Length : 3.219
Author : balqishtrna
Kyungsoo sangat menyukai keheningan. Sunyi, sepi. Tapi bukan keheningan seperti ini, bukan
kesunyian yang sangat asing, bukan kesepian yang mengantarnya kesebuah lubang hitam
bernama perpisahan.
Hari itu, kyungsoo merasakan nafasnya terasa begitu sesak. Begitu sesak sampai ia merasa
semua organ tubuhnya tidak berfungsi. Membeku. Bagaikan es yang siap untuk pecah. Ponsel
yang ia genggam masih sangat terhubung dengan seseorang disebrang sana. Kyungsoo tau itu.
tapi ia membiarkannya. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan pada ‘seseorang’ itu. mungkin
juga ia tak mampu untuk berbicara. Bibirnya bergetar. Berusaha kuat untuk tidak menangis. Ini
mimpi buruknya.
Kyungsoo mengambil kunci mobil dan berlari. Ia mencoba membuang semua pikiran negatif
yang terus berputar didalam kepalanya dan berharap dia akan baik-baik saja. Ya Tuhan,
semoga tidak akan terjadi hal apapun. Itu yang kyungsoo harapkan. Tapi tidak. ia tidak akan
mengharapkan sesuatu yang belum terjadi. Bagaimana jika harapan itu... palsu. Ya. Bagaimana
jika harapan itu dihancurkan. Itu tragis. Tapi mengapa kyungsoo masih terus berharap bahwa
ini hanyalah sebuah khalayan ?
Rumah sakit
Kyungsoo tidak suka tempat itu. itu buruk. Bukankah semua kabar buruk berawal dari rumah
sakit ? maka dari itu kyungsoo membenci tempat itu, karena tempat itu juga terkadang...
menghancurkan harapan orang lain. Menghancurkan harapan hidup seseorang. Dan kyungsoo
takut, jika tempat itu juga akan mengahancurkan harapannya. Tapi kenapa ia justru berada
disini sekarang ? kenapa ia malah berada ditempat penghancur harapan ini ? kyungsoo tak mau
menjawab pertanyaan itu. oh ya tentu saja.
Kyungsoo berhenti berlari, ia mendengar teriakan familiar. Itu teriakan kris. Tentu kyungsoo
tau itu. ia memejamkan matanya beberapa saat. Menghela nafas, dan kembali berjalan.
Kyungsoo harus bersiap-siap sebelum bom itu meledak, bukan ?
Baekhyun terlihat dari kejauhan, ia menangis. Lalu Kyungsoo melihat Chanyeol datang
menghampiri baekhyun, memeluknya dengan sangat erat agar baekhyun mau meredakan
tangisannya. Chanyeol selalu seperti itu. tak pernah mau mementingkan perasaannya. Ia lebih
mementingkan perasaan orang lain. Dan terkadang mereka semua benci hal itu. Tapi kyungsoo
malah mendengar tangisan baekhyun semakin kencang. Bahkan seperti menjerit. Lalu dengan
cepat chanyeol mengelus rambut baekhyun dengan lembut.
Dada kyungsoo terasa sesak. Ia sungguh tak mau mendengar apa yang sebenarnya terjadi.
Tidak. Tidak akan pernah mau. Tapi kenapa tubuhnya menyuruhnya untuk tetap mendekat ?
kyungsoo tak mengerti. Atau mungkin ia tak pernah mau untuk mengerti ?
Dan kyungsoo melihat semua orang yang ada disana. Bukan hanya ada chanyeol, baekhyun
dan juga kris. Tetapi disana Ada luhan dan minseok yang terduduk dikursi tunggu,
memejamkan matanya. Jongdae, sehun dan tao yang menangis, kyungsoo tau itu karena bahu
mereka bergetar hebat. Yizing dan kris sedang berdebat. Kyungsoo tak tahu apa yang mereka
bicarakan, tapi kyungsoo tahu bahwa yizing sedang menenangkan kris disana. Mengelus
bahunya yang naik turun. Yizing selalu mempunyai cara menenangkan kris. Selain joomyeon.
Chanyeol tersenyum kearah kyungsoo saat melihat kyungsoo tepat berada dihadapannya.
chanyeol masih setia menenangkan baekhyun yang tenggelam dalam pelukannya,sambil
menangis. Apa arti senyuman itu ? apa senyumam itu menunjukan bahwa semua baik-baik saja
? tapi kenapa senyuman itu justru membuat ia merasa aneh. Pikiran negatif itu kembali
menerjang kepalanya. Apa yang salah ?
Apa yang salah ?
Kyungsoo hanya menatap chanyeol, diam. tidak bersuara apapun. kyungsoo terlihat tenang.
Tapi tidak. Ia tidak akan pernah tenang sampai semua ini terjadi.
Chanyeol mendekat kearah kyungsoo. Menatapnya dalam. Chanyeol tak mau mengatakan ini.
Tapi bukankah kyungsoo harus tau. Tentu ia harus tahu. Dan harus mulai menerima kenyataan
ini. Sama sepertinya. Tidak. bukan hanya chanyeol dan kyungsoo yang harus menerima
kenyataan ini. Tapi semuanya.
Semuanya.
Chanyeol menghela nafas. Memejamkan matanya beberapa saat.
“ joomyeon hyung-
Kris memotong perkataannya. Mendorong chanyeol kesisi lain. menjauh dari kyungsoo.
Dengan cepat Luhan dan minseok langsung berdiri dan menahan kris untuk tidak bertindak
lebih lanjut. Mereka tahu, mungkin kris bisa saja membunuh chanyeol detik itu juga. kris hanya
tertekan. Sangat tertekan. Mereka semua harus mengerti itu.
Baekhyun kembali menangis. Baekhyun lemah untuk hal ini. Terlalu lemah. Tentu saja.
Kyungsoo tahu itu dan dengan cepat ia memeluk baekhyun untuk menenangkannya, sama
seperti yang chanyeol lakukan pada baekhyun tadi, sebelum ia datang.
“ tapi hyung-
Kris terjatuh kelantai. Tak kuat menopang beban yang sangat berat itu. ia lemah. Kris benci ini.
Ia lekaki. kenapa ia bisa selemah ini ? kenapa ? ia hanya tak bisa menerima semuanya. Tidak.
ia hanya belum mau mengerti.
Ponsel jongin berbunyi. Entah untuk yang keberapa kali. Jongin pun tak mau menghitungnya.
Untuk apa ?
Untuk apa ?
Sudah cukup ia mendengar berita itu. cukup sekali. Hanya sekali. Jongin tak mau mendengar
hal itu lagi. Ia hanya ingin sendiri. Ia hanya butuh waktu untuk bisa berpikir dengan jelas.
Disana terlalu gelap. Jongin takut itu. dan akhirnya ia memilih untuk disini. Lebih memilih
untuk Mencari cahaya itu. dan membawanya ke tempat gelap. jongin mengerti apa yang
dimaksud dengan tempat gelap itu.
Jongin lebih memilih untuk mendengar apa yang terjadi. sama sekali tidak mau melihat apa
yang terjadi. Selalu menutup matanya rapat-rapat. Dan membuka telinganya lebar-lebar.
Bukankah dengan mendengar semua menjadi belum pasti. Tapi bagaimana dengan melihat ? oh
tentu saja. Jika dengan melihat, bukankah Mimpi buruknya benar-benar terjadi ? Karena itu ia
lebih memilih disini. Bersembunyi untuk tidak melihat apa yang terjadi. Tidak mau melihat
mimpi buruknya yang berubah menjadi kenyataan.
Tapi jongin sadar. Mimpi buruknya itu memang benar-benar terjadi. Seberapa jauh pun ia
mencoba untuk berlari dan bahkan sembunyi, Jongin tak bisa menyangkalnya. Jongin hanya
tak bisa menerimanya. Apa itu salah ? salahkah ? salahkah jika ia belum bisa menerima
keadaan ini. Salahkah jika ia belum bisa menerima semua beban berat ini ? tidak. Jongin tidak
salah. Sama sekali tidak.
Merasakan matanya memanas. Jongin kembali menunduk. Bahunya kembali bergetar hebat.
Jongin tak tahu. Sudah berapa banyak ia menangis untuk sekarang ini. Jongin hanya tahu.
Bahwa itu sangat banyak. sangat banyak.
Kyungsoo sangat kosong saat itu. Ia merasa sepi, kehilangan, kacau dan semua aura negatif
yang hinggap di dirinya seperti sebuah beban yang amat berat yang harus dia pikul sendirian.
Mungkin ia akan terlihat kuat di luar, tapi hatinya seperti kaca yang mudah pecah jika tidak ada
yang menjaga nya dengan benar. Bening dan jernih. Sayang sekali, kyungsoo retak dan siap
untuk pecah. Ya. Siap untuk pecah. Mungkin setelah ini, akan benar-benar pecah dan tidak bisa
kembali utuh seperti saat kaca itu tegap dan terlihat sangat kuat.
Entah perintah dari mana, ia mendatangi tempat itu lagi. Tempat yang ia sebut rumah
keduanya, rumah bersama. dulu. Beda dengan sekarang, saat kyungsoo melihat tempat itu
terlintas beberapa kenangan di pikiran nya kenangan yang benar-benar sangat indah sekali dan
tidak mungkin bisa di lupakan begitu saja.TIDAK, tidak boleh.
Kyungsoo membuka knop pintu nya, lalu masuk dengan keraguan. hawa dingin lah yang
menyambutnya pertama kali dan kesunyian yang mengiringinya masuk. Kyungsoo berjalan
melewati ruang pertama mereka. Terbayang tawaan yang hangat, jeritan frustasi, tangisan dan
hembusan nafas di sekelilingnya. Sedetik kemudian, ia sadar. Semuanya semu.
Ini asing. Kyungsoo tidak biasa dengan hal seperti ini. kyungsoo benci ini. Sangat
membencinya.
Sofa ruang tengah mereka masih sangat nyaman, terawat dan bersih. Tidak ada setitik debu
sama sekali. Televisi tepat di depannya masih sangat berfungsi, masih menayangkan berbagai
acara favorit mereka semua, bahkan jam dinding berwarna jingga juga masih menempel rapi.
berdetak sesuai waktu-waktu yang berlalu. Lalu, apa yang salah?
Kyungsoo duduk tepat di tengah sofa. membayangkan kembali semuanya. ada sekelompok
perusuh yang akan bermain-main di sebrang sana, mereka sangat berisik. lalu nyanyian dengan
nada yang berantakan, kaus kaki yang berserakan dimana-mana.
Seperti sekarang, kyungsoo masih menunggu dua raksaksa yang biasanya akan mengapit
dirinya tepat di tengah-tengah mereka, lalu ia akan mencaci dan pulang ke kamarnya di iringi
gelak tawa yang sangat puas. Seperti sebuah skenario, mereka akan melakukan hal yang sama
setiap harinya.
Sayang sekali, raksaksa dan para kurcaci tidak akan seperti itu lagi.
kyungsoo hampir bangkit dari sofa sebelum ia mendengar decitan suara pintu yang di buka.
Tidak, dia tidak perlu repot-repot membalikan badannya dan melihat siapa yang datang.
Mungkin saja itu staff, atau orang suruhan kantor, atau apalah itu yang akan mengambil barang
keperluan panggung mereka yang tertinggal dan itu sama saja akan semakin melukai hatinya
lagi.
“ hyung ? ”
Tidak, dia bukan staff, dia bukan orang suruhan kantor. Itu Jongin.
Kyungsoo paham, ‘pulang’ yang Jongin maksud adalah pulang kepada orang tua dan
hyungnya. Jongin semakin mendekat, kyungsoo bisa dengar dari hentakan sepatunya yang
semakin terdengar jelas.
“ tidak ”.
Jongin berjalan melewati kyungsoo lalu menggantung jaketnya di kastop tepat di bawah jam
dinding, kyungsoo melihatnya. Itu jaket pemberian Luhan dari Beijing. Kyungsoo juga punya
Satu. yang Jongin berwarna merah. Sedangkan punya kyungsoo berwarna biru. Kyungsoo jadi
ingat. Mereka pernah bertengkar karena jaket itu. jongin lebih menginginkan yang berwarna
merah, padahal itu punya kyungsoo. Mereka berdebat. Dan akhirnya kyungsoo lah yang
menyerah dan mau bertukar jaket dengan jongin.
Terlalu banyak kenangan itu. sangat banyak. Bagaimana kyungsoo tidak sesakit ini. Jika
kenangan itu ribuan. Tidak. Mungkin jutaan.
Kyungsoo merasa ada beban lain di sampingnya. Oh, Jongin duduk di sebelahnya. Ia merasa
hawa hangat menempel di kulit sebelah kananya. Di luar hujan deras, tapi jongin sangat hangat.
ia harus berterima kasih pada jongin. Setidaknya, ia tidak sendirian, tidak ada kekosongan lagi
untuk sekarang. Hanya untuk sekarang. Bagaimana dengan nanti ? oh, kyungsoo tak mau
memikirkannya.
“ aku kehujanan ”
Jongin memulainya.
“ aku akan membuatkanmu coklat panas. Tunggu sebentar ” Kyungsoo berdiri, tapi jongin
menarik ujung jaketnya. Tak mau membiarkan kyungsoo meninggalkannya.
Kyungsoo menghempaskan dirinya lagi. Jongin langsung menyandarkan kepalanya pada bahu
kyungsoo.
“ kris hyung-
“ kris hyung pulang hari ini.” jongin memainkan jari-jarinya di udara. Berusaha untuk
menghiraukan perasaan itu dalam benaknya.
“ benarkah? ” kyungsoo merapatkan dirinya pada sofa. Ini akan menjadi topik yang sangat
berat untuknya. Ah, bukan hanya untuknya. tapi untuk semuanya.
“ ya. Dia sudah berprilaku baik dari sebulan yang lalu. Tidak ada yang pecah sama sekali di
ruang barunya ” jongin memberi jeda “aku benci saat orang-orang bilang bahwa dia gi-”
“ sial jongin! Kris hyung hanya tertekan ” kyungsoo membentaknya, air mata sudah
berkumpul di pelupuk matanya. Jongin menatapnya dalam, ruang ini memang sangat gelap,
tapi kyungsoo berani bertaruh kalau mata jongin merah, ia menangis.
“ maaf ”
Jongin berbicara banyak tentang dunianya sekarang, walaupun sebagian ia hanya menceritakan
tentang kekosongan hidupnya. Tapi kyungsoo bersyukur jongin tidak berubah sama sekali. Itu
jongin yang sangat rewel, Jongin terus menerus meminta kyungsoo untuk bernyanyi. Itu jongin
yang bawel, ia berbicara tanpa henti sedari tadi dan masih banyak kata ‘jongin’ di pikirannya.
Setidaknya kyungsoo harus bersyukur. Jongin masih ada, jongin tidak berubah. Tapi
bagaimana dengan nanti ?
“ jongin “
“ hem “
Kyungsoo menatap jongin dalam. Jongin juga. ia tak mengerti mengapa kyungsoo
menginginkan jongin menari untukknya.
“ hyung “
“ aku ingin melihatmu menari untuk yang terakhir kalinya jongin, sebelum aku pulang “
kyungsoo memberi jeda “ bukankah kita mungkin tidak bisa bertemu lagi ? “
“ hyung ! “ jongin bangkit dari sofa itu. terkejut dengan perkataan kyungsoo. mata jongin
memerah. Perkataan kyungsoo.. Tajam. Seperti pisaukah jongin ? ah,tidak. Lebih tajam dari
itu.
“ aku mohon jongin, ini adalah permohonan terakhirku yang harus kau lakukan untukku “
Suara kyungsoo mengalun dengan pelan. Permohanan itu seperti tersirat dalam beberapa
makna. Mata jongin memerah, mata nya berkaca-kaca perlahan demi perlahan air mata itu
menjadi penuh di kelopak mata jongin. Karena tidak bisa menampung sebanyak itu, air mata
nya terjatuh membahasi pipi kanan nya. Dan akhirnya ia berjalan menjauh dari sofa. berbalik
Menghadap kearah kyungsoo, Yang tepat berada tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang.
Tanpa alunan musik. Dengan air mata yang membanjiri pipinya. Jongin menari. Gerakan demi
gerakan. Bukan tarian energic yang biasa jongin tampilkan diatas panggung. Ini seperti sebuah
ucapan yang ia ucapkan melalui sebuah tarian.
Kyungsoo menangis. Tak bersuara apapun. Terus melihat jongin yang menari dihadapannya.
ini terakhir. Ini terakhir kalinya ia melihat jongin menari untuknya.
Kyungsoo hanya menatap jongin. Pertanyaan jongin, ah. Haruskah ia menjawabnya ? bahkan
kyungsoo pun bertanya pada dirinya sendiri. Bisakah ? kapan ?
Kyungsoo menatap jongin. Tersenyum. Mungkin ia tak bisa menjawab pertanyaan jongin.
Terlalu Sulit. Ah, sangat sulit. Jongin harus mengerti itu. kyungsoo mengangkat tangan
kanannya, lalu mengelus kepala jongin perlahan. Ah. Moment ini. Kyungsoo begitu
merindukannya. Kyungsoo sangat menyukainya. Sungguh.
“ entahlah. Aku tak tau jongin “ kyungsoo memberi jeda “ waktu akan kembali indah jika
sudah waktunya, itu yang sering kudengar “
Kyungsoo bangkit dari sofa, jongin masih merasakan tangan kyungsoo yang mengelus
kepalanya-tadi. Ah, bukan itu. bukan itu yang jongin harapkan dari jawaban kyungsoo. Tapi
sedetik kemudian jongin sadar. Kyungsoo tak bisa menjawab pertanyaannya. Jongin harus
mengerti itu.
“ aku akan membuat coklat panas untukmu, ah aku rasa aku juga membutuhkannya satu,
tunggu sebentar. Aku akan kembali jongin “
Jongin tersenyum melihat kyungsoo berjalan kearah dapur. Kyungsoo menjauhi pertanyaannya.
Jongin tau itu.
Jongin biasanya benci pada dentingan jarum jam, tapi kini, jongin menikmatinya. Kyungsoo
tidak tahu apa yang harus dia katakan lagi. Terlalu lelah.
“ kenapa ? ”
“ setiap buku pasti selalu ada akhir. aku benci akhir, hyung "
kyungsoo sedikit pusing apa maksudnya, tapi ia mulai mengulang kata-perkata. ah, exo adalah
sebuah buku. Dan buku selalu mempunyai akhir halaman bukan ?
' sejarah akan di kenang ' kyungsoo menaruh kalimat itu di dalam hatinya.
jongin tersenyum.
" siapa yang tahu sesuatu yang akan terjadi nanti ? " kyungsoo berjalan bangkit dari sofa,
mendekati sebuah figura besar. figura disana dengan dua belas orang tersenyum bahagia.
dengan senyuman yang tidak akan terlupakan. Ah, selamanya.
" joonmyun hyung akan benci jika dia tahu kita begini "
jongin berjalan ke arah jendela. hujan sudah berhenti, bau tanah basah menyapanya. Tercium
jelas saat jongin menghirup udara dari luar jendela. Bukan sejuk. Tapi sesak. Itu yang jongin
rasakan sekarang.
joonmyeon pernah bilang, ketika hujan besar reda, akan ada pelangi yang siap membuat
kehangatan. Kehangatan yang sedang ditunggu oleh jongin. Kehangatan yang dulu selalu
bersamanya. Tapi sekarang kehangatan itu hilang. Hilang begitu saja. Kedinginanlah yang
sekarang sedang menyelimutinya.
jongin mulai berpikir dimana dia harus menemukan pelangi. Agar kehangatan itu kembali.
Tidak sedingin ini. Ini sangat dingin. Sungguh ini sangat dingin.
jongin menurut. Ia berjalan mengambil kembali mantel itu berjalan berdampingan dengan
kyungsoo.
Untuk sekarang.
mensyukuri segalanya.
Ya. Mereka tentu harus bersyukur. Mereka harus bersyukur karena telah memiliki sebuah
keluarga, walaupun itu dulu. Mereka harus bersyukur setidaknya mereka belum berpisah. Dan
disaat perpisahan itu telah datang bukankah mereka juga harus bersyukur ? ah, tentu saja. Itu
harus. Seberat apapun cobaan itu. kita harus tetap mensyukuri segalanya bukan ? walaupun itu
sakit. walaupun Sangat sakit.
" terima kasih banyak, terima kasih untuk kerja keras selama ini "
jongin akan menaruh kalimat itu sepanjang hidupnya. jongin melirik kyungsoo lalu
menatapnya lekat.
kyungsoo seperti tidak ada beban di matanya, tapi hatinya pasti sakit.
jongin teringat perkataan kyungsoo barusan. ah, jongin akan memeluk kyungsoo setelah ini.
" mungkin, ya, exo adalah buku. kita semua adalah penulisnya. kita menulis cerita setiap hari
dari halaman paling pertama. kita selalu menulis tanpa henti dan tanpa jeda. sampai kita tidak
merasakan sesuatu yang menyakitkan "
" kita menulis dari halaman ke halaman. sampai saatnya kita disini, jongin. ini halaman terakhir
kita semua. dan aku yang akan mengakhirinya "
selamat jalan.
Fin.
A/N
Tankyu for admin yang mau baca ff aku terus buat bngepost ff aku ini. Tankyu juga buat
translate lagu fx ending pagenya. Makasih. Buat readerrrss tolonggg banget. Ngebantu supaya
ff ini menang. Butuh perjuangan untuk membuatnya. Makasihhhhhhhhhh. Tolong ya
dukungannyaaaaa lop yu lop yu muach.
Biodata =
handphone : 085772614199
twitter : @sblqsh139
wordpress : www.penghunipohon.wordpress.com