Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama
dalam pikiran, emosi dan perilaku di mana berbagai pemikiran tidak saling
berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru, afek yang datar atau tidak
sesuai dan berbagai gangguan aktifitas motorik yang bizzare (perilaku aneh), pasien
skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali masuk ke dalam
kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi (Davison, 2010).
Skizofrenia adalah jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni
antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala–gejala
skizofrenia menjadi 2 kelompok (Maramis, 2009):
1. Gejala–gejala primer (gangguan proses berpikir, gangguan emosi, gangguan
kemauan, autism)
2. Gejala–gejala sekunder (waham, halusinasi, gejala katatonik atau gangguan
psikomotor yang lain)
Gejala skizofrenia hebefrenik permulaanya perlahan-lahan atau subakut dan
sering timbul pada masa remaja (antara 15 – 25 tahun). Gejala yang mencolok adalah
gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi (double
personality), gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku
kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia hebrefrenik. Halusinasi dan waham
mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol. (Maramis, 2009).
Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umunya diperlukan pengamatan
kontinyu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas
berikut ini memang benar bertahan:
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme, ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan
perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai
cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendiri
(self-absorbed smiling), atau oleh sikap tinggi hari (lofty manner), tertawa
menyeringai (grimaces)

1
- Proses berpikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling)
serta inkoheren (Rusdi, 2003).

Gambar 1Konsep hidup sehat menurut H. L. Blum

Konsep hidup sehat dari H.L Blum merupakan suatu konsep yang masih

digunakan secara luas dalam identifikasi dan pembahasan masalah sebagai dasar

suatu intervensi yang akan dilakukan di masyarakat.

Menurut H.L Blum ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat yang merupakan faktor determinan sebagai penyebab

timbulnya masalah kesehatan.Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor

perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya),

faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik

(keturunan).

2
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh kondisi pasien dengan kondisi sosial dan ekonomi, pelayanan
kesehatan dan lingkungan sekitar desa Sambibulu, Kecamatan Taman, Kabupaten
Sidoarjo ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara kondisi pasien dengan kondisi sosial dan
ekonomi serta pelayanan kesehatan dan lingkungan sekitar desa Sambibulu,
Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dalam penyusunan laporan ini antara lain:
a. Mengidentifikasi permasalahan kesehatan anggota keluarga yang di kunjungi
sesuai dengan penyakit dan instrumen yang ditetapkan oleh Puskesmas Trosobo.
b. Mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR.
c. Mengidentifikasi faktor social ekonomi pasien melalui SCREEM.
d. Mengidentifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram.
e. Mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan.
f. Mengidentifikasi perilaku pasien terkait dengan penyakitnya.
g. Mengidentifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial dan ekonomi).
h. Sebagai salah satu tugas akhir kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

D. Manfaat
Manfaat dari kegiatan home visit yang dilakukan antara lain:
1. Bagi Dokter Muda
a. Sebagai pengalaman riil di lapangan melakukan proses pendataan yang di
analisis secara holistik.
b. Mengetahui peran serta sarana pelayanan kesehatan pada penatalaksaan
penyakit di masyarakat.
c. Memupuk sikap peduli dan sikap menolong sebagai bekal menjadi seorang
dokter.
2. Bagi pasien dan keluarganya
a. Meningkatkan kepuasan dan juga mengedukasi pasien dan keluarganya.

3
b. Meminimalisir angka kekambuhan penyakit dengan pemahaman pengobatan
yang baik.
3. Bagi Sarana Pelayanan Kesehatan
a. Menjamin terpenuhnya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.
b. Mencapai derajat hidup yang baik dan dapat maksimal di masyarakat.
c. Evaluasi dan pembelajaran tambahan terhadap kondisi penyakit yang
berdampak pada lingkungan di masyarakat.
4. Bagi Individu Tenaga Kesehatan
a. Lebih meningkatkan pemahaman terhadap kasus skizofrenia hebefrenik.
b. Meningkatkan pemahaman holistik pada kondisi penyakit pada pasien, keluarga
dan masyarakat di sekitarnya.
c. Lebih meningkatkan hubungan baik dengan pasien.

4
BAB II
HASIL PEMERIKSAAN KLINIK

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 68 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Sambisari, RT 027/RW05
Kec. Taman - Kab. Sidoarjo
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 25 Mei 2019

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Sering berkeliaran di luar rumah

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


(Heteroanamnesa dari saudara kandung pasien, tinggal satu rumah)
Pasien sering berkeliaran di luar rumahnya sejak kurang lebih 30 tahun
yang lalu, dan memberat 5 tahun ini sehingga pasien sempat di pasung oleh
keluarga di dalam rumah. Pasien berkeliaran ke rumah tetangga, rumah saudara
dan ke kantor polisi terutama pada pagi hari. Saat berkeliaran di luar rumah, pasien
sering marah-marah dengan orang yang ditemuinya sehingga membuat gelisah
warga.
Setelah di diikat di dalam rumah, pasien lebih banyak menghabiskan waktu
dengan melamun, kadang-kadang pasien tertawa dan berbicara sendiri. Saat di
tanya oleh saudaranya, berbicara dengan siapa, pasien tidak menjawab, hanya
senyum-senyum sendiri. 3 bulan lalu pasien sempat merusak barang-barang yang
ada dialam rumah seperti tv dengan cara dilempari dengan batu, yang diambil dari
pekarangan depan rumahnya, sehingga semakin membuat warga sekitar merasa
terganggu.

5
3. Activity Daily Living :
- Pasien makan 2-3x sehari, pasien dapat makan sendiri
- Pasien mandi 1x sehari, pasien tidak dapat mandi sendiri dan dibantu oleh
saudara kandungnya.
- Pasien tidur sekitar pukul 10 malam sampai pukul 4 pagi setiap harinya
- Pasien tidak bekerja, aktivitas di rumah banyak dihabiskan dengan berdiam
diri.
- Pasien tidak sholat.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat trauma kapitis : tidak ada
- Riwayat kejang demam : tidak ada
- Riwayat hipertensi : tidak ada
- Riwayat diabetes mellitus : tidak ada
- Riwayat penggunaan NAPZA : tidak ada
- Riwayat merokok : tidak ada
- Riwayat alergi : tidak ada
- Riwayat pengobatan :
20 tahun lalu pasien di bawa ke puskesmas untuk dilakukan pengobatan
kemudian oleh puskesmas pasien direncanakan untuk dirujuk ke RSJ Menur
Surabaya, namun karena tidak memiliki identitas pasien tidak jadi dibawa
untuk pengobatan dan hanya dirawat dirumah sendiri hingaa saat ini.
5. Riwayat Kehidupan Pribadi :
- Riwayat pendidikan : pasien bersekolah sampai lulus SMA dengan prestasi
cukup baik dan sempat melanjutkan karir bekerja dibagian pelayaran selama
kurang lebih 3 tahun.
- Riwayat pekerjaan : pasien pernah bekerja selama kurang lebih 3 tahun
dibagian pelayaran dan berhenti karena tidak dapat melanjutkan pekerjaan
dengan optimal.

6. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Tidak ada keluarga pasien yang
memiliki penyakit serupa dengan pasien.

6
7. Riwayat Kebiasaan
- Sebelum sakit, pasien di kenal sebagai orang yang baik, ceria dan suka
bersosialisasi dengan tetangga sekitar.
- Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang bincang dengan keluarga
jarang. Jika ada masalah, pasien tidak pernah menceritakan ke keluarganya.

8. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah anak ke lima dari tujuh bersaudara, tinggal di sebuah rumah
terpisah dari rumah kakaknya yang berpenghuni 1 orang (pasien). Penderita tidak
bekerja. Kakak pasien tidak bekerja dan hanya sebagai ibu rumah tangga. Keadaan
sosial ekonomi terkesan cukup.

9. Riwayat Gizi
Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali dengan nasi sepiring,
sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe, dan terkadang ayam atau ikan.
Kesan status gizi cukup.

(Autoanamnesa)
T : Selamat pagi pak, saya dokter muda Arie dari puskesmas Trosobo yang bertugas
melakukan kunjungan rumah hari ini. Bapak namanya siapa?
J : S.Pak
T : Nama lengkapnya siapa pak?
J : Cuman S pak (wajah datar)
T : Gimana perasaannya bapak hari ini?
J : Px tidak menjawab.
T : Bapak umur berapa sekarang?
J : 50,53, lupa mas (ekspresi datar)
T : Bapak tau sekarang sedang berada dimana ?
J : Rumah pak
T : Bapak dirumah tinggal dengan siapa aja ?
J : Dengan kakak.
T : Nama kakak bapak siapa?
J : Indun
T : Bapak S biasanya ngapain aja ?

7
J : (senyum-senyum) suka jalan-jalan
T : Oh bapak suka jalan-jalan ya, biasanya kemana aja pak ?
J : (senyum-senyum) ke sebelah, ke tetangga pokoknya jalan
T : Tapi kalo jalan seperti it bapak tau ngk jalan kerumah lagi ?
J : Nda tau (tertawa menyeringai).
T : Bapak S sudah menikah ?
J : Iya mbak (cekikikan), anak saya banyak
T : Nama istrinya bapak tau ?
J : Px tidak menjawab.
T : Anaknya bapak sendiri ada berapa ?
J : Px hanya tersenyum, namun tidak menjawab pertanyaan.
T : Bapak kalo boleh tau ada dengar suara orang selain kakak dirumah ?
J : (senyum-senyum) iya ada mbak, ini sedang ngomong sama saya
T : Yg berbicara ke bapak laki atau perempuan ?
J : Laki-laki pak, ia menyuruh saya keluar rumah jalan-jalan itu orangnya ada didekat
pintu yang tinggi besar.
T : Bapaknya memang disuruh jalan kemana ?
J : Jalan ke surga pak (bapaknya tertawa menyeringai)
T : Bapak S rutin minum obat?
J : (Geleng-geleng) saya tidak suka, saya nggak sakit kok pak.
T : Tapi bapak sering minum obat yang diberi kakak ?
J : Iya sering.
T : Oh gitu, pak S, coba liat keluar sekarang pagi atau malam ya ?
J : Pagi pak (senyum-senyum). Saya mau jalan lagi pak
T : Untuk sementara bapak beristrahat dirumah aja, jangan keluar-keluar lagi ya nanti
sama kakak mau dimasakin makanan untuk bapak sarapan.
J : Iya pak, saya suka sayur asem (sambil senyum)
T : Ya sudah, sambil ditunggu bapak jangan keluar-keluar ya, terimakasih sudah mau
ngobrol sama saya. Bapak S juga jangan lupa minum obat yang dari kakak , karena
bukan berarti obat yang diberikan itu menandakan bapak sedang sakit tapi untuk
menjaga kesehatan bapak biar sehat selalu. Sering bantu kakak bersih-bersih rumah
ya, jika ada yang membisik suruh jalan-jalan keluar jangan didengarin, kedua
telinganya ditutup bilang ke yang bisik “pergi aku tidak bisa diganggu lagi” seperti
itu ya pak.

8
J : Iya pak (senyum-senyum)

10. Anamnesis Sistem


a. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)
b. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada
kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)
c. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-),
ketajaman baik
d. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
e. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)
f. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit
g. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
h. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk darah (-)
i. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)
j. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (+), nyeri
perut (-), BAB tidak ada keluhan
k. Genitourinaria : BAK lancar, 3-4 kali/hari warna dan jumlah biasa
l. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)
m. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
n. Ekstremitas :Atas : bengkak (-), sakit (-)
Bawah : bengkak (-), sakit (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Tampak baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6)
1. Tanda Vital : TD : 110/90
Nadi : 90x/menit regular, Suhu : 36,70C, Respiratory rate : 19x/menit
2. Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi
m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik
wajah/bells palsy (-)

9
3. Pemeriksaan interna secara terperinci tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Neurologik : tidak dilakukan
5. Pemeriksaan Psikiatrik
Kesan umum
Fisik : Laki dengan tinggi ± 160 cm, menggunakan baju kemeja
warna cokelat, rapi, rambut beruban, bersih
Psikis : dangkal, sesekali tersenyum sendiri
Perilaku : duduk di atas kasur
Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
Kontak : terdapat kontak mata, kontak verbal, lancar
Kesadaran : berubah
Orientasi : waktu baik, tempat baik, orang baik
Mood : senang
Afek : dangkal (inappropriate)
Proses berpikir
Bentuk : non realistik
Arus : irrelevan
Isi : pikiran tak memadai
Daya ingat : cukup
Persepsi : Halusinasi auditorik (+)
Psikomotor : dalam batas normal
Tingkat intelektual : baik
Kemauan : menurun
Tilikan :1
Taraf dapat dipercaya : Dapat di percaya

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
E. RESUME
Seorang laki-laki 68 tahun dengan keluhan utama sering berkeliaran di luar
rumah sejak kurang lebih 30 tahun lalu dan memberat 5 tahun ini sehingga sempat di
pasung oleh keluarga di dalam rumah. Pasien berkeliaran sambil marah-marah, sering
pada pagi hari ke rumah tetangga, rumah saudara dan ke kantor polisi. Pasien
berkeliaran ke rumah tetangga, rumah saudara dan ke kantor polisi terutama pada pagi

10
hari. Saat berkeliaran di luar rumah, pasien sering marah-marah dengan orang yang
ditemuinya sehingga membuat gelisah warga.
Setelah diiikat di dalam rumah, pasien lebih banyak menghabiskan waktu
dengan melamun, kadang-kadang pasien tertawa dan berbicara sendiri. Saat di tanya
oleh saudaranya, berbicara dengan siapa, pasien tidak menjawab, hanya senyum-
senyum sendiri. 3 bulan lalu pasien sempat merusak barang-barang yang ada dialam
rumah seperti tv dengan cara dilempari dengan batu, yang diambil dari pekarangan
depan rumahnya dan menimbulkan kegaduhan dari dalam rumah, sehingga semakin
membuat warga sekitar terganggu.
Pasien makan 2-3x sehari, dapat makan sendiri, mandi 1x sehari, tidak dapat
mandi sendiri dan dibantu oleh kakaknya. Pasien tidur ± 6 jam setiap harinya, pasien
tidak sholat. Sebelum sakit, pasien di kenal sebagai orang yang ceria dan suka
bersosialisasi dengan tetangga sekitar. Riwayat pengisian waktu luang jarang
berbincang-bincang dengan keluarga dan jika ada masalah, pasien tidak pernah
menceritakan ke keluarganya. Pasien bersekolah sampai lulus SMA dengan prestasi
cukup baik dan sempat bekerja dibagian pelayaran selama 3 tahun, namun pasien
berhenti karena tidak dapat bekerja dengan optimal.
Pemeriksaan fisik interna secara didapatkan kesan umum baik dengan TD : 110/90,
Nadi : 90x/menit reguler, Suhu : 36,70C, Respiratory rate : 19x/menitdan pemeriksaan
neurologis secara terperinci tidak dilakukan. Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan kesan
umum fisik laki-laki dengan tinggi ± 160 cm, menggunakan kemeja cokelat,
bersarung, rambut sedikit beruban, bersih, psikis dangkal, kadang tersenyum-senyum
sendiri, perilakunya duduk di atas kasur, kooperatif dengan pemeriksa. Terdapat
kontak mata, kontak verbal, lancar, kesadarannya berubah, orientasi waktu,
tempat, orang baik. Mood senang, afek dangkal (inappropriate), proses berpikirnya
non realistik, irrelevan, isi pikiran tak memadai. Daya ingat cukup, tidak ada
halusinasi, psikomotor dalam batas normal, tingkat intelektual baik, kemauannya
menurun, tilikan 1, dapat di percaya.

Diagnosa
Skizofrenia Hebefrenik.

11
F. PENATALAKSANAAN
Non Medika mentosa
A. Edukasi kepada pasien jika sudah membaik
- Pengenalan penyakit, cara pengobatan, manfaat dan efek samping
pengobatan
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol ke dokter
- Memotivasi pasien untuk terbuka dengan orang terdekat jika ada masalah dan
segera menyelesaikan masalah yang dihadapinya
B. Edukasi kepada keluarga
- Memberikan penjelasan mengenai gangguan yang di alami oleh pasien
sehingga dapat mendukung ke arah kesembuhan pasien
- Memberikan penjelasan kepada keluarga agar selalu ingat untuk membawa
pasien kontrol teratur dan memperhatikan pasien untuk selalu minum obat
teratur, serta mendukung pasien agar memiliki aktivitas positif
C. Edukasi kepada tetangga sekitar
- Memberikan penjelasan mengenai gangguan dan kondisi pasien, sehingga
tidak menjauhi / merasa takut kepada pasien, dapat turut serta membantu
mengingatkan keluarga / pasien untuk minum obat dan kontrol teratur
Medikamentosa
- Chlorpromazin tab 100 mg (1-0-0)
- Haloperidol tab 5 mg (0-1-0)
- Amitriptilin tab 25 mg (0-0-1)

12
BAB III
PENGELOLAAN PASIEN

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT


Medikamentosa
- Chlorpromazin tab 100 mg (1-0-0)
- Haloperidol tab 5 mg (0-1-0)
- Amitriptilin tab 25 mg (0-0-1)

Non Medikamentosa
1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga
a. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk mengontrol keteraturan meminum
oba secara rutin agar dalam proses penyembuhan pasien berjalan dengan efektif.
b. Memberikan motivasi kepada keluarga pasien untuk selalu menjaga kebersihan
lingkungan sekitar tempat tinggal pasien untuk menciptakan lingkungan rumah
yang sehat, selain itu juga bertujuan untuk mengurangi problem psikologis yang
dialami pasien sehingga pasien bisa menjadi lebih tentram dan tenang dengan
suasana lingkungan yang bersih.
c. Memberikan motivasi kepada keluarga pasien untuk tetap melakukan
pengawasan terhadap makanan yang diberikan kepada pasien agar gizi pasien
tetap dapat terpenuhi walaupun dengan lauk yang sederhana serta memberikan
motivasi kepada keluarga untuk menjalin komunikasi sesering mungkin kepada
pasien dengan selalu melibatkan pasien dalam kegiatan atau pekerjaan rumah
sehari-hari.
d. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk tetap membantu pasien beribadah,
baik dengan cara penyebutan lafadz Allah, ataupun dengan di dengarkan
murottal ayat-ayat dari al-quran.
2. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga
a. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang
penyakit yang diderita oleh pasien.
b. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang
pentingnya keteraturan meminum obat serta efek samping dari pengobatan yang
diberikan kepada pasien.

13
B. Prevensi Bebas Penyakit untuk Keluarga lainnya
Pada dasarnya Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat, di mana orang yang
mengalaminya menginterpretasikan realita secara abnormal. Penyebab munculnya
penyakit ini tidak diketahui secara pasti namun seperti yang dikemukakan oleh
peneliti bahwa penyakit ini sangat erat kaitanya dengan faktor genetik, sistem
kimiawi di otak, serta faktor lingkungan yang berperan terhadap perkembangan
penyakit ini.

Tidak ada cara pencegahan yang spesifik terhadap penyakit ini, namun dengan
kita membiasakan dan menciptakan pola hidup dan lingkungan keluarga serta sosial
yang sehat diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan tersebut pada
anggota keluarga yang lain. Hal ini dapat dimulai dari kebiasaan sehari-hari seperti
tidur dengan waktu yang cukup, rajin berolahraga agar serotonin tubuh meningkat
sehingga akan membuat perasaan menjadi tenang, kemudian mengatur tingkat stres
yang bisa dilakukan dengan berkomunikasi dengan anggota keluarga ataupun
tetangaa, membaca buku, atau dengan beribadah. Selain itu juga dapat dilakukan
dengan sering mengikuti aktifitas ataupun kegiatan-kegiatan sosial, dan menghindari
kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, dan mengkonsumsi obat terlarang.

14
BAB IV
IDENTIFIKASI KELUARGA DAN FAKTOR LINGKUNGAN
A. Faktor Keluarga
1. Struktur Keluarga
Tn. S belum menikah.
2. Bentuk Keluarga

Bentuk Keluarga : Nuclear Family


Alamat lengkap : Sambisari RT 027/ RW 05, Kecamatan Taman,
Kabupaten Sidoarjo.

Pasien adalah anak ke lima dari tujuh bersaudara, tinggal di sebuah rumah
terpisah dari rumah kakaknya yang berpenghuni 1 orang (pasien). Kedua orang
pasien sendiri sudah lama meninggal.

3. Pola Interaksi Keluarga

Ny. H

Tn. S Ny. L

Gambar 2. Pola Interaksi Keluarga

Hubungan antara Tn. S. dengan kedua saudaranya berjalan baik


dan dekat. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan
buruk antar anggota keluarga.

15
4. Perilaku pasien dan anggota keluarga (metode pertanyaan sirkuler)
1) Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan keluarga ?
Jawab :
Membawa ke tempat pelayanan kesehatan.
2) Ketika penderita seperti itu, apa yang dilakukan oleh keluarga yang lain?
Jawab :
Keluaraga mendukung apa yang dilakukan, dan bergantian menjaga dan
merawat pasien.
3) Jika butuh dirawat inap/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab :
Dibutuhkan ijin dari kakak pasien Ny. H, karena ia sebagai yang merawat
pasien. Namun sebelumnya melalui musyawarah dengan anggota keluarga
lainya.
4) Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab : Kakak pasien (Ny.H)
5) Selanjutnya siapa?
Jawab : Adik pasien (Ny. L)
6) Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab : Tidak ada.
7) Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab : Tidak ada
8) Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lain?
Jawab : Tidak ada

5. Kesimpulan

Keluarga pasien selalu mendukung hal-hal positif dan tidak setuju apabila hal
tersebut negatif dan mengganggu kesehatan keluarganya. Hubungan antara Tn. S
dan keluarganya baik dan dekat.

B. Penyakit karena faktor genetik


Dari informasi saudara pasien Ny. H diperoleh keterangan bahwa tidak ada
anggota keluarga atau family terdekat (kakek, nenek, paman, bibi) yang menderita
Skizofrenia.

16
Gambar 3. Genogram Keluarga Tn. S
Sumber : Data Primer 25 Mei 2019

C. Fungsi Keluarga
1. Fisiologi Keluarga (identifikasi dengan metode APGAR)
Metode penilaian fisiologis keluarga adalah metode untuk mengetahui
fungsi keluarga secara kualitatif dalam menanggapi, menerima, atau menilai
kehadiran penderita (Tn. S). sebagai anggota keluarga tentang: (responden
adalah kakak pasien).

a. ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien tidak pernah
membicarakan kepada keluarga, jarang mengungkapkan apa yang diinginkannya

17
dan menjadi keluhannya. Penyakitnya ini sering membuat gelisah warga. Saat ini
pasien tidak merasa bahwa dirinya sedang sakit, dan sulit untuk minum obat secara
teratur, sehingga perlu dibujuk terlebih dahulu oleh kakaknya agar pasien dapat
minum obatnya secra teratur.
b. PARTNERSHIP
Kakaknya selalu mengingatkan pasien untuk meminum obatnya secara teratur.
Setiap hari pasien sering berkomunikasi dengan kakaknya Ny. H, komunikasi
antar anggota keluarga lain renggang karena tempat tinggalnya berjauhan.
Komunikasi melalui telpon jarang, biasanya hanya apabila ada keperluan saja.
c. GROWTH
Tn. S sadar bahwa ia harus minum obat secara teratur, tetapi pasien tidak sadar
bahwa dirinya sakit.
d. AFFECTION
Tn S merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan kakanya baik.
e. RESOLVE
Tn.S merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan kakaknya.

Tabel 1. APGAR
APGAR Ny.H terhadap keluarga Sering Kadang- Jarang/tidak
/selalu kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 

18
membagi waktu bersama-sama

Total score : 8 (Fungsi keluarga baik dan tidak memerlukan intervensi)


Kesimpulan : Fungsi keluarga dalam keadaan cukup

Ny. H sebagai kakak pasien, hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari berasal dari hasil pekerjaan suami dan anak-anaknya.
Ny. H, selalu berusaha untuk tetap berbincang-bincang dengan adiknya (Tn.S) meskipun
sering berbicara melantur.
Fungsi fisiologis keluarga Tn. S terhadap seluruh anggota keluarga dengan total
poin 8 dimana fungsi keluarga dalam keadaan baik dan tidak memerlukan intervensi.
Dukungan berupa waktu dan kebersamaan dalam menghadapi penyakit yang diderita
serta pemahaman tentang perhatian secara psikologis masih diperlukan.

2. Patologi lingkungan keluarga (metode SCREEM)


Fungsi patologis dari keluarga Tn.S dinilai dengan menggunakan metode
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

Tabel 2. SCREEM
SUMBER PATOLOGI KET
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga
Sosial dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat +
cukup meskipun banyak keterbatasan ekonomi.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini
dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
Cultural keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya -
yang masih diikuti. Menggunakan bahasa jawa, tata
krama dan kesopanan.
Religius Pemahaman agama cukup. Namun penerapan ajaran
Agama menawarkan agama kurang, hal ini dapat dilihat dari penderita yang
pengalaman spiritual yang tidak menjalankan sholat. Penderita cenderung hanya
+
baik untuk ketenangan ingin berjalan keluar rumah.
individu yang tidak
didapatkan dari yang lain
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah,
untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski
Ekonomi +
belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana
ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk

19
pemenuhan kebutuhan hidup
Pendidikan anggota keluarga kurang memadai.
Edukasi Pendidikan pasien dan keluarga tentang pengetahuan +
penyakit pasien belum memadai.
Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih
Medical
baik. Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini
Pelayanan kesehatan
biasanya menggunakan Puskesmas dengan metode
puskesmas memberikan +
pembayaran KTP Sidoarjo, bukan JKN atau asuransi
perhatian khusus terhadap
lainnya. Pasien dan keluarga rutin berobat ke Puskesmas
kasus penderita
karena mudah dijangkau dan letaknya dekat.

Keterangan :
Kesimpulan yang didapat adalah keluarga tidak memiliki permasalahan dalam cultural,
tetapi memiliki permasalahan sosial, religius, ekonomi, edukasi dan medical sehingga hal
ini sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien.

D. Faktor Lingkungan Pasien


1. Lingkungan Fisik
Pasien tinggal di sebuah rumah yang terpisah dari rumah kakaknya
berjarak kurang lebih 5 meter dari rumah kakaknya, berukuran 6x10 m2, yang
berdempetan dengan rumah tetangganya. Terdiri dari dua ruang kamar, satu
ruang ditempati pasien dengan satu pintu yang ditutupi dengan trails dan sebuah
tempat tidur, sedangkan untuk ruangan yang kedua kosong. Dilokasi tempat
pasien tinggal tidak memiliki dapur, toilet, kamar mandi ataupun prabotan
rumah tangga yang lainya. Lantai rumah sebagian besar terbuat dari keramik.
Ventilasi dan penerangan rumah masih kurang. Atap rumah tersusun dari
genteng yang ditutup langit-langit. Dinding rumah terbuat dari batu bata yang
sudah di cat berwarna putih. Rumah tidak memiliki teras, disamping pekarangan
rumah tempat pasien tinggal terdapat kendang dan hewan ternak ayam. Sumber
air untuk kebutuhan sehari-harinya menggunakan air sumur dan air PDAM.
Secara keseluruhan kebersihan rumah terkesan sangat kurang.

20
6m

Kamar Pasien Ruang Kosong


Pintu masuk
6m

Ruang Kosong

10 m

Gambar 3. Denah Rumah


2. Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
a. Lingkungan Sosial
Dalam masyarakat, pasien dan saudaranya hanya sebagai anggota
masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat. Sebelum sakit seperti sekarang, dalam kesehariannya pasien
bergaul akrab dengan masyarakat di sekitarnya seperti halnya anggota
masyarakat yang lain, dikenal sebagai pribadi yang ceria dan pintar.
Masyarakat sekitar juga mengetahui perubahan perilaku pasien yang suka
berkeliaran dan marah-marah di awali pasca meninggalnya sang ayah. Sejak
itu, masyarakat sekitar selalu takut karena perubahan tingkah laku pasien
tersebut dan memilih untuk menjauhinya.
Saat ini pasien sudah tidak pernah keluar rumah. Hanya beberapa
tetangga dan bidan desa Sambisari yang masih sering mengunjungi pasien di
rumahnya.
b. Lingkungan Ekonomi
Dari kondisi perumahan dan pemukiman dan fasilitas umum yang tersedia
di lingkungan kehidupan masyarakat disekitar Tn. S tergolong kelas
menengah kebawah.

21
E. Faktor Perilaku Keluarga
Keluarga terdiri dari pasien, ayah, ibu, 2 saudara laki-laki dan dan 4 orang
saudari perempuan. Ayah dan ibu serta keempat saudara pasien sudah
meninggal (keluarga tidak ingat waktunya), saat ini pasien tinggal dirumah yang
terpisah dengan saudaranya berjarak kurang lebih 5 meter dari rumah kakaknya
di Desa Sambisari.
Hubungan keluarga mereka terjalin kurang akrab, karena di setiap
permasalahan-permasalahan yang ada terutama mengenai jarang dikomunikasikan
dengan baik dalam keluarga ini. Hubungan diantara mereka juga kurang dekat
antara satu dengan yang lain.
Penghasilan keluarga berasal dari anak-anak kakak pasien Ny. H untuk
menghidupi keperluan pasien dan keluarga sehari-hari (makan, minum, listrik, dll).
Penghasilan per bulannya tidak dapat dipastikan. Jika ada kekurangan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, biasanya di bantu oleh tetangga-tetangga sekitar.
Makan sehari-hari nasi dengan lauk, tahu, tempe, kadang ayam dan buah, frekuensi
makan 2-3 kali sehari.

F. Faktor Pelayanan Kesehatan


Pasien tinggal di Desa Sambisari, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo yang
merupakan wilayah Puskesmas Trosobo. Desa Sambisari memiliki 1 orang bidan
desa yang rutin mengadakan kegiatan pengobatan dan pelayanan kepada
masyarakat desa. Puskesmas secara rutin melakukan pemantauan melalui bidan
desa untuk diketahui kondisi kesehatan di desa tersebut sehingga selalu terpantau
dengan baik dan segera bisa mendapat intervensi jika diperlukan.
Tetapi untuk menangani penyakit pasien, puskesmas Trosobo terbatas dalam
memberi terapi dan dapat memaksimalkannya dengan merujuk ke RSJ terdekat,
terkadang masih terkendala karena pasien belum memiliki kartu BPJS sehingga di
hitung sebagai pasien umum di sana dengan biaya sendiri.
Untuk biaya pengobatan saat ini pasien sudah mendapatkan pengobatan gratis dari
puskesmas Trosobo, dan sedang mengurus kartu BPJS.

22
BAB V
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Masalah

1. Masalah aktif
a. Skizofrenia Hebefrenik
b. Minum obat tidak teratur
c. Pola hidup kurang bersih

2. Faktor Perilaku
a. Pasien tertutup jika ada masalah, tidak pernah membicarakannya dengan keluarga
b. Pasien terkadang tidak mau minum obat teratur

3. Faktor Lingkungan
a. Hubungan keluarga terjalin kurang akrab, di setiap permasalahan jarang
dikomunikasikan dengan baik.
b. Masyarakat takut dengan perubahan perilaku pasien dan menjauhinya

4. Faktor pelayanan kesehatan


a. Keterbatasan dalam memberi terapi dan untuk memaksimalkannya harus merujuk
pasien ke RSJ
b. Pasien masih belum memiliki kartu BPJS

5. Faktor genetik (tidak dijumpai)

23
B. Analisis dan Pembahasan

Faktor Lingkungan: Faktor Pelayanan


1. Hubungan keluarga Kesehatan:
terjalin kurang Faktor Keturunan:
1. Keterbatasan
akrab, di setiap Tidak ditemukan
dalam memberi
permasalahan terapi dan untuk
jarang memaksimal-
dikomunikasikan kannya harus
dengan baik. merujuk pasien
Tn. S, 68 tahun,
2. Masyarakat takut ke RSJ
Skizofrenia
dengan perubahan 2. Pasien masih
Hebefrenik
perilaku pasien dan belum memiliki
menjauhinya kartu BPJS.
3. Kondisi ekonomi 3. Kurangnya
menengah kebawah. penyuluhan /
4. Pola hidup bersih sosialisasi
Faktor Perilaku:
dan sehat yang promosi
1. Pasien tertutup jika ada masalah,
belum membudaya kesehatan pada
tidak pernah membicarakannya
di masyarakat masyarakat
dengan keluarga
2. Pasien terkadang tidak mau
minum obat teratur
a

Gambar 4. Diagram Faktor Resiko Penyakit Skizofrenia


1. Faktor Lingkungan
a. Hubungan keluarga kurang terjalin akrab, sehingga disetiap permasalahan
jarang dikomunikasikan dengan baik.
b. Kondisi ekonomi keluarga Tn. S terholong menengah kebawah sehingga
kondisi yang demikian akan menyebabkan pengobatan yang didapat oleh
Tn. S tidak optimal sehingga berpengaruh terhadap penyembuhan pasien.
c. Masyarakat takut dengan perilaku pasien dan menjauhinya dimana hal ini
akan semakin mempengaruhi faktor psikis daripada pasien.
2. Faktor Pelayanan Kesehatan
a. Keterbatasan dalam memberi terapi dan untuk memaksimalkanya harus
merujuk pasien ke RSJ.
b. Pasien masih belum memiliki kartu BPJS.
c. Kurangnya penyuluhan / sosialisasi promosi kesehatan pada masyarakat
sekitar mengenai orang dengan gangguan jiwa.

24
3. Faktor Perilaku
a. Pasien tertutup jika ada masalah, tidak pernah membicarakannya dengan
keluarga.
b. Pasien terkadang tidak mau minum obat teratur.
Tabel 3. Tabel daftar permasalahan kesehatan menurut konsep H. L. Blum

No. TEORI BLUM MASALAH KETERANGAN


1. LINGKUNGAN A a. Kebersihan rumah dan sekitar kurang
b. Kondisi sosial ekonomi menengah kebawah
c. PHBS yang kurang
d. Hubungan antar keluarga kurang begitu
akrab.
2. PERILAKU B a. Ketidakteraturan minum obat
b. Pasien tertutup jika ada masalah.
3. PELAYANAN C a. Kurangnya penyuluhan / sosialisasi
KESEHATAN promosi kesehatan pada masyarakat sekitar
mengenai orang dengan gangguan jiwa.
b. Keterbatasan untuk terapi yang diberikan
kepada pasien.
c. Pasien belum memiliki kartu BPJS.

Tabel 4. Tabel Skoring Prioritas Masalah

TOTAL
MASALAH U S G
SKORING
A.LINGKUNGAN 4 4 3 11
B.PERILAKU 3 4 3 10
C.PELAYANAN
KESEHATAN 3 3 3 9

Keterangan :
Berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat
kecil)
U : Urgency, seberapa mendesak masalah tersebut harus dibahas dengan waktu yang
tersedia
S : Seriousness, seberapa serius masalah ini perlu dibahas keterkaitanya dengan akiba
t yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah.
G : Growth, seberapa banyak kemungkinan masalah tersebut menjadi berkembang
bila dibiarkan.

25
Dari hasil hasil skoring diatas maka didapatkan urutan prioritas masalah sebagai
berikut :
1. MASALAH A : LINGKUNGAN PRIORITAS I
2. MASALAH B : PERILAKU PRIORITAS II
3. MASALAH C : PELAYANAN KESEHATAN PRIORITAS III

Berdasarkan rumusan masalah dan prioritas masalah diatas, maka penulis


membuat rangkaian kegiatan pemecahan masalah secara holistik dan komprehensif dari
faktor resiko Tn. S, melalui kegiatan sebagai berikut :

1. Sosialisasi dengan keluarga terdekat

Kegiatan ini ditujukan agar keluarga pasien lebih memahami tentang penyakit

yang diderita pasien mulai dari faktor-faktor yang dapat mencetuskan hingga faktor

yang memperberat penyakit tersebut, seperti stressor yang tinggi, asupan gizi yang

kurang serta ketidakteraturan minum obat. Sehingga dari kegiatan ini keluarga

pasien dapat lebih memahami dan mengetahui peranya dalam proses kesembuhan

pasien.

2. Edukasi kepada masyarakat sekitar mengenai penyakit pasien

Dengan memberikan edukasi terhadap masyarakat mengenai penyakit pasien

diharapkan masyarakat sekitar dapat memahami penyakit tersebut serta berperan

aktif dalam mendukung proses kesembuhan pasien.

Sehingga penulis menyusun rencana kerja program terhadap efektifitas


pengobatan pasien yang disusun sebagai berikut :

26
27
Tabel 5. Tabel Perencanaan Kegiatan untuk Meningkatkan Efektivitas Pengobatan Pasien

Volu-
Lokasi Tenaga
N me Rincian Kebutuhan
Kegiatan Sasaran Target Pelak- Pelaksa- Jadwal
o. Kegia Kegiatan Pelaksanaan
sanaan naan
tan
1 Sosialisasi Keluarga Pemahaman akan 2 hari - Menghubungi anggota Rumah Perwakilan 5-6 juni - Konsumsi
dengan anggota Pasien pentingnya peran keluarga terdekat pasien dari 2019
keluarga keluarga dalam - Memberikan pengertian puskesmas
terdekat kesembuhan kepada keluarga untuk l Trosobo
pasien ebih memperhatikan di dampingi
keadaan pasien dan bidan desa
turut serta membantu Sidodadi
dalam perjalanan pengo
batan
2 Edukasi kepada Keluarga Pemahaman 1 hari - Memberikan materi Salah Perwakilan 12 - Tikar
masyarakat ,tetangga masyarakat me- singkat mengenai satu dari Juni - Laptop
sekitar menge- -tetangga ngenai penyakit skizofrenia rumah puskesmas 2019 - Konsumsi
nai penyakit sekitar, k pasien dan mema - Menjelaskan keadaan warga / Trosobo
pasien dan epala des hami tindakan pasien saat itu balai di dampingi
tindakan yang a, tokoh - Memberikan edukasi desa

28
dapat dilakukan masyara yang dapat dilaku tentang berbagai macam bidan desa
kat lain kan masyarakat terapi yang dapat Sambisari
nya untuk membantu dilakukan, termasuk
kesembuhan peran serta masyarakat
pasien sekitar yang sangat berpe
ngaruh pada kesembuhan
pasien
3 Evaluasi Keluarga Keluarga dan ma- 2 - Kunjungan ke rumah Salah Perwakilan 5 Agust - Konsumsi
dan ma-s syarakat dapat be Bulan pasien dan melihat satu dari us
yarakat s kerjasama untuk perkembangan kesehatan rumah puskesmas 2019
ekitar membantu pasien warga / Trosobo
kesembuhan - Sosialisasi kepada balai di dampingi
pasien keluarga dan masyarakat desa bidan desa
mengenai perkemba- Sidodadi
ngan pasien

29
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Hasil anamnesis penyakit pasien
Hasil resume anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang pasien sampai kesimpulan bahwa Tn. S (68 tahun) menderita
Skizofrenia Hebefrenik.

2. Hasil identifikasi metode manajemen pasien


Penanganan pasien dilakukan secara patient centered oriented.

3. Hasil identifikasi fungsi faktor keluarga dan lingkungannya


a. Faktor keluarga: Keluarga pasien berbentuk nuclear family, dengan
interaksi antar anggota keluarga yang baik dan dalam menghadapi
permasalahan penyakit Tn. S menunjukkan dukungan yang baik dan tidak
dijumpai masalah.
b. Tidak ada faktor keturunan dari penyakit Skizofrenia Hebefrenik pada
keluarga Tn. S
c. Hasil analisis APGAR menunjukkan fungsi anggota keluarga dalam
menghadapi masalah penyakit Tn. S tidak dijumpai adanya gangguan
yang memerlukan intervensi.
d. Dalam hal lingkungan fisik tempat tinggal pasien masih belum memadai
baik dari segi fasilitas rumah ataupun kebersihan, hal ini akan sangat
berpengaruh terhadap factor dari kesembuhan pasien
e. Lingkungan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar juga masih tergolong
rendah dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah pula
terhadap orang dengan gangguan jiwa. Lingkungan ini juga menjadi
faktor yang akan berpengaruh terhadap proses pengobatan dan
kesembuhan pasien.

30
4. Hasil analisis faktor resiko

Faktor resiko dari pasien (Tn. S) sebagai penderita Skizofrenia


Hebefrenik adalah sebagai berikut :

a. Perilaku pasien: Pasien sering terkadang tidak teratur minum obat dan
merupakan pribadi yang tertutup jarang menceritakan bila mendapat
masalah.

b. Faktor lingkungan: Hubungan keluarga terjalin kurang akrab, di setiap


permasalahan jarang dikomunikasikan dengan baik. Masyarakat takut
dengan perubahan perilaku pasien dan menjauhinya. Kondisi ekonomi
menengah kebawah. Pola hidup bersih dan sehat yang belum
membudaya di masyarakat
c. Pelayanan kesehatan yang belum optimal seperti kurangnya penyuluhan
/ sosialisasi promosi kesehatan pada masyarakat sekitar mengenai orang
dengan gangguan jiwa selain itu juga dalam Keterbatasan dalam
pemberian terapi bersifat terbatas dan untuk memaksimalkanya harus
merujuk pasien ke RSJ, disisi lain pula pasien masih belum memiliki
kartu BPJS.
Dari faktor resiko diatas dapat menyebabkan perkembangan penyakit dari
pasien akan bertambah berat. Skizofrenia hebefrenik merupakan skizofrenia yang
gangguannya terletak pada proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya
depersonalisasi (double personality), gangguan psikomotor seperti mannerism,
neologisme atau perilaku kekanak-kanakan. Diagnosis skizofrenia sering
ditegakkan pada usia remaja (15-25 tahun). Faktor genetik, perilaku, lingkungan
dan pelayanan kesehatan berpengaruh dalam kejadian skizofrenia hebefrenik
pada pasien.
Pada kasus ini, diketahui bahwa kurangnya keterbukaan dan kedekatan antar
anggota keluarga serta kurangnya sosialisasi tentang penyakit pasien kepada
masyarakat sekitar menjadi permasalahan utama, selain itu masalah pasien yang
belum memiliki BPJS juga perlu diperhatikan yang secara tidak langsung
berpengaruh pada keteraturan pasien meminum obat. Untuk mengatasi setiap
permasalahan tersebut, perlu dilakukan perencanaan kegiatan sosialisasi dengan
anggota keluarga terdekat, edukasi kepada masyarakat sekitar mengenai penyakit
pasien dan tindakan yang dapat dilakukan, serta melakukan evaluasi terhadap

31
semua kegiatan ini setelah terlaksana. Dengan dilakukannya semua kegiatan ini,
diharapkan dapat menjadikan pasien mandiri dengan kesadaran bahwa dirinya
sakit dan memerlukan obat, sehingga dapat dengan sendirinya minum obat
teratur, kontrol rutin ke dokter, serta dapat melakukan berbagai macam kegiatan
positif dalam keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Saran
a. Melakukan seluruh perencanaan kegiatan
b. Pihak pelayanan kesehatan selalu monitoring setiap perkembangan
pasien
c. Sosialisasi kepada pak lurah / tokoh masyarakat lain untuk membantu
keluarga pasien mengurus BPJS sehingga tidak ada halangan biaya dalam
pengobatan pasien
d. Pihak pelayanan kesehatan terdekat segera merujuk pasien ke RSJ Menur
/ RSJ Lawang jika kondisi pasien perlu untuk di rujuk

32
DAFTAR PUSTAKA

Davidson, G.C. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajagrafindo Permai.


Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari P
PDGJ-III. Jakarta: Editorial Board PPDGJ.
Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga.

33

Anda mungkin juga menyukai