Anda di halaman 1dari 5

Desain Sistem PengolahanAir Untuk Limbah Cair Rumah Sakit

Ahmad Zainal Arif, Ega Ardi Ronaldi, Fahmi Mardiansyah, Gilman Zaki Mahda Sabila, Moch Zulkifly Putra
Pamungkas dan Raka Gilang Saputra.
Teknik Kimia, Teknik, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Indonesia

Abstrak

Air limbah rumah sakit mengandung polutan yang bersifat toksid, infeksius, bahkan radioaktif sehingga berpotensi
menimbulkan dampak terhadap pencemaran lingkungan dan kesehatan masyarakat. Disamping itu dengan minimnya
jumlah rumah sakit di Indonesia yang memiliki IPAL yaitu sebanyak 36%, dan yang memenuhi persyaratan IPAL sebesar
52% maka potensi dampak yang ditimbulkan akan semakin nyata. Pemilihan teknologi pengelolaan air limbah dengan
demikian sangat penting. Makalah ini bertujuan untuk menganalisis aspek – aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih jenis teknologi pengolalaan air limbah rumah sakit secara deskriptif. Dengan menggunakan pendekatan aspek
teknis, aspek ekonomis dan aspek keberlanjutan terhadap beberapa teknologi pengolahan air limbah rumah sakit yang
berkembangan saat ini, dapat direkomendasi bahwa kombinasi teknologi pengolahan biofilter anaerob – aerob dan ozonasi
adalah teknologi yang efektif dalam pengolahan air limbah rumah sakit.Kata Kunci : pengolahan air, limbah cair, flotasi,
logam berat.

1. Pendahuluan minimal 30 hari dengan tingkat efisiensi sangat


Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang
tergantung pada kemampuan bakteri pengurainya.
bersifat sosio-ekonomis mempunyai fungsi dan tugas
Persyaratan minimal yang harus dipenuhi dengan
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
metode ini adalah tersedianya kolam buatan pengolahan
secara paripurna. Kegiatan pelayanan di rumah sakit
limbah cair. Sistem harus terdiri dari dua kolam yang
memungkinkan terjadinya interaksi antara alat, manusia,
saling berhubungan untuk mendapatkan derajat
dan lingkungan dengan tujuan memberikan pelayanan
purifikasi limbah cair sesuai dengan standar WHO.
kepada pasien dalam rangka mencari kesembuhan.
Kendala yang sering dihadapi adalah pendangkalan
Selain sebagai tempat pelayanan untuk pengobatan dan
kolam yang mengakibatkan efektivitas mikroba
perawatan pasien maka rumah sakit akan menghasilkan
berkurang (WHO, 2005).
produk samping berupa limbah baik limbah padat, cair,
Berbagai teknologi telah diterapkan untuk
maupun gas. Limbah tersebut dapat mengandung bahan
mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya adalah
berbahaya beracun atau sering dikenal dengan istilah
Advanced Oxidation Process (AOP). Teknologi AOP
limbah B3. Efek negatif yang mungkin timbul sebagai
tersebut berkembang sangat pesat yang ditandai dengan
akibat dari kondisi lingkungan yang tidak sehat karena
diselenggarakannya konferensi internasional yaitu The
pengolahan limbah cair rumah sakit yang kurang
Third European Conference on Environmental
sempurna adalah adanya bakteri patogen penyebab
Applications of Advanced Oxidation Process (EAAOP-
penyakit. Limbah cair rumah sakit memiliki potensi
3) pada tanggal 28-30 Oktober 2013 di Almeira,
yang berbahaya bagi kesehatan maka perlu penanganan
Spanyol. Konferensi tersebut diselenggarakan untuk
air limbah yang baik dan benar (Anonim, 2001).
menunjukkan temuan-temuan terbaru teknologi AOP
Pengolahan limbah cair rumah sakit umumnya
dalam proses remediasi air permukaan, air minum, air
dilakukan dengan proses biologis yaitu proses aerob dan
tanah, air perkotaan, limbah industri dan agroindustri,
an-aerob. Penguraian limbah memerlukan waktu
kontaminasi udara dan tanah (Mantzavinos et al., 2014).
2.1 Limbah Rumah Sakit Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang selanjutnya dapat dibuang dengan aman ke sungai
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan (Bestary,2007).
penunjang lainnya. Mengingat dampak yang mungkin 2.2.1 pengolahan limbah cair menggunakan lumpur
timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik aktif (Activated Sludge)
meliputi alat dan sarana, keuangan dan tatalaksana Pada proses ini terdiri dari bak pengendap awal,
pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan bak aerasi, bak pengendap akhir, dan bak khlorinasi.
memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi Proses pengolahan dengan proses lumpur aktif dimulai
persyaratan kesehatan lingkungan. dengan limbah cair dari rumah sakit ditampung ke dalam
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam- bak penampung kemudian dialirkan ke bak pengendap
macam mikroorganisme bergantung pada jenis runah awal dan dilanjutkan ke bak aerasi. Di dalam bak aerasi
sakit. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung dimasukkan udara sehingga mikroorganisme mengalami
pertumbuhan dan akan menguraikan zat organik yang
bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur
ada dalam air limbah. Selanjutnya air dialirkan ke bak
dengan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain.
pengendap akhir, dalam bak ini lumpur aktif yang
Limbah-limbah tersebut kemungkinan besar mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan
mengandung mikroorganisme patogen atau bahan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan
kimia beracun berbahaya yang menyebabkan pompa sirkulasi lumpur sedangkan air limpasan (over
penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan flow) dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak
rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan khlorinasi kemudian dibuang ke badan air penerima
kesehatan yang kurang memadai, kesalahan (sungai) (Tchobanoglous, 2003)
penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan
peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana
sanitasi yang masib buruk (Bestary, 2007)

2.2 Pengolahan Limbah Cair Menggunakan Proses


Ozonasi
Bahan-bahan uji laboratorium mengandung
logam berat dan inveksikus, sehingga harus
disterilisas sebelum menjadi limbah tak berbahaya.
Proses ozonisasi atau proses dengan menggunakan
ozon biasanya digunakan untuk proses sterilisasi
bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, Gambar 1. Diagram proses pengolahan air
hingga sterilisasi udara pada ruangan kerja di limbah dengan proses lumpur aktif (Tchobanoglous,
perkantoran. 2003)
Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas
dari sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal. 2.2.2 Pengolahan Biologis Limbah Cair
Selain itu, ozon telah dapat dengan mudah dibuat Menggunakan Extended Aeration
dengan menggunakan plasma seperti corona Pada awalnya air limbah dialirkan ke dalam
discharge. influent chamber. Lalu air limbah dialirkan melalui
Limbah cair yang telah dikumpulkan pada saringan besi untuk menyaring sampah yang
sebuah kolam equalisasi lalu dipompakan ke tangki berukuran besar. Sampah yang tertahan oleh saringan
reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon besi diangkut untuk menghindari terjadinya
Gas ozon bereaksi mengoksidasi senyawa penyumbatan.
organik dan membunuh bakteri patogen pada limbah Selanjutnya air limbah diolah menjadi
cair. Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian homogen dalam equalizing tank. Proses ini terjadi di
dialirkan ke tangki koagulasi untuk dicampurkan dalam aeration tank dengan bahan-bahan organik
koagulan untuk proses sedimentasi. Selanjutnya yang terdapat dalam air limbah didekomposisikan
dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. oleh microorganisme menjadi semakin berkurang.
Pada tangki ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses Dalam hal ini bahan buangan organik diubah dan
penyerapan zat-zat polutan yang terlewatkan pada digunakan untuk perkembangan sel baru
proses koagulasi. (protoplasma) serta diubah dalam bentuk bahan-
bahan lainnya seperti karbondioksida, air, dan
ammonia. Massa dari protoplasma dan bahan organik
baru yang dihasilkan, mengendap bersama-sama Proses pengolahan air limbah dengan biofilter
dengan endapan dalam activated sludge. "Up Flow" ini terdiri dari bak pengendap, ditambah
Air limbah dari bak clarifier yang sudah lebih dengan beberapa bak biofilter yang diisi dengan media
jernih dialirkan ke bak effluent. Air limbah diberikan kerikil atau batu pecah, plastik atau media lain. Yang
khlorin untuk mengendalikan jumlah populasi bakteri ditambahkan bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik.
Air limbah ditampung di dalam effluent tank yang Bak pengendap terdiri atas 2 ruangan, bak pertama
pada akhirnya akan dibuang ke parit dan bermuara ke berfungsi sebagai bak pengendap pertama, sedangkan
sungai bak kedua berfungsi sebagai pengendap kedua. Air
luapan dari bak pengendap kedua dialirkan ke bak
biofilter dan dibubuhi dengan kholrin atau kaporit untuk
membunuh bakteri patogen dengan arah aliran dari
bawah ke atas., kemudian dibuang langsung ke sungai
atau saluran umum (Eckenfelder, 2003)

Gambar 2. Diagram proses pengolahan air


limbah dengan proses aerasi (Eckenfelder, 2003)

2.2.3 Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit


Menggunakan Metode Adsorbsi
Kemampuan dari adsorben karbon aktif dalam Gambar 4. . Diagram proses pengolahan air limbah
menyerap H2S menentukan waktu jenuh dari adsorben, dengan sisten biofilter "Up Flow" (Said, 2003)
yaitu saat dimana kadar H2S setelah diadsorpsi
menggunakan kolom adsorbsi harus sama dengan kadar Kesimpulan
H2S sebelum di adsorpsi. Selanjutnya dimasukkan
dalam persamaan adsorpsi isotherm Freundlich untuk Berdasarkan kajian tersebut menunjukkan bahwa
memperoleh nilai konstanta, yang digunakan untuk teknologi pengolahan air limbah rumah sakit dapat
menghitung waktu tinggal adsorpsi. diolah dengan berbagai cara pengolahan esui dengan
Bahan yang digunakan adalah biogas dari hasil karakteristik limbah. Untuk memilih teknologi
pemanfaatan sludge limbah cair rumah sakit dan karbon pengolahan yang tepat perlu dilakukan analisis dari
aktif sebagai adsorben aspek teknis, dan aspek keberlanjutan.

Gambar 3. Proses Pemurnian Biogas dengan


Proses Adsorpsi

2.2.4 Pengolahan Limbah Cair dengan Proses


Biofilter "Up Flow"
Daftar Pustaka Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
(RSUDZA) Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi, Vol. 3,
Abednego M., 1993. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit.
No. 2, 9-15.
Makalah Seminar Limbah Rumah Sakit. Dwi, S.T.D & Sugito. (2016). Perencanaan Instalasi
Agustina, A & S.G Purnama. (2014). Kajian Pengelolaan Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit dengan
Limbah Di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Biofilter. Jurnal Teknik Waktu, Vol. 14 N0. 2,
Tenggara Barat (NTB). Community Health, 14-61.
Vol. 2, No. 1, 12-20. Endro, S & Pungut. (2013). Penurunan Kadar BOD dan
Ali Arsad Kerubun. (2014). Kualitas Limbah Cair di COD Air Limbah UPT Puskesmas Janti Kota
Rumah Sakit Umum Daerah Tulehu. Jurnal Malang Dengan Metode Contructed Wetland.
MKMI, 180-185. Jurnal Teknik Waktu Vol. 11 No. 1, 13-57.
Alwathan, Mustafa, Ramli, T. (2013). Pengurangan F.A. Kibuye et al. (2019). Fate of pharmaceuticals in a
Kadar H2S dari Biogas Limbah Cair Rumah spray-irrigation system: From wastewater to
Sakit dengan Metode Adsorpsi. Konversi,Vol. groundwater. Science of the Total
2, No. 1, 63-75. Environment, 654, 197-208.
Anjan, V.P., M. Luqman, A., Denny, D. (2018). Febby, C. C., & Florensia, B. T. (2013). Kualitas Limbah
Perancangan Ulang Instalasi Pengolahan Air
Cair Rumah Sakit GMIM Bethesda Tomohon.
Limbah (IPAL) Rumah Sakit. Conference
Proceeding on Waste Treatment Technology, Jurnal Lingkungan, 53-86.
ISSN No. 2623 – 1727. Hariadi Agustinus, 1996. Sistem Pengelolaan Limbah
Ardhaningtyas, R.U & Liayati, M. (2018). Penurunan bahan Berbahaya dan Beracun Rumah Sakit.
Kadar Fosfat dalam Limbah Rumah Sakit Direktorat Jenderal Pengelolaan Limbah B3
dengan Menggunakan Reaktor Fitobiofilm, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan,
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri, Jakarta.
Vol. 3, No. 1. I.M. Djaja & Dwi, K. (2006). Gambaran Pengelolaan
Arie Ikhwan Saputra. (2018). Penurunan TSS Air Limbah Cair di Rumah Sakit X Jakarta
Limbah Laboratorium Rumah Sakit Februari 2006. Makara, Kesehatan, Vol. 10, No.
Menggunakan Metode Elektrokoagukasi. 2, 60-63.
JNPH ,Vol. 6, No. 2, 23-26. Meylinda, M & J.M.S. Narhadi. (2014). Evaluasi
Arifah Khusnuryani. (2008). Mikroba Sebagai Agen
Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit
Penurun Fosfat Pada Pengolahan Linbah Cair
RK Charitas Palembang. Jurnal Ilmu
Rumah Sakit. Seminar Nasional Aplikasi Sains
Lingkungan, Vol. 12, Issue 2, 66-71.
dan Teknologi IST AKPRIND Yogyakarta.
Meylinda, M., J.M.S. Narhadi., Dosen Sekolah Tinggi
Arifin., Istiqamah., Sulaiman, H. (2016). Efektifitas Teknik Musi. (2015). Evaluasi Instalasi
Instalasi Pengolahan Air Limbah di Rumah Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit RK
Sakit X Kabupaten Banjar. Jurnal Kesehatan Charitas Palembang dengan Value Engineering.
Lingkungan, Vol. 13 No. 1, 27-76. Jurnal Ilmiah TEKNO Vol. 12, No. 1, 35- 44.
Aris, B.S & Eko, H. (2012). Evaluasi Pengolahan Nadia Paramita. (2007). Evaluasi Pengelolaan Sampah
Limbah Cair Rumah Sakit dengan Sistim Bio Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot
Natural (Studi Kasus di RSUD Kelet Jepara). Soebroto. Jurnal PRESIPITASI Vol. 2, No. 1,
Jurnal Visikes, Vol. 11, No. 1. ISSN 1907-187X.
Aziz. M. H. (2002). Laporan Kegiatan Seminar Nasional Noviratri, S. 2013. Studi Efektifitas Instalasi Pengolahan
Pengamanan Limbah Terinfeksi Menuju RS Air Limbah (IPAL) Dalam Menurunkan Kadar
Amoniak dan Pospat Air Limbah Di Rumah
Peduli Lingkungan. Jakarta : Departemen Sakit RK Charitas. Jurusan Teknik Industri.
Kesehatan Republik Indonesia Dan Lembaga STT Musi. Palembang.
Nusa Idaman Said. (2001). Pengolahan Air Limbah
Pengkajian Lingkungan Hidup. Rumah Sakit dengan Proses Biologis Biakan
Cut Yulvizar. (2011). Efektifitas Pengelolaan Limbah Melekat Menggunakan Media Plastik Sarang
Cair Dalam Menurunkan Kadar Fenol di
Tawon. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 2, Widayat W., Nusa I.S. (2005). Rancang Bangun Paket
No. 3, 223-240. IPAL Rumah Sakit dengan Proses Biofilter
Nusa Idaman Said. (2006). Paket Teknologi Pengolahan Anaerob-Aerob Kapasitas 20-30 M3Per Hari.
Air Limbah Rumah Sakit yang Murah dan JAI Vol. 1, No. 1 2005. BPPT. Jakarta.
Efisien. JAI Vol. 2 , No. 1, 101-113. Yenni, S. M. et al. (2015). Evaluasi Dimensi Unit Istalasi
Prayitno. (2011). Teknologi Pengolahan Air Limbah Pengolahan Air Limbah Domestik Rumah Sakit
Rumah Sakit. J-PAL, Vol. 1, No. 2, 109-154. dr. Ernaldi Bahar Kota Palembang. Jurnal
Rini, W.S., Riyanto, H., Yohana, V., Agung, P. (2001). Teknik Lingkungan UNAND, 12 (2), 127-136.
Studi Efektifitas Penurunan Kadar BOD, COD
dan NH3 Pada Limbah Cair Rumah Sakit
dengan Rotating Biological Contactor.
Sri Subekti. (2004). Pengelolaan Air Bersih Rumah
Sakit Sebagai Upaya Minimalisasi Limbah
Cair.
Sugiharto. (1987). Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah.
Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Weny Marita Sari. (2015). Pengolahan Air Limbah
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
(RSMP) dengan Sistem Biofilter Anaerob-
Aerob. Distilasi, Vol. 1, 7-18.

Anda mungkin juga menyukai