Anda di halaman 1dari 12

MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN BERPIKIR

TINGKAT TINGGI PADA MATA PELAJARAN SEJARAH SMA

Pi’i
SMA Negeri 1 Turen Kabupaten Malang

Abstrak. Salah satu permasalahan pembelajaran sejarah adalah ketiadaan keberanian dalam
mengembangkan pembelajaran dan penilaian berpikir tingkat tinggi. Hal ini berdampak dari
pembelajaran sejarah yang dilaksanakan secara konvensional. Guru menjadi titik sentral (teacher
centered) dalam pembelajaran dengan gaya bertutur, bercerita atau ceramah, dan penilaian hasil
belajar yang hanya menuntut perilaku “ingatan” yang cenderung teroritis dan tidak bersifat
kontekstual. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, guru sejarah merupakan salah satu
komponen penting yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Maka, sebagai guru sejarah dalam melaksanakan pembelajaran sebaiknya mengacu pada
paradigma baru dalam pembelajaran kontruktivisme yang berorientasi dari pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher centered) beralih ke peserta didik (student centered) sehingga mampu
memberikan ruang gerak kepada peserta untuk meningkatkan kemampuan menalar, berpikir
kritis, logis, dan menumbuhkan kreativitas berpikir peserta didik. Guru sejarah juga sebaiknya
mampu melaksanakan penilaian berpikir tingkat tinggi sesuai dengan tuntutan Kompetensi Dasar
(KD) yang level kognitifnya berpikir tingkat tinggi.

Kata-kata kunci: level kognitif, pembelajaran, berpikir tingkat tinggi

Abstract. An existing problem of history teaching is teachers’ afraid in developing teaching and
higher order thinking evaluation. The conventional teaching of history and teacher centred
learning with textual teaching process causes the problem. History teachers should change their
mind-set to solve the related problem. Therefore, teachers should teach based on the new
paradigm, so-called constructivism. The newer paradigm could create a space for students to
reason, think critically, and think creatively. History teachers are able to teach the higher order
thinking based on its basic competence.

Keywords: cognitive level, teaching, higher order thinking

Permasalahan pembelajaran sejarah merupakan Hal ini berarti KD menjadi acuan dalam proses
permasalahan yang selalu aktual menjadi bahan pembelajaran maupun penilaian hasil belajar
kajian khususnya para dosen sejarah maupun guru peserta didik. Artinya, pelaksanaan pembelajaran
sejarah dalam kegiatan MGMP (Musyawarah dan penilaian hasil belajar menyesuaikan dengan
Guru Mata Pelajaran), serta mencari solusi untuk tuntutan level kognitif KD. Jika, kemampuan
menyempurnakan proses pembelajaran. yang dituntut oleh KD pada level berfikir tingkat
Permasalahan tersebut antara lain adalah tinggi, maka pelaksanaan pembelajaran dan
kurangnya keterampilan guru sejarah dalam penilaian hasil belajar sebaiknya dilaksanakan
mengembangkan berfikir tingkat tinggi baik pada level yang sama..
berkaitan dengan proses pembelajaran maupun Kenyataannya di lapangan, sebagian
penilaian hasil belajar. Pembelajaran berfungsi besar guru sejarah cenderung mengabaikan
untuk mengantarkan peserta didik untuk tuntutan KD, tetapi lebih mengacu pada buku
mencapai kemampuan yang dituntut dalam KD pelajaran (paket), meski buku pelajaran tersebut
(Kompetensi Dasar), sedangkan penilaian hasil kurang sesuai dengan tuntutan KD. Hal ini
belajar sebagai alat untuk mengukur keberhasilan merupakan dampak dari keengganan guru sejarah
proses pembelajaran dan ketercapaian beranjak dari sistem pembelajaran konvensional
kemampuan peserta didik terhadap tuntutan KD. “zona nyaman” yang mengedepankan gaya

197
198 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesepuluh, Nomor 2, Desember 2016

bertutur, bercerita atau ceramah. Pola internasional masih sangat rendah. Hal ini
pembelajaran yang menjadikan dirinya sebagai dibuktikan dari hasil studi internasional PISA
titik sentral (teacher centered) dalam (Programme for International Student
pembelajaran ini, pada dasarnya kurang Assessment) yang meliputi kegiatan literasi
memberikan ruang gerak kepada peserta didik membaca (reading literacy), literasi matematika
dalam mengembangkan berfikir kritis dan logis, (mathematical literacy), dan literasi sains
bahkan pola pembelajaran konvensional ini (scientific literacy) bahwa peserta didik Indonesia
cenderung membelenggu kreatifitas berfikir prestasinya sangat rendah dalam (1) memahami
peserta didik. informasi yang kompleks; (2) teori, analisis, dan
Demikian pula dalam melaksanakan penilaian pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur
hasil belajar, sebagian besar guru sejarah masih dan pemecahan masalah; dan (4) melakukan
cenderung melaksanakan penilaian pada level investigasi (Widana, 2016; 2).
kognitif berfikir tingkat rendah (Low Order Oleh karena itu, perlu dikembangkan sistem
Thinkhing Skill/LOTS) dengan butir soal yang pembelajaran yang memberikan ruang gerak
menuntut perilaku “ingatan”. Penulisan butir soal kepada peserta didik untuk meningkatkan
yang mengukur perilaku “ingatan” diyakini lebih kemampuan berfikir kritis, logis dan kreatif
mudah antara lain yaitu mudah dalam penulisan sehingga mampu mengantarkan peserta didik
soalnya, dan materi yang ditanyakan diperoleh mencapai kemampuan yang dituntut oleh KD
dari buku pelajaran (Safari, 2004; 15). Bila dilihat yang level kognitifnya berfikir tingkat tinggi.
dari konteksnya penilaian berfikir tingkat rendah Serta mampu melaksanakan sistem penilaian
(Low Order Thinkhing Skill/LOTS) sebagian berfikir tingkat tinggi (Higher Order Thinkhing
besar menggunakan konteks di dalam kelas dan Skill/HOTS), suatu penilaian yang menuntut
sangat teoritis, serta jarang menggunakan konteks kemampuan penalaran tingkat tinggi, kreatifitas
di luar kelas sehingga tidak memperlihatkaan berfikir, dan membangun kemandirian peserta
keterkaitan antara pengetahuan yang diperoleh di didik dalam memecahkan masalah. Sehubungan
kelas dengan situasi nyata dalam kehidupan dengan hal tersebut, Kemendikbud telah
sehari-hari (Widana, 2016; 2).. menyisipkan sekitar 20% soal HOTS (Higher
Sebaliknya, guru sejarah merasa enggan menulis Order Thinkhing Skill) dalam Ujian Nasional
butir soal yang mengukur perilaku pada level (UN) pada tahun pelajaran 2015-2016. Bahkan
berfikir tingkat tinggi (Higher Order Thinkhing untuk menghadapi Ujian Sekolah (US) SMA
Skill/HOTS) yang mencakup kemampuan tahun pelajaran 2016-2017 Kemendikbud telah
menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi. Hal menyusun modul penulisan soal HOTS. Hal ini
ini disebabkan beberapa kesulitan antara lain menunjukkan bahwa setiap guru, termasuk guru
yaitu; (1) menentukan perilaku yang akan diukur, sejarah wajib melaksanakan penilaian hasil
(2) merumuskan masalah yang akan dijadikan belajar dengan menggunakan soal-soal HOTS
sebagai dasar pertanyaan (stimulus), (3) materi untuk memenuhi tuntutan KD yang level
yang ditanyakan tidak selalu tersedia dalam buku kognitifnya berfikir tingkat tinggi.
pelajaran, dan menuntut penalaran tingkat tinggi.
Akibatnya peserta didik selalu dikondisikan LEVEL KOGNITIF KD SEJARAH
dengan pola “ingatan” seperti pembelajaran,
mengerjakan PR, tugas-tugas yang selalu berpola Anderson & Krathwohl
“ingatan” (Safari, 2004; 15), meskipun KD yang mengklasifikasikan dimensi proses berfikir
akan dicapai pada level berfikir tingkat tinggi. menjadi tiga level kognitif yaitu; (1) kemampuan
Penerapan pembelajaran konvensional dan berfikir tingkat rendah (Low Order Thinkhing
penilaian yang hanya mengacu pada penilaian Skill/LOTS) meliputi dimensi proses berfikir;
level berfikir tingkat rendah seperti mengukur mengetahui (mengingat), (2) kemampuan berfikir
perilaku “ingatan”, berdampak kemampuan tingkat menengah (Middle Order Thinking
literasi peserta didik Indonesia di kancah Skill/MOTS) meliputi dimensi proses berfikir;
Pi’i, Mengembangkan Pembelajaran dan Penilaian…. 199

memahami dan mengaplikasi, dan (3) mengkreasi. Untuk lebih jelasnya mengenai level
kemampuan berfikir tingkat tinggi (Higher Order kognitif dan dimensi proses berfikir marilah kita
Thinkhing Skill/HOTS) meliputi dimensi proses lihat tabel berikut ini.
berfikir; menganalisis, mengevaluasi dan

Sumber: Anderson & Krathwohl dalam Widana (2016; 12)

Level kognitif dan dimensi proses berfikir level kemampuan berfikir tingkat rendah pada
tercermin dalam KD pengetahuan semua mapel dimensi proses berfikir “memahami”, dan 5 KD
termasuk mapel Sejarah (wajib dan peminatan (3.3, 3.5, 3.6, 3.7 dan 3.8) pada level berfikir
IPS). KD merupakan kemampuan spesifik yang tingkat tinggi pada dimensi proses berfikir
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan “menganalisis”. KD pengetahuan untuk kelas XI
yang terkait muatan atau mapel (Lampiran semuanya pada kemampuan berfikir tingkat
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016). Aspek tinggi yang terdiri atas 10 KD (3.1, 3.2, 3.3, 3.5,
pengetahuan berkaitan dengan pengembangan 3.6, 3.7, 3.8, 3.9, dan 3.10) pada dimensi proses
materi/bahan pembelajaran, dan aspek berfikir “menganalisis”, dan 1 KD (3.4) dimensi
keterampilan berkaitan keterampilam dan proses berfikir mengevaluasi (menghargai nilai-
pengalaman belajar peserta didik (Direktorat nilai). Demikian pula untuk kelas XII terdapat 9
Pembinaan SMA, 2014; 1). Sedangkan aspek KD seluruhnya juga berada pada kemampuan
sikap (spiritual dan sosial) dicapai melalui berfikir tingkat tinggi yang terdiri atas 5 KD (3.1,
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), 3.3, 3.4, 3.5, 3.6) pada dimensi proses berfikir
yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya “menganalisis”, dan 4 KD (3.2, 3.7, 3.8 dan 3.9)
sekolah dengan memperhatikan karakteristik pada dimensi proses berfikir “mengevaluasi”.
mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi siswa Sedangkan keterampilan (KI-4) yang akan
(Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016). dicapai pada kelas X, XI dan XII yaitu
KD dari KI-3 (pengetahuan) dan KD dari “mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
KI-4 (keterampilan) mapel Sejarah Indonesia konkret dan ranah abstrak ...”. Untuk kelas X
(wajib) sebagaimana yang terdapat dalam terdapat 8 KD dari KI-4 yang meliputi
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 masing- keterampilan yaitu; (1) mengolah informasi (KD
masing terdapat 27 KD yang terdiri atas; 8 KD 4.5 dan 4.7), (2) menerapkan (KD 4.2), dan (3)
untuk kelas X, 10 KD untuk kelas XI, dan 9 KD menyajikan (KD 4.1, 4.3, 4.4, 4.6, dan 4.8). Kelas
untuk kelas XII. Dari 8 KD pengetahuan untuk XI keterampilan yang ingin dicapai meliputi
kelas X, terdapat 3 KD (3.1, 3.2 dan 3.4) pada yaitu; (1) mengolah informasi (KD 4.1, 4.2,
200 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesepuluh, Nomor 2, Desember 2016

4.10), (2) menalar (KD 4.3, 4.5, 4.7, dan 4.8), (3) adanya peningkatan kompetensi dibandingkan
menyajikan (KD 4.4), dan (4) menulis dengan kelas XI yaitu keterampilan
/menuliskan (KD 4.6 dan 4.9). Sedangkan kelas mengkreasi/mencipta. Kelas XII terdapat 6 KD
XII terdapat 10 KD keterampilan yang dicapai dari KI-4 (keterampilan) yang terdiri atas; (1)
peserta didik meliputi yaitu; (1) melakukan keterampilan “menyajikan” dan (2) keterampilan
penelitian (KD 4.4, 4.5, dan 4.6), (2) “merekonstruksi”.
“merekontruksi” (KD 4.1 dan 4.3), (3) KD dari KI-3 (pengetahuan) mapel Sejarah
“menulis/menuliskan” (KD 4.2 dan 4.7), (4) Indonesia (wajib) secara total 27 KD yang terdiri
“menyajikan” (KD 4.8), dan (5) “membuat studi atas 3 KD pada level berfikir tingkat rendah pada
evaluasi” (KD 4.9). dimensi proses berfikir “memahami” (kelas X),
Sedangkan KD dari KI-3 (pengetahuan) dan 24 KD selebihnya berada pada level berfikir
dan KD dari KI-4 (keterampilan) mapel Sejarah tingkat tinggi. Hal ini mengidikasikan meskipun
(Peminatan IPS) kelas X masing-masing terdapat mapel Sejarah Indonesia (wajib) diorientasikan
11 KD, kelas XI masing-masing 12 KD, dan kelas untuk membentuk sikap dan karakter bangsa,
XII masing-masing 6 KD. Kelas X terdapat 11 tetapi tidak mengesampingkan sejarah sebagai
KD pengetahuan yang terdiri atas 1 KD (3.7) pada ilmu. Sedangkan KD dari KI-3 (pengetahuan)
level berfikir tingkat rendah pada dimensi proses pada mapel Sejarah (peminatan IPS) SMA secara
berfikir “memahami”, dan 10 KD (3.1, 3.2, 3.3, total sebanyak 29 KD yang terdiri atas 1 KD pada
3.4, 3.5, 3.8, 3.9, 3.10, 3.11 dan 3.12) berada pada level berfikir tingkat rendah pada dimensi proses
level berfikir tingkat tinggi pada dimensi proses berfikir “memahami”, dan 28 KD selebihnya
berfikir “menganalisis”. Kelas XI terdapat 12 KD pada level berfikir tingkat tinggi pada dimensi
yang seluruhnya pada level berfikir tingkat tinggi proses berfikir “menganalisis dan mengevaluasi”.
pada dimensi proses berfikir “menganalisis”. KD Mapel Sejarah (peminatan IPS) diharapkan
untuk kelas XII seluruhnya juga berada pada peserta didik mampu berfikir sejarah (historical
kemampuan berfikir tingkat tinggi yang terdiri thinking) dan memiliki keterampilan sejarah
atas yaitu 4 KD (3.1, 3.3, 3.4 dan 3.6) pada (historical skill). Jadi penekanannya lebih pada
dimensi proses berfikir “menganalisis”, dan 2 KD sejarah sebagai ranah ilmu (Zuhdi, 2014: 2).
(3.2 dan 3.5) pada dimensi proses berfikir Sedangkan aspek keterampilan yang
“mengevaluasi”. dikembangkan dalam mapel Sejarah Indonesia
Sementara itu, aspek keterampilan (KI-4) (wajib) dan mapel Sejarah (peminatan IPS) tidak
dari mapel sejarah kelas X dan XI diharapkan hanya menyangkut keterampilan konkrit tetapi
peserta didik memiliki keterampilan “mengolah, juga keterampilan abstrak. Keterampilan konkrit
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan merupakan tindak motorik yang hasilnya
ranah abstrak ...” Kelas X terdapat 11 KD dari cenderung berupa karya benda misalnya
KI-4 (keterampilan) yang terdiri atas yaitu; (1) membuat laporan tertulis hasil penelitian
keterampilan “menerapkan” (KD. 4.7), (2) sederhana. Sedangkan keterampilan abstrak
keterampilan “menyajikan” (KD. 4.1, 4.2, 4.4, merupakan kemampuan pikir dan tindak mental
4.5, 4.6, 4.8, 4.9, 4.11), (3) keterampilan non motorik seperti menalar dan mengambil
“membuat tulisan”, dan (4) keterampilan keputusan. Keterampilan abstrak mencakup
“menarik kesimpulan” . Sedangkan kelas XI kemampuan belajar dan kemampuan berfikir.
terdapat 12 KD dari KI-4 (keterampilan) yang Kemampuan belajar meliputi mengamati,
meliputi (1) keterampilan “mengolah informasi”, menanya, mengumpulkan informasi,
(2) keterampilan “menyajikan” (3) keterampilan menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
“menyusun cerita sejarah”, dan (4) keterampilan Sedangkan kemampuan berfikir meliputi
“membuat karya tulis” Aspek keterampilan (KI- mengingat, memahami, menerapkan,
4) pada kelas XII diharapkan peserta didik menganalisis, mengevaluasi dan mencipta
memiliki keterampilan “mengolah, menalar, (Direktorat Pembinaan SMA, 2014; 10). Hal ini
menyaji” dan mengkreasi. Hal ini menunjukkan menunjukkan bahwa aspek keterampilan
Pi’i, Mengembangkan Pembelajaran dan Penilaian…. 201

khususnya keterampilan abstrak juga merujuk pelaksanaan pembelajaran utamanya dalam


pada level kognitif. Dengan demikian aspek menentukan metode yang tepat yang diyakini
keterampilan yang diperoleh peserta didik pada mampu mengantarkan peserta didik dalam
mapel Sejarah Indonesia (wajib) dan mapel mencapai kompetensi yang terdapat dalam KD.
Sejarah (peminatan IPS) sebagaimana yang KD dari KI-3 (pengetahuan) level
dipaparkan di atas seperti menalar, kognitifnya berfikir tingkat tinggi sebaiknya
merekontruksi, menyajikan, menarik kesimpulan, pelaksanaan pembelajaran menyelaraskan
membuat tulisan/cerita sejarah, membuat karya dengan tuntutan KD itu. Artinya, jika tuntutan
tulis, dapat dikategorikan ke dalam level berfikir KD-nya pada level berfikir tingkat tinggi, maka
tingkat tinggi. pelaksanaan pembelajarannya juga berada pada
level yang sama. Pembelajaran berfikir tingkat
KD, PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN tinggi merupakan pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran tertentu yang
KD merupakan kemampuan yang mampu mengantarkan peserta didik mampu
diperoleh peserta didik melalui proses mencapai tuntutan KD yang berada pada level
pembelajaran. Untuk mempermudah pencapaian berfikir tingkat tinggi. Model pembelajaran yang
kemampuan yang dituntut oleh KD, maka KD lebih tepat untuk mengantarkan peserta didik
dijabarkan ke dalam sejumlah Indikator mencapai tuntutan KD pada level berfikir tingkat
Pencapaian Kompetensi (IPK). IPK merupakan tinggi antara lain dengan menggunakan model
penanda suatu kompetensi yang dipelajari telah cooperative learning. Pembelajaran cooperative
dikuasai. IPK sikap merupakan perilaku yang merupakan sistem pembelajaran yang berbasis
dapat diamati, sedangkan IPK pengetahuan dan faham kontruktivisme (PPPP BP SDM, 2014: 36)
keterampilan merupakan perilaku yang dapat yang mengubah orientasi pembelajaran dari
diamati dan diukur (Permendikbud Nomor 103 berpusat pada guru (teacher centered) beralih ke
Tahun 2014). IPK pengetahuan dan keterampilan peserta didik (student centered). Model
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja cooperative learning merupakan sistem
operasional, bergradasi dan sistematis hingga pembelajaran yang memberikan kesempatan
tingkat paling tinggi. IPK pengetahuan berkaitan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan
erat dengan dimensi pengetahuan (faktual, sesama peserta didik dalam menyelesaikan tugas-
konseptual, prosedural dan metakognitif) dan tugas yang terstruktur (Lie, 2002:12).
dimensi proses kognitif (mengingat, memahami, Johnson & Johnson menyatakan
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan penggunaan model cooperative learning
mencipta/mengkreasi). Sedangkan, IPK bertujuan mengoptimalkan belajar peserta didik
keterampilan berkaitan dengan ranah abstrak dan untuk meningkatkan prestasi akademik dan
konkrit (Direktorat Pembinaan SMA, 2014; 4). pemahaman terhadap individu maupun kelompok
Bobot antara KD dengan sejumlah IPK (dalam Pathuddin, 2005:35). Model cooperative
yang merupakan penjabaran dari KD harus sama learning memiliki ciri-ciri sebagai berikut; (1)
atau seimbang. Sehingga, pencapaian peserta didik bekerja dalam kelompok secara
kemampuan terhadap sejumlah IPK yang kooperatif, (2) kelompok dibentuk dari peserta
merupakan penjabaran dari KD tersebut, berarti didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
telah mencapai kompetensi yang diharapkan dan rendah, (3) bilamana mungkin, anggota
dalam KD. Hal ini mengidikasikan bahwa IPK kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis
menjadi tolok ukur pencapaian KD. Bobot KD kelamin yang berbeda-beda, dan (4) penghargaan
berpengaruh terhadap jumlah pertemuan. KD lebih berorientasi kelompok ketimbang individu
semakin berbobot semakin banyak diperlukan (Ibrahim et al., 2000: 6-7). Beberapa model
jumlah pertemuan dalam pembelajaran. cooperative learning yang direkomendasikan
Demikian pula level kognitif yang tercermin pemerintah untuk diterapkan di sekolah yang
dalam KD berpengaruh pula terhadap memberlakukan Kurikulum 2013 yaitu antara lain
202 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesepuluh, Nomor 2, Desember 2016

discovery learning, project-based learning, yang ditawarkan kepada kelompok diskusi antara
problem-based learning, inquiry learning lain sebagai berikut;
(Lampiran Permendikbud No. 103 Tahun 2014). Adakah hubungan kekalahan Jepang
Sebagai contoh pembelajaran berfikir terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia?
tinggi dengan menerapkan model inquiry Berilah penjelasan !
learning Model inquiry learning adalah suatu Siapa yang benar antara golongan pemuda
proses untuk memperoleh dan mendapatkan atau golongan tua berkaitan dengan Peristiwa
informasi untuk mencari jawaban atau Rengasdengklok?
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau Siapakah yang paling berperan dalam
rumusan masalah dengan menggunakan merumuskan teks proklamasi kemerdekaan?
kemampuan berfikir kritis dan logis (Direktorat Golongan pemuda ataukah golongan tua?
Pembinaan SMA, 2014; 31). Sintaks model Mengapa dalam menentukan tempat
inquiry learning meliputi; (1) pelaksanaan proklamasi kemerdekaan golongan
observasi/mengamati berbagai fakta-fakta tua lebih memilih di halaman kediaman Sukarno,
sejarah, (2) mengajukan pertanyaan tentang fakta sedangkan golongan pemuda lebih memilih di
sejarah yang dihadapi, dalam tahap ini melatih lapangan Ikada?
peserta didik untuk mengeksplorasi melalui Siapakah yang berperan dalam
kegiatan menanya kepada guru atau sumber- mempersiapkan dan atau yang melaksanakan
sumber lainnya, (3) mengajukan hipotesis, pada proklamasi kemerdekaan?
tahap ini peserta didik melakukan penalaran atau Dalam menyebarkan berita proklamasi,
mengasosiasi, (4) mengumpulkan data terkait lebih penting manakah penggunaan media radio
dengan fakta-fakta yang ditanyakan, dibandingkan dengan penggunaan media
mempredidiksi hipotesis sebagai dasar untuk lainnya?
merumuskan suatu kesimpulan, dan (5) Pertanyaan/permasalahan atau issu yang
merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang mengandung dua konsep atau lebih tersebut,
dianalisis, sehingga peserta didik dapat dalam proses pemecahan masalah memerlukan
mempresentasikan atau menyajikan hasil kemampuan menalar dan berfikir logis. Selaras
temuannya (Direktorat Pembinaan SMA, 2014; dengan hal tersebut, Limbach & Waugh
31). menyatakan bahwa untuk mengembangkan
Model inquiry learning ini mampu melatih kemampuan berfikir tingkat tinggi, ada lima
peserta didik menumbuhkan keberanian dalam pembelajaran yang dapat ditempuh, yakni; (1)
mengajukan pertanyaan dan mengemukakan menentukan tujuan pembelajaran, (2)
gagasan kepada orang lain. Penerapan model mengajarkan melalui pertanyaan, (3)
inquiry learning mendorong peserta didik terlibat mempraktikkan, (4) menelaah, mempertajam dan
secara mental maupun fisik untuk memecahkan meningkatkan pemahaman, dan (5)
permasalahan atau issu yang berkaitan dengan mempraktikkan umpan balik dan menilai
fakta sejarah yang diberikan guru. pembelajaran (dalam Saippudin
Pertanyaan/permasalahan atau issue yang http://wawasanedukasi.blogspot.
ditawarkan paling tidak mengandung antara lain; co.id/2015/11/pengembangan-tes-untuk-
(1) dua konsep atau lebih, (2) banyak alternatif, mengukur.html). Sintaks pembelajaran yang
dan (3) mengundang pengambilan keputusan ditawarkan Limbach & Waugh pada prinsipnya
(Wiriaatmadja, 2002; 140-141). Ketika sama dengan sintaks pembelajaran inquiry
pembelajaran Sejarah Indonesia (wajib) kelas XI learning, keduanya mencerminkan pembelajaran
membahas KD 3.7 “menganalisis peristiwa yang menggunakan pendekatan saintifiks, salah
proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi satu pendekatan yang digunakan dalam
kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan Kurikulum 2013. Dalam konteks ini,
pendidikan bangsa Indonesia”. pembelajaran Limbach & Waugh pada langkah
Pertanyaan/permasalahan atau issu (Pi’i, 2016: 8)
Pi’i, Mengembangkan Pembelajaran dan Penilaian…. 203

ke-3 “mempraktikkan” sebaiknya dalam seperti portofolio atau observasi (Panduan


pembelajaran sejarah ditafsirkan sebagai tahapan Penilaian, 2015; 14).
mengeksplorasi (mengumpulkan data yang Sedangkan penilaian keterampilan untuk
terkait). Sedangkan kegiatan mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
mengkomunikasikan (menyajikan) yang tidak terhadap KD pada KI-4. Penilaian keterampilan
terdapat dalam pembelajaran Limbach & Waugh, menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan
dapat dilakukan sebagai rangkaian dari kegiatan kompetensi yang akan dicapai. Hal ini
ke-4 (menelaah, mempertajam dan meningkatkan dimaksudkan untuk mengetahui capaian
pemahaman). kompetensi yang dikuasai peserta didik yang
KD dan pembelajaran berfikir tingkat dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah
tinggi menuntut pelaksanaan penilaian hasil dalam kehidupan sesungguhnya (real life).
belajar dilakukan pada level yang sama, yaitu Penilaian keterampilan dapat mengunakan
penilaian berfikir tingkat tinggi. Penilaian berfikir berbagai teknik yaitu ; (1) unjuk
tingkat tinggi merupakan penilaian yang kerja/kinerja/praktik yaitu penilaian yang
menuntut kemampuan untuk melakukan dilakukan dengan cara mengamati kegiatan
penalaran dan berfikir kritis dan logis yang peserta didik; (2) proyek yaitu kegiatan
mencakup dimensi proses berfikir menganalisis, penyelidikan yang mencakup perencanaan,
mengeveluasi dan mengkreasi. Sehingga antara pelaksanaan, dan pelaporan hasil proyek dalam
KD, pembelajaran dan penilaian hasil belajar kurun waktu tertentu; (3) portofolio yaitu
memiliki hubungan yang erat. KD menjadi acuan rekaman hasil hasil pembelajaraan dan penilaian
dalam melaksanakan penilaian hasil belajar, dan yang memperkuat kemajuan dan kualitas
keberhasilan proses pembelajaran dalam pekerjaan peserta didik; (4) produk yaitu
mengantarkan pencapaian kompetensi KD diukur penilaian peserta didik membuat produk-produk,
melalui penilaian hasil belajar. teknologi, dan seni; serta (5) teknik lainnya
misalnya tertulis (Panduan Penilaian, 2015; 22-
PENILAIAN HOTS 23).
Dalam penelitian ini kami lebih
Penilaian adalah proses pengumpulan dan memfokuskan pada penilaian pengetahuan
pengolahan informasi untuk mengukur berfikir tingkat tinggi. Penilaian pengetahuan
pencapaian hasil belajar peserta didik bermanfaat mengukur kemampuan dimensi
(Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016) yang pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural dan
mencakup mencakup aspek sikap, pengetahuan metakognitif), dan dimensi proses berfikir dari
dan keterampilan. Penilaian sikap merupakan tingkat rendah sampai tinggi. Dalam kaitannya
bagian dari proses pembinaan peserta didik, hasil dengan dimensi proses berfikir yang
pengamatan perilaku peserta didik yang menonjol diklasifikasikan menjadi 3 level kognitif, oleh
(positif dan negatif) baik di kelas maupun di luar Pusdiklat dilakukan sedikit perubahan dengan
kelas dicatat dengan menggunakan jurnal. menggeser dimensi proses berfikir “memahami”
Perilaku yang tidak menonjol diasumsikan semula berada di level berfikir tingkat menengah
sebagai perilaku baik dan tidak perlu dicatat. (Middle Order Thinkhing Skill/MOTS) yang
Penilaian diri dan penilaian teman sebaya sebagai disebut level 2 (aplikasi) diturunkan posisinya ke
penilaian penunjang yang digunakan sebagai data level berfikir tingkat rendah (Low Order
konfirmasi (Panduan Penilaian, 2015; 7-11). Thinkhing Skill/LOTS) yang disebut Level 1
Penilaian pengetahuan digunakan untuk (pengetahuan dan pemahaman). Level kognitif
mengukur kemampuan pengetahuan faktual, Pusdiklat tersebut digunakan sebagai rambu-
konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta rambu penyusunan kisi-kisi Ujian Nasional tahun
kecakapaan berfikir tingkat rendah sampai tinggi. pelajaran 2015/2016 (Widana, 2016; 12).
Penilaian pengetahuan ini menggunakan teknik Level 1 (pengetahuan dan pemahaman)
tes tertulis, tes lisan, penugasan dan teknik lainnya merupakan level berfikir tingkat rendah (Low
204 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesepuluh, Nomor 2, Desember 2016

Order Thinkhing Skill/LOTS) yang mencakup merencanakan, memproduksi, menemukan,


dimensi proses berfikir mengetahui (C1) dan memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat,
pemahaman (C2). Penilaian pada level 1 ini untuk memperindah, menggubah (Widana, 2016; 14).
mengukur pengetahuan faktual, konseptual dan Kemampuan yang akan dicapai pada
prosedural. Pada dimensi proses berfikir masing-masing ranah/dimensi proses berfikir di
pengetahuan (C1) menuntut kemampuan atas sekaligus dapat pula digunakan sebagai kata
mengingat, menghapal, mendaftar, mengulang, kerja operasional (KKO) dalam penulisan
menirukan, menyebutkan dan lain-lain. indikator soal pada ranah yang bersangkutan.
Sedangkan dimensi proses berfikir pemahaman Dalam menyusun soal hots hendaknya guru tidak
(C2) menuntut kemampuan menjelaskan, terjebak dalam pengelompokan KKO. Sebagai
mengklasifikasikan, membedakan, contoh kata kerja „menentukan‟ pada pada
menterjemahkan, menguraikan, mengartikan, dimensi proses berfikir “memahami” dan
melaporkan dan lain-lain. Level 2 (aplikasi) “mengaplikasi”. Dalam konteks penulisan soal-
merupakan level berfikir tingkat menengah soal HOTS, kata kerja „menentukan‟ bisa jadi ada
(Middle Order Thinkhing Skill/MOTS) yang pada dimensi proses berfikir “mengevaluasi”
hanya mencakup dimensi proses berfikir apabila untuk menentukan keputusan didahului
“mengaplikasi (C3)”. Penilaian pada level ini dengan proses berpikir menganalisis informasi
untuk menggunakan dan menerapkan yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik
pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural. diminta menentukan keputusan yang terbaik.
Pada dimensi proses berfikir mengaplikasi (C3) Bahkan kata kerja „menentukan‟ bisa
menuntut kemampuan menerapkan, digolongkan ke dalam dimensi proses berfikir
menggunakan, menentukan, menghitung, dan “mengkreasi”, jika pertanyaan tersebut
lain-lain. pertanyaan menuntut kemampuan menyusun
Sedangkat pada level 3 (penalaran) strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata
merupakan level berfikir tingkat tinggi (Higher kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh
Order Thinkhing Skill/HOTS). Penilaian pada proses berpikir apa yang diperlukan untuk
level penalaran adalah penilaian yang menuntut menjawab pertanyaan yang diberikan (Widana,
kemampuan menalar, berfikir logis dan kreatif, 2016; 5-6).
serta kemampuan menginterpretasi, mencari Pertanyaan-pertanyaan (soal-soal) pada
hubungan antar konsep, dan kemampuan penilaian berfikir tingkat tinggi (Higher Order
mentransfer konsep satu ke konsep lain. Penilaian Thinkhing Skill/HOTS) tidak selalu lebih sulit
pada level 3 (penalaran) mengukur pengetahuan dibandingkan dengan pertanyaan pada level di
metakognitif, tidak sekedar mengukur bawahnya. Misalnya, pertanyaan pada level 1
pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural. (pengetahuan dan pemahaman) pada dimensi
Penilaian penalaran mencakup dimensi proses proses berfikir mengingat (C1) yang menuntut
berfikir; menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), kemampuan menghapal tentang istilah yang
dan mengkreasi (C6). Pada dimensi proses jarang digunakan atau tahun suatu peristiwa
berpikir menganalisis (C4) menuntut kemampuan sejarah lokal yang bukan di daerahnya, hal ini
menspesifikasi aspek-aspek/elemen, tentu lebih sulit dibandingkan dengan pertanyaan-
menguraikan, mengorganisir, membandingkan, pertanyaan pada level 3 (penalaran) yang
dan menemukan makna tersirat. Dimensi proses menuntut kemampuan proses berfikir. Untuk
berpikir mengevaluasi (C5) menuntut menjawab pertanyaan-pertanyaan (soal-soal)
kemampuan menyusun hipotesis, memecahkan pada level 3 (penalaran) peserta didik harus
(masalah), merefleksi, mengkritik, membuktikan, mampu mengingat, memahami, dan menerapkan
memprediksi, menilai, menguji, membenarkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
atau menyalahkan. Sedangkan pada dimensi serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi
proses berpikir mengkreasi (C6) menuntut berkaitan dengan soal/pertanyaan itu.
kemampuan merancang, membangun,
Pi’i, Mengembangkan Pembelajaran dan Penilaian…. 205

Penilaian berfikir tingkat tinggi dengan menuntut kemampuan berfikir tingkat tinggi
menggunakan bentuk soal yang beragam (Higher Order Thinkhing Skill/HOTS) yaitu; (1)
sebagaimana yang digunakan dalam PISA, hal ini menentukan KD yang akan dibuat soal hots
bertujuan untuk mencari informasi secara detail, karena tidak semua KD menuntut berfikir tingkat
riel dan menyeluruh tentang kompetensi peserta tinggi, (2) menentukan perilaku yang akan diukur
didik. Adapun bentuk soal yang digunakan pada misalnya tentang dimensi proses berfikir
pengujian PISA yaitu; pilihan ganda, pilihan menganalisis, mengevaluasi atau mengkreasi, (3)
ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak), isian merumuskan/menyusun dasar pertanyaan
singkat atau melengkapi, jawaban singkat atau (stimulus) yang menarik (mendorong peserta
pendek, dan uraian. Dalam penulisan soal HOTS didik untuk membaca) dan konstektual (gambar,
setiap butir soal secara umum diberi dasar teks dan lain-lain sesuai dengan dunia nyata), (4)
pertanyaan (stimulus). Dasar pertanyaan merumuskan pokok soal (stem soal) dengan
(stimulus) bentuknya bisa berupa seperti peta, singkat, jelas dan tegas yang mengukur level
bacaan, paragraf, kasus, gambar, grafik, foto, kognitif penalaran (menganalisis, mengevaluasi
rumus, tabel, daftar kata/simbol, contoh, peta, atau mengkreasi), dan (5) pilihan jawaban bersifat
film atau suara yang direkam. Dasar pertanyaan homogen dan berfungsi.
tersebut berfungsi sebagai pengantar untuk Berikut ini disajikan contoh-contoh soal
mempermudah memahami pokok soal (stem soal) pilihan ganda/uraian sesuai dengan dimensi
yang menuntut pemikiran tingkat tinggi. (Adi proses berfikir dan level kognitif dari berfikir
Saputra dalam http://www. tingkat rendah sampai dengan level berfikir
oasepembelajaran.com / 2015/09 tingkat tinggi.
Beberapa cara/langkah yang dapat
dijadikan pedoman dalam penyusunan soal yang

Level Dimensi Proses


No Soal Pilihan Ganda/Uraian
Kognitif Berpikir
1. Mengingat Pada zaman perunggu (perundagian) manusia purba telah memiliki keahlian
di bidang metalurgi yaitu kemampuan dalam mengecor logam perunggu.
Zaman ini banyak meninggalkan benda-benda sejarah antara lain yaitu ...
kapak pendek dan moko
kapak persegi dan lonjong
keranda dan candrasa
Pengetahuan dan Pemahaman (LOTS)

moko dan kapak sepatu


kapak pendek dan candrasa
2. Memahami Selama 32 tahun masa pemerintahan orde baru telah berhasil melaksanakan
pemilu sebanyak enam kali. Pemilu di era pemerintahan Suharto tersebut
antara lain memiliki ciri yaitu ... .
asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil
diikuti oleh berbagai macam partai-partai politik
adanya mobilisasi PNS untuk memenangkan golkar
memilih anggota DPR, presiden dan wakil presiden
deselenggarakan dalam waktu singkat dan menyeluruh

3. Menerapkan Bila Anda seorang peneliti, dan Anda telah berhasil mengumpulkan
sumber-sumber sejarah, maka langkah awal yang harus Anda lakukan
adalah ... .
menjaga keaslian sumber sejarah
Aplikasi (MOTS)

memferifikasi sumber sejarah


menafsirkan sumber sejarah
menentukan topik penelitian
menulis sejarah/historiografi
206 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesepuluh, Nomor 2, Desember 2016

4. Menganalisis Setelah terjadi kesepakatan di Rengasdengklok, Sukarno-Hatta dan


golongan pemuda bersama-sama menuju Jakarta untuk melakukan rapat
koordinasi mempersiapkan rencana pelaksanaan kemerdekaan. Sebelum
rapat dimulai, Sukarno dan Hatta menemui Jenderal Nishimura sebagai
upaya untuk menjajagi sikap Jepang. Soekarno-Hata mengajukan
pertanyaan “bagaimana kalau besuk pagi bangsaku melaksanakan
kemerdekaan?”, Jenderal Nishimura menjawab “kami akan tetap
mempertahankan status quo”.
Perhatikan pernyataan berikut terkait dengan bacaan di atas!
Jepang akan membantu proklamasi kemerdekaan Indonesia melalui Maeda
Jepang akan menyerahkan Indonesia kepada Belanda
Jepang akan mewujudkan janji kemerdekaan kepada Indonesia
Jepang akan menyerahkan kekuasaan atas Indonesia kepada Sekutu
Jepang tidak merelakan Indonesia melaksanakan proklamasi kemerdekaan
Jepang akan mempertahankan kekuasaannya sampai Sekutu datang.
Berdasarkan pernyataaan tersebut yang merupakan kesimpulan dari sikap
Nishimura ditunjukkan pada nomor... .
(1), (2), dan (3)
(1), (3), dan (5)
(2), (3), dan (4)
(2), (4), dan (6)
(4), (5), dan (6)
Sumber Pi’i (2016; 10)

5. Mengevaluasi Pada masa demokrasi liberal (1950-1959) kondisi politik Indonesia tidak
stabil. Kabinet sering mengalami jatuh bangun. Selama 9 tahun terjadi 7 kali
pergantian pemerintahan. Konstituante gagal melaksanakan amanah Pemilu
1955 dan hanya dijadikan sebagai ajang perdebatan dan pertentangan antar
kelompok partai. Kondisi ini ditambah lagi dengan adanya gerakan
sparatisme munculnya Pemberontakan PRRI/Permesta. Untuk
menyelamatkan bangsa dan negara Presiden Sukarno pada tanggal 5 Juli
1959 mengeluarkan Dekrit Presiden.

Hal ini membuktikan bahwa demokrasi liberal ... .


belum waktunya untuk diterapkan
presiden sebagai kepala pemerintahan
ekskutif gagal menjalankan pemerintahan
tidak cocok diterapkan di Indonesia
tidak berfungsinya partai-partai politik

6. Mengkreasi Kemerdekaan Indonesia yang dicapai pada tanggal 17 Agustus 1945


merupakan momentum yang tepat karena di satu sisi pemerintah Jepang
telah menyerah kepada sekutu, sedangkan di sisi lain sekutu belum datang
ke Indonesia. Momentum yang tepat inilah dimanfaatkan oleh founding
fathers (pendiri negara) untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa yang sangat penting bagi bangsa Indonesia tersebut terjadi setelah
3 hari setelah pemerintah Jepang menyerah kepada sekutu, dan merupakan
bangsa yang pertama di Asia-Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan
pasca Perang Dunia II.

Petunjuk.
Berdasarkan deskripsi di atas buatlah karya tulis minimal 5 halaman tentang
makna kemerdekaan Indonesia di berbagai bidang kehidupan, dengan
Penalaran (HOTS)

ketentuan; kertas A4, jenis huruf times new roman ukuran 12, spasi 1,5
margin letf 3 cm, top 2,5 cm, right 2,5 cm dan bottom 2,5 cm.

Sumber Pi’i (2016; 10)


Pi’i, Mengembangkan Pembelajaran dan Penilaian…. 207

PENUTUP

KD mapel Sejarah Indonesia (wajib) dan KD dan pembelajaran berfikir tingkat


mapel Sejarah (peminatan IPS) sebagaimana tinggi menuntut pelaksanaan penilaian hasil
yang terdapat Permendikbud Nomor 24 Tahun belajar dilakukan pada level yang sama, yaitu
2016 sebagian besar level kognitifnya berfikir penilaian berfikir tingkat tinggi. Penilaian berfikir
tingkat tinggi (menganalisis, mengevaluasi dan tingkat tinggi merupakan penilaian yang
mengkreasi). Dari 27 KD pengetahuan untuk menuntut kemampuan untuk melakukan
mapel Sejarah Indonesia (wajib) hanya terdapat 3 penalaran dan berfikir kritis dan logis yang
KD pada level berfikir tingkat rendah (level mencakup dimensi proses berfikir menganalisis,
1/pengetahuan dan pemahaman) pada dimensi mengeveluasi dan mengkreasi. Penilaian berfikir
proses berfikir “memahami”, dan selebihnya, 24 tingkat tinggi dikenal dengan soal HOTS (Higher
KD pada level berfikir tingkat tinggi (level Order Thinkhing Skill). Soal HOTS bentuknya
3/penalaran). Hal ini menunjukkan bahwa beragam dan mengacu pada model pengujian
meskipun mapel Sejarah Indonesia (wajib) PISA yaitu; pilihan ganda, pilihan ganda
diorientasikan untuk pembentukan sikap perilaku kompleks (benar/salah, atau ya/tidak), isian
dan pendidikan karakter bangsa, tetapi tidak singkat atau melengkapi, jawaban singkat atau
mengesampingkan sejarah sebagai ilmu. pendek, dan uraian.
Sedangkan untuk mapel Sejarah (peminatan IPS),
dari 29 KD pengetahuan hanya terdapat 1 (satu) DAFTAR RUJUKAN
KD pada level berfikir tingkat rendah (level
1/pengetahuan dan pemahaman) pada dimensi Direktorat Pembinaan SMA, 2014. Modul
proses berfikir “memahami”, dan sebihnya, 28 Pendampingan Implementasi
KD selebihnya pada level berfikir tingkat tinggi Kurikulum 2013 di SMA, Jakarta:
(level 3/penalaran). Mapel Sejarah (peminatan Kemendikbud.
IPS) ini lebih menekankan sejarah sebagai ilmu. Ibrahim, et. al. 2000. Pembelajaran Kooperatif.
KD yang level kognitifnya berfikir tingkat Surabaya : UNESA-University
tinggi menuntut proses pembelajarannya Press
dilaksanakan pada level yang sama, yaitu Lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
pembelajaran tingkat tinggi. Pembelajaran tingkat Tentang Standart Proses
tinggi merupakan pembelajaran yang Pendidikan dasar dan Menengah.
menerapkan model pembelajaran tertentu yang Lampiran Permendikbud No 24 Tahun 2016
mampu mengantarkan peserta didik mencapai tentang Kompetensi Inti dan
kemampuan tuntutan KD yang level kognitifnya Kompetensi Dasar Pada Mapel
berfikir tingkat tinggi. Model pembelajaran yang Kurikulum 2013 Pada Pendidikan
lebih tepat digunakan dalam pembelajaran dasar dan Menengah.
berfikir tingkat tinggi antara lain model
Lie, A. 2002. Mempraktekkan Cooperative
cooperative learning. Model cooperative
Learning di Ruang-Ruang kelas.
learning merupakan model pembelajaran yang
Jakarta : Gramedia.
memberikan ruang kepada peserta didik untuk
Panduan Penilaian Untuk Sekolah menegah Atas,
membiasakan dan meningkatkan kemampuan
Direktorat Jenderal Pendidikan
menalar, berargumentasi, meningkatkan
Dasar Menengah, Kementerian
kecakapan, membangkitkan rasa ingin tahu,
Pendidikan dan Kebudayaan 2015.
kemampuan menemukan (sense of inquiry)
berfikir kritis, dan logis. Pathuddin. 2005. Model Cooperative Learning.
Kompetitif dan Individualistik.
208 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesepuluh, Nomor 2, Desember 2016

Dalam Pembelajaran Matematika Saipudin, 2015. Pengembangan Pengembangan


perspektif konstruktivis. Dalam Tes Untuk Mengukur Kemampuan
Jurnal Sains dan edukasi Vol. 3. No Berfikir Tingkat Tinggi (HOT,)
1, Maret 2005. http://wawasanedukasi.blogspot.
Permendikbud No. 103 Tahun 2014 Tentang co.id /2015/11/ pengembangan-
Pembelajaran Pada Pendidikan tes-untuk-mengukur.html,
Dasar dan Pendidikan Menengah. diunduh Selasa, 13 September 2016
Pi’i, 2016. Developing Historical Thinking Skill jam 12.46 WIB.
on History Learning Process at Widana, I W. 2016. Modul Penulisan Soal Hots
Senior Hight School Based on Untuk Ujian Sekolah, Jakarta:
Curriculum 2013, makalah yang Direktorat Pembinaan SMA,
dipresentasikan dalam Seminar Direktorat Jenderal Pendidikan
Internasional pada tanggal 8 Dasar dan Menengah Kementerian
Oktober 2016 di UM Malang. Pendidikan dan Kebudayaan.
PPPP BP SDM, 2014. Materi Pelatihan Guru Wiriaatmadja, R. (2002). Pendidikan Sejarah di
Implementasi Kurikulum 2013, Indonesia: Perspektif Lokal,
Tahun 2014, Mata Pelajaran Nasional dan Global, Bandung:
Sejarah SMA/SMK, Jakarta: Historia Utama Press.
kemendikbud. Zuhdi, S. 2014. Perspektif Lokal Dalam Sejarah
Safari, 2004. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Nasional: Pelajaran Wajib atau
Penilaian berbasis Kompetensi, Dalam Peminatan,Makalah yang
Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan dipresentasikan dalam Sarasehan
Departemen Pendidikan Nasional. Nasional pada tanggal 3 April 2014
di Surakarta, Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai