW – IEPC

iii. PUNDI

iv. KPKM ( Kredit Pengusaha Kecil & Mikro )

v. KKPE ( Kredit Ketahanan Pangan & Energi)

vi. UMKM ( Kredit Usaha Mikro, Kecil, Menengah & Koperasi )

vii. PPKN (Kredit Kepada Pencari Tenaga Kerja ke Luar Negeri )


49

viii. Kredit Dana Penguatan Modal Usaha Mikro & Kecil

ix. Kredit DPM – LUEP

Beberapa jasa BPD Bali sebagai bentuk layanan publik antara lain:

1) Transfer terdiri dari Tunai, Via ATM, Via SKNBI, RTGS, Via

Western Union.

2) Bank Garansi

Kesanggupan tertulis yang diberikan oleh Bank kepada

pihak penerima jaminan bahwa bank akan membayar

sejumlah uang kepadanya pada waktu tertentu jika pihak

terjamin tidak dapat memenuhi kewajibannya.

(a) Inkaso

(b) Surat Keterangan Bank

(c) Safe Deposit Box

(d) Sistem Pembayaran Gaji

(e) Payment point

(f) Pembayaran kewajiban pajak, SPP, PBB, PLN, PDAM,

Telkom, Telkomsel dan Indosat, pembelian voucher

Telkomsel dan Indosat.

Dari sekian produk dan jasa rupiah yang diuraikan diatas,

produk Tabungan Sibapa memiliki keunikan yaitu

mempersembahkan dana punia (sumbangan sukarela) kepada desa

Pakraman tempat pemenang hadiah utama berdomisili. Selain itu

juga prosedur transaksi yang dilakukan nasabah saat membuat

rekening sangat mudah yaitu saat nasabah ingin membuka nasabah


50

setoran hanya Rp. 100.000,00 , bunga Tabungan Sibapa yang

kompetitif dan layanan yang lebih mudah.

d) Struktur Organisasi PT. Bank BPD Bali Kantor Pusat


51

umber : Bank BPD Bali

5.2 Deskripsi Data Khusus


1) Ikhtisar Keuangan Bank Pembangunan Daerah Bali periode 2015
52

Ikhtisar keuangan pada Bank Pembangunan Daerah Bali terus

meningkat periode 2015 yang telah dilaporkan oleh pihak manajemen.

Data atau nilai-nilai keuangan dari Laporan Keuangan secara garis

besar digambarkan pada tabel dibawah ini, sedangkan laporan

keuangan Bank Pembangunan Daerah Bali Tahun 2015 secara rinci

terlampir.

Tabel 5.1
Ikhtisar Laporan Keuangan
53

Ikhtisar Keuangan (Rp miliar) 2015


Neraca
Total Aset 19.538
Giro & Penempatan Pada BI 1.310
Giro & Penempatan Bank Lain 1.150
Efek-efek dan Reverse Repo 1.980
Kredit yang Diberikan 14.447
Penyertaan 1
Simpanan dari Nasabah 14.728
Simpanan dari Bank Lain 1.367
Pinjaman Diterima 5
Total Kewajiban 16.418
Ekuitas 3.120
Laba Rugi
Pendapatan Bunga Bersih 1.219
Pendapatan Operasional Lainnya 47
Pendapatan Operrasional 1.266
Beban Operasioanal Lainnya 549
Penyisihan/(Pemulihan) CKPN Aset Keuangan, Non 74
Keuangan dan Transaksi Rekening Administrasi
Laba Operasional 643
Pendapatan Non Operasional – Bersih 2
Laba Sebelum Pajak 645
Beban Pajak Penghasilan 169
Laba Setelah Pajak Tahun Berjalan 476
Laba Komprehensif 442
Rasio Keuangan (%)
CAR (Risiko Rasio Kredit, Pasar dan Operasional) 24,44
Imbal Hasil Aset (ROA) 3,33
Imbal Hasil Ekuitas (ROE) 24,93
Margin Bunga Bersih (NIM) 6,85
Beban Operasional/ Pendapatan Operasional (BOPO) 69,67
Kredit/ Dana Pihak Ketiga (LDR) 97,32
Kredit Bermasalah/T. (NPL-Gross) 1,96
NPL-CKPN/T. Kredit (NPL-Netto) 1,33
Sumber : Laporan Keuangan Bank Pembangunan Daerah Bali (2015)

2) Penilaian Kesehatan Bank

Penilaian kesehatan bank merupakan penilaian terhadap

kemampuan bank dalam menjalankan kegiatan operasional perbankan

secara normal dan kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya.

Penilaian kesehatan bank sangat penting untuk mempertahankan


54

kepercayaan dari masyarakat dan hanya bank–bank yang benar–benar

sehat saja yang dapat melayani masyarakat. Penilaian kesehatan bank

dilakukan dengan menilai beberapa faktor yang indikator sehat atau

tidaknya suatu bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.

13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/ 24/ DPNP tanggal 25 Oktober 2011

tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum..

5.2 Risiko (Risk)

Rasio keuangan yang digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank

ditinjau dari aspek risk profile masing-masing dibahas dalam perhitungan

sebagai berikut :

1) Risiko Kredit

Pada penelitian ini untuk mengetahui risiko kredit dihitung

menggunakan rasio NPL (Non Performing Loan).Rasio keuanganini

menerangkan bahwa NPL (Non Performing Loan) diperoleh dari kredit

bermasalah yaitu kredit kepada pihak ketiga bukan bank yang tergolong

kurang lancar, diragukan dan macet dibagi dengan total kredit kepada

pihak ketiga bukan bank. Dengan demikian maka perhitungan rasio NPL

(Non Performing Loan):

Kredit Bermasalah
NPL= ×100 ............................ (16)
Total Kredit

Perhitungan Tahun 2015

kurang lancar +diragukan+macet


NPL= ×100
Total Kredit

17.830+34.199+ 228.384
¿ × 100
14.447 .301

¿ 1, 94
55

Tabel 5.2
Bobot PK Komponen NPL (Non Performing Loan)
Periode NPL Peringkat Keterangan
2015 1,94% 1 Sangat Sehat
Sumber : Data Diolah(2016)

2) Risiko Likuiditas

a) LDR (Loan to Deposit Ratio)

Rasio keuangan ini menerangkan bahwa LDR digunakan untuk

menilai likuiditas suatu bank dengan cara membandingkan antara

jumlah kredit yang diberikan oleh bank dan dana pihak ketiga,

termasuk pinjaman yang diterima, tidak termasuk pinjaman sub

ordinari. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank

lain. Dana pihak ketiga adalah giro, tabungan,simpanan berkala, dan

sertifikat deposito. Dengan demikian maka perhitungan rasio LDR

sebagai berikut :

Total Kredit
LDR= × 100 .......................................
Dana pihak ketiga

(17)

Perhitungan Tahun 2015

Total Kredit
LDR= × 100
Giro+tabunagn +deposito berjangka

14.447 .301.321
¿ ×100
2.947 .119 .492+6.061 .528 .307+5.716 .778.132

¿ 98,11

Tabel 5.3
Bobot PK Komponen LDR (Loan Deposit Ratio)
Periode LDR Peringkat Keterangan
2015 98,11% 3 Cukup Sehat
Sumber : Data Diolah(2016)
56

Tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek risk profilepada Bank

Pembangunan Daerah Bali pada Tahun 2015 cukup sehat walaupun

terdapat kelemahan yang tidak terlalu signifikan. Hal ini

mencerminkan bahwa bank mengalami peningkatan dalam

menjalankan perannya dalam menghadapi 8 risk profile yang

dijelaskan sebagai berikut :

(1) Risiko Kredit

Bank Pembangunan Daerah Bali mampu menghadapi risiko

kredit dengan cara mengatasi risiko akibat kegagalan debitur

dan pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Risiko

kredit pada umumnya terdapat pada seluruh aktivitas bank yang

kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty),

penerbit (issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower).

(2) Risiko Pasar

Dalam menghadapi risiko pasar, Bank Pembangunan

Daerah Bali mampu menempatkan risiko pada posisi neraca dan

rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat

perubahan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan haga

option secara baik.

(3) Risiko Likuiditas

Dalam menghadapi risiko likuiditas, Bank Pembangunan

Daerah Bali sedikit kurang mampu untuk memenuhi kewajiban

yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan dari aset

likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa


57

mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank, tetapi hal ini

tidak signifikan mempengaruhi lebih lanjut.

(4) Risiko Operasional

Dalam menghadapi risiko operasional, Bank

Pembangunan Daerah Bali mampu dalam menangani risiko

akibat ketidakcukupan dan tidak berfungsinya proses internal

kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan adanya kejadian

eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Sumber risiko

operasional ini dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya

manusia, proses, sitem, dan juga kejadian eksternal yang

mungkin dialami oleh bank dalam menjalankan kegiatan

usahanya.

(5) Risiko Hukum

Dalam menghadapi risiko hukum, Bank Pembangunan

Daerah Bali mampu mengatasi risiko yang timbul akibat

tuntutan hukum dan kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga

dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-

undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti

tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak

memadai.

(6) Risiko Strategik

Dalam menghadapi risiko strategik,Bank Pembangunan

Daerah Bali mampu mengatasi ketidaktepatan dalam mengambil

keputusan atau pelaksanaan suatu keputusan strategik serta


58

kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis

karena bank memiliki 9 Perilaku Budaya Perusahaan dalam

menjalankan tugasnya melayani nasabah serta mencapai tujuan

perusahaan.

(7) Risiko Kepatuhan

Dalam menghadapi risiko kepatuhan, Bank Pembangunan

Daerah Bali mampu mengatasi risiko yang timbul akibat bank

tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan

perundangundangan dan ketentuan yang berlaku.

(8) Risiko Reputasi

Dalam menghadapi risiko reputasi, Bank Pembangunan

Daerah Bali mampu tetap menjaga tingkat kepercayaan

stakeholder terhadap bank dari persepsi negatif yang mampu

menjatuhkan reputasi bank.

5.3 Good Corporate Governance

Pelaksanaan GCG Bank tersebut tercermin melalui 11 (sebelas) faktor

penilaian yaitu :

1) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan

pengurusan, jalannya pengurusan baik mengenai perseroan maupun

usaha perseroan, memberikan saran kepada Direksi serta melakukan

tugas dan tanggung jawab lainnya sebagaimana ditetapkan dalam

Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Dewan Komisaris juga telah memiliki Pedoman dan Tata Tertib
59

Kerja sesuai dengan Keputusan Dewan Komisaris Nomor 001/KEP/

DK/BPD/2014 tanggal 10 Juni 2014.

Pengawasan Dewan Komisaris bersifat mengikat bagi setiap

anggota Dewan Komisaris. Selama tahun 2015 Dewan Komisaris

melaksanakan kegiatan pengawasan RBB Tahun 2015 dalam rangka

pencapaian realisasi RBB. Dewan Komisaris telah memberikan saran

ataupun masukan baik melalui surat maupun melalui rapat koordinasi

dengan Direksi beserta jajarannya agar:

a) Manajemen meningkatkan kinerja kuantitatif maupun kualitatif

secara efektif dan efisien, sehingga target RBB Tahun 2015 dapat

direalisasi seluruhnya.

b) Me-review kembali ketentuan perkreditan, meningkatkan frekuensi

pemantauan dan pengendalian kredit secara terus menerus terhadap

penyaluran kredit produktif yang relatif besar untuk mengantisipasi

terjadinya potensi risiko kredit (default risk).

c) Melakukan upaya penyelesaian terhadap kredit bermasalah (kredit

macet) dua debitur korporasi secara tuntas sesuai target waktu yang

telah dijadwalkan, mengingat terjadi peningkatan Non Performing

Loan (NPL) dan meningkatnya Biaya Cadangan Kerugian

Penurunan Nilai (CKPN) kredit yang berdampak pada menurunnya

kinerja rentabilitas Bank.

d) Melakukan upaya penghimpunan dana yang relatif murah, karena

struktur pendanaan didominasi dana deposito yang relatif mahal,

tercermin dari realisasi RBB sampai dengan Triwulan III Tahun


60

2015, komposisi dana Current Account Saving Account (CASA)

sebesar Rp 9.951 miliar atau 58,52%, sedangkan dana deposito Rp

7.054 miliar atau 41,48%, dan kondisi ini lebih buruk dari risk

appetite Bank yang ditetapkan dalam Rencana Bisnis Triwulan III

Tahun 2015 yaitu dana CASA 64,01%, dana deposito 35,99%.

e) Mengantisipasi pencairan SP2D terhadap dana giro Pemerintah

Daerah (Pemda) menjelang akhir Tahun 2015, perlu dilakukan

mitigasi risiko likuiditas melalui langkahlangkah konkrit seperti

peningkatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) diluar Pemda

secara bertahap untuk menghindari ketergantungan yang cukup

besar terhadap dana giro Pemda dan mengelola secara baik maturity

profile agar tidak terjadi maturity miss match yang terlalu besar

menjelang akhir tahun anggaran.

f) Melakukan evaluasi dan pengkajian ulang (stress testing) berbagai

skenario melalui sistem informasi terintegrasi terhadap penetapan

risk appetite, risk tolerance yang diterjemahkan dalam strategi,

kebijakan, prosedur dan penetapan limit atas saldo rekening Giro

Wajib Minimum (GWM) Bank Indonesia (BI) dan Saldo Kas

(Rp+Va) serta GWM Sekunder maupun GWM Primer yang lebih

ideal baik secara harian, mingguan maupun bulanan sehingga

diharapkan dapat mengoptimalkan seluruh dana kearah produktif

dengan tetap menjaga risiko likuiditas dan Loan to Deposit Ratio

(LDR) Bank pada tingkat 78% - 92% sesuai Peraturan Bank

Indonesia tentang GWM.


61

Dalam rangka pengawasan aktif, Dewan Komisaris melalui Komite

Remunerasi dan Nominasi telah melakukan kegiatan sebagai berikut:

Berkaitan dengan kebijakan Nominasi sesuai dengan PBI

8/14/PBI/2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG Pasal 6 dan Pasal 45 berkaitan

dengan Dewan Komisaris yaitu, usulan penggantian dan/atau

pengangkatan anggota Dewan Komisaris kepada Rapat Umum Pemegang

Saham harus memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan

Nominasi. Komite Remunerasi dan Nominasi telah melakukan

kajian/evaluasi tentang sistem dan prosedur (sisdur) Calon Anggota

Dewan Komisaris berkenaan dengan berakhirnya masa jabatan Anggota

Dewan Komisaris PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode Tahun

2011- 2015 dan telah membuat Rekomendasi kepada Dewan Komisaris

dengan surat Nomor 0001/Kom/DK/BPD/2015/ Rahasia tanggal 26

Januari 2015 kepada Dewan Komisaris perihal Rekomendasi Komite

Remunerasi dan Nominasi berkenaan dengan berakhirnya masa jabatan

Anggota Dewan Komisaris PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode

Tahun 2011-2015, untuk disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang

Saham. Berdasarkan Rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi

maka Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa dengan Akta Nomor 70

tanggal 28 Januari 2015 telah menetapkan kembali perpanjangan jabatan

Dewan Komisaris Periode 05-05-2015 sampai dengan tanggal 05- 05-

2019.
62

Komite Remunerasi dan Nominasi telah melakukan evaluasi

kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi untuk

disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham. Berkaitan dengan

remunerasi pengurus, Komite Remunerasi dan Nominasi telah

menyampaikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris dengan surat

Nomor 004/Kom/BPD/2015 tanggal 5 Maret 2015, perihal Rekomendasi

Remunerasi Pengurus PT Bank Pembangunan Daerah Bali untuk

disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

Berkenaan dengan Rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi

tersebut, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dengan Akta Nomor 24

tanggal 11 Maret 2015 menyetujui Remunerasi Pengurus Bank PT Bank

Pembangunan Daerah Bali.

Komite Remunerasi dan Nominasi telah mengevaluasi pelaksanaan

kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif dan pegawai untuk

disampaikan kepada Direksi melalui surat-surat Dewan Komisaris sebagai

berikut:

(1) Surat Dewan Komisaris Nomor 035/DK/BPD/2015 tanggal 30 Januari

2015 kepada Direksi perihal Rekomendasi Peningkatan Gaji Karyawan

Tidak Tetap, Peningkatan Tunjangan Risiko dan Peningkatan Uang

Makan dan Minum Karyawan.

(2) Surat Dewan Komisaris Nomor 058/DK/BPD/2015 tanggal 26

Pebruari 2015 kepada Direksi perihal Pemberian Tunjangan Hari Raya

Keagamaan kepada Pengurus, Karyawan, dan Anggota Komite Dewan

Komisaris Bank BPD Bali.


63

(3) Surat Dewan Komisaris Nomor 156/DK/BPD/2015 tanggal 13 Agustus

2015 kepada Direksi perihal Persetujuan Perubahan Fasilitas

Karyawan PT Bank Pembangunan Daerah Bali.

(4) Surat Dewan Komisaris Nomor 157/DK/BPD/2015 tanggal 13 Agustus

2015 kepada Direksi perihal Fasilitas Kesehatan Pengurus dan

Karyawan PT Bank Pembangunan Daerah Bali.

(5) Surat Dewan Komisaris Nomor 196/DK/BPD/2015 tanggal 28 Oktober

2015 kepada Direksi perihal Persetujuan Pemberian Uang Pakaian

Dinas Karyawan Tahun 2016.

(6) Surat Dewan Komisaris Nomor 245/DK/BPD/2015 tanggal 29

Desember 2015 kepada Direksi perihal Persetujuan BPP SDM dan

Remunerasi Karyawan.

Penerapan Sistem Pengendalian Intern secara efektif akan

membantu Bank dalam menjaga aset, menjamin tersedianya informasi dan

laporan yang akurat, meningkatkan kepatuhan Bank terhadap ketentuan

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mengurangi risiko

terjadinya kerugian, penyimpangan dan pelanggaran terhadap prinsip

kehatihatian. Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern diantaranya

mencakup Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan, Pelaksanaan Fungsi Audit

Internal, Pelaksanaan Fungsi Audit Eksternal, Program APU dan PPT,

Penerapan Strategi Anti Fraud dan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil

Audit.

2) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi


64

Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi bertanggung jawab kepada

RUPS. Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan

perwujudan akuntabilitas pengelolaan perusahaan dalam rangka

pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Kinerja Direksi dievaluasi oleh Dewan

Komisaris baik secara individual maupun kolektif berdasarkan unsur-

unsur penilaian kinerja dari hasil realisasi RBB. Pelaksanaan penilaian

dilakukan pada tiap akhir periode tutup buku.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pengelolaan Bank

sehari-harinya, Direksi berpedoman pada Pedoman dan Tata Tertib Kerja

Direksi sebagaimana Keputusan Direksi Nomor

0228/KEP/DIR/SEKPER/2014 tanggal 19 Maret 2014 tentang Pedoman

dan Tata Tertib Kerja Direksi PT Bank Pembangunan Daerah Bali.

Tugas dan tanggung jawab Direksi berlandaskan asas

keseimbangan dan kebersamaan dengan tanggung jawab sesuai peraturan

perundang-undangan dan ketentuan lainnya yang berlaku. Kedudukan

Direksi menganut sistem perwakilan kolegial sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Adapun dalam melaksanakan

tugasnya, Direksi berpedoman kepada pembagian tugas dan tanggung

jawab sebagai berikut:

a) Direktur Utama

(1) Direktur Utama mempunyai tugas dan tanggung-jawab sesuai

peraturan perundang-undangan, termasuk regulasi yang

dikeluarkan oleh otoritas di bidang perbankan dan Anggaran Dasar

Bank;
65

(2) Tugas dan tanggung jawab Direktur Utama sebagaimana dimaksud

pada angka 1), mencakup:

(a) Mengkoordinasikan tugas dan tanggung jawab anggota Direksi

dalam pengurusan Bank;

(b) Memimpin rapat-rapat Direksi;

(c)Melakukan supervisi secara langsung pelaksanaan tugastugas

pada Divisi Perencanaan Strategis, Divisi Sumber Daya

Manusia, dan Satuan Kerja Audit Intern danAnti Fraud serta

memantau kinerja seluruh kantor cabang beserta kantor-kantor

di bawahnya; dan

(d)Menandatangani surat-surat, warkat-warkat dan dokumen

lainnya yang bersifat prinsip mempengaruhi kegiatan Bank

sesuai wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-

undangan, termasuk regulasi yang dikeluarkan oleh otoritas di

bidang perbankan dan Anggaran Dasar Bank dan yang

berhubungan dengan pelaksanaan tugastugas pada satuan

kerja/divisi di bawah supervisinya.

(3) Dalam hal Direktur lain berhalangan, Direktur Utama dapat

menggantikan tugas dan tanggung jawab Direktur tersebut sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab Direktur yang digantikannya,

kecuali Direktur Kepatuhan;

(4) Dalam hal Direktur Utama berhalangan, Direktur lain dapat

menggantikan Direktur Utama dengan tugas dan tanggung jawab

sebagaimana dimaksud pada poin 1) dan 2)


66

b) Direktur Operasional

Direktur Operasional mempunyai tugas dan tanggung jawab atas

pengurusan Bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan

termasuk regulasi yang dikeluarkan oleh otoritas dibidang perbankan

dan Anggaran Dasar Bank dalam mengkoordinasikan pelaksanaan

tugas pengelolaan bisnis dan/atau non-bisnis di bidang administrasi

umum, sekretaris perusahaan, dan operasional akuntansi dan keuangan

(OAK);

Tugas dan tanggung jawab Direktur Operasional sebagaimana

dimaksud pada angka 1), mencakup:

(1) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan tugas pada Divisi

Administrasi Umum, Divisi Sekretaris Perusahaan, dan Divisi

Operasional Akuntansi dan Keuangan;

(2) Menandatangani surat-surat, warkat-warkat dan dokumen lainnya

yang bersifat prinsip mempengaruhi kegiatan Bank sesuai tugas

dan tanggung jawab yang diberikan oleh peraturan perundang-

undangan, termasuk regulasi yang dikeluarkan oleh otoritas di

bidang perbankan dan Anggaran Dasar Bank dan yang

berhubungan dengan pelaksanaan tugas pada Divisi-divisi di bawah

supervisinya;

(3) Melakukan tugas tambahan, yaitu memantau kinerja seluruh kantor

cabang beserta kantor-kantor di bawahnya sesuai dengan tugas dan

tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada poin 2a; dan


67

(4) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur

Utama, dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan tugas tersebut.

(5) Dalam hal Direktur lain berhalangan, Direktur Operasional dapat

menggantikan tugas dan tanggung jawab Direktur tersebut sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab Direktur yang digantikannya;

(6) Dalam hal Direktur Operasional berhalangan, Direktur lainnya

dapat menggantikan Direktur Operasional dengan tugas dan

tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada poin 1) dan poin 2).

c) Direktur Bisnis Non Kredit

(1) Direktur Bisnis Non Kredit mempunyai tugas dan tanggung jawab

atas pengurusan Bank sesuai dengan peraturan perundang-

undangan termasuk regulasi yang dikeluarkan oleh otoritas

dibidang perbankan dan Anggaran Dasar Bank dalam

mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pengelolaan bisnis dibidang

dana dan jasa, pengelolaan operasional treasury, dan teknologi dan

sistem informasi;

(2)Tugas dan tanggung jawab Direktur Bisnis Non Kredit sebagaimana

dimaksud pada angka 1), mencakup:

(a) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan tugas pada Divisi

Dana dan Jasa, Divisi Treasury dan Divisi Teknologi

Informasi;

(b)Menandatangani surat-surat, warkat-warkat dan dokumen

lainnya yang bersifat prinsip mempengaruhi kegiatan Bank

sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh


68

peraturan perundang-undangan, termasuk regulasi yang

dikeluarkan oleh otoritas di bidang perbankan dan Anggaran

Dasar Bank dan yang berhubungan dengan pelaksanaan

tugas-tugas pada Divisi-divisi di bawah supervisinya;

(c) Melakukan tugas tambahan, yaitu memantau kinerja seluruh

kantor cabang beserta kantor-kantor di bawahnya sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud

pada poin 2a; dan

(d) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur

Utama dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan tugas

tersebut.

(3) Dalam hal Direktur lain berhalangan, Direktur Bisnis Non Kredit

dapat menggantikan tugas dan tanggung jawab Direktur tersebut

sesuai dengan tugas dan tanggung jawab Direktur yang

digantikannya;

(4) Dalam hal Direktur Bisnis Non Kredit berhalangan, Direktur lain

dapat menggantikan Direktur Bisnis Non Kredit dengan tugas dan

tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada poin 1) dan 2).

d) Direktur Kredit

(1) Direktur Kredit mempunyai tugas dan tanggung jawab penuh atas

pengurusan Bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan

termasuk regulasi yang dikeluarkan oleh otoritas di bidang

perbankan dan Anggaran Dasar Bank dalam mengkoordinasikan

pelaksanaan tugas pengelolaan bisnis pada bidang perkreditan;


69

(2) Tugas dan tanggung jawab Direktur Kredit sebagaimana dimaksud

pada angka 1), mencakup:

(a) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan tugas pada Divisi

Kredit;

(b) Menandatangani surat-surat, warkat-warkat dan dokumen

lainnya yang bersifat prinsip mempengaruhi kegiatan Bank

sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh

peraturan perundang-undangan, termasuk regulasi yang

dikeluarkan oleh otoritas di bidang perbankan dan Anggaran

Dasar Bank dan yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas-

tugas pada Divisi di bawah supervisinya;

(c) Melakukan tugas tambahan, yaitu memantau kinerja seluruh

kantor cabang beserta kantor-kantor di bawahnya sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud

pada poin 2a; dan

(d) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur

Utama dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan tugas

tersebut.

(3) Dalam hal Direktur lain berhalangan, Direktur Kredit dapat

menggantikan tugas dan tanggung jawab Direktur tersebut sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab Direktur yang digantikannya;

(4) Dalam hal Direktur Kredit berhalangan, Direktur lainnya dapat

menggantikan Direktur Kredit dengan tugas dan tanggung jawab

sebagaimana dimaksud pada poin 1) dan 2).


70

e) Direktur Kepatuhan

(1) Direktur Kepatuhan mempunyai tugas dan tanggung jawab atas

pengurusan Bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan

termasuk regulasi yang dikeluarkan oleh otoritas dibidang

perbankan dan Anggaran Dasar Bank dalam mengkoordinasikan

pelaksanaan tugas dibidang kepatuhan dan penerapan manajemen

risiko;

(2) Tugas dan tanggung jawab Direktur Kepatuhan sebagaimana

dimaksud pada angka 1), mencakup:

(a) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan tugas-tugas pada

Divisi Kepatuhan dan Divisi Manajemen Risiko;

(b)Menandatangani surat-surat, warkat-warkat dan dokumen

lainnya yang bersifat prinsip mempengaruhi kegiatan Bank

sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh

peraturan perundang-undangan, termasuk regulasi yang

dikeluarkan oleh otoritas di bidang perbankan dan Anggaran

Dasar Bank dan yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas-

tugas pada Divisi di bawah koordinasinya;

(c) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur

Utama dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan tugas

tersebut.

(3) Dalam hal Direktur lain berhalangan, Direktur Kepatuhan dilarang

menggantikan tugas dan tanggung jawab Direktur lain dimaksud;


71

(4) Dalam hal Direktur Kepatuhan tidak dapat menjalankan tugas

jabatannya selama lebih dari 7 (hari) hari kerja berturut-turut maka

pelaksanaan tugas yang bersangkutan beralih kepada Direktur lain

dengan urutan sebagai berikut: Direktur Bisnis Non Kredit,

Direktur Kredit dan Direktur Operasional.

(5)Direktur lain sebagaimana dimaksud pada poin 4) wajib melepaskan

tugas dan tanggung-jawabnya;

(6) Dalam hal Direktur Kepatuhan berhalangan tetap, Direktur lain

dapat menggantikan Direktur Kepatuhan dengan tugas dan

tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada poin 5a dan 5b

sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

3) Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite

a) Komite dibawah Dewan Komisaris

Dalam menjalankan tugasnya Dewan Komisaris dibantu komite-

komite yang dibentuk sesuai kebutuhan Bank dan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dewan Komisaris Bank telah

membentuk 3 (tiga) komite yaitu Komite Audit, Komite Pemantau

Risiko dan Komite Remunerasi dan Nominasi.

Komite Audit berjumlah tiga orang yang terdiri dari seorang

Komisaris Independen sebagai Ketua merangkap anggota, seorang Pihak

Independen yang memiliki keahlian dibidang keuangan atau akuntansi

sebagai anggota dan seorang Pihak Independen yang memiliki keahlian

dibidang hukum atau perbankan sebagai anggota.

b) Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit


72

Komite Audit mempunyai tugas membantu Dewan Komisaris dalam hal:

(1) Melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan

pelaksanaan serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit, dalam

rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk proses

pelaporan keuangan.

(2) Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Komite Audit paling

kurang melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap :

(a) Pelaksanaan tugas SKAI danAnti Fraud.

(b) Kesesuaian pelaksanaan audit oleh Kantor Akuntan Publik

dengan SPFAIB (Standar Pelaksanaan Fungsi AuditIntern

Bank).

(c) Kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang

berlaku.

(d) Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan SKAI

danAnti Fraud. Akuntan Publik, dan hasil pengawasan Bank

Indonesia, guna memberikan rekomendasi kepada Dewan

Komisaris.

(3) Wajib memberikan rekomendasi mengenai penunjukkan Akuntan

Publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP) kepada Dewan Komisaris

setiap tahun.

(4) Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada Dewan Komisaris setiap

triwulan.
73

(5) Menindaklanjuti setiap surat yang diterima terkait dengan bidang

tugasnya baik dari internal maupun eksternal Bank dan melaporkan

hasilnya kepada Dewan Komisaris.

(6) Melaksanakan tugas lainnya yang ditugaskan Dewan Komisaris yang

berhubungan dengan ruang lingkup tugas Komite Audit.

4) Penanganan Benturan Kepentingan

PT Bank Pembangunan Daerah Bali telah memiliki kebijakan, sistem

dan prosedur penyelesaian mengenai benturan kepentingan yang mengikat

setiap pengurus dan pegawai yang dimuat dalam Surat Keputusan Direksi PT

Bank Pembangunan Daerah Bali Nomor 0045.102.10.2008.2 tentang

Penanganan Benturan Kepentingan. Kebijakan benturan kepentingan

mengatur antara lain, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat

Eksekutif dan Karyawan PT Bank Pembangunan Daerah Bali dilarang

mengambil tindakan yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan

Bank dan setiap keputusan transaksi yang mengandung benturan

kepentingan wajib diungkapkan dalam notulen rapat.

Penyusunan kebijakan tersebut mengacu pada ketentuan Bank

Indonesia yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006

tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006

tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum,dan Surat Edaran Bank


74

Indonesia Nomor 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 tentang Pelaksanaan

Good Corporate Governance bagi Bank Umum.

Penanganan benturan kepentingan juga diatur dalam pedoman kerja

pada Divisi Administrasi Umum (Keputusan Direksi Nomor

0008.102.110.2012.2 tanggal 19 Januari 2012 tentang BPP Pengadaan

Barang / Jasa), Divisi Kredit (Keputusan Direksi Nomor

0574/KEP/DIR/KRD/2014 tanggal 19 September 2014 tentang Perubahan

atas Keputusan Direksi Nomor 0230/ KEP/DIR/KRD/2014 tentang Buku

Standar Operasional Prosedur (SOP) Perkreditan Buku I) dan pada Divisi

SumberDaya Manusia(Keputusan Direksi Nomor 0349/KEP/DIR/SDM/2014

tanggal 23 Mei 2014 tentang SOP Disiplin Karyawan).

Bank juga telah memiliki kode etik yang ditetapkan berdasarkan

Keputusan Direksi Nomor 0373/KEP/DIR/KPN/2014 tanggal 05 Juni 2014

tentang Kode Etik PT Bank Pembangunan Daerah Bali yang mangatur dan

mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis,menyimpang dari norma yang

berlaku, dan menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam rangka

meningkatkan kinerja sesuai dengan nilai-nilai dalam budaya kerja PT Bank

Pembangunan Daerah Bali. Selama tahun 2015 tidak terdapat transaksi yang

mengandung benturan kepentingan sehingga tidak ada kerugian atau hal

yang mengurangi keuntungan Bank.

5) Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank

Kepatuhan terhadap seluruh peraturan perundang-undangan yang

berlaku menjadi bagian terpenting dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan.

Memastikan seluruh kegiatan usaha Bank tunduk atau patuh pada peraturan
75

dalam pencapaian kinerja usaha Bank yang bersih dan menguntungkan.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 tanggal 12

Januari 2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum, Direktur

Kepatuhan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan tugas secara periodik

per semester kepada Bank Indonesia / Otoritas Jasa Keuangan.

Selama tahun 2015, Direktur Kepatuhan telah melaksanakan fungsi

kepatuhan yang termuat di dalam laporan pelaksanaan tugas dan tanggung

jawab Direktur Kepatuhan yang mencakup:

a) Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kepatuhan:

(1) Laporan Pengujian Rancangan Kepatuhan dan Hukum.

(2) Laporan Pengujian Rancangan Keputusan Pengendalian Risiko dan

Sistem & Prosedur.

(3) Laporan Pengujian Rancangan Keputusan Pemberian Kredit / Bank

Garansi.

(4) Laporan Pengujian Rancangan Keputusan Penyelesaian Kredit

Bermasalah.

(5) Laporan Pengujian Rancangan Keputusan Penempatan Dana /

Transaksi Surat Berharga.

(6) Laporan Pemantauan Kepatuhan Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian

Bank.

(7) Laporan Pelaksanaan Penerapan Program APU dan PPT.

(8) Laporan Pemantauan Pelaksanaan Perjanjian dan Komitmen dengan

BI, Pihak Ekstern, dan Pihak Intern.

(9) Laporan Pemantauan Kepatuhan Pelaporan ke Bank Indonesia.


76

(10) Laporan Pengujian Rancangan Keputusan dengan Dissenting

Opinion dari Direktur Kepatuhan.

(11) Laporan Pelaksanaan Fungsi Sosialisasi Ketentuan Bank Indonesia,

Buku Pedoman Perusahaan dan Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan.

b) Risiko Kepatuhan yang dihadapi.

c) Potensi Risiko Kepatuhan yang diperkirakan akan dihadapi kedepan.

d) Mitigasi risiko kepatuhan yang telah dilaksanakan.

e) Cakupan pengelolaan kepatuhan meliputi peraturan internal dan

eksternal. Peraturan Internal meliputi kebijakan, prosedur internal dan

penerapannya pada aktivitas operasional Bank. Peraturan eksternal

mencakup seluruh peraturan perundangundangan yang berlaku dan

ditetapkan oleh Bank Indonesia / Otoritas Jasa Keuangan. Kebijakan

pengelolaan kepatuhan meliputi:

(1) Menyusun Buku Pedoman Perusahaan Kepatuhan dan melakukan

pengkinian secara berkala.

(2) Melakukan uji kepatuhan terhadap rancangan kebijakan dan

keputusan strategis.

(3) Memantau kebijakan dan prosedur internal sesuai dengan perubahan

peraturan eksternal.

(4) Memantau pelaksanaan prinsip kehati-hatian.

(5) Memantau pemenuhan komitmen Bank terhadap Bank Indonesia.

(6) Menganalisis, menyusun dan melaporkan hasil pemantauan

kepatuhan.

(7) Pemantauan dan pelaporan GCG.


77

Bank telah memiliki Buku Pedoman Perusahaan tentang Pedoman

Penyusunan BPP dan SOP PT Bank Pembangunan Daerah Bali sesuai

dengan Keputusan Direksi Nomor 0577/ KEP/DIR/KPN/2014 tanggal 20

September 2014, yang telah diubah berdasarkan Keputusan Direksi Nomor

0412/KEP/DIR/ KPN/2015 tanggal 16 September 2015 yang digunakan

sebagai pedoman penyusunan ketentuan dan pedoman internal bank.

Rumusan strategi guna mendorong terciptanya Budaya Kepatuhan

telah direformulasi dalam strategi peningkatan budaya kepatuhan yang telah

disampaikan kepada Dewan Komisaris tanggal 10 April 2014 sesuai dengan

surat pengantar Nomor B-0241/DIR/KPN/2014. Untuk tahun 2015 rumusan

tersebut dimuat dalam rencana kerja kepatuhan yang tertuang dalam Program

Kerja dan Anggaran Rencana Bisnis Bank tahun 2015 dengan Keputusan

Direksi Nomor 0175/KEP/DIR/ RENSTRA/2015.

6) Penerapan Fungsi Audit Intern

PT Bank Pembangunan Daerah Bali berkomitmen mengelola

operasional Bank secara sehat dan aman dengan menerapkan Sistem

Pengendalian Intern (SPI) yang dituangkan dalam Pedoman Standar SPI

yang merujuk Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/22/DPNP tanggal 29

September 2003 tentang Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi

Bank Umum. Untuk memastikan penerapan pengendalian internal berjalan

efektif, maka Bank telah didukung dengan beberapa subsistem infrastruktur

yang salah satunya adalah Unit SKAI danAnti Fraud.

PT Bank Pembangunan Daerah Bali berupaya mengamankan

kegiatan usaha Bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor


78

1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan Direktur

Kepatuhan (Compliance Director) dan Penerapan Standar Pelaksanaan

Fungsi Audit Intern Bank Umum. Sesuai Keputusan Direksi Nomor

0528/KEP/DIR/RENSTRA/2015 tanggal 24 November 2015 tentang BPP

Susunan Organisasi dan Uraian Tugas PT Bank Pembangunan Daerah Bali,

Bank telah memiliki unit kerja untuk menjalankan fungsi Audit Internal

yaitu Satuan Kerja Audit Intern dan Anti Fraud (SKAI danAF) bertanggung

jawab melakukan pemeriksaan secara independen terhadap internal PT Bank

Pembangunan Daerah Bali.

SKAI danAnti Fraud telah memiliki Piagam Audit Intern (Internal

Audit Charter) sebagai pedoman dasar yang mengatur tentang kedudukan,

wewenang, tanggung jawab, metode kerja dan pelaporan SKAI danAnti

Fraud. Dalam menjalankan tugasnya untuk mewujudkan sistem audit intern

PT Bank Pembangunan Daerah Bali dilaksanakan berdasarkan risk based

audit. SKAI danAnti Fraud bekerja berdasarkan Program Kerja Audit

Tahunan (PKAT) yang sebelumnya telah disetujui oleh Direktur Utama dan

di review oleh Dewan Komisaris dan didukung oleh SDM yang memadai

untuk memaksimalkan fungsi audit internal Bank.

7) Penerapan Fungsi Audit Eksternal

Sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13

Desember 2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank yang telah

diperbarui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tanggal

18 Oktober 2012 tentang Transparansi Dan Publikasi Laporan Bank, Bank


79

wajib menunjuk Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik untuk

melaksanakan audit atas Laporan Keuangan Bank.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari

2006 tentang pelaksanaan GCG bagi Bank Umum sebagaimana telah dirubah

dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober

2006, untuk pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan Bank tahun 2014,

Dewan Komisaris melalui surat Nomor 125/DK/BPD/2014 tanggal 15 Juli

2014 tentang Pengadaan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik untuk

melaksanakan General Audit Laporan Keuangan Tahunan dan Kinerja PT

Bank Pembangunan Daerah Bali Tahun Buku 2014, telah merekomendasikan

kepada Direksi beberapa nama Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik.

Untuk Audit atas Laporan Keuangan Bank Tahun Buku 2015 telah

ditunjuk “Kantor Akuntan Publik Sriyadi Elly Sugeng dan Rekan” untuk

melaksanakan Audit Umum Laporan Keuangan PT Bank Pembangunan

Daerah Bali tahun buku yang berakhir per 31 Desember 2015.

Penunjukkan KAP tersebut telah mendapat rekomendasi dari Dewan

Komisaris sesuai surat Dewan Komisaris Nomor 215/ DK/BPD/2015 tanggal

1 Desember 2015 perihal Tambahan Rekomendasi Kantor Akuntan Publik

(KAP) yang Dapat Diikutkan Dalam Proses Seleksi Pengadaan KAP untuk

Melaksanakan General Audit Laporan Keuangan Tahunan dan Kinerja PT

Bank Pembangunan Daerah Bali Tahun Buku 2015. Bank senantiasa berupaya

meningkatkan komunikasi antara KAP, Komite Audit dan Manajemen Bank

untuk dapat meminimalisasi kendala-kendala yang terjadi selama proses audit

berlangsung.
80

Dalam memenuhi kewajibannya, Kantor Akuntan Publik Sriyadi Elly Sugeng

dan Rekan telah menerbitkan laporan yaitu:.

a) Laporan Keuangan beserta Laporan Auditor Independen

b) Management Letter atas Laporan Keuangan

c) Laporan Hasil Audit Kepatuhan Terhadap Perundangundangan

d) Laporan Hasil Audit Kepatuhan atas Sistem Pengendalian Internal

e) Laporan Hasil Audit Evaluasi Teknologi Informasi dan e-banking

Kantor Akuntan Publik Sriyadi Elly Sugeng dan Rekan juga telah

menyampaikan laporan hasil audit dan Management Letter kepada Bank

Indonesia. Selain itu juga wajib memenuhi ketentuan kerahasiaan Bank

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan.

Jasa audit yang dibayarkan sebesar Rp. 491.393.500,00 (empat ratus

sembilan puluh satu juta tiga ratus sembilan puluh tiga ribu lima ratus rupiah).

Selama tahun 2015 KAP tersebut tidak memberikan jasa lain kepada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali selain jasa audit, sehingga tidak terjadi benturan

kepentingan dalam pelaksanaan proses audit. Berdasarkan Laporan Auditor

Independen Kantor Akuntan Publik Sriyadi, MM., CPA., BKP sesuai surat

Nomor 007A/GA-BPD.Bali/ III/2016 tanggal 1 Maret 2016 memberikan

pendapat “Wajar dalam semua hal yang material posisi Keuangan PT Bank

Pembangunan Daerah Bali tanggal 31 Desember 2015, serta kinerja keuangan

dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan

Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia”.


81

Selain hal tersebut juga telah dilakukan Evaluasi Kinerja Keuangan

Tahun Buku 2015 yang dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik

Hendrawinata Eddy Siddharta & Tanzil sesuai pengantar Laporan nomor:

542/GN/ARY/HEST/III/16 tanggal 14 Maret 2016 dengan kesimpulan bahwa

peringkat kesehatan Bank posisi 31 Desember 2015 dibandingkan posisi 31

Desember 2014 tidak mengalami perubahan tetap berada pada peringkat “2”

yang mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat, sehingga dinilai

mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi

bisnis dan apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut

kurang signifikan.

8) Penerapan Manajemen Risiko termasuk Sistem Pengendalian Intern

Manajemen risiko berfungsi sebagai alat pengendali risiko dan alat

pendukung kegiatan usaha Bank. Pengembangan manajemen risiko untuk

mendukung kegiatan usaha dapat dilakukan melalui pengembangan

kemampuan kompetensi karyawan manajemen risiko dan unit bisnis.

Pengelolaan risiko PT Bank Pembangunan Daerah Bali telah

memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang meliputi 8 (delapan) jenis risiko

yaitu : Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional,

Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan dan Risiko Reputasi.

Pengelolaan kedelapan jenis risiko tersebut terus diupayakan agar sejalan

dengan Road Map Basel I dan Basel II serta ketentuan Bank Indonesia.

Sampai saat ini, Bank BPD Bali senantiasa mengikuti dan menyesuaikan

perkembangan maupun peraturan terbaru yang dikeluarkan oleh otoritas

perbankan antara lain Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003


82

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/

PBI/2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Penerapan

manajemen risiko paling kurang mencakup :

a) Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi

Direksi menyusun Kebijakan Umum Direksi dan Rencana Bisnis

Bank serta melaksanakan kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan

manajemen risiko yang telah mendapatkan persetujuan dari Dewan

Komisaris. Dalam RBB Tahun 2015 telah ditetapkan pencapaian kredit

mencakup rasio pertumbuhan kredit, komposisi kredit produktif dan

konsumtif, peningkatan kredit UMKM, NPL dan penempatan Bank

(credit line).

Secara konkrit, Bank telah meningkatkan spread perbankan atau

NIM dengan meningkatkan porsi kredit konsumtif. Bank juga telah

melakukan strategi perbaikan kualitas debitur retail (non korporasi).

Penanganan kredit bermasalah dilakukan melalui : restrukturisasi kredit

terhadap debitur-debitur yang masih memiliki prospek usaha, kooperatif

dan pengikatannya telah sempurna, dimana dimungkinkan untuk

dilakukanrestrukturisasi kepada debitur yang mengalami kesulitan

pembayaran pokok dan/atau bunganya tanpa harus terlebih dahulu masuk

kategori non performing loan, meningkatkan pemantauan terhadap kredit-

kredit yang memiliki potensi risiko kredit bermasalah melalui pengetatan

pemantauan kredit secara berkala mulai dari kredit berkualitas lancar

berdasarkan penilaian kualitas aktiva (penilaian 3 pilar) untuk kredit

dengan plafond diatas Rp. 1 M per triwulan, melakukan pembinaan


83

kepada debitur-debitur bermasalah yang masih kooperatif (pendekatan

persuasif untuk penyelesaian kredit) dan ekspansi kredit yang

memfokuskan penyaluran kredit dengan potensi risiko rendah seperti

kredit kepada pegawai dan pensiunan sebagai buffer atas penyaluran

kredit selama masih terjadi perlambatan perekonomian.

Bank telah memiliki strategi bisnis dengan sensitifitas memadai,

dalam mempertahankan pertumbuhan kredit dengan karakteristik risiko

rendah pada kondisi makro ekonomi yang ekstrim sehingga perolehan

Laba Bank tetap terjaga. Bank memiliki ketergantungan pada sumber

pendanaan jangka pendek yang sensitif terhadap suku bunga yang dapat

menimbulkan eksposur IRRBB. Oleh karenanya terkait struktur

pendanaan Bank tetap menjaga keseimbangan antara strategi penyediaan

dana, sumber timbulnya pendanaan dan kualitas penyediaan dana.

Bank masih memiliki kecenderungan terhadap penurunan dana

pemerintah yang terjadi di akhir tahun sehingga diperlukan strategi yang

efektif dalam memitigasi risiko likuiditas yang mungkin timbul posisi

akhir tahun. Secara berkala Dewan Komisaris melakukan evaluasi

pelaksanaan kebijakan manajemen risiko melalui Rapat Direksi dengan

Dewan Komisaris terkait Evaluasi Kinerja Bank tahun 2015 dan Langkah-

langkah Strategis menjelang akhir tahun 2015.

Dewan Komisaris telah melakukan persetujuan atas kebijakan dan

strategi yang berkaitan dengan manajemen risiko suku bunga dan

memastikan Direksi mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam

rangka memantau dan mengendalikan risiko, seperti dalam RBB Tahun


84

2015 dengan adanya kebijakan manajemen risiko terkait mitigasi risiko

pasar.

Ketentuan suku bunga simpanan dan perkreditan diputuskan

Direksi melalui Rapat ALCO setiap bulan. Pemantuan likuiditas dilakukan

melalui laporan likuiditas harian berupa cash flow interbank money

market, saldo BI untuk GWM, daftar credit line, serta rincian penempatan

dan pinjaman. Bank telah memiliki kode etik yang mengatur 12

kewajiban dan 11 larangan serta wajib dilaksanakan oleh seluruh

pengurus dan karyawan. Untuk mencegah risiko operasional atas fraud

dan loss event, dilakukan implementasi aplikasi LED dan Profil Risiko

Cabang. Pemberian hak pegawai saat berhenti atau mengundurkan diri,

punishment atau pemberian sanksi terhadap pegawai yang melanggar,

pemberian reward yang dilaksanakan melalui pemberian bonus serta

pemberian tantiem telah sesuai dengan BPP SDM.

Dalam RBB Tahun 2015 dinyatakan transformasi organisasi yang

efektif dan efisien didukung dengan pengembangan Sumber Daya

Manusia dan penyelarasan budaya kerja. Pengawasan aktif Dewan

Komisaris dan Direksi tergolong memadai, adanya pemberian hak dan

kewajiban pegawai saat berhenti atau mengundurkan diri sebagai pegawai

telah sesuai dengan BPP SDM, punishment atau pemberian sanksi

terhadap pegawai yang melanggar ketentuan perbankan dilaksanakan

berdasarkan usulan dari Tim Pertimbangan Hukuman Jabatan kepada

Direksi dan selanjutnya keputusan hukuman jabatan tetap mengacu pada

BPP SDM, pemberian reward yang dilaksanakan melalui pencapaian


85

target Cabang, pemberian bonus kepada karyawan, serta pemberian

tantiem kepada Dewan Komisaris dan Direksi. Dalam RBB Tahun 2015

yang disetujui Direksi dan Dewan Komisaris, telah ditetapkan untuk

menurunkan frekuensi terjadinya ketidakpatuhan terhadap kebijakan

internal serta ketentuan perbankan dan peraturan perundang-undangan,

seperti denda akibat ketidakpatuhan tersebut.

Masih terdapat hal yang perlu disempurnakan yaitu penetapan

suku bunga kredit konsumtif yang bersifat fixed, dan tidak sesuai dengan

sumber dana yang bersifat floating rate, masih adanya temuan berulang,

Bank perlu memiliki limit risiko hukum untuk menentukan langkah

mitigasi yang akan dilaksanakan, masih terdapat berita negatif yang perlu

disikapioleh Bank. Selain itu OJK menilai perlunya komitmen Bank

untuk melakukan perbaikan pengelolaan TI, yaitu data center security

karena dapat menimbulkan risiko cukup signifikan.

b) Kecukupan Kebijakan, Prosedur, Dan Penetapan Limit Manajemen Risiko

Strategi dan sasaran bisnis Bank terkait jaringan kantor dan

produk/aktivitas baru yang ditetapkan telah sesuai dengan arahan Direksi

yang tertuang dalam RBB Tahun 2015 seperti: penyediaan sarana dan

prasarana untuk mendukung pembukaan jaringan kantor, ATM, dan

pemenuhan SDM. Bank telah memiliki SOP Credit Line, dan telah

menyempurnakan BPP dan SOP Perkreditan. Keputusan Direksi tentang

Susunan Organisasi Dan Uraian Tugas Bank, termasuk di dalamnya Wakil

Kepala Divisi Kredit telah diberlakukan. Bank telah memiliki SOP Selera

Risiko (Risk Appetite), Toleransi Risiko (Risk Tolerance), Limit Risiko


86

(Risk Limit) dengan SK No. 0603/KEP/DIR/MRO/2015 tanggal 31

Desember 2015 dengan implementasi di tahun 2016. Bank telah

melakukan pemisahan fungsi atau tugas (segregation of duties) antara unit

analis kredit dengan unit administrasi kredit dan penyelamatan kredit.

Pada Divisi Treasuri telah dibentuk unit likuiditas yang terpisah dari unit

dealing room. Bank telah menetapkan tujuan strategis, strategi serta

kebijakan pengendalian asset, dan kewajiban keuangan Bank atau ALMA.

Bank juga telah didukung oleh SOP ALMA untuk mengukur sensitivitas

perubahan suku bunga yang berdampak pada laba, biaya bunga,

pendapatan, NIM, dan CAR.

Bank telah menetapkan batas wewenang mengenai batas negosiasi

bunga deposito. Bank telah menetapkan strategi pemeliharaan LDR,

pengelolaan likuiditas melalui penyiapan liqudity contigency plan dengan

pemeliharaan kas, GWM Primer, GWM Sekunder. Bank juga telah

menentukan batas kas harian pada Kantor Cabang. Adanya SOP

ALMAmemberikan pedoman agar pengelolaan risiko likuiditas. Dalam

struktur organisasi Divisi Treasuri juga telah ditetapkan adanya Bagian

Likuiditas, dan telah diisi oleh personil sehingga dapat mengoptimalkan

peran dalam mitigasi risiko likuiditas.

Telah diberlakukannya Keputusan Direksi tentang susunan

organisasi dan uraian tugas Bank dengan SK Direksi No. 0528/

KEP/DIR/RENSTRA/2015 tanggal 24 November 2015, dimana di

dalamnya menetapkan perubahan supervisi Direksi dimana Direktur

Kredit mensupervisi Divisi Kredit dan Divisi DJA sehingga pencapaian


87

dari sisi kredit yang telah diperoleh dapat dikendalikan terkait strategi dan

kualitas pengadaan dana, dapat dicapai keseimbangan dari sisi likuiditas

serta mampu menselaraskan kebutuhan DPK dengan pertumbuhan kredit

sehingga level LFR masih tetap dalam ambang batas yang ditentukan oleh

regulator.

Bank telah menyempurnakan SOP dan mekanisme uji kepatuhan

yang mengatur kriteria uji kepatuhan oleh Divisi Kepatuhan. Susunan

organisasi dan uraian tugas yang baru telah menjelaskan susunan dan

uraian tugas pada jajaran Divisi Kepatuhan. Bank telah menyempurnakan

sistem SDM dan menata organisasi, meningkatkan kompetensi dan

leadership SDM, serta mewujudkan lingkungan kerja yang harmonis.

Coaching dancounseling karyawan, rekrutmen telah dijalankan secara

bertahap, serta penyempurnaan struktur organisasi untuk menyelaraskan

tugas pokok atau fungsi pada seluruh unit operasional telah dilaksanakan.

Bank telah melakukan pengisian jabatan yang kosong, mutasi secara

berkala, meningkatkan kualitas karyawan melalui diklat sesuai gap

kompetensi dan gap perilaku, implementasi budaya kerja CINTA,

penerapan BPP dan SOP SDM melalui sosialisasi secara

berkesinambungan

c) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

Bank telah melakukan pemisahan tugas atau segregation of duties

dalam menerapkan four eyes principle sebagai pelaksanaan pengendalian

intern pada bidang perkreditan. Dalam penyelesaian kredit bermasalah,

Bank akan meningkatkan pengawasan dan pengendalian intern baik di


88

Kantor Pusat maupun Kantor Cabang. Beberapa indikator RBB baik

secara kuantitatif dan kualitatif telah dievaluasi setiap bulan pada masing-

masing unit. Bank mengatasi keluhan nasabah dan gugatan hukum dengan

melakukan komunikasi kepada nasabah secara kontinyu dan melakukan

perundingan dengan nasabah sebagai langkah antisipasi litigasi dan

tuntutan hukum. Bank telah memiliki SKAI danAnti Fraud yang

melakukan kaji ulang dan melakukan audit internal secara rutin,

melakukan validasi atas penetapan tingkat suku bunga DPK dan kredit

pada unit operasional. Pemeriksaan SKAI danAnti Fraud saat ini telah

dilakukan pada area-area yang bersifat high risk, seperti bidang

perkreditan, pengadaan barang dan jasa, serta pemantauan pemberian

CSR.

SKAI danAnti Fraud telah melakukan kaji ulang, seperti

contohnya melakukan validasi atas penetapan dan pengkinian

kolektibilitas, dan hasilnya dilaporkan ke Direktur Utama dan Direksi

terkait lainnya. Sebagai wujud kecukupan sistem Review Internal yang

independen untuk seluruh aktivitas penyediaan dana dan proses

manajemen risiko kredit, Bank telah melakukan penegasan ketentuan

pelaksanaan assessment dengan pengisian Form Bukti Obyektif

Penurunan Nilai, pelaksanaan Penilaian Kualitas Aset serta penilaian

ulang agunan property untuk KPR dalam rangka meningkatkan

pengendalian intern dan budaya risiko.

Perlu penyempurnaan review independen atas penetapan kualitas aset,

akurasi internal rating, pembentukan cadangan, komposisi portofolio dan


89

kecukupan sistem administrasi dan pelaporan, review efektifitas sistem

pemantauan dini atas aset bermasalah dan penetapan tanggungjawab

penanganan aset bermasalah serta review internal untuk meyakinkan

bahwafungsi penyaluran kredit dikelola secara tepat dan eksposur kredit

berada dalam tingkat yang konsisten dengan prudential standard dan limit

internal, kerangka dan pelaksanaan manajemen risiko likuiditas, antara

lain meliputi : kecukupan kerangka (strategi, kebijakan, sistem dan

prosedur serta sistem pengukuran) untuk identifikasi, pengukuran, dan

pemantauan risiko likuiditas, kesesuaian berbagai limit risiko untuk

mengendalikan risiko likuiditas, kesesuaian asumsi yang mendasari

penyusunan skenario arus kas, integritas sistem informasi manajemen

untuk melakukan identifikasi dan pengukuran risiko likuiditas serta

menghasilkan laporan risiko likuiditas, serta efektivitas proses manajemen

risiko dan kinerja risk taking unit maupun oleh risk management unit

dalam mengelola risiko likuiditas, keandalan kerangka manajemen risiko

pasar, yang mencakup kebijakan, susunan organisasi, alokasi sumber daya

proses manajemen risiko pasar, sistem informasi, dan pelaporan risiko

pasar, serta keefektifan tindak lanjut hasil evaluasi dalam bentuk

penyempumaan kerangka dan pelaksanaan manajemen risiko operasional,

kecukupan kebijakan sistem rotasi rutin untuk menghindari potensi self-

dealing, persekongkolan atau penyembunyian suatu dokumentasi atau

transaksi yang tidak wajar dan efektivitas pelaksanaan terhadap

berjalannya sistem rotasi rutin.


90

Audit juga dilaksanakan pihak eksternal dari BI/OJK dan auditor

independen. Hasil penilaian OJK terdapat kelemahan pada upaya

perbaikan data center security yang cukup signifikan dan hasil program

strategis bank yang tidak sesuai dengan RBB. Hasil audit menunjukkan

masih adanya temuan audit internal dan independen yang berpotensi

risiko hukum seperti perjanjian kredit dan penyimpanan dokumen kredit

dan masih terdapat temuan yang berulang. Berita negatif dari media

massa masih ada serta perlunya peningkatan kualitas SKAI danAnti

Fraud terkait keahlian dibidang pemeriksaan risiko likuiditas.

PT Bank Pembangunan Daerah Bali senantiasa meningkatkan Risk

Awareness dalam penerapan budaya sadar risiko dengan terus

diimplementasikan kepada seluruh karyawan PT Bank Pembangunan

Daerah Bali pada setiap tingkatan dan pada setiap pelaksanaan aktivitas

operasional dan non operasional perbankan.

9) Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait (Related Party) dan

Penyediaan Dana Besar (Large Exposure)

Bank telah memiliki pedoman untuk penyediaan dana kepada

pihak terkait (related party) dan penyediaan dana besar (large exposure)

sebagaimana diatur dalam Keputusan Direksi Nomor

0229/KEP/DIR/KRD/2014 tanggal 19 Maret 2014 tentang Buku Pedoman

Perusahaan (BPP) Perkreditan.

Bank telah menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen

risiko dalam memberikan penyediaan dana, khususnya penyediaan dana

kepada pihak terkait (related party) dan atau penyediaan dana besar (large
91

exposures) sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia tentang Batas

Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan independen tanpa ada

intervensi dari pihak terkait atau pihak lainnya.

Pelaksanaan penyediaan dana tersebut berpedoman pada kebijakan

dan prosedur tentang Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait dan/atau

Penyediaan Dana Besar yang diatur dalam BPP Perkreditan. PT Bank

Pembangunan Daerah Bali telah menyampaikan Laporan Penyediaan

Dana dimaksud kepada Otoritas Jasa Keuangan secara berkala, tepat

waktu dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku selama tahun 2015.

Selama tahun 2015, Dewan Komisaris memberikan surat

persetujuan pemberian kredit kepada pihak terkait sebanyak 15 (lima

belas) persetujuan yaitu:

a) Surat Dewan Komisaris Nomor: 027/DK/BPD/2015 tanggal 26

Januari 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama I Gusti Bagus

Ambara Murti Mendala (Pihak Terkait) Jalan Kerta Mulya II/3

Denpasar.

b) Surat Dewan Komisaris Nomor: 046/DK/BPD/2015 tanggal 16

Pebruari 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama I Ketut Sukawati

Lanang Putra Perbawa Anggota Dewan Komisaris PT Bank

Pembangunan Daerah Bali.

c) Surat Dewan Komisaris Nomor: 047/DK/BPD/2015 tanggal 16

Pebruari 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama Wisnu Bawa

Temaja, S.H, M.H., Anggota Dewan Komisaris PT Bank

Pembangunan Daerah Bali.


92

d) Surat Dewan Komisaris Nomor: 078/DK/BPD/2015 tanggal 31 Maret

2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama Nyoman Suryaningsih,

S.E., Direktur Bisnis Non Kredit PT Bank Pembangunan Daerah Bali.

e) Surat Dewan Komisaris Nomor: 079/DK/BPD/2015 tanggal 2 April

2015 perihal Persetujuan Kredit atas nama Koperasi Karyawan Eka

Sejahtera BPD Bali.

f) Surat Dewan Komisaris Nomor: 085/DK/BPD/2015 tanggal 20 April

2015 perihal Persetujuan Kredit Aneka Guna atas nama A.A. Gde

Agung, S.H. (Bupati Badung).

g) Surat Dewan Komisaris Nomor: 102.A/DK/BPD/2015 tanggal 18

Mei 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama Ni Made Kariani

(istri dari I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa, S.H., M.H.,

Komisaris Independen PT Bank Pembangunan Daerah Bali).

h) Surat Dewan Komisaris Nomor: 107/DK/BPD/2015 tanggal 19 Mei

2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama I Made Sudana/UD.D.A

Prana (Kakak Kandung I Nyoman Sumanaya, S.E., M.M. Kepala

Cabang Bank BPD Bali Mangupura).

i) Surat Dewan Komisaris Nomor: 163/DK/BPD/2015 tanggal 24

Agustus 2015 perihal Persetujuan Kredit atas nama I Made Subaga

Wirya, S.E., M.M., Direktur Kepatuhan PT Bank Pembangunan

Daerah Bali.

j) Surat Dewan Komisaris Nomor: 169A/DK/BPD/2015 tanggal 28

Agustus 2015 perihal Persetujuan Kredit atas nama Sagung Alit


93

Mahyuni, istri dari Wisnu Bawa Temaja, S.H., M.H. Anggota Dewan

Komisaris PT Bank Pembangunan Daerah Bali (Pihak Terkait).

k) Surat Dewan Komisaris Nomor: 186/DK/BPD/2015 tanggal 6

Oktober 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama Bayu Angga

Widura, anak kandung dari Wisnu Bawa Temaja, S.H., M.H. Anggota

Dewan Komisaris PT Bank Pembangunan Daerah Bali (Pihak

Terkait).

l) Surat Dewan Komisaris Nomor: 190/DK/BPD/2015 tanggal 16

Oktober 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama Drs I Ketut

Nurcahya, M.M. Komisaris Utama PT Bank Pembangunan Daerah

Bali (Pihak Terkait).

m) Surat Dewan Komisaris Nomor: 193/DK/BPD/2015 tanggal 22

Oktober 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama PT Percetakan

Bali, Jalan Gajah Mada I/1 Denpasar (Pihak Terkait).

n) Surat Dewan Komisaris Nomor: 206/DK/BPD/2015 tanggal 17

Nopember 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama I Gde

Sudibia, S.H. Komisaris Non Independen PT Bank Pembangunan

Daerah Bali (Pihak Terkait).

o) Surat Dewan Komisaris Nomor: 207/DK/BPD/2015 tanggal 18

Nopember 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama I Made

Kariani, S.H., M.kn (istri dari DR. I Ketut Sukawati Lanang Putra

Perbawa, S.H.,M.Hum) Komisaris Independen PT. Bank

Pembangunan Daerah Bali.

10) Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank


94

Bank telah melakukan transparansi kondisi keuangan dan non

keuangan kepada pemangku kepentingan (stakeholders) dan

disampaikan kepada pihak-pihak terkait sesuai dengan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 6/POJK.03/2015 tentang Transparansi

dan Publikasi Laporan Bank. Laporan publikasi tersebut meliputi:

a) Laporan Publikasi Bulanan

Laporan Publikasi Bulanan PT Bank Pembangunan Daerah

Bali yang terdiri dari Laporan Posisi Keuangan (Neraca), Laporan

Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain dan Laporan

Komitmen dan Kontinjensi selama tahun 2015 telah dimuat di

website Bank (www.bpdbali.co.id) dari bulan Januari 2015 sampai

dengan Desember 2015.

b) Laporan Publikasi Triwulanan

Laporan Publikasi Triwulanan telah dimuat di media cetak

danwebsite Bank (www.bpdbali.co.id). Laporan Publikasi

Triwulanan selama Tahun 2015 adalah sebagai berikut:

(1) Publikasi Triwulan IV Tahun 2014 telah dimuat di media cetak

Bali Post, Bali Tribune dan Pos Bali pada tanggal 13 Maret

2015

(2) Publikasi Triwulan I Tahun 2015 telah dimuat di media cetak

Nusa Bali, Bali Bank dan Warta Bali pada tanggal 11 Mei 2015

(3) Publikasi Triwulan II Tahun 2015 telah dimuat di media cetak

Fajar Bali dan Bisnis Indonesia pada tanggal 06 Agustus 2015,


95

(4) Publikasi Triwulan III Tahun 2015 telah dimuat di media cetak

Bisnis Bali, Radar Bali, Pos Bali, BaliBank pada tanggal 09

November 2015.

c) Laporan Publikasi Tahunan

PT. Bank Pembangunan Daerah Bali juga telah menyampaikan

Laporan Tahunan kepada pihak-pihak sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan.

Laporan Tahunan yang disampaikan pada Tahun 2015 adalah

Laporan Tahunan Tahun Buku 2014 yang disampaikan pada tanggal

25 Mei 2015 kepada:

(1) Bank Indonesia.

(2) Otoritas Jasa Keuangan.

(3) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

(4) Lembaga Pemeringkat di Indonesia yaitu PT Pemeringkat Efek

Indonesia (Persero) dan Fitch Rating.

(5) Asosiasi-asosiasi Bank di Indonesia, yaitu Asosiasi Bank

Pembangunan Daerah (ASBANDA), Perhimpunan Bank

Nasional (PERBANAS) dan Himpunan Bank Negara

(Himbara).

(6) Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI).

(7) 2 (dua) lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan,

yaitu LPEM Universitas Indonesia dan Centre for Strategic

Indonesia Studies.
96

(8) 2 (dua) majalah ekonomi dan keuangan, yaitu Majalah

InfoBank dan Majalah Investor.

Selain itu, PT Bank Pembangunan Daerah Bali juga

menyampaikan Laporan Tahunan kepada pemegang saham, yaitu

Pemerintah Provinsi Bali, Seluruh Pemerintah Kabupaten Provinsi Bali

dan Pemerintah Kota di Provinsi Bali serta telah dimuat di website Bank

(www.bpdbali.co.id)

11) Rencana Strategis Bank

Rencana Strategis PT Bank Pembangunan Daerah Bali telah disusun

sesuai visi dan misi Bank dalam bentuk Rencana Bisnis (Business Plan). Hal

tersebut sesuai ketentuan yang berlaku, yaitu Peraturan Bank Indonesia

Nomor 12/21/PBI/2010 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

12/27/DPNP tanggal 25 Oktober 2010 tentang Rencana Bisnis Bank Umum.

Bank telah menyusun Corporate Plan dan telah disampaikan pertama kali ke

Bank Indonesia pada tanggal 31 Juli 2012 untuk memenuhi surat Bank

Indonesia Nomor 14/61/APBU/Dpr tanggal 26 Juli 2012 perihal Presentasi

Corporate Plan Bank Saudara.

Berdasarkan hasil presentasi pertama tersebut, kemudian dilakukan

penyempurnaan dan disampaikan kembali kepada Bank Indonesia sesuai

surat Nomor 0265.10.40.2012.2 tanggal 10 Agustus 2012. Presentasi kedua

dilakukan tanggal 15 Agustus 2012 sesuai surat Bank Indonesia Nomor

14/63/APBU/ Dpr tanggal 13 Agustus 2012 untuk dilakukan penyempurnaan

kembali atas Corporate Plan Bank tersebut. Corporate Plan Bank (Final)
97

disampaikan kepada Bank Indonesia sesuai surat Bank Nomor

0281.10.40.2012.2 tanggal 30 Agustus 2012.

Penyampaian Corporate Plan ke seluruh unit kerja dilakukan berdasarkan

Surat Divisi Perencanaan Strategis Nomor B-0035/ DIR/RENSTRA/2012

tanggal 25 September 2012. Penyusunan Corporate Plan Bank tahun 2016-

2018 dilakukan melalui:

a) Persetujuan Dewan Komisaris Nomor 187/DK/BPD/2015 tanggal 08

Oktober 2015 perihal Persetujuan Kebijakan Umum Direksi (KUD)

Tahun 2016.

b) Penyusunan Kebijakan Umum Direksi dengan Keputusan Direksi Nomor

0464/KEP/DIR/RENSTRA/2015 tanggal 08 Oktober 2015.

c) Rapat Penyelarasan data yang sudah terkumpul dari unittanggal 30

Oktober 2015.

d) Rapat Kerja penyusunan RBB Tahun 2016-2018 tanggal 21- 22

Nopember 2015melibatkan Dewan Komisaris, Direksi dan Seluruh Unit

Bank BPD Bali.

e) Surat persetujuan Dewan Komisaris Nomor 210/DK/ BPD/2015 tanggal

26 Nopember 2015 perihal Persetujuan Draft RBB 2016-2018 PT Bank

Pembangunan Daerah Bali.

f) Surat Keputusan Direksi Nomor 0537/KEP/DIR/ RENSTRA/2015

tanggal26 Nopember 2015 tentang Rencana Bisnis Bank PT Bank

Pembangunan Daerah Bali Tahun 2016-2018.


98

g) Surat Nomor B-0601/DIR/RENSTRA/2015 tanggal 27 Nopember 2015

tentang Penyampaian Rencana Bisnis PT Bank Pembangunan Daerah Bali

Tahun 2016-2018 ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

h) Surat Nomor B-0602/DIR/RENSTRA/2015 tanggal 27 Nopember 2015

tentang Penyampaian Rencana Bisnis PT Bank Pembangunan Daerah Bali

Tahun 2016-2018 ke Dewan Komisaris.

i) Surat Nomor B-0608/DIR/RENSTRA/2015 tanggal 30 Nopember 2015

perihal Penyampaian Rencana Bisnis Bank Tahun 2016-2018 kepada

Seluruh Unit Kerja.

j) Surat Nomor 0621/RENSTRA/PSR/2015 tanggal 03 Desember 2015

perihal Penyampaian Breakdown Anggaran dan Penyusunan Action Plan

& Cascading Target Kantor Cabang Tahun 2016.

Dalam penyusunan Rencana Bisnis Bank telah berdasarkan Keputusan

Direksi Nomor 0133.102.110.2012.2 perihal Pedoman Perusahaan Sistem

Perencanaan, Anggaran dan Kinerja Bank. Rencana Bisnis Bank,

Laporan Realisasi Rencana Bisnis Bank periode Triwulanan dan Laporan

Pengawasan Rencana Bisnis Bank periode Semesteran telah disampaikan

Bank kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai ketentuan Bank Indonesia

tentang Rencana Bisnis Bank.Adapun penilaian pelaksanaan Good

Corporate Governance PT Bank Pembangunan Daerah Bali untuk tahun

2015 secara komposit berada pada peringkat 2 (dua) atau predikat “Baik”

dengan uraian sebagai berikut

(1) Semester 1 (Januari 2015 – Juni 2015)


99

Berdasarkan hasil self assessment serta sesuai dengan surat OJK

Nomor S-144/KO.312/2015 tanggal 7 Desember 2015 perihal

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank posisi 30 Juni 2015, bahwa

penerapan prinsip-prinsip pelaksanaan Good Corporate Governance

Bank memperoleh nilai 2 (baik).

Tabel 5.4
Hasil Self Assessment GCG
Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG
Peringkat Definisi Peringkat
Mencerminkan Manajemen Bank telah
melakukan penerapan Good Corporate
Governance yang secara umum baik. Hal ini
Individual 2 tercermin dari pemenuhan yang memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan
prinsip Good Corporate Governance, maka
secara umum kelemahan tersebut kurang
signifikan dan dapat diselesaikan dengan
tindakan normal oleh manajemen Bank.
Konsolidasi - -
Sumber : Annual Report Bank Pembangunan Daerah Bali (2015).

(2) Semester 2 (Juli 2015 – Desember 2015)

Berdasarkan hasil self assessment serta sesuai dengan surat OJK

Nomor S-43/KO.31/2016 tanggal 2 Maret 2016 perihal Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank posisi 31 Desember 2015, bahwa penerapan

prinsip-prinsip pelaksanaan Good Corporate Governance Bank

memperoleh nilai 2 (baik).

Tabel 5.5
Hasil Self Assessment GCG
Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG
Peringkat Definisi Peringkat
Mencerminkan Manajemen Bank telah
100

melakukan penerapan Good Corporate


Governance yang secara umum baik. Hal ini
Individual 2 tercermin dari pemenuhan yang memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan
prinsip Good Corporate Governance, maka
secara umum kelemahan tersebut kurang
signifikan dan dapat diselesaikan dengan
tindakan normal oleh manajemen Bank.
Konsolidasi - -
Sumber : Annual Report Bank Pembangunan Daerah Bali (2015).

Berdasarkan hasil penelitian (self assessment) terhadap 11 (sebelas) Faktor

Penilaian Pelaksanaan GCG tersebut, diperoleh Nilai Komposit Hasil Akhir

Self Assessment Pelaksanaan GCG Bank posisi Januari 2015 sampai dengan

Juni 2015 adalah di peringkat 2 dengan Predikat Komposit “Baik” dan untuk

posisi Juli 2015 sampai dengan Desember 2015 tetap di peringkat 2 dengan

Predikat Komposit “Baik”. Dalam hal ini manajemen Bank telah melakukan

penerapan GCG yang secara umum baik yang tercermin dari pemenuhan

yang memadai atas prnsip-prinsip GCG. Apabila terdapat kelemahan dalam

penerapan prinsip-prinsip GCG, maka secara umum kelemahannya kurang

signifikan dan dapat diselesaikan dengan rindakan normal oleh manajemen

Bank. Dalam mewujudkan kualitas pelaksanaan GCG tersebut, Bank telah

melakukan penguatan infrastruktur, restrukturisasi internal yang mengarah

kepada praktek terbaik, penyesuaian serta pembaharuan sistem dan prosedur

yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan GCG yang efektif.

5.4 Rentabilitas (Earning)

Faktor rentabilitas terdiri atas 4 komponen penilaian, yaitu rasio Return

On Asset (ROA), rasio Return On Equity (ROE), rasio Net Interest Margin

(NIM), dan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional


101

(BOPO).Tetapi disini saya hanya menghitungan untuk rasio ROA dan NIM

saja.Rasio pertama adalah rasio Return On Asset (ROA). Rasio ini dihitung

untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba.Semakin

kecil rasio ini berarti manajemen bank kurang mampu dalam mengelola aset

untuk meningkatkan pendapatan dan menekan biaya. Informasi keuangan

yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah Laba Sebelum Pajak dan

rata-rata Total Aset.

Laba Sebelum Pajak


ROA= × 100 ............................................ (18)
Rata−rata total aset

Perhitungan tahun 2015 :

644.851.715
ROA= ×100
16.951.302 .729+ 19.538.021 .662/2

ROA=1,76

Tabel 5.6
Bobot PK Komponen ROA (Return On Assets)
Periode ROA Peringkat Keterangan
2015 1,76% 2 Sehat
Sumber : Data Diolah (2016)

Rasio kedua adalah rasio Net Interest Margin (NIM). Informasi keuangan

yang dibutuhkan untuk menghitung rasio ini adalah Pendapatan Bunga Bersih

danRata-RataTotal Aktiva Produktif. Pendapatan bunga bersih adalah

pendapatan bunga setelah dikurangi beban bunga. Sedangkan aktiva

produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan

bunga (interest bearing asset), yaitu aktiva produktifyangdiklasifikasikan

Lancar dan Dalam Perhatian Khusus.

Pendapatan Bunga Bersih


NIM = ×100 ......................
Rata−rata aset produktif

(19)
102

Perhitungan tahun 2015 :

1.218 .689 .571


NIM = × 100
16.951 .302.729+19.538 .021 .662:2

NIM =3,33

Tabel 5.7
Bobot PK Komponen NIM (Net Interest Margin)
Periode NIM Peringkat Keterangan
2015 3,33% 2 Sehat
Sumber : Data Diolah(2016)

5.5 Permodalan (Capital)

Penilaian terhadap faktor permodalan (Capital) meliputi penilaian

terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan. Rasio

untuk menilai permodalan ini adalah Capital AdequacyRatio(CAR).

Modal
CAR= ×100 .............. (20)
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

Perhitungan tahun 2015

36.036 .785
CAR= ×100
222.977.935

¿ 24,44

Tabel 5.8
Bobot PK Komponen CAR (Capital Adequacy Ratio)
Periode CAR Peringkat Keterangan
2015 24,44% 1 Sangat Sehat
Sumber : Data Diolah(2016)

5.6Pembahasan
103

1) Penetapan Peringkat Komposit Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan

BPD metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning,

Capital

Tabel 5.9
Penilaian tingkat kesehatan bank BPD periode 2015
Komponen Rasio % Peringkat Kriteria
faktor Rasio
Profil NPL 1,94 1 Sangat
Risiko Sehat
LDR 98,11 3 Cukup
Sehat
Rentabilita ROA 1,76 2 Sehat
s
NIM 3,33 2 Sehat

Permodala CAR 24,44 1 Sangat


n Sehat
Peringkat Komposit SEHAT

Sumber : Data Diolah(2016)

Tabel 5.10
Hasil Self Assessment GCG
Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG
Peringkat Definisi Peringkat
Mencerminkan Manajemen Bank telah
melakukan penerapan Good Corporate
Governance yang secara umum baik. Hal ini
Individual 2 tercermin dari pemenuhan yang memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan
prinsip Good Corporate Governance, maka
secara umum kelemahan tersebut kurang
signifikan dan dapat diselesaikan dengan
tindakan normal oleh manajemen Bank.
Konsolidasi - -
Sumber : Annual Report Bank Pembangunan Daerah Bali (2015).

Profil risiko bank BPD termasuk peringkat 1, karena

mempertimbangkan aktivitas bisnis yang dilakukan oleh bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari risiko inheren komposit

tergolong rendah selama periode waktu tertentu dimasadatang dan kualitas


104

penerapan manajemen risiko secara komposit sangat sehat. Faktor

rentabilitas sehat, karena laba melebihi target dan juga mendukung

permodalan bank yang dinyatakan dengan rasio NPL dan LDR yaitu 1,94

dan 98,11. Peringkat faktor rentabilitassehat, karena laba melebihi target dan

mendukung pertumbuhan permodalan bank yang dinyatakan dengan rasio

ROA dan NIM, dengan masing-masing rasio sebesar 1,76dan 3,33.

Peringkat faktor permodalan menunjukkan bahwa peringkat 2 yang artinya

yaitu bank memiliki kecukupan dalam permodalan dan memadai relatif

terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan

yang kuat, uang ditunjukkan dengan rasio CAR sebesar 24,44%.

Berdasarkan hasil penelitian (self assessment) terhadap 11 (sebelas) Faktor

Penilaian Pelaksanaan GCG tersebut, diperoleh Nilai Komposit Hasil Akhir

Self Assessment Pelaksanaan GCG Bank posisi Januari 2015 sampai dengan

Juni 2015 adalah di peringkat 2 dengan Predikat Komposit “Baik” dan

untuk posisi Juli 2015 sampai dengan Desember 2015 tetap di peringkat

dengan Predikat Komposit “Sehat”. Nilai rasio RGEC ini menunjukkan

predikat kesehatan bank tersebut sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan kesimpulan peringkat komposit 2,

yang mencerminkan kondisi bank yang secara umum yaitusehat, sehingga

dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari

perubahan kondisi bisnis dan juga faktor lainnya.


105
106

Tahun berikutnya. Kesehatan bank yang sangat sehat akan

meningkatkan kepercayaan masyarakat, nasabah, karyawan pemegang

saham, dan juga pihak lainnya.

2)Mempertahankan kesehatan bank untuk tahun-tahun berikutnya tidak

hanya berfokus pada laporan keuangan, tetapi Bank Pembangunan

Daerah Baliperlu juga untuk mengembangkan usaha dengan

pelayanan yang diberikan lebih aman, mudah, dan juga cepat. Selain

itu, pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bank

bisnis dan faktor eksternal lainnya hendaknya menjadi tolak ukur

dalam menyusun anggaran tahun berikutnya.

3)Banyaknya faktor eksternal perusahaan yang berpengaruh terhadap

kinerja keuangan seperti faktor pemerintahan sebaiknya juga lebih

diperhatikan untuk meningkatkan kinerja keuangan.

4)Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk memperluas cakupan

penelitian tentang penilaian kesehatan bank dengan menggunakan

indikator rasio keuangan lainnya pada pengukuran tingkat kesehatan


107

bank dengan metode yang terbaru sesuai dengan Surat Edaran dari

Otoritas Jasa Keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Ade Putri Diarto, Dr. Sito Aisjah SE.,MS.,CSRS. (2015). Analisis Tingkat
Kesehatan Bank dengan Menggunakan metode RGEC (Risk Profile,
Good Corporate Governance, Earning, Capital). (Studi pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (PERSERO), Tbk Periode 2011-2014).

Adinda Putri Ramadhany, Suhadak, dan Zahroh Z.A. (2015). Analisis


Perbandingan Tingklat Kesehatan Bank berdasarkan Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earning, dan Capital(RGEC) pada Bank
Konvensional BUMN dan Swasta. (Studi pada Bank Umum Milik
Negara dan Bank Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2013).
Aprilina, V Ade Arthesa. dan Edia Handiman. 2006. Bank dan Lembaga Kuangan
Bukan Bank. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
Annual Report. PT. Bank Pembangunan Daerah Bali. 2015.
Bank Indonesia. 2011. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 Tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia
Bank Indonesia. 2011. Surat Edaran Nomor 13/24/DPNP Tanggal 25 Oktober
2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Jakarta: Bank
Indonesia.
Ball, R., S. Kothari and A.Robin. 2000. The effect of international institutional
factors on properties of accounting earnings. Journal of Accounting and
Economics 29, 1-51
Baridwan, Zaki.2002. Intermediate Accounting. Edisi 7. Yogyakarta: Penerbit
BPFE.
108

Bannet, Roger dan Helen Gabriel. 2001. Reputation, Trust and Supplier
Commitment The Industrial Marketing, Vol 16 p. 424-438.
Ciurlau, L. 2009. Studies, Reserches, Analysis and Sintheis, Equltura
AcademicRomana. InstitusiEconomic, Ar.V 2009.PP 105.
Daniri, Mas Achmad. 2005. Good Corporate Governance: Konsep dan
Penerapannya Dalam Konteks Indonesia. Jakarta: PT Ray Indonesia.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Cetakan
Kedua. Ghalia Indonesia: Bogor Jakarta.
Fitrianto, Hendra dan Mawardi, Wisnu. 2006. Analisis Pengaruh Kualitas Aset,
Likuiditas, Rentabilitas, dan Efisiensi Terhadap Rasio Kecukupan Modal
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Studi
Manajemen & Organisasi Universitas Diponegoro Semarang, 3 (1), pp:
1-11.
Gulam, Rhumi. 2011. “Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Bank pembangunan
Sulawesi Selatan (menggunakan metode CAMEL). Skripsi. Universitas
STIE Malang.
Hasan, Amir. 2012. Analisis Pengaruh LDR, NPL,dan CAR, Terhadap Risiko
Likuiditas Bank Pembangunan Daerah Bali Se-Indonesia tahun 2007-
2011”. Skripsi. Universitas STIE Malang.
Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny. 2003. Dasar-dasar Manajemen Keuangan
Yogyakarta : Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Heidy Arrvida Lasta, Zainul Arifin, Nila Firdausi Nuzula. (2014). Analisis
Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Pendekatan RGEC (Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital). (Studi pada PT
Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode 2011-2013).
Ikatan Akuntan Indonesia.(2007).Standar Akuntansi Keuangan per 1 September
2007.Jakarta : Salemba empat.
Ita Purnamasari, dan Harta Mimba. (2014). Penilaian Tingkat Kesehatan PT. BPD
Bali Berdasarkan Risk Profile, GCG, Earning, dan Capital. (Studi Pada
PT. Bank Pembangunan Daerah Bali pada Tahun 2011). Jurnal Akuntansi
Vo. 7 No. 23 Maret 2013. Universitas Udayana.
Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 13 No. 2 Agustus 2014. Universitas Brawijaya.
Idx.co.id diakses 5 Januari 2015 pukul 13.20
Ktut Silvanita (2009) Bank dan Lembaga Keuangan Lain.Jakarta : Erlangga.
Khisti Minarrohmah, Fransisca Yaningwati, dan Nila Firdausi Nuzula. (2014).
Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunkan Pendekatan
RGEC (Risk profile, Earnings, Good Corporate Governance, dan
Capital) (Studi pada PT. Bank Central Asia, Tbk Periode 2010-
109

2012).Jurnal Administrasi Bisnis.Vol. 17 No. 1 Desember 2014.


Universitas Brawijaya.
Lestari, Venny Dwi. 2012. Analisis Tingkat Kesehatan Bank-Bank Pemerintah
Dengan Menggunakan Metode Camels Dan Analisis Diskriminan
Periode 2006-2008.http://gunadarma.ac.id/. Diunduh tanggal 29, bulan
April, tahun 2014.
Lotus Mega Fortrania (2015).Analisis Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah dengan Metode CAMELS dan RGEC. (Studi
pada Bank Syari’ah periode 2011-2013).
Lukman Dendawijaya. (2009). Manajemen Perbankan.Jakarta : Ghalia Indonesia.
Ngadirin Setiawan. (2012). Analisis Laporan Keuangan : Penilaian
Kesehatan Bank (Bahan Perkuliahan). Yogyakarta : UNY
Martono. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia
Nathalia, Monica. 2013. Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode
RGEC Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public
Di Indonesia Stock Exchange (IDX) Tahun 2011 - 2012. Universitas Bina
Nusantara, Jakarta.

Noviantini Permata Yessi, Mangesti Rahayu, dan Maria Goretti Wi Endang NP.
(2015). Analisis Tingkat kesehatan Bank dengan menggunakan
Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning,
dan Capital. (Studi pada PT. Bank Sinar Harapan Bali Periode 2010-
2012).
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. (2013). Metodologi Penelitian
Bisnis.Yogyakarta : BPFE
Peraturan Bank Indonesia. (2011). Peraturan Bank Indonesia No. 13/PBI/2011,
tentang tata carapenilaian kesehatan bank umum.
Ragil Setiabudi. (2015). Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syari’ah berdasarkan Metode CAMELS dan RGEC. (Studi pada Bank
Syari’ah Periode 2011-2013).
Rini Rachmaningsih. (2009) Penilaian Kesehatan Bank Pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Periode 2007 – 2008. Skripsi. FISE UNY.

Permana, Bayu Aji. 2012. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode
CAMELS dan Metode RGEC. Jurnal Universitas Negeri Surabaya.
Surabaya.
Refmasari, Veranda Aga dan Setiawan, Ngadirin. 2014. Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Menggunakan Metode RGEC Dengan Cakupan
Risk Profile, Earnings, dan Capital Pada Bank Pembangunan Daerah
110

Provinsi Daerah 142 Istimewa Yogyakarta Tahun 2012. Jurnal Profita


2014 Universitas Negeri Yogyakarta, 2(1) h:41-54.
Riyadi, Selamet. 2006. Banking Assets and Liability Management. Edisi Ketiga.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Santi Budi Utami. (2015) Perbandingan Analisis CAMELS dan RGEC Dalam
Menilai Tingkat Kesehatan Bank Pada Unit Syariah Milik Pemerintah
(Studi kasus : PT Bank Negara Indonesia, Tbk Tahun 2012-2013).
Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya. Yogyakarta : Salemba Empat
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Perihal: Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia.
Surat Edaran Bank Indonesia.(2011). Surat Edaran Bank Indonesia No.
13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, tentang Matriks Perhitungan
Analisis Komponen Faktor Analisis RGEC untuk Bank Umum.
Taswan. (2008). Akuntansi Perbankan : Transaksi dalam Valuta Rupiah.
Yogyakarta: UPP STIN YKPN.
Totok Budisantoso dan Nuritomo. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan
Lain.Jakarta : Salemba Empat. Undang-undang. (1998).
Triandaru, Sigit dan Budisantoso, Totok. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain, Edisi II. Jakarta: Salemba Empat.
Undang-undang No. 10 Tahun 1998, tentang Perbankan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan.


www.bi.go.id www.bpdbali.co.id

Veranda Aga Refmasari. (2013). Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum


menggunakan Metode RGEC Dengan Cakupan Risk Profile, Earnings, dan
Capital pada Bank Pembangunan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 2012. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Wiranthari Dwinanda, dan Wiagustini . (2015).Analisis Penilaian Tingkat


Kesehatan Bank Pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali Berdasarkan
Metode RGEC. (Studi pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Periode
2012-2013).
111

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai