Anda di halaman 1dari 18

SEMINAR AKUNTANSI

TEMA 5

Corporate Social Responsibility

Disusun Oleh

Kelompok 4

Dianing Ayu Novanti 31401800205

Dunyaa 31401800206

Mutya Nirmala 31401800233

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2019
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
I. PENDAHULUAN.................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................................3

II. LANDASAN TEORI............................................................................................7


III. PEMBAHASAN.................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perbincangan soal etika bisnis semakin mengemuka mengingat arus globalisasi semakin deras terasa.
Globalisasi memberikan tatanan ekonomi baru. Para pelaku bisnis dituntut melakukan bisnis secara fair.
Segala bentuk perilaku bisnis yang dianggap ”kotor” seperti pemborosan manipulasi, monopoli,
dumping, menekan upah buru, pencemaran lingkungan, nepotisme, dan kolusi tidak sesuai dengan etika
bisnis yang berlaku.

Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis sudah tentu adalah meningkatkan
keuntungan. Namun bisnis yang dialankan dengan melanggar prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai etika
cenderung tidak produkif dan menimbulkan inefisiensi. Manajeman yang tidak memperhatikan dan tidak
menerapkan nilai- nilai moral, hanya berorientasi pada laba (tujuan) jangka pendek, tidak akan mampu
survive dalam jangka panjang. Dengan meningkatnya peran swasta antara lain melalui pasar bebas,
privatisasi dan globalisasi maka swasta semakin luas berinteraksi dan bertangung jawab sosial dengan
masyarakat dan pihak lain.

Pada saat banyak perusahaan semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan social dan
kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi. Karena itu muncul pula kesadaran untuk mengurangi
dampak negative. Banyak perusahaan swasta banyak mengembangkan apa yang disebut Corporate
Social Responsibility (CSR). Banyak peneliti yang menemukan terdapat hubungan positif antara tanggung
jawab sosial peruahaan atau (Corporate Social Responsibility) dengan kinerja keuangan, walaupun
dampaknya dalam jangka panjang. Penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai cost melainkan investasi
perusahaan.

Tanggung jawab sosial perusahaan menunjukan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-
pihak lain secara lebih luas daripada hanya sekedar kepentingan perusahaan saja. Tanggung jawab dari
perusahan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah
perusahaan dengan semua stake holder,termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers,
pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga competitor. Pengembangan
program-program sosial perusahaan berupa dapat bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan
masyarakat ( community development), outreach,beasiswa dan sebagainya.

Motivasi mencari laba bisa menghambat keinginan untuk membangun masyrakat dan lingkungan
sekitarnya sejauh ini kebijakan perintah untuk mendorong dan mewajibkan perusahaan swasta untuk
menjalankan tanggung jawab sosial ini tidak begitu jelas dan tegas, ditambahkan pula banyak program
yang sudah dilaksanakan tersebut tidak berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan beberapa rumusan masalah yang merupakan garis
besar pembahasan makalah ini sebagai berikut
Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

Mengetahui bagian dari profesi akuntan publik serta tugas-tugasnya


BAB II

LANDASAN TEORI

 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Walaupun konsep CSR dewasa ini sangat popular, namun belum dijumpai keseragaman dalam
mendefinisikan konsep CSR. Istilah CSR sendiri diperkenalkan pertama kali dalam tulisan Social
Responsibility of the Businessman tahun 1953. CSR digagas Howard Rothmann Browen untuk
mengeleminasi keresahan dunia bisnis. CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan
mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka. CSR bisa dikatakan komitmen yang
berkesinambungan dari kalangan bisnis, untuk berperilaku secara etis dan memberi kontribusi bagi
perkembangan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan dari karyawan dan keluarganya, serta
komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya. Dalam interaksi dengan para pemangku
kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan.

Dibawah ini diberikan beberapa definisi yang dikutip dari beberapa ahli dan juga dari buku Membedah
Konsep dan Aplikasi CSR karangan Yusuf Wibisono (2007), buku Corporate Social Responsibility dari A.B.
Susanto (2007), dan beberapa buku lainnya.

a) The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR sebagai “Continuing
commitment by business to behave athically and contribute to economic development while
improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and
society at large”.

[“Komitmen bisnis untuk secara terus-menerus berperilaku etis dan berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi serta meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, masyrakat
local, serta masyarakat luas pada umumnya.”]

b) EU Green Paper on CSR memberikan definisi CSR sebagai “a concept whereb companies intergrate
social and environmentalconcerns in their business operations and it their interaction with their
stakeholders on a voluntary basis.”

[“Suatu konsep dimana perusahaan menginterasikan perhatian pada masyarakat dan lingkungan dalm
operasi bisnisnya serta dalam interkasinya dengan para pemangku kepentingan secara sukarela.”]

c) Magnan dan Ferrel mendefinisikan CSR sebagai “a business acts in a socially responsible manner
when its decision and account for and balance diverse stakeholder interest”.

[“Suatu bisnis dikatakan telah melaksanakan tanggungjawab sosialnya jika keputusan-keputusan


yang diambil telah mempertimbangkan keseimbangan antar berbagai pemangku kepentingan yang
berbeda- beda”.]
d) A.B. Susanto mendefinisikan CSR sebagai tanggungjawab perusahaan baik ke dalam maupun ke luar
perusahaan. Tanggungjawab ke dalam diarahkan kepada pemegang saham dan karyawan dalam
wujud profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan, sedangkan tanggungjawab ke luar dikaitkan
dengan peran perusahaan sebagai pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan
kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi generasi mendatang

e) Elkington mengemukakan bahwa tanggaungjawab social perusahaan mencakup tiga dimensi, yang
lebih popular dengan singkatan 3P, yaitu: mencapai keuntungan ( profit) bagi perusahaan,
memberdayakan masyarakat (people), dan memelihara kelestarian alam (planet).

f) Kotler dan Nancy CSR didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan
komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan

g) CSR Forum, CSR didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta
berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada karyawan, komunitas
dan lingkungan.

Jika dilihat dari beberapa definisi CSR diatas, tampak bahwa secara umum CSR adalah suatu tindakan
atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk
tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Contoh
bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu,
pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang
bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan tersebut berada. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi
perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya.

Berdasarkan dari konsep 3P yang dikemukakan Elkington, konsep CSR sebenarnya ingin memadukan tiga
fungsi perusahaan secara seimbang, yaitu :

a) Fungsi Ekonomis.

Fungsi ini merupakan fungsi tradisonal perusahaan, yaitu untuk memperoleh keuntungan(profit) bagi
perusahaan.

b) Fungsi Sosial.

Perusahaan menjalankan fungsi ini melalui pemberdayaan manusianya, yaitu para pemangku
kepentingan(people) baik pemangku kepentingan primer maupun pemangku kepentingan sekunder.
Selain itu, melalui fungsi ni perusahaan berperan menjaga keadilan ndalam membagi manfaat dan
menanggung beban yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan.

c) Fungsi Alamiah.
Perusahaan berperan dalam menjaga kelestarian alam(planet). Perusahaan hanya merupakan salah satu
elemen dalam system kehidupan di bumi ini. Bila bumi ini dirusak maka seluruh bentuk kehidupan di
bumi akan terancam musnah. Bila tidak ada kehidupan, bagaimana mungkin akan ada perudahaan yang
masih bertahan hidup.

Menurut Philip Kotler, ada enam program CSR yang mungkin untuk dijalankan sebuah perusahaan:

1) Cause Promotion.

Perusahaan menyediakan dana atau menyediakan resources lainya seperti tenaga sukarela atau
mendukung kegiatan pengumpulan dana untuk membiayai suatu program CSR. Contoh, Body Shop
mendukung kampanye untuk anti pengunaan binatang sebagai percobaan untuk produk-produk
kosmetik.

2) Cause-Related Marketing.

Peresahaan mendukung suatu program CSR tertentu dengan cara menyumbangkan dana dari hasil
penjualan produk perusahaan, biasanya dilakukan untuk jenis produk tertentu dan untuk periode
tertentu saja.Contoh,Avon and The Avon Foundation mendukung program kampanye kanker payudara
tentang penyebab dan penangulangannya

3) Corporate Social Marketing.

Perusahaan mendukung program CSR yang sifatnya kampanye perubahan perilaku yang tidak baik
menjadi baik atau lebih baik seperti, peningkatan kesehatan masyrakat, keselamatan kerja, kerusakan
lingkungan dan lain-lain. Bisa dilakukan sendiri atau mencarimitra yang mempunyai kepedulian yang
terhadap isu yang sama. Contoh, The Home Depot mengkampanyekan dan memberikan petunjuk
mengenai bagaimana menghemat pengunaan air melalui brosur,pelatihan dan lain-lain.

4) Corporate Philanthropy.

Program CSR ini dilakukan dengan cara memberikan bantuan langsung, baik dana maupun tenaga
terhadap isu sosial tertentu.Contoh, Microsoft memberikan bantuan uang tunai dan software gratis
kepada sekolah-sekolah

5) Community Voluntering.

Perusahaan memberikan bantuan untuk isu tertentu dengan cara memberikan bantuan tenaga sukarela
yang diperlukan dalam program CSR tersebut. Contoh, IBM memberikan bantuan dengan cara
memberikan pelatihan tentang komputer kepada siswa.

6) Social Responsible Business Practice.


Program CSR ini dilakukan dengan melakukan untuk tujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat
dengan cara memilih cara-cara operasi yang sesuai dengan kondisi masyarakat. Pemilihan cara-cara
oeprasi yangs esuai dengan etika dan moral yang berkembang dimasyarakat.Contoh, Kraft Food bekerja
sama dengan Wellness Advisory Council mencantumkan label nutrisi dalam setiap kemasan produknya.

 Kegiatan CSR ditegaskan dalam 2 Undang-undang, yakni UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (PT) pasal 74 & UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34.

1) UU PT No.40 tahun 2007 pasal 74, berisi :

Ayat (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Ayat (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban perseroan yang dianggarkan & diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan & kewajaran.

Ayat (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial & lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

2) UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Pasal 15,17 & 34) berisi :

Pasal 15

Setiap penanam modal berkewajiban:

a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan
Koordinasi Penanaman Modal;

d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan

e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.

Pasal 17

Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan
dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup,
yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 34

1. Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;

c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau

d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga
yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

3. Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III

PEMBAHASAN

Berkaitan dengan implementasi CSR perusahaan dapat dikelompokan kedalam beberapa kategori untuk
menggambarkan komitmen dan kemampuan perusahaan dalam menjalankan CSR. Dengan
menggunakan dua pendekatan, sedikitnya ada delapan kategori perusahaan. Perusahaan yang ideal
memiliki kategori reformis dan progresif. Dalam kenyataan, kategori ini bisa saling bertautan.

 Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran CSR, ada empat kategori yaitu:

1. Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang rendah.
Perusahaan kecil dan lemah biasanya termasuk dalam kategori ini.

2. Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi, namun anggran CSR-nya
rendah seperti perusahaan besar namun pelit.

3. Perusahaan Humanis. Meskipun profitnya perusahaan rendah, proporsi anggaran CSR-nya relatif
tinggi. Layak disebut perusahaan dermawan atau baik hati.

4. Perusahaan Reformis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggran CSR yang tinggi. Perusahaan yang
sudah menempatkan CSR pada strategi bisnisnya, memandang CSR bukan sebagai beban, melainkan
sebagai peluang untuk maju.

 Berdasarkan tujuan perusahaan dalam implementasi CSR, ada empat kategori yaitu;

1. Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan jelas, sekedar melakukan
kegiatan karitatif. Perusahaan seperti ini melihat promosi dan CSR sebagai hal kurang bermanfaat
bagi perusahaan.

2. Perusahaan Impresif. Perusahaan yang menggunakan CSR untuk promosi alias tebar pesona
daripada untuk pemberdayaan.

3. Perusahaan Agresif. CSR lebih ditujukan untuk pemberdayaan ketimbang promosi. Perusahaan
seperti ini lebih mementingkan karya nyata ketimbang tebar pesona.

4. Perusahaan Progresif. Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan pemberdayaan dan sekaligus
promosi. Promosi dan CSR dipandang sebagai kegiatan yang bermanfaat dan menunjang satu
sama lain bagi kemajuan perusahaan.

A. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR timbul sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih
penting daripada sekedar profitability. Manfaat bagi masyarakat dan keuntungan bagi perusahaan
Manfaat bagi masyarakat dan perusahaan itu sangat bagus dengan adanya CSR ini. Karena di dalam CSR
ini terdapat point-point seperti :

 Pengembangan Ekonomi misalnya kegiatan di bidan pertanian, peternakan,koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (UKM).

 Kesehatan dan Gizi Masyarakat misalnya penyuluhan, pengobatan, pemberian gizibagi balita,
program sanitasi masyarakat dan sebagainya.

 Pengelolaan Lingkungan misalnya penanganan limbah, pengelolaan sampah rumah tangga, reklamasi
dan penanganan dampak lingkungan lainnya.

 Pendidikan, Ketrampilan dan Pelatihan misalnya pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi dan siswa
tidak mampu, magang atau job training, studi banding,peningkatan ketrampilan, pelatihan dan
pemberian sarana pendidikan.

 Sosial, Budaya, Agama dan Infrastruktur misalnya kegiatan bakti sosial, budayadan keagamaan serta
perbaikan infrastruktur di wilayah masyarakat setempat.

Dari point-point tersebut jadi bisa diambil kesimpulannya bawa manfaat CSR bagi masyarakat itu ialah

 Masyarakat jadi lebih mudah dalam mendapatkan hak nya sesuai dengan sila-4

 Dapat membantu masyarakat apabila ingin melakukan kegiataan perekonomian

 Meningkatkan tingkat kesehatan

 Mengurangi tingkat penggangguran dan

 Mengurangi tingkat putus sekolah masyarakat.

Kemudian manfaat bagi perusahan adalah

 Perusahaan lebih mudah mengalokasikan dana yang mengendap melalui kegiatan pemberian kredit
bagi masyarakat yang ingin melakukan kegiatan ekonomi seperti (KUR)

 Dapat meningkatkan penghasilan perusahaan juga sebab apabila taraf hidup masyarakat maju maka
daya beli masyarakat juga akan bertambah hal ini yang akan menjadi bertambahnya penghasilan bagi
perusahaan

 Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan

 Mendapatkan lisensi untuk beroprasi secara social

 Mereduksi risiko bisnis perusahaan

 Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha


 Membuka peluang pasar yang lebih luas

 Mereduksi biaya misalnya terkait dampak lingkungan

 Memperbaiki hubungan dengan stakeholders

 Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan

 Peluang mendapatkan penghargaan

Lalu jika dikelompokkan, sedikitnya ada empat manfaat CSR terhadap perusahaan (Wikipedia, 2008) :

 Brand differentiation

Dalam persaingan pasar yang kian kompetitif, CSR bisa memberikan citra perusahaan yang khas, baik dan
etis di mata publik yang pada gilirannya menciptakan customer loyalty. The Body Shop dan BP (dengan
bendera “Beyond Petroleum”-nya), sering dianggap sebagai memiliki image unik terkait isu lingkungan.

 Human resources

Program CSR dapat membantu dalam perekrutan karyawan baru, terutama yang memiliki kualifikasi
tinggi. Saat interview, calon karyawan yang memiliki pendidikan dan pengalaman tinggi sering bertanya
tentang CSR dan etika bisnis perusahaan, sebelum mereka memutuskan menerima tawaran. Bagi staf
lama, CSR juga dapat meningkatkan persepsi, reputasi dan dedikasi dalam bekerja.

 License to operate

Perusahaan yang menjalankan CSR dapat mendorong pemerintah dan publik memberi ”ijin” atau ”restu”
bisnis. Karena dianggap telah memenuhi standar operasi dan kepedulian terhadap lingkungan dan
masyarakat luas.

 Risk management

Manajemen resiko merupakan isu sentral bagi setiap perusahaan. Reputasi perusahaan yang dibangun
bertahun-tahun bisa runtuh dalam sekejap oleh skandal korupsi, kecelakaan karyawan atau kerusakan
lingkungan. Membangun budaya ”doing the right thing” berguna bagi perusahaan dalam mengelola
resiko-resiko bisnis.

B. Tingkat/Lingkup Keterlibatan dalam CSR

Walaupun sudah banyak perusahaan yang menyadari pentingnya untuk menajalankan CSR, namun
masih ada juga yang keberatan untuk menjalankannya. Bahkan di antara mereka yang setuju agar
perusahaannya menjalankan CSR, masih terdapat perbedaan dalam memaknai tingkat keterlibatan
perusahaan dalam menjalankan program CSR. Pada akhirnya, keberhasilan CSR dan cakupan program
CSR yang dijalankan akan ditentukan oleh tingkat kesadaran para pelaku bisnis dan para pemangku
kepentingan terkait lainnya. Ada tiga tingkat kesadaran yang dimiliki oleh seseorang yaitu, tingkat
kesadaran hewani, tingkat kesadaran manusiawi, dan tingkat kesadaran transedental. Mereka yang
masih berkeberatan dengan program CSR ini dapat dikatakan bahwa mereka masih mempunyai tingkat
kesadaran hewani,dan masih menganut teori etika egoisme. Program CSR akan berjalan efektif bila para
pihak yang terkait dalam bisnis (oknum pengelola, pemerintah, dan masyarakat) sudah mempunyai
tingkat kesadaran manusiawi atau transedental, serta menganutteori-teori etika dalam koridor
utilitarianisme, deontologi, keutamaan, dan teonom.

Lawrence, Weber, dan Post (2005) melukiskan tingkat kesadaran ini dalam bentuk tingkat keterlibatan
bisnis dengan para pemangku kepentingan dalam beberapa tingkatan hubungan, yaitu : inactive,
reactive, proactive, dan interactive.

1. Perusahaan yang inactive sama sekali mengabaikan apa yang menjadi perhatian pihak pemangku
kepentingan.

2. Perusahaan yang reactive hanya bereaksi bila ada ancaman atau tekanan yang diperkirakan akan
mengganggu perusahaan dari pihak pemangku kepentingan tertentu.

3. Perusahaan yang proactive akan selalu mengantisipasi apasaja yang menjadi kepedulian
parapemangku kepentingan, sedangkan

4. Perusahaan yang interactive selalu membuka diri dan mengajak para pemangku kepentingan untuk
berdialog setiap saat atas dasar saling menghormati, saling memercayai, dansaling menguntungkan.

C. Teori Pendukung CSR

Menurut Parsons (1961) teori CSR dan pendekatan terkait difokuskan pada salah satu aspek berikut
realitas sosial: ekonomi, politik, integrasi sosial dan etika yang dapat diamati dalam sistem sosial.

1. Teori Instrumental

Teori ini mengasumsikan bahwa korporasi merupakan instrumen untuk penciptaan kekayaan dan
bahwa ini adalah tanggung jawab sosialnya. Hanya aspek ekonomi dari interaksi antara bisnis dan
masyarakat dianggap. Jadi setiap kegiatan sosial yang seharusnya diterima jika, dan hanya jika, itu
konsisten dengan penciptaan kekayaan. Teori ini disebut Teori berperan karena mereka memahami
CSR sebagai sarana hanya untuk akhir keuntungan.

2. Teori Politik.

Teori kedua yang kekuatan sosial perusahaan ditekankan, khususnya dalam hubungannya dengan
masyarakat dan tanggung jawab dalam arena politik terkait dengan kekuasaan ini. Hal ini
menyebabkan perusahaan untuk menerima tugas sosial dan hak atau berpartisipasi dalam kerjasama
sosial tertentu.

3. Teori Integratif.
Teori ini menganggap bahwa bisnis harus mengintegrasikan tuntutan sosial. Mereka biasanya
berpendapat bahwa bisnis tergantung pada masyarakat untuk kelangsungan dan pertumbuhan dan
bahkan untuk keberadaan bisnis itu sendiri. Tuntutan sosial umumnya dianggap sebagai cara di mana
masyarakat berinteraksi dengan bisnis dan memberikan suatu legitimasi dan prestise tertentu.
Akibatnya, manajemen perusahaan harus memperhitungkan tuntutan sosial, dan mengintegrasikan
mereka sedemikian rupa bahwa bisnis beroperasi sesuai dengan nilai-nilai sosial. Jadi, isi dari
tanggung jawab bisnis terbatas pada ruang dan waktu dari setiap situasi tergantung pada nilai-nilai
masyarakat pada saat itu, dan datang melalui peran fungsional perusahaan (Preston dan Post, 1975).
Dengan kata lain, tidak ada tindakan khusus yang manajemen bertanggung jawab untuk melakukan
seluruh waktu dan dalam setiap industri.

4. Teori Etis.

Teori keempat memahami bahwa hubungan antara bisnis dan masyarakat tertanam dengan nilai-nilai
etika. Hal ini menyebabkan visi CSR dari perspektif etika dan sebagai konsekuensinya, perusahaan
harus menerima tanggung jawab sosial sebagai kewajiban etis atas pertimbangan lainnya.

D. Pro dan Kontra terhadap CSR

Sebagimana telah diungkap sebelumnya, masih banyak pihak yang menentang implementasi CSR
walaupun telah banyak pelaku bisnis dan pemangku kepentingan terkait yang menyadari dan menyetujui
pentingnya perusahaan untuk melaksanakan program CSR. Proses lahirnya Undang-undang Perseroan
Terbatas di Indonesia-yang dalam salah satu pasalnya (Pasal 74) mewajibkan perusahaan untuk
menjalankan tanggung jawab social dan lingkungan-telah menimbulkan kontroversi pro dan kontra. Ini
menunjukkan bahwa para pelaku bisnis-khususnya di Indonesia- belum banyak yang mendukung
program CSR ini. Tidak sulit memperoleh fakta untuk mendukung fenomena ini. Lihat saja misalnya kasus
Lumpur Lapindo Brantas di Sidoarjo,kasusu Freeport di Papua, kerusakan hutan lumpuhnya bandara
Internasional Soekarno-Hatta dan akses jalan tol ke bandara karena banjir dan, sebagainya. Semua ini
ada hubungannya dengan aktivitas bisnis yang tidak peduli dengan lingkungan social dan alam sekitar.
Ketersendatan pelaksanaan CSR ini tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga hamper di semua Negara
termasuk Negara-negara maju.

Pada konferensi tentang pemanasan global yang dihadiri oleh hamper semua Negara di dunia pada akhir
tahun 2007 di Bali, semua Negara menyadari dan sepakat bahwa pemanasan global yang terjadi dewasa
ini disebabkan oleh kelalaian umat manusia pada umunya dan masyarakat bisnis pada khususnya dalam
menjaga kelestarian alam. Namun memasuki sesi perundingan mengenai bagaimana mengatasi filantropi
pemanasan global ini, timbullah perdebatan sengit dan berlarut-larut yang justru hambatannya dating
dari Negara-negara maju yang dipelopori oleh Amerika Serikat. Hal ini tidk mengherankan karena bila
membicarakan program CSR, berarti membawa konsekuensi biaya yang harus dipikul dalam
menanggulangi kerusakan lingkungan. Akhirnya disini muncul kermbali egoism Negara atau egoism
kelompok usahawan besar yang kurang menyadari pentingnya tindakan bersama dalam menyelamatkan
lingkungan hidup.

Sonny Keraf (1998) telah mencoba menginvetarisasi alasan-alasan bagi yang mendukung dan menentang
perlunya perusahaan menjalankan program CSR

1. Alasan-alasan yang menentang antara lain :

a) Perusahaan adalah lembaga ekonomi yang tujuan pokoknya mencari keuntungan, bukan merupakan
lembaga social.

b) Perhatian manajemen perusahaan akan terpecah dan akan membingungkan mereka bila perusahaan
dibebani banyak tujuan.

c) Biaya kegiatan social akan meningkatkan biaya produk yang akan ditambhakan pada harga produk
sehingga pada gilirannya akan merugikan konsumen/masyarakat itu sendiri.

d) Tidak semua perusahaan mempunyai tenaga yang terampil dalam menjalankan kegiatan social.

2. Alasan-alasan yang mendukung CSR yaitu :

a) Kesadaran yang meningkat dan masyarakat yang semakin kritis terhadap dampak negatif dari
tindakan perusahaan yang merusak alam serta merugikan masyarakat sekitarnya.

b) Sumber daya alam yang semakin terbatas.

c) Menciptakan lingkungan social yang lebih baik.

d) Perimbangan yang lebih adil dalam memikul tanggung jawab dan kekuasaan dalam memikul beban
social dan lingkungan antara pemerintah, perusahaan dan masyarakat.

e) Bisnis sebenarnya mempunyai sumber daya yang berguna

f) Menciptakan keuntungan jangka panjang

E. CSR dan Hukum Perseroan di Indonesia

Kegiatan perusahaan (perseroan) di Indonesia didasarkan atas paying hokum Undang-Undang Nomor 1
tahun 1995 tentan gperseroan terbatas. Namun Undang-Undang ini kemudian dicabut dan diganti
dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007. Sebagimana diatur dalam Pasal 1 ayat 1 UU Nomor 40
Tahun 2007, yang dimaksud dengan perseroan adalah badan hokum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini
serta peraturan pelaksanaannya.
Dalam penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007, dikatakan alas an
pencabutan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 untuk diganti dengan Undang-Undang Nomor 40
tahun 2007. pertimbangan tersebut antar alain karena adanya perubahan dan perkembangan yang
cepat berkaitan dengan teknologi, ekonomi, harapan masyarakat tentang perlunya peningkatan
pelayanan dan kepastian hokum, kesadaran social dan lingkungan, serta tuntutan pengelolaan usaha
yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

CSR merupakan kewajiban mutlak perusahaan sebagai suatu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan
berupa kepedulian dan perhatian pada komunitas sekitarnya. Pandangan perusahaan terhadap
kewajiban tersebut berbeda-beda. Mulai dari anggapan sekedar basa- basi atau suatu keterpaksaan,
hanya untuk pemenuhan kewajiban, hingga pelaksanaan berdasarkan asas kesukarelaan. Bentuk-bentuk
CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan dapat diwujudkan dalam berbagai bidang kehidupan yang
penerapannya harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat penerima CSR.

CSR memberikan manfaat yang sangat besar dalam menyejarterakan masyarakat dan melestarikan
lingkungan sekitarnya, serta bentuk investasi bagi perusahaan pelakunya. Investasi bagi perusahaan
dapat berupa jaminan keberlanjutan operasi perusahaan dan pembentukan citra positif perusahaan.
Manfaat ini dapat diperoleh apabila perusahaan menerapkan CSR atas dasar kesukarelaan, sehingga
akan timbul hubungan timbal balik antara pihak perusahaan dengan masyarakat sekitar. Masyarakat akan
secara sukarela membela keberlanjutan perusahaan tersebut dan memberikan persepsi yang baik pada
perusahaan. Dengan begitu citra positif perusahaan akan terbentuk dengan sendirinya.

B. SARAN

 Sebaiknya perusahaan memandang dan melaksanakan CSR secara sukarela sebagai bentuk kearifan
moral perusahaan
 Dalam pelaksanaan dan penerapan CSR, sebaiknya tujuan dan fokus utamanya adalah kesejahteraan
masyarakat dan upaya pelestarian lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan
 Perusahaan sebaiknya menjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan komunitas sekitar, agar
penerapan CSR tepat pada sasaran yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA

https://en.wikipedia.org/wiki/Corporate_social_responsibility
http://lexicon.ft.com/Term?term=corporate-social-responsibility--(CSR)
https://www.academia.edu/8893101/CORPORATE_SOCIAL_RESPONSIBILITY

Anda mungkin juga menyukai