Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Materi Diskusi
Sebelum membahas mengenai proses sensasi dan persepsi maka kita harus
mempelajari tentang Otak. Otak adalah pusat dari seluruh proses ini, karena otak
mengolah dan memaknai informasi yang diterima dari Sistem saraf perifer. Sistem
tersebut tersusun dari saraf-saraf yang terletak diluar sumsum tulang belakang atau
otak yang terlibat dalam sensasi dan persepsi.
Otak Komputasional.

Seperti gambar di atas, energi fisik (yang berada dalam jangkauan


pendeteksian manusia) menstimulasi sistem sensorik dan tertransduksi (diubah ke
energy neural oleh organ-organ sensorik). Energi neural ini disimpan sesaat di
penyimpanan sensorik, dan selanjutnya diproses oleh sistem saraf pusat (CNS -
central nervous system) dan disandikan, dan mungkin dikirim ke sistem memori
untuk diproses lebih lanjut. Hasilnya dapat memicu serangkaian respons yang
diproses lebih lanut sebagai bagian medan stimulus.

B. Uraian Diskusi
1. Definisi Sensasi dan Persepsi
Sensasi adalah pendeteksian dini terhadap stimuli secara spontan
tanpa penguraian verbal, simbolis, dan konseptual yang
berhubungan dengan alat indera.

Persepsi adalah cara seseorang dalam menginterpretasikan


sesuatu yang ditangkap oleh alat indera.
Dari gambar d
2. Penyimpanan Ikonik (Iconic)
Menurut Neisser 1967 dalam buku Psikologi Kognitif berpendapat
bahwa menamai kemampuan kesan-kesan visual untuk menetap
selama jangka waktu singkat (sehingga dapat diproses lebih lanjut)
sebagai memori ikonik (iconic memory). Beberapa ahli
mempertanyakan ketepatan penggunaan istilah memori dalam
menjelasan fenomena ini. Bagi psikolog kognitif, istilah memori
menyiratkan adanya penyandian (coding) dan penyimpanan
(storage) informasi, yang melibatkan penyimpanan, penemuan-
penemuan terbaru menunjukkan bahwa memori ikonik terpisah dari
proses-proses kognitif tingkat tinggi (seperti atensi). Penyimpanan
ikonik hanyalah meneyrupai semacam arsip foto (snapshot) tentang
medan pengelihatan. Setiap arsip hanya bertahan sekitar satu detik.
Tujuan “arsip foto” tersebut adalah memberikan otak kesempatan
untuk mampu menyamai kecepatan informasi visual yang diterima
otak berkesempatan untuk mampu menyamai kecepatan informasi
visual yang diterima dari mata.
George Sperling, 1960 dalam buku Psikologi Kognitif memberikan
argumen bahwa jika ikon (atau kesan visual) sedang memudar saat
partisipan berusaha melaporkan seluruh huruf dalam penyimpanan
ikoniknya, maka partisipan mungkin hanya melaporkan sebagian
dari keseluruhan huruf .

Hasil Diskusi:
Kelompok kami menyimpulkan tentang definisi Penyimpanan
ikonik bahwa penyimpanan iconic adalah kesan visual yang
menetap secara singkat (selama ¼ - 5 detik).
Sperling mengembangkan suatu teknik pelaporan-pelaporan
(partial-report technique) yang di dalamnya seseorang partisipan
ditunjukan satu daftar huruf, selama 50 milidetik. Huruf-huruf
tersebut adalah sebagai berikut:

Jika partisipan berupaya mengingat Sembilan huruf, mereka


mungkin hanya sungguh-sungguh mampu mengingat empat atau
lima. Namun, dalam penelitiannya, sparling menyajikan huruf-huruf
dengan nada yang berbeda—tinggi, sedang, dan rendah. Partisipan
mampu menyediakan “laporan parsial” tentang informasi. Hasilnya,
partisipan mampu menyediakan dengan tepat, hamper selalu 100
persen pada setiap pengujian. Karena para partisipan tidak
mengetahui isyarat yang akan digunakan sebagai bantuan, kita dapat
mengatakan bahwa kesembilan huruf tersebut memang tersimpan di
memori ikonik; artinya ruang penyimpanan memori ikonik
setidaknya dapat menyimpan sembilan item. Penelitian Sperling
juga memvariasikan waktu antara penayangan huruf-huruf dengan
penyembunyian isyarat nada, sehingga para peneliti dapat mengukur
jangka waktu yang diperlukan sebelum penyimpanan ikonik
memudar dan lenyap. Jika nada diberikan lebih dari 1 detik setelah
huruf ditampilkan, kemampuan mengingat turun menjadi sama
dengan saat partisipan diminta mengulangi sembilan huruf secara
keseluruhan (whole-report examinations).
Salah satu penelitian memvariasikan interval antara penampilan
huruf dengan munculnya isyarat (berupa nada atau tampilan
tertentu). Hasilnya, jangka waktu penyimpanan memori ikonik
sebesar 250 milidetik (1/4 detik).

3. Penyimpanan Echoic
Nesser 1967 dalam buku Psikologi Kognitif menyebutkan memori
ekhoik, penyimpanan ekhoik serupa dengan penyimpanan ikonik
dalam 2 hal:
1. Informasi sensorik mentah disimpan dalam ruang penyimpanan
(agar informasi mentah tersebut dapat diolah lebih lanjut)
2. Jangka waktu penyimpanan sangatlah singkat (sama dengan
memori ikonik, yakni sekitar 250 milidetik hingga 4 detik).
Seperti penyimpanan ikonik, yang berfungsi menyediakan waktu
tambahan untuk mengamati stimuli yang menghilang dari
penglihatan, penyimpanan ekhoik memberikan waktu tambahan
bagi kita untuk mendengarkan pesan. Kegunaan penyimpanan
ekhoik menjadi jelas apabila kita mempertimbangkan kerumitan
proses dalam memahami sebuah pembicaraan sederhana. Implus-
implus auditorik yang diindera sebagai “percakapan” akan
bertambah jumlahnya sering berlalunya waktu. Informasi yang
terkandung dalam satu bagian kecil percakapan, music, atau bunyi-
bunyian lain tidak akan bermakna kecuali ditempatkan dalam
konteks yang tepat, bersama suara-suara lain. Penyimpanan ekhoik
berfungsi sebagai “lem” yang secara singkat menyimpan informasi
auditorik sehingga seluruh informasi auditorik dapat dipahami.

Hasil Diskusi :
Kami menyimpulkan bahwa penyimpanan echoic adalah kesan
audio yang menetap secara singkat.
Contoh, terdapat 4 orang berbicara angka atau kata secara yang
berbeda dalam waktu bersamaan, dan terdapat 1 orang yang
mendengarkan dan kemudian mengatakan apa yang di dengar itu.

4. Struktur Persepsi Visual


 Stimulus
Rangsangan yang diterima oleh panca indera.
 Transduktif
Menurut plotnik (2005:94) proses pengelihatan melewati 2
tahap: Pertama, mata mengumpulkan dan memfokuskan
gelombang cahaya kedalam suatu area, tepat dibelakang
kedua bola mata. Kedua, bagian tersebut menyerap dan
mengubah gelmbang cahaya menjadi impuls-impuls. Ini
merupakan suatu proses yang dikenal sebagai transduksi.
 Primary Area
Dibagian paling belakang setiap cuping occipital, terletak
cortex penglihatan utama, yang mengubah implus-implus
syaraf menjadi sensasi penglihatan sederhana seperti
jaringan (texture), garis, dan warna.
 Association Area
Korteks pengelihatan utama mengirimkan sensai
pengelihatan yang sederhana ke area asosiasi terdekat,yang
berfungsi memberikan makna atau menghubungkan sensasi
tersebut dengan bagian-bagian lain dari rangsangan.
Terdapat area asosiasi pengelihatan di masing-masing
hemisphere. Apabila asosiasi pengelihatan rusak kita akan
mengalami agnosia, pengelihatan yang menyebabkan
kesulitan dalam mengumpulkan sensasi pengelihatan secara
lebih lengkap yaitu bayangan bermakna.
 Personalized Perception
Pengalam yang diperoleh individu berikut dengan cermat
dan memori juga keadaan di likungan sekitar ditambahkan
kedalam persepsi individu tersebut. Dengan stimulus yang
sama tetapi dengan persepsi yang berbeda pada setiap
individu tergantung pengalaman masing-masing.

5. Pemrosesan Informasi Bottom Up dan Top Down


Teori yang pertama adalah
Kami menyimpulkan bahwa :
Teori pertama: Pemrosesan buttom-up (bottom- up processing)
yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali oleh
identifikasi terhadap bagian-bagin spesifik dari suatu pola.

Teori kedua: pemrosesan top-down (top down processing) yakni


teori yang mengajukan gagasan bahwa proses pengenalan diawali
oleh suatu hipotesis mengenai identitas suatu pola, yang diikuti
oleh pengenalan terhadap bagian-bagian pola tersebut. Berdasarkan
asumsi yang sebelumnya telah dibuat.

Hasil diskusi:
Bottom Up adalah pengenalan suatu objek diawali identifikasi
terhadap bagian-bagian tertentu.

Top Down adalah pengenalan suatu objek diawali hipotesa diikuti


pengenalan bagian-bagian pola.

6. Rekognisi Pola
Rekognisi pola, melibatkan proses membandingkan :
a. Informasi diterima oleh indera (DDS)
b. Pengetahuan yang disimpan dalam memori (CDS)
Proses yang menjembatani proses deteksi sinyal penginderaan
yang sederhana (DDS) dengan persepsi terhadap pola-pola yang
kompleks (CDS).

Kami menyimpulkan bahwa rekognisi pola adalah proses


pengenalan kembali terhadap pola yang pernah dikenal.
Contoh mendengarkan lagu jaman dulu dan mengingat teman
lama.

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi


a. Faktor internal
 Faktor fisiologis: interprestasi terhadap lingkungan
akan berbeda karena setiap orang memiliki
kapasitas indera yang berbeda-beda.
 Perhatian: jumlah energi yang dikeluarkan untuk
memperhatikan akan mempengaruhi persepsi
terhadap suatu objek.
 Minat : besar ketertarikan seseorang terhadap
sesuatu akan mempengaruhi persepsi.
 Kebutuhan yang searah : kuatnya seseorang mencari
obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan
jawaban sesuai dengan dirinya dapat mempengaruhi
persepsi.
 Pengalaman dan ingatan : Pengalaman dapat
dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh
mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian
lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam
pengertian luas.
 Suasana hati : Keadaan emosi mempengaruhi
perilaku seseorang, mood ini menunjukkan
bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang
dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam
mempersepsikan sesuatu.

b. Faktor eksternal
 Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus
Bentuk suatu obyek akan mempengaruhi
 Warna dari obyek-obyek
 Keunikan dan kekontrasan stimulus
 Intensitas dan kekuatan dari stimulus
 Motion atau gerakan

8. Defisit-defisit dalam persepsi


 Ilusi adalah suatu persepsi panca indera yang disebabkan
adanya rangsangan panca indera yang ditafsirkan secara
salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah
dari suatu rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh,
seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat
meng-interpretasikan suara gemerisik daun-daun sebagai
suara yang mendekatinya.
 Halusinasi adalah persepsi panca indera yang terjadi tanpa
adanya rangsangan pada reseptor-reseptor panca indera.
Dengan kata lain, halusinasi adalah persepsi tanpa obyek.
Halusinasi merupakan suatu gejala penyakit kejiwaan yang
gawat (serius). Individu mendengar suara tanpa adanya
rangsangan akustik. Individu melihat sesuatu tanpa adanya
rangsangan visual, membau sesuatu tanpa adanya
rangsangan dari indera penciuman.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Sensasi adalah pendeteksian dini terhadap stimuli secara spontan tanpa
penguraian verbal, simbolis, dan konseptual yang berhubungan dengan
alat indera.
Persepsi adalah cara seseorang dalam menginterpretasikan sesuatu yang
ditangkap oleh alat indera.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/saiful22/pemrosesan-bottom-up-dan-pemrosesan-
top-down_552b69f66ea834db428b4568
https://dolanangon.wordpress.com/2012/06/14/persepsi-ilusi-dan-halusinasi/
http://destiputriandini.blogspot.co.id/2015/03/proses-persepsi.html

Anda mungkin juga menyukai