Laporan Pendahuluan Peritorits Di Print
Laporan Pendahuluan Peritorits Di Print
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN DIAGNOSA PERITONITIS
DI RUANG 13 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR, MALANG
A. Definisi
B. Klasifikasi
a. Luka trauma atau penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke
dalam cavum peritoneal.
b. Perforasi organ-organ dalam perut. Seperti di akibatkan oleh bahan kimia.
Perforasi usus sehingga feces keluar dari usus. Komplikasi dari proses
inflamasi organ-organ intra abdominal, misalnya appendicitis.
c. Peritonitis Tersier
Peritonitis ini terjadi akibat timbulnya abses atau flagmon dengan atau tanpa
fistula. Yang disebabkan oleh jamur, peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat
ditemukan. Seperti disebabkan oleh iritan langsung, seperti misalnya empedu, getah
lambung, getah pancreas, dan urine.
C. Etiologi
a. Infeksi bakteri :
Organisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal atau pada wanita dari organ
reproduktif internal. Bakteri paling umum yang terkait adalah E. coli, klebsiella,
proteus, dan pseudomonas.
b. Sumber eksternal seperti cedera atau trauma (misal luka tembak atau luka tusuk)
atau inflamasi yang luas yang berasal dari organ diluar peritoneum seperti ginjal.
D. Manifestasi Klinis:
e. Ileus paralitik (paralisis saluran cerna akibat respon neurogenik atau otot terhadap
trauma atau peradangan) muncul pada awal peritonitis.
f. Tanda-tanda umum peradangan misalnya demam, peningkatan sel darah putih dan
takikardia.
h. Dehidrasi
i. Lemas
l. Nafas dangkal
o. Berkeringat dingin
p. Pekak hati menghilang
E. Patofisiologi
Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai
sumber.Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit
visceral atau intervensibedah yang merusak keadaan abdomen. Selain jumlah bakteri
transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis juga terjadi
karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan
pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya disertai
dengan pertumbuhan bakteri lain ataujamur.
F. PATHWAY
Steptokok Cedera Benda asing
Bakteri stapilokok perforasi dialysis, tumor
eksternal saluran cerna
Masuk ke
rongga
peritoneum
Peritonitis
Perlekatan Nyeri
fibrasa Absorpsi
menurun Hipertermi
Refluk makan
ke atas Kekurangan
volume cairan
Mual, muntah,
anoreksia
Intake
inadekuat
Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
G. Komplikasi
a. Septikemia dan syok septic.
b. Syok hipovelmia.
c. Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan
multi system.
d. Abses residual intraperitoneal
e. Eviserasi luka.
f. Obstruksi usus
g. Oliguri
H. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap : sel darah putih meningkat kadang-kadang lebih dari
20.000 /mm3. Sel darah merah mungkin meningkat menunjukan
hemokonsentrasi.
f. Pemeriksaan foto abdominal, dapat menyatakan distensi usus ileum. Bila perforasi
visera sebagai etiologi, udara bebas akan ditemukan pada abdomen.
I. Penatalaksanaan
a. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus utama dari
penatalaksanaanmedik.
b. Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah.
c. Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi abdomen.
d. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi
ventilasi.
e. Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator juga
diperlukan.
f. Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab kematian utama).
g. Tindakan pembedahan diarahkan pada eksisi (appendks ), reseksi ,
memperbaiki (perforasi ), dan drainase ( abses ).
h. Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal
J. Pencegahan
Pencegahan peritonitis adalah dengan menjaga kebersihan diri yang baik
K. Prognosis
Menurut Sylvia Price dan Lorraine (2012) penyakit ini baik pada peritonitis
loal dan ringan sedangkan prognosisinya buruk (mematikan) pada peritonitis
generalisata yang disebabkan oleh organisme virulens.
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah pasien, agar dapat memberi arah kepada tidakan keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data,
pengelompokkan data perumusan diagnosis keperawatan.
A. Identitas kliean meliputi, Nama pasien, Umur, Jenis kelamin, Suku /Bangsa,
Pendidikan, Pekerjaan, Alamat
B. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kesakitan di bagian perut
sebelah kanan dan menjalar ke pinggang.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Peritinotis dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia,
peritoneal diawali terkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal ginjal
kronik, lupus eritematosus, dan sirosis hepatis dengan asites.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Seseorang dengan peritonotis pernah ruptur saluran cerna, komplikasi post
operasi, operasi yang tidak steril dan akibat pembedahan, trauma pada
kecelakaan seperti ruptur limpa dan ruptur hati.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika peritonitis ini
disebabkan oleh bakterial primer, seperti: Tubercolosis. Maka
kemungkinan diturunkan ada.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem pernafasan (B1)
Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea, retraksi otot bantu
pernafasan serta menggunakan otot bantu pernafasan.
2. Sistem kardiovaskuler (B2)
Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi dan
hipovelemia vaskular karena anoreksia dan vomit. Didapatkan irama
jantung irregular akibat pasien syok (neurogenik, hipovolemik atau
septik), akral : dingin, basah, dan pucat.
3. Sistem Persarafan (B3)
Klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun
hanya mengalami penurunan kesadaran.
4. Sistem Perkemihan (B4)
Terjadi penurunan produksi urin.
5. Sistem Pencernaan (B5)
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul
akibat proses ptologis organ visceral (seperti obstruksi) atau secara
sekunder akibat iritasi peritoneal. Selain itu terjadi distensi abdomen,
bising usus menurun, dan gerakan peristaltic usus turun (<12x/menit).
6. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut
dengan aktivitas. Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot
mengalami kelelahan, dan turgor kulit menurun akibat kekurangan
volume cairan.
G. Pengkajian Psikososial
Interaksi sosial menurun terkait dengan keikutsertaan pada aktivitas
sosial yang sering dilakukan.
H. Personal Hygiene
Kelemahan selama aktivitas perawatan diri.
I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidak mamapuan untuk mengabsorbsi nutrien
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
4. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
J. Intervensi keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam
diharapkan nyeri hilang dengan kriteria hasil :
NOC:-Pain level, pain control, comfort level
- TTV dalam rentang normal
TD : 90-120 mmHg
70-90
N : 60-100 x/menit
S : 36,5-37,5 oC
RR : 16-24 x/menit
-Mampu mengontrol nyeri
-Mampu mengenali nyeri
-Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC:Pain Management
- Monitor TTV
- Ajarkan tentang teknik non farmologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungann yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Monitor TTV
- Kaji adanya alergi makanan
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
- Kaji adanya alergi makanan
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam
diharapkan volume cairan terpenuhi dengan kriteria hasil:
NOC: Electrolitand acid base balance
- TTV dalam rentang normal
TD : 90-120 mmHg
70-90
N : 60-100 x/menit
S : 36,5-37,5 oC
RR : 16-24 x/menit
- Terbebas dari edema, efusi, anaskara
- Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular
- Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru output
jantung dan vital sign dalam batas normal
- Monitor TTV
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Kaji lokasi dan luas edema
- Kolaborasi pemberian diuretic sesuai interuksi
4. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam
diharapkan dehidrasi terpenuhi dengan kriteria hasil:
NOC: Thermoregulation
- TTV dalam rentang normal
TD : 90-120 mmHg
70-90
N : 60-100 x/menit
S : 36,5-37,5 oC
RR : 16-24 x/menit
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
- Monitor TTV
- Berikan antibiotik
- Kolaborasi pemberian cairan intravena
- Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan
Daftar pustaka
Wim de.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed. Revisi.EGC.Jakarta Price, Anderson
Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarta : EGC.