PENDAHULUAN
perubahan tersebut mempengaruhinya sebagai sebuah institusi sosial dan bagaimana harus
berinteraksi dengan perubahan tersebut. Salah satu perubahan lingkungan yang sangat
Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan elemen penting dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu
besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor kehidupan
dimana memberikan andil besar terhadap perubahan – perubahan yang mendasar pada struktur
operasi dan manajemen organisasi, pendidikan, trasportasi, kesehatan dan penelitian. Oleh
(SDM) TIK, mulai dari keterampilan dan pengetahuan, perencanaan, pengoperasian, perawatan
dan pengawasan, serta peningkatan kemampuan TIK para pimpinan di lembaga pemerintahan,
pendidikan, perusahaan, UKM (usaha kecil menengah) dan LSM. Sehingga pada akhirnya akan
dihasilkan output yang sangat bermanfaat baik bagi manusia sebagai individu itu sendiri maupun
terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001),
dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
5. dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan
sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap
muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut (Rosenberg, 2001).
teknologi informasi berperan penting sebagai sarana untuk mendapatkan sumber informasi
pemecahan masalah dengan studi referensi terhadap teori-teori yang berkaitan Teknologi dan
Pembelajaran. Dalil dalil para ahli dijadikan rujukan dalam penyusunan dan pengumpulan fakta
1.4 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui peranan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi dalam kegiatan pembelajaran dan perkembangan dunia pendidikan, serta pengaruh
teknologi informasi dalam menghasilkan keluaran peserta didik yang bermutu dan modern.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
pembelajaran (1965,h.407)
pada tahun 1901 dengan teori psikologi perkembangannya merupakan landasan pertama kearah
teknologi pembelajaran (1968,h.50). tiga dalil utama yang diajukan oleh Thorndike pada waktu
itu adalah:
1. Dalil latihan dan ulangan: makin sering diulang respons yang berasal dari stimulus
2. Dalil akibat: menyatakan prinsip hubungan sengan tidak senang.respons akan diperkuat
bilamana diikuti oleh rasa senang,dan akan diperlemah bila tidak diikuti rasa senang.
3. Dalil kesiapan: karena perkembangan sistem syaraf maka unit perilaku tertentu akan mudah
Menurut saettler selanjutnya konstribusi Thorndike dalam teknologi pembelajaran adalah dengan
belajar anak didalam kelas kea rah yang dikehendaki,namun dengan tetap memperhatikan minat
dan respons anak terhadap stimulasi yang diberikan. Stimulasi itu perlu disesuaikan dengan
kesiapan mental anak,dan kecuali itu perbedaan individual perlu diperhatikan dengan jalan
merancanga dan mengatus situasi sedemikian rupa serta dengan menggunakakn media,agar
terjadi hubungan antara apa yang sudan diketahui anak dengan hal yang baru.Prinsip yang
dikemukakan oleh Thorndike ini memang masih banyak dianut hingga kini,terutama dalam
Tokoh-tokoh utama dalam awal penyusunan teori pembelajaran ini menurut Snelbecker
adalah Brunner, Skinner, Glaser, dan Ausupel. Brunner mengemukakan Pentingnya teori
perspektif yang melandasi praktik pendidikan, karena yang ada sebelumnya adalah teori yang
pembelajaran. Glasser memakai pendekatan induktif yang sama denga Skinner. Penelitian
tetapi modifikasi dan penjabaran lebih lanjut prinsip-prinsip itu lebih didasarkan pada data
tolak pada pengalaman sekolah yang berarti,dan bukannya pada teori nelajar.kedua teori itu
Skinner,secara sederhana merupakan pengaturan kemungkinan penguatan, ada tiga variable yang
membentuk kemungkinan penguatan itu,yaitu: (1) peristiwa di mana perilaku
berlangsung; (2) perilaku itu sendiri; dan (3) akibat perilaku itu.Kalau semula “mengajar” hanya
mmperhatikan bagaimana mengatur stimulasi atau pesan yang disampaikan kepada siswa, maka
dengan pendapat yang lebih diperhatikan adalah respons dari siswa serta tanggapan kepada siswa
Beberapa prinsip yang dijabarkan dari teori penguatan ini, diantaranya adalah perilaku
yang diperkuat, cinderung untuk lebih bertahan; penguatan positif lebih berti dari yang negative;
penguatn langsung lebih efektif dari penguatan tertunda; penguatan yang sering lebih efektir dari
yang jarang. Teori dan prinsip-prinsip Skinner ini diantara lain diaplikasikan dalam bentuk
“mesin mengajar” (teaching mecine). Prinsip-prinsip ini hingga sekarang masih banyak dipakai
[CAI]). Skinner juga berpendapat bahwa untuk mengendalikan belajar pada manusia secara
efektif daiperlukan bantuan peralatan, yang akan bertindak selaku mekanisme penguat (AECT,
1997,H.39-40).
Tujuan perilaku yang menurut mager perlu ditetapkan terlebih dahulu sebelum
mengembangkan pembelajaran. Tujuan ini memerlukan perilaku akhir yang dapat disajikan bukti
bahwa seseorang telah belajar. Disamping tujuan itu perlu ditentukan criteria sejauh mana
pembuatan si belajar telah diterima.(1962, h.12). Apa yang dikemukakan Mager ini dipopulerkan
dengan rumusan tujuan ABCD (Audience, Bahavior, Condition, and Degree). Tujuan perilaku
ini menurutnya merupakan ciri yang harus ada dalam setiap model pengembngan pembelajaran
Evaluasi beracuan tujuan merupakan konsekuensi logikal dari tujuan perilaku. Menurut
Glasser, ukuran yang didasarkan pada criteria standar (yaitu tujuan yang dirumuskan dalam
bentuk perilaku), akan memberikan informasi sejauh mana sesuatu kompetisi telah dikuasai oleh
seorang siswa, tanpa harus memperbandingkannya dengan siswa lain (1965, h.801). Prinsip ini
berbeda dengan evaluasi beracuan norma kelompok dengan kurva normalnya yang sangat
Sistem analisis interaksi berusaha mengumpulkan data empiric tentang tingkah laku
guru dan siswa dalam situasi kelas. Sistem ini memungkinkan penilaian objektif mengenai
kegiatan guru dan siswa dalam siswa dalam kelas. Sistem ini memungkinkan para peneliti untuk
memfalidasikan sistem atau prinsip pembelajaran yang digunakan, serta kegunaan dan
Teori kurikulum dan pembelajaran mulai muncul dan dapat perhatian besar pada
akhir tahun 50-an bersamaan dengan gerakan pembaruan kurikulum.Pada saat itu dirasakan
perlunya ada landasan yang lebih ilmiah dan sistematik untuk menyusun kurikulum. Brunner
(1966) mengemukakan teori penyusunan dan pelaksanaan kurikulum dengan suatu paradigma
dimana suatu tim besar yang terdiri dari ahli bidang studi, guru, dan ahli psikologi mulai
menyusun kurikulum,yang kemudian dijadikan bahan untuk membuat buku, media, atau bahan
lain, dan saran kegiatan dikelas. Keseluruhan bahan ini dibahas lebih lanjut oleh tim local
(wilayah) untuk menyempurnakan dan penentuan cara penyajian, yaitu melalui pembelajaran
dikelas atau pembelajaran bermedia, yang keduanya daling berkaitan. Menurut Heinich (1970,
h.148) Brunner mendasarkan pendekatannya itu atas dasar dua permis, yaitu: (1)guru kelas tak
mungkin dapat mengikuti perkembangan bidang studi sambil mengajar dengan penuh;
dan (2) guru kelas tak mempunyai keterampilan metodologi yang cukup untuk melaksanakan
pendekatan pemecahan masalah. Keterampilan ini akan dapat diperoleh denagan melaksanakan
suatu model yang disajikan melalui pembelajaran bermedia. Dengan timbulnya gerakan
pembaruan kurikulum ini menurut Snelbecker, dituntutnya ada kejelasan hubungan antara teori
kurikulum dan teori pembelajaran. Snelbecker merumuskan bahwa teori kurikulum terutama
berkepentingan dengan isi dan tujuan umum pendidikan sedang teori pembelajaran memusatkan
pehatian kepada cara bagaimana tujuan tersebut dapat tercapai (1974, h.143).
sangat terbatas, dan itu pun baru meliputi aspek psikologi kognitif. Masih banyak lagi aspek-
aspek psikologi seperti persepsi, kepribadian, dan social yang tidak disinggung dalam tulisan
singkat ini.
Edgar Dale,yang terkenal dengan “kerucut pengalaman” menyatakan bahwa teori komunikasi
merupakan suatu metode yang paling berguna dalam usaha meningkatkan efektivitas bahan
audiovisual (1953, h.3). Pada masa itu memang pendekatan dalam teknologi pendidikan masih
condong pendekatan media, sehingga “kerucut pengalaman” Dale dipandang secara keliru
Hoban, seperti halnya Dale, berpendapat bahwa pendekatan yang paling berguana untuk
mengalami dan menningkatkan efisiensi bidang audiovisual adalah melalui konsep komunikasi
Pada awalnya teori komunikasi yang paling mendapat perhatian adalah teori yang
dikemukakan oleh Shannon dan Weaver,yang sebenarnya merupakan teori matematis dalam
komunikasi (1049, h.7). Teori ini memang teori yang bersifat linear dan dengan arah yang
tertentu dan tetap yaitu dari sumber (komunikator) kepada penerima (komunikan). Suatu unsure
yang masih dapat mempertahankan dalam teori ini adalah adanya sumber gangguan (noise), yang
senantiasa ada dalam setiap situasi. Teori Shannon san Weaver ini kemudian disempurnakan
oleh schramm (field of experience) dan umpan balik. Dengan adanya dua unsur baru ini
schramm menekankan pada adanya kesamaan interpretasi akan arti lambang yang dipakai (1954,
h.116).
Teori kominikasi Berlo merupakan suatu pendekatan baru, karena tidak merupakan teori
yang linear dan bahkan menunjukan adanya dinamika dalam hubungan diantara unsure-
unsurnya. Model Berlo dianggap merupakan pembaruan karena implikasinya dalam teknologi
pendidikan menyebabkan dimasukannya orang dan bahan sebagai sumber yang merupakan
bagaian integral dari teknologi pendidikan. Isi pesan beserta struktur dan penggarapannya juga
merupakan bagian dari teknologi pendidikan. Segala bentuk pesan (lambang, verbal,
taktil, serta ujud nyata) merupakan bagian dari keseluruhan proses komunikasi, dan dengan
demikian juga bagian dari teknologi pendidikan. Model Berlo itu juga telah membuka jalan
untuk berbagai macam penelitian,yaitu yang berhubungan dengan unsure-unsur dan saling
Teori dan model komunikasi tersebut diatas menurut roger dan Kincaid masih
sederhana dan dapat diisolasikan yaitu seakan-seakan terlepas dari lingkungan tempatnya proses
itu berlangsung.
menghiraukan keberadaan dalam keadaan diam, serta saat tibanya pesan itu.
psikologis yang tertuju pada perorangan yang terpisah dan bukannya pada dampak social,dan
5. Terlalu percaya pada hubungan sebab-akibat yang sifat mekanistik dan searah, padahal
Teori yang diajukan oleh Roger dan Kincaid disebut teori komunikasi konvergensi (1981, h,38-
39). Dalam teorinya itu mereka tidak membedakan antara sumber dan penerima karena peranan
itu dapat berlangsung secara bersamaan pada seseorang dalam suatu konteks komunikasi. Prose
situ juga tidak berlangsung antar individu saja melainkan dalam suatu realitas social. Teori ini
juga menegaskan bahwa komunikasi itu berlangsung tanpa awal dan akhir, sepanjang manusia
Teori-teori dan model komunikasi tersebut telah membawa pengaruh dalam bidang
pendidikan, atau lebih tepat lagi saling memengaruhi, hingga timbul perkembangan berbagai
kecendrungan pendidikan. Kecendrungan itu meliputi: (1) pendidikan seumur hidup yang
berlangsung sepanjang orang sadar akan diri dan lingkungan; (2) pendidikan gerak cepat dan
tepat yang lebih mengacu pada mampu untuk hidup dimasyarakat; (3) pendidikan yang mudah
dicerna dan diresapi; (4) pendidikan yang menarik perhatian dengan cara penyajian yang
bervariasi dan meransang sebanyak mungkin indra; (5) pendidikan yang menyebar baik
pelayanannya maupun peranannya; dan (6) pendidikan yang mustari (tepat saat) menyusup tanpa
niat sebelumnya,yaitu pada saat ada kekosongan pikiran. Kesemua ini merupan landasan strategi
Beberapa cara dilakukan untuk membuat klafikasi atau taksonomi media. Bretz,misalnya,
membuat penggolongan media berdasarkan bentuk penyajian dan penyimpanan pesan. Mula-
mula diidentifikfasikan tiga bentuk utama, yaitu ujud, suara, dan gerak. Ujud kemudian
dijabarkan lagi menjadi tiga, yaitu gambar, garis, dan lambang. Berdasarkan kelima klafikasi
itu Bretz membedakan kedelapan kategori melia, dimulai dari media media yang mempunyai
kelima cirri tersebut diatas (misalnnya televise),hingga media yang hanya mengandung satu cirri
(misalnya buku). Bretz kemudian mengembangkan suatu prosedur untuk penelitian media yang
paling cocok untuk susatu kegunaan tertentu (1971, h.66-70). Apa yang ditemukan oleh Bretz
telah banyak member petunjuk tentang media dan pemilihannya untuk keperluan pembelajaran.
Wilbur Schramm barangkali merupakan ahli komuitas yang paling vocal dalam usahanya
mengaplikasikan teori, modal, dan hasil penelitian tentang media kedalam bidang pendidikan,
yang tidak lain adalah garapan teknologi pendidikan. Buku Schramm yang terkenal adalah Big
Media Little Media: Tool and technologies for instruction (1977). Sesuai dengan judul buku
tersebut Schramm membedakan media besar, yaitu yang kompleks dan mahal, dan media kecil
yang sederhana dan biaya relative murah. Pembedaan itu bukanlah suatu dikotomi melainkan
suatu skala berkelanjutan (countinouse scale). “Big Media” mempunyai daya tarik yang lebih
besar terutama bagi non pendidik (1977, h.16). Dalam bukunya itu Schramm mengkaji informasi
yang ada mengenai pemilihan media untuk keperluan pembelajaran. Dia berusaha membuat
1. Orang dapat belajar dari meda, namun hasil eksperimen belum cukup member petunjuk
tentang media apa yang paling efektif untuk terjadinya belajar dalam situasi tertentu.
2. Penentuan media yang sebaiknya merupakan resultante dari analisis media itu sendiri, dan
dalam mempelajari keterampilan intelektual dasar. Bila dikombinasikan dengan symbol iconic,
dapat melaksanakan hamper seluruh apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran.
4. Kode iconic (gambar, diagram, dan lain-lain) sangat efektif untuk menarik
minat,mengingat kembali unsure-unsur yang telah tersimpan dalam proses belajar, dalam
persentasi stimulus utama, dan dalam mendorong terjadinya transfer dari pengetahuan dan
5. Media interaktif tak tersaingi kemampuannya memberikan umpan balik selama belajar,
6. Kombinasi dari berbagai sistem pengkodean dapat dilakukan oleh kombinasi media kecil
atau pengajaran tatap muka yang dibantu oleh satu atau lebih media kecil.
siaran untuk memberikan apa yang telah dapat dilakukan dengan cara yang konvensional.
pembelajaran dikelas yang sekarang berlangsung, bila guru dapat mengajar lebih banyak siswa
10. Proyek pembaruan pendidikan nasional (dengan menggunakan media komunikasi) maupun
dalam meningkatkan mutu pendidikan…asalkan sejak awal dapat diintegrasikan tidak hanya
12. Pengajaran jarak jauh yang dilakukan dan didukung dengan media yang tepat dapat
Sebagai salah satu kesimpulan akhir, Schramm berpendapat bahwa tidak ada buku resep yang
dapat dipakai secara otomatis untuk keperluan memilih media dalam setiap sistem pendidikan.
Kadang-kadang pertimbangan yang menonjol yang dipergunakan untuk pemilihan itu adalah
Apa yang dikemukakan oleh Schramm diatas mempunyai arti perlunya dilakukan penelitian
terus-menerus dalam kaitan antara media komunikasi dan pendidikan, yaitu suatu kawasan
teknologi pendidikan. Hal ini juga menunjukan bahwa teknologi pendidikan sebagai satuan
pendidikan memeng berkembang pada masa yang menurut Erick Ashby disebut revolusi
keempat. Seperti telah dikutip di muka, revolusi itu ditandai oleh elektronika. Mau tidak mau
konsepsi teknologi pendidikan sangat dipengaruhi oleh konsepsi dibidang elektronika itu.
James Finn(1972) pada tahun 1957 telah mencanangkan perlunya diadakan: (a) penilaian
pendidikan; (b) pembaruan organisasi, prosedur dan isi pendidikan, yang akan menjembatani
jurang yang terjadi karena meroketnya perkembangan teknologi dan perkembangan pendidikan
yang berjalan seperti siput; (c)Aplikasi konsep dan proses yang berguna dari teknologi dalam
usaha pendidikan sebagai usaha menutupi jurangperbedaan yang makin melebar (h. 109-
110).Finn sangat memprihatinkan sikap apatis dari kebnayakan pendidik terhadap teknologi yang
mengalami krisis (dengan makin berkurangnya guru yang bermutu, meningkatnya jumlah yang
perlu diajar dan dipelajari,serta perkembangan teknologi). Beberapa diantara posisi itu adalah:
1. Introduksi pengalaman audiovisual secara massa (film, gambar, radio, televise, dan lain-
2. Menyerahkan sebagain besar (mungkin malah semua) tugas penyajian semua aspek
pengajaran yang sistematik (isi, tata urutan, dan lain-lain) kepada satu atau lebih media
dikelas.
3. Kelas-kelas besar dilangsungkan sebagai bagian dari hari-hari sekolah pada saat anak-anak
4. Mengembangkan sekelompok guru ahli dengan bantuan bantuan ahli lain menyajikan
Karakteristik yang menonjol dari semua tindakan itu menurut Finn adalah konsep sistem, yang
pengendalian,dan ciri yang ketiga adanya analisis yang menyeluruh dan perencanaan jangka
panjang.
kerekayasaan dalam bidang teknologi pendidikan. Misalnya dari kimia ditemukan litografi dan
fotografi (yang juga dipengaruhi optic); dari rekayasa mekanik, optic, elektrik, dan elektronik
dihasilkan gambar hidup, alat perekam, radio, televise, mesin pembelajran dan computer. Adalah
tugas bidang teknologi pendidikan kemudian untuk menjabarkan keserasian perangkat keras
teknologi itu dengan hasil-hasil penelitian dalam ilmu perilaku dan teori belajar (h. 375).
konsep sistem adalah gagasan adanya: (1)komponen dalam sistem; (2) integrasi diantara
komponen itu; dan (3) peningkatan efisiensi sistem (h. 110). Pada saat itu sistem dianggap
sebagai produk, oleh karena itu implikasinya dalam produk lengkap yang dapat diatur dan
diintegrasikan sedemikian rupa hingga memungkinkan terjadi nya pembelajaran yang lengkap.
analisis sistem, membawa pengaruh lebih lanjut dibidan teknologi pendidikan. Pendekatan
sistem menurut Heinich (1965) memerlukan penkajian seliruh proses dengan menyadari adanya
saling hubungan dalam dan antara komponen,mempunyai tujuan tertentu, berjalan melalui
tahapan yang diperlikan, serta menilai hasil akhir apakah sesuai dengan tujuan dan
memperbaikinya bila belum sesuai(h. 4).konsepsi ini paling tidak mempengaruhi perkembangan
kombinasi fungsi dan sumber dalam proses yang sistematis dan menghasilkan suatu yang baru
PEMBAHASAN
Kata teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang
berupa mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan Permesinan, namun sesungguhnya teknologi
pendidikan memiliki makna yang lebih luas, karena teknologi pendidikan merupakan perpaduan
dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya (Hoba, 1977) kemudian pengertian
tersebut akan lebih jelas dengan pengertian bahwa pada hakikatnya teknologi adalah penerapan
dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977).
Keberadaan teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi lahir dan
dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Berkaitan dengan
hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat dipandang sebagai suatu produk dan proses
(Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah dipahami karena sifatnya
Sebagai sebuah proses teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan
bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk
yang mencakup semua aspek belajar manusia. (AECT, 1977). Sejalan dengan hal tersebut, maka
pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan,
peningkatan mutu / kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih
dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah
Terdapat tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan
Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu
pembelajaran (IDI model, 1989) . Prinsip berorientasi pada mahasiswa beratri bahwa dalam
karakteristik,minat, potensi dari mahasiswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya.Satu hal lagi lagi bahwa teknologi
pendidikan adalah satu bidang yang menekankan pada aspek belajar mahasiswa. Keberhasilan
pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidiakan adalah bagaimana mahasiswa
menggunakan segala macam sumber belajar. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam
pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Hal ini sesuai
dengan ditandai dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi teknologi
modernisasi pendidikan:
3. kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn). Dengan mencermati jawaban
atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang bisa dimanfaatkan seperti telah diuraikan
Pertanyaan pertama, bagaimana kita belajar, terkait dengan metode atau model 3 pembelajaran.
Cara berinteraksi antara guru dengan siswa sangat menentukan model pembelajaran. Terkait
dengan ini, menurut Pannen (2005), saat ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran terkait
dengan ketergantungan terhadap guru dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran seharusnya tidak 100% bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi
lebih banyak terpusat kepada siswa (student-centered learning atau instructor independent). Guru
juga tidak lagi dijadikan satu-satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator
atau konsultan.
Peranan yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat jelas. Hadirnya e-learning
dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan ini. Secara umum, e-learning
dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang disampaikan melalui semua media elektronik
termasuk, Internet, intranet, extranet, satelit, audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM
pengajaran dan proses pembelajaran dengan memberikan kendali yang lebih besar dalam
pembelajaran kepada siswa. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan
“pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa”.
Secara umum, peranan e-learning dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua:
komplementer dan substitusi. Yang pertama mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan
pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI,
sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan TI. Saat ini,
regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning
Nasional No. 107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan pendidikan
1. pokok-pokok bahasan yang paling essensial dan representatif untuk dijadikan objek belajar
2. pokok bahasan,konsep, serta prinsip atau mode of inquery sebagai objek belajar yang
memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan dan memiliki hubungan untuk berkembang,
Atas dasar landasan pemikiran tersebut, maka ruang lingkup kajian pendidikan teknologi yang
a. Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi
yang merupakan bahan ajar tentang materi/bahan, energi, dan informasi
b. Domain teknologi, yaitu suatu fokus bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk
mengembangkan bahan pelajaran yang terdiri atas 1)teknologi dan masyarakat (berintikan
teknologi dan sistem (berintikan bahan,energi, dan sistem),dan (3)perancangan dan pembuatan
karya teknologi (berintikan gambar dan perancangan, pembuatan dan kaji ulang perancangan)
c. Area teknologi, yaitu batas kawasan teknologi dalam program pendidikan teknologi, hal ini
antara lain teknologi produksi, teknologi komunikasi, teknologi energi, dan bioteknologi
Teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk
pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi
(Tony Bates, 1995). Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan
Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan inter-disipliner. Apapun
namanya, dalam era informasi, jarak fisik atau jarak geografis tidak lagi menjadi faktor dalam
hubungan antar manusia atau antar lembaga usaha, sehingga jagad ini menjadi suatu dusun
semesta atau “Global village”. Sehingga sering kita dengar istilah “jarak sudah mati” atau
Multimedia Communication (CMC)” yang bersifat sinkron dan asinkron. makin lama makin
nyata kebenarannya. Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan
bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat
terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja “saat itu
1. Teknologi berfungsi sebagai alat (tools), dalam hal ini TIK digunakan sebagai alat bantu bagi
pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata,
mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program administratif
untuk siswa, guru dan staf, data kepegawaian, keungan dan sebagainya.
2. Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science). Dalam hal ini teknologi sebagai
bagian dari disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh siswa. Misalnya teknologi komputer dipelajari
oleh beberapa jurusan di perguruan tinggi seperti informatika, manajemen informasi, ilmu
komputer. dalam pembelajaran di sekolah sesuai kurikulum 2006 terdapat mata pelajaran TIK
3. Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy). dalam hal ini
teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai
sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini komputer telah diprogram sedemikian
rupa sehingga siswa dibimbing secara bertahap dengan menggunakan prinsip pembelajaran
tuntas untuk menguasai kompetensi. dalam hal ini posisi teknologi tidak ubahnya sebagai guru
Disinilah peran dan fungsi teknologi informasi untuk menghilangkan berkembangnya sel dua,
tiga dan empat berkembang di banyak institusi pendidikan yaitu dengan cara:
agar dapat terdampingan dengan teknologi informasi melalui alat-alat teknologi informasi.
Peran dan fungsi teknologi informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu dalam manajemen
dunia pendidikan, berdasar studi tentang tujuan pemanfaatan TI di dunia pendidikan terkemuka
di Amerika, Alavi dan Gallupe (2003) menemukan beberapa tujuan pemanfaatan TI, yaitu
5. meningkatkan pendapatan;
Karenanya, tidak mengherankan jika saat ini banyak institusi pendidikan di Indonesia yang
ketat. Maka dari itu untuk memenangkan pendidikan yang bermutu maka disolusikan untuk
memposisikan institusi pendidikan pada sel satu yaitu lingkungan peluang yang menguntungkan
menciptakan pelayanan yang cepat, akurat, teratur, akuntabel dan terpecaya.Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa factor yang mempengaruhi teknologi informasi
yaitu:
1. Infrastruktur
3. Kebijakan
4. Finansial, dan
Maksud dari faktor diatas adalah agar teknologi informasi dapat berkembang dengan
Kedua, faktor SDM menuntut ketersediaan human brain yang menguasai teknologi tinggi.
Ketiga, faktor kebijakan menuntut adanya kebijakan berskala makro dan mikro yang berpihak
membutuhkan adanya sikap positif dari bank dan lembaga keuangan lain untuk menyokong
industri teknologi informasi. Kelima, faktor konten dan aplikasi menuntut adanya informasi yang
disampai pada orang, tempat, dan waktu yang tepat serta ketersediaan aplikasi untuk
E-learning yang merupakan salah satu produk teknologi informasi tentu juga memiliki faktor
pendukung dalam terciptanya pendidikan yang bermutu, adapun faktor-faktor tersebut; Pertama,
harus ada kebijakan sebagai payung yang antara lain mencakup sistem pembiayaan dan arah
pengembangan.
Kedua, pengembangan isi atau materi, misalnya kurikulum harus berbasis teknologi informasi
dan komunikasi. Dengan demikian, nantinya yang dikembangkan tak sebatas operasional atau
(Soekartawi,2003).
Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan, dari kehidupan
dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan
ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Dan sekarang ini sedang
semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e seperti e-commerce, e-
Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible),
terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia,
bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan informasi interaktif, seperti CD-ROM
Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video. Dengan adanya
perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah
dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk
menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online,
mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan
Seperti teknologi lain yang telah hadir ke muka bumi ini, TI juga hadir dengan dialektika. Selain
membawa banyak potensi manfaat, kehadiran TI juga dapat membawa masalah. Khususnya
Internet, penyebaran informasi yang tidak mungkin terkendalikan telah membuka akses terhadap
informasi yang tidak bermanfaat dan merusak moral. Karenanya, penyiapan etika siswa juga
perlu dilakukan. Etika yang terinternalinasi dalam jiwa siswa adalah firewall
Masalah lain yang muncul terkait asimetri akses; akses yang tidak merata. Hal ini akan
menjadikan kesenjangan digital (digital divide) semakin lebar antara siswa atau sekolah dengan
dukungan sumberdaya yang kuat dengan siswa atau sekolah dengan sumberdaya yang terbatas
(lihat juga Lie, 2004). Survei yang dilakukan oleh penulis pada Mei 2005 di tiga kota/kabupaten
di Propinsi DI Yogyakarta terhadap 298 siswa dari 6 buah SMU yang berbeda menunjukkan
bahwa akses terhadap komputer dan Internet di daerah kota (i.e. Kota Yogyakarta) jauh lebih
baik dibandingkan dengan daerah pinggiran (i.e. Kabupaten Bantul dan Gunungkidul). Jika
hanya sekolah swasta yang dianalisis, kesenjangan ini menjadi sangat tinggi. Akses siswa SMU
dan Internet secara signifikan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan siswa SMU swasta di
Kabupaten Bantul dan Gunungkidul. Minimal, hal ini memberikan sinyal adanya kesenjangan
digital antar kelompok dalam masyarakat, baik dikategorikan menurut lokasi geografis maupun
tingkat ekonomi.
Data Departemen Pendidikan Nasional menunjukkan bahwa sebanyak 90% SMU dan 95% SMK
telah memiliki komputer. Namun demikian, kurang dari 25% SMU dan 10% SMK yang telah
terhubungan dengan Internet Mohandas, 2003). Di tingkat perguruan tinggi, data Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi – dalam Pannen (2005) – menunjukkan bahwa kesadaran dalam
pemanfaatan TI dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. Analisis terhadap proposal
teaching grant, baru 29,69% yang memanfatkan media berbasis teknologi komputer. Ketersedian
media berbasis teknologi informasi juga masih terbatas. Hanya 15,54% perguruan tinggi negeri
(PTN) dan 16,09% perguruan tinggi swasta (PTS) yang memiliki ketersediaan media berbasis
teknologi informasi. Sekitar 16,65% mahasiswa dan 14,59% dosen yang mempunyai akses
terhadap teknologi informasi. Hasil survei yang melihat pemanfaatan TI pada tahun 2004
menunjukkan bahwa baru 17,01% PTN, 15,44% PTS, 9,65% dosen, dan 16,17% mahasiswayang
memanfaatkan TI dengan baik. Secara keseluruhan statistik ini menunjukkan bahwa adopsi TI
a. bagaimana seharusnya kita memandang TI, termasuk potensi apa yang ditawarkan oleh TI;
dan
semua pihak (e.g. pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dunia pendidikan, dan
industri) dapat mulai memikirkan program untuk meningkatkan dan memeratakan aksesterhadap
komputer layak pakai ke sekolah-sekolah adalah sebuah contoh menarik. Tentu saja program
seperti ini harus diikuti dengan penyiapan infrastruktur lain seperti listrik dan telepon. Pelatihan-
pelatihan untuk meningkatkan melek (literacy) TI juga pintu masuk lain yang perlu dipikirkan
untuk meningkatkan pemahaman terhadap potensi TI, yang pada akhirnya diharapkan
meningkatkan kesadaran (awareness). Tanpa awareness, pemanfaatan TI tidak optimal, dan yang
lebih mengkhawatirkan lagi sulit untuk berkelanjutan (sustainable). Dalah kaitan ini, program
berbagai media (e.g. pelatihan konvensional dan media massa) dan lomba website sekolah
(seperti yang diadakan oleh Sekolah2000 setiap tahun) merupakan sebuah alternatif yang perlu
dipikirkan
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
pendidikan, yaitu dengan cara mencari dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam
kualitas pembelajaran, dapat ditempuh dengan cara penggunaan berbagai sumber belajar dan
penggunaan media pembelajaran yang berfungsi sebagai alat bantu dalam meningkatkan kadar
hasil belajar peserta didik. Teknologi informasi digunakan sebagai media untuk mempermudah
5.2 Saran
Teknologi informasi merupakan salah satu media yang efektif dalam kegiatan pembelajaran.
Namun dalam penggunaanya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran karena sering terjadi