Anda di halaman 1dari 4

Indonesia yang memiliki begitu banyak keragaman, mulai dari suku, bahasa, adat istiadat dan agama,

tentu pada tataran tertentu dapat saja menjadi sumber konflik berkepanjangan. Untuk itulah perlu ada
sikap tenggang rasa, perlu juga memiliki sikap hati yang bijaksana dan rendah hati untuk memaknai
semua perbedaan itu. Bahwa keragaman dan perbedaan itu harusnya disyukuri sebagai bentuk
kekayaan yang tak ternilai harganya. Berbeda itu indah. Berbeda itu adalah keniscayaan. Dan sejak dunia
diciptakan, tentu Tuhan sendiri sudah menghendaki supaya ada perbedaan dan keberagaman.

pendidikan character building dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:


1.Personal Character Building
Pembangunan karakter ini bersifat individu, yaitu berbagai nilai dan perilaku yang
seharusnya dimiliki oleh setiap orang dan menjadi ciri khas kepribadiannya. Elemen-elemen
karakter individu ini meliputi:
a.Keimanan/keyakinan
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama. Oleh karena itu, setiap warga
negara seharusnya memiliki keimanan yang kuat dan mau menjalankan perintah
agamanya masing-masing secara baik dan konsisten. Orang yang beriman akan selalu
takut kepada Tuhan dan berusaha untuk berbuat baik kepada sesama. Ia tidak akan mau
melakukan perbuatan-perbuatan yang membuat murka Tuhan maupun yang merugikan
orang lain.
Oleh karena itu, pendidikan agama sangatlah penting. Sekalipun demikian, masih banyak
para orang tua yang menyerahkan pendidikan agama anak-anaknya ke sekolah, pesantren,
masjid atau lembaga pendidikan lainnya. Padahal, penanaman nilai-nilai keimanan dan
pokok-pokok agama harus diterapkan sejak dini di dalam keluarga. Orang tua memegang
peran dan tanggung jawab utama dalam hal ini.
Kita lihat saja, terutama di sekolah-sekolah umum, persentase pendidikan agama kecil
sekali, bahkan hanya dua jam pelajaran dalam seminggu. Itupun lebih cenderung bersifat
kognitif semata. Selain itu, jika orang tua tidak berhati-hati, tak jarang anaknya belajar
agama secara salah dan masuk dalam perangkap ajaran sesat.
Peranan agama dalam pendidikan karakter individu sangatlah besar. Beragama secara
baik akan membuahkan perilaku yang baik pula. Keimanan akan dijadikan dasar dalam
setiap langkah dan perbuatan. Penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari
akan membentuk karakter individu dalam berbagai aspek. Inilah dasar pokok yang harus
dimiliki oleh setiap orang di negeri ini.
Jika setiap orang telah memiliki iman yang kuat dan pengamalan ajaran agama secara
baik, ia tidak mungkin akan melakukan perbuatan-perbuatan seperti menyakiti orang lain,
menyebar isu, memprovokasi dan memfitnah, ikut ajaran sesat, korupsi dan mencuri,
malas bekerja, tidak toleran, berbuat jahat dan lain sebagainya.
b.Kejujuran
Setelah keimanan, elemen berikutnya yang tak kalah pentingnya adalah nilai kejujuran,
yang merupakan representasi dari keimanan itu sendiri. Di zaman sekarang ini, mungkin
kejujuran adalah barang langka. Banyak sekali orang yang pintar, tapi sangat sedikit
orang yang jujur. Mudah sekali menemukan orang yang pintar, tapi sangat sulit
menemukan orang yang jujur. Walau pada kenyataannya masih cukup banyak orang jujur
di Indonesia ini, tapi mereka tak berdaya menghadapi kelompok kecil manusia yang
korup dan punya kekuasaan.
Kita seharusnya malu menjadi bangsa yang suka mengklaim sebagai negara yang
penduduknya agamis, sementara para praktik kehidupan sehari-hari kita tidak memiliki
kejujuran. Di satu sisi kita mengaku beriman, kita melaksanakan shalat, tapi di sisi lain
kita juga melakukan korupsi, menipu, berbohong, bersumpah palsu, merekayasa dan
sejenisnya. Seakan-akan agama hanyalah simbol semata, seakan-akan shalatnya hanyalah
pura-pura belaka.
Orang rela berkata dan berbuat tidak jujur hanya demi meraih kekuasaan dan kekayaan.
Orang rela berbohong dan bersumpah palsu demi terbebas dari jeratan hukum dan
pengadilan. Orang bersedia merekayasa fakta dan data demi tercapainya kepentingan
pribadi dan golongan.
Di abad informasi seperti sekarang ini, kejujuran dalam hal berita dan tulisan juga sangat
penting. Masih banyak kita temui informasi yang menyesatkan, berita yang
membingungkan dan tidak jelas, berita yang tidak jujur dan fair. Bahkan, tak jarang
penulis yang berbuat curang dan culas demi sebuah ketenaran, seperti plagiat, menjiplak,
atau mengakui karya orang lain sebagai karyanya sendiri.
Menurut saya, satu-satunya cara untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran pada individu
adalah memberikan pemahaman agama yang baik dan benar. Orang yang takut pada
Tuhan, otomatis takut juga untuk berbuat tidak jujur. Orang yang percaya pada hari
akhirat, ia juga percaya bahwa setiap perbuatan – sekecil apapun – akan mendapatkan
balasan setimpal. Orang yang beriman akan yakin bahwa setiap ketidakjujuran, akibatnya
akan kembali pada diri sendiri.
c.Kerja Keras
Setelah keimanan dan kejujuran, elemen penting dari karakter pribadi yang perlu
dibangun adalah kerja keras. Inilah karakter yang mulai menurun pada bangsa ini,
terlebih yang terjadi pada para pejabat dan pegawai. Sebagian dari mereka memilih
“kerja pintas” untuk meraih kesuksesan dan kekayaan. Inilah yang membuat mereka
melakukan korupsi, penyelengan dan penyimpangan, penyalahgunaan wewenang,
rekayasa dan semacamnya. Mereka lupa bahwa untuk memperoleh sesuatu harus melalui
kerja keras dan perjuangan. Tidak ada yang instan di dunia ini.
Selain itu, tidak adanya karakter kerja keras juga menimpa rakyat jelata kita. Mereka
tetap dalam kemiskinan, mereka tetap dalam kebodohan, mereka tetap terbelakang,
karena mereka tidak mau berusaha mengubah hidup mereka. Akibatnya, kondisi itu
merangsang mereka untuk berbuat kejahatan, seperti mencuri, merampok, menjarah,
membunuh, menjadi gelandangan, menjadi pengemis, menjadi pekerja seks dan penyakit
sosial lainnya. Bagaimana mungkin mereka akan andil dalam pembangunan bangsa,
sementara memenuhi kebutuhan primer saja mereka belum mampu.
d.Kemandirian
Kemandirian juga termasuk karakter individu yang penting untuk membangun bangsa.
Karakter ini seharunya dibentuk sejak kecil dan dimulai dari keluarga. Mulai dari hal-hal
sepele, seperti mencuci pakaian sendiri, menyiapkan kebutuhan sekolah sendiri, hingga
perilaku kreatif, seperti kemampuan mencipta atau membuat barang/produk, berlatih
mencari penghasilan sendiri dan sebagainya.
Begitu pula dengan kondisi lapangan kerja yang sulit seperti sekarang ini, maka
seseorang dituntut untuk bisa mandiri, dalam arti mampu menciptakan lapangan kerja
sendiri. Tidak hanya mengharap pada pemerintah untuk membuka lapangan kerja atau
malah pasrah dengan keadaan.
Sedangkan secara nasional, kemandirian dapat diartikan kemampuan negara untuk berdiri
di atas kaki sendiri, tidak tergantung pada negara lain. Jika hal ini bisa dilakukan, tidak
akan ada lagi istilah hutang ke IMF, hutang ke Bank Dunia atau hutang yang diwariskan
ke anak-cucu generasi bangsa.
2.Community Character Building
Kita hidup dalam masyarakat (komunitas) yang heterogen. Berbeda agama, suku bangsa,
bahasa, adat-istiadat, budaya, pendidikan, sejarah dan sebagainya. Agar kehidupan bisa
berjalan dengan baik dan rukun, maka setiap kelompok atau golongan harus memiliki
karakter sebagai berikut:
a.Saling Menghormati dan Menghargai
Inilah karakter penting yang harus ditumbuhkembangkan dalam masyarakat yang plural.
Timbulnya berbagai konflik dan gesekan biasanya berakar dari tiadanya sikap saling
hormat-menghormati dan menghargai antarkelompok dan golongan yang ada. Hindari
juga sikap fanatisme golongan, merasa paling baik, merasa lebih tinggi dari yang lain,
merasa mayoritas dan berbagai sikap lainnya yang bisa memicu pertentangan.
b.Sikap Toleransi
Ini juga termasuk karakter yang mulai pudar dalam masyarakat kita. Sebagian dari kita
tidak menyadari bahwa kita hidup dalam masyarakat yang majemuk. Masing-masing
kelompok dan golongan tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga
negara. Kita tidak boleh memaksakan keinginan dan kehendak kita kepada kelompok
lainnya. Wujud dari sikap toleransi adalah kita memberikan kebebasan kepada orang atau
golongan lain untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan mereka, serta
memberi ruang kepada etnik lain untuk melakukan ritual budaya dan tradisi leluhur
mereka. Kasus penutupan atau penyerangan gereja, bentrokan fisik dengan warga
Ahmadiyah adalah contoh tidak adanya sikap toleransi dalam masyarakat kita.
c.Saling Bekerjasama dan Tolong-Menolong
Untuk mencapai tujuan bersama, diperlukan kerjasama dan tolong-menolong
antarkelompok masyarakat yang ada. Kita tidak mungkin meraih kesejahteraan dan
kemakmuran jika harus berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing kelompok memiliki
kelebihan dan kekurangannya. Untuk itulah, semua potensi yang ada perlu disatu-
padukan agar terbentuk kekuatan baru dalam pembangunan.
Jika ketiga karakter bermasyarakat di atas bisa terlaksana dengan baik, maka akan terwujud
sebuah masyarakat yang damai, tenang, aman, adil dan rukun.
3.Nation Character Building
Setelah setiap orang memiliki karakter individu seperti telah diuraikan di atas, demikian
halnya setiap kelompok yang ada dalam masyarakat juga telah menunjukkan karakter
komunitasnya, maka tidaklah sulit untuk mewujudkan pendidikan karakter bangsa (nation
character building). Maka selanjutnya, secara nasional, karakter yang harus dibangun adalah:
a.Jiwa Persatuan dan Kesatuan
Indonesia terdiri dari berbagai agama, suku bangsa, bahasa, adat-istiadat dan budaya.
Oleh karena itu, persatuan dan kesatuan bangsa perlu dijaga dan dilestarikan. Setiap
elemen bangsa perlu menyadari arti pentingnya Bhinneka Tunggal Ika, termasuk
menjalankan isi Sumpah Pemuda dalam kehidupan berbanga dan bernegara. Kita lebih
mengedepankan semangat keindonesiaan daripada semangat kelompok atau golongan.
Jika kita bersatu, maka kita akan kuat dan kokoh. Jika kita bersatu, maka berbagai
permasalahan bangsa akan dengan mudah diatasi. Tidak akan ada lagi perpecahan dan
permusuhan, tidak ada lagi separatisme atau yang hendak merdeka dan mendirikan
negara sendiri. Konflik di Maluku dan Papua akhir-akhir ini menunjukkan bahwa jiwa
persatuan dan kesatuan kita belumlah tertanam dengan baik dan menjadi karakter setiap
elemen bangsa.
b.Merasa Senasib dan Sepenanggungan
Pengalaman dijajah oleh beberapa bangsa Eropa dan Asia Timur, membuat kita merasa
senasib dan sepenanggungan. Kita adalah bersaudara. Untuk itu, kita perlu bahu-
membahu dan berjuang demi tegaknya negara kesatuan Republik Indonesia dan demi
terlaksananya pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai