Anda di halaman 1dari 35

DIABETES MELLITUS GRAVIDARUM DAN

LETAK SUNGSANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen Pembimbing : Amellia Mardhika, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :

Kelas LA-4A

Kelompok 14

1. Devita Dwi Veronika (151611913027)


2. Fellia Nurdiana L (151611913042)

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS VOKASI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017 – 2018

LEMBAR PENGESAHAN

1
Setelah membaca menganalisis dan menulis makalah ini berjudul “DIABETES
MELLITUS GRAVIDARUM DAN LETAK SUNGSANG ” yang disusun oleh :

1. DEVITA DWI FERONIKA (151611913027)


2. FELLIA NURDIANA LATHIFAH (151611913042)

Kami selaku pembimbing menyetujui dan mengesahkan bahwa makalah ini


layak untuk di presentasikan

Lamongan, Februari 2018

AMELLIA MARDHIKA, S.Kep.,Ns.,M.Kes

KATA PENGANTAR

2
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang karena anugrah dari –Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurakan kepada jungjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugrah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi


tugas Maternitas dengan judul “Diabetes Melitus Gestasional Pada Ibu Hamil
dan Letak sungsang ” disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini
berlangsung, sehingga terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat.

Lamongan, Februari 2018

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................... 2

1.4 Manfaat penulisan .................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3

2.1 Diabetes Mellitus Gravidium.................................................... 3

2.2 Letak sungsang ......................................................................... 13

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 22

3.1 Kesimpulan............................................................................... 22

3.2 Saran......................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 24

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia.
Berasal dari istilah kata Yunani, Diabetes yang berarti pancuran dan Melitus
yang berarti madu atau gula. Kurang lebih istilah Diabetes Melitus

4
menggambarkan gejala diabetes yang tidak terkontrol, yakni banyak keluar
air seni yang manis karena mengandung gula. Oleh karena itu, dalam istilah
lain penyakit ini disebut juga “Kencing Manis”. Secara definisi medis,
definisi diabetes meluas kepada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah akibat kekurangan insulin baik yang sifatnya absolut maupun
relatif. Diabetes melitus sangat erat kaitannya dengan mekanisme pengaturan
gula normal. Pada kondisi normal, kadar gula tubuh akan selalu terkendali,
berkisar 70-110 mg/dL, oleh pengaruh kerja hormon insulin yang diproduksi
oleh kalenjar pankreas.
Setiap sehabis makan, terjadi penyerapan makanan seperti tepung-
tepungan (karbohidrat) di usus dan akan kadar gula darah meningkat.
Peningkatan kadar gula darah ini akan memicu produksi hormon
insulin oleh kalenjar pankreas. Berkat pengaruh hormon insulin ini, gula
dalam darah sebagian besar akan masuk ke dalam berbagai macam sel tubuh
(terbanyak sel otot) dan akan digunakan sebagai bahan energi dalam sel
tersebut. Sel otot kemudian menggunakan gula untuk beberapa keperluan
yakni sebagai energi, sebagian disimpan sebagai glikogen dan jika masih ada
sisa, sisa sebagian tersebut diubah menjadi lemak dan protein.
WHO memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata-rata 3 bayi,
maka kematian ibu dapat diturunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi
sebesar 5.600.000 jiwa pertahun. Sebaran kematian ibu di Indonesia
bervariasi diantara 130-780 dalam 100.000 persalinan hidup. Walaupun telah
dilakukan usaha yang intensif dan dibarengi dengan makin menurunnya
angka kematian ibu dan bayi disetiap rumah sakit, kematian ibu di Indonesia
masih berkisar 390 per 100.000 persalinan hidup (Manuaba, 1998 : 8)
Kejadian letak sungsang berkisar antara 2 %-3 % bervariasi diberbagai
tempat. Sekalipun kejadiannya kecil tetapi mempunyai peyulit yang besar
dengan angka kematian sekitar 20 %-30 %. Pada letak kepala, kepala yang
merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu, sedangkan persalinan letak
sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir
terakhir. (Andrew Faulkner, 2010).

5
1.2. Rumusan Masalah
1 Apa Pengertian Diabetes mellitus gravidium dan Letak sungsang ?
2 Apa Saja Klasifikasi Diabetes mellitus gravidium dan Letak sungsang ?
3 Apa Saja Penyebab Diabetes mellitus gravidium dan Letak sungsang ?
4 Apa Saja tanda dan gejala diabetes mellitus gravidium dan Letak sungsang
?
5 Bagaimana patofisiologi diabetes mellitus gravidium dan Letak sungsang?
6 Bagaimana cara penanganan diabetes mellitus gravidium dan Letak
sungsang?

1.3. Tujuan Utama


1 Mengetahui definisi diabetes mellitus gravidium dan Letak sungsang
2 Mengetahui Klasifikasi diabetes melitus gravidium dan Letak sungsang
3 Mengetahui penyebab diabetes mellitus gravidium dan Letak sungsang
4 Mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus gravidium dan Letak
sungsang
5 Mengetahui patofisiologi diabetes mellitus gravidium dan Letak sungsang
6 Mengetahui cara penanganan diabetes mellitus gravidium dan Letak
sungsang
1.4. Manfaat
1 Bagi penulis
Dapat menyalurkan dan menyampaikan informasi – informasi yang
belum di ketahui Oleh pembaca
2 Bagi pembaca
Dapat mengetahui penjelasan dari Diabetes Mellitus gravidium dan Letak
sungsang

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Diabetes Mellitus Gravidarum


2.1.1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat,
di mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga
menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan
endokrin yang terbanyak dijumpai. Yang paling sering terjadi yaitu:
diabetes mellitus yang diketahui sewaktu hamil yang disebut DM
gestasional yang sering disebut juga DM gravidarum dan DM yang
telah terjadi sebelum hamil yang dinamankan DM pragstasi. Dalam
kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat
yang menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan
menyusui. Glukosa dapat difusi secara tetap melalui plasenta pada
janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar
dalam darah ibu.Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar
gula ibu yang mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang

7
utama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain yaitu
estrogen, steroid, plasenta laktogen.Akibat lambatnya resorpsi
makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan menuntut
kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat
mencapai 3 kali dari keadaan normal yang disebut: tekanan
diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi retensi
insulin yaitu bila ditambah dengan estrogen eksogen ia tidak mudah
menjadi hipoglikemia. Yang menjadi masalah bila seorang ibu tidak
mampu meningkatkan produksi insulin
Diabetes kehamilan atau diabetes gestational yang sering disebut
juga DM gravidarum adalah diabetes yang terjadi karena faktor
kehamilan kehamilan normal yang disertai peningkatan insulin yang
dapat menimbulkan masalah bagi penderita, dan dapat mengancam
kesehatan bayi yang belum lahir. Kondisi diabetes dialami biasanya
pada masa kehamilan trimester kedua dan ketiga. Diabetes
kehamilan dapat dikelola dengan baik dengan makan makanan yang
sehat, berolahraga secara teratur dan jika perlu minum obat. Menjaga
kadar gula yang normal selama masa kehamilan dapat memastikan
kehamilan yang sehat bagi ibu dan anaknya. Umumnya diabetes
kehamilan akan hilang setelah sang ibu melahirkan.
2.1.2. Klasifikasi atau Tipe Diabetes Melitus
1. Diabetes Tipe 1
DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena
kerusakan sel b pankreas (reaksi autoimun). Bila kerusakan sel
beta telah mencapai 80--90% maka gejala DM mulai muncul.
Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi pada anak-anak
daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1
mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya proses
autoimun, dan sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun.
Kondisi ini digolongkan sebagai tipe 1 idiopatik. Sebagian
besar (75%) kasus terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi usia
tidak termasuk kriteria untuk klasifikasi.
2. Diabetes Tipe 2

8
DM tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dulu
dikenal sebagai non insulin dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM). Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan
insulin bekerja di jaringan perifer (insulin resistance) dan
disfungsi sel beta. Akibatnya, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi
insulin resistan. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin relatif. Gejala minimal dan kegemukan sering
berhubungan dengan kondisi ini,yang umumnya terjadi pada
usia > 40 tahun. Kadar insulin bisa normal, rendah, maupun
tinggi, sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian
insulin.
3. DM Dalam Kehamilan
DM dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM)
adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan
insulin resistan (ibu hamil gagal mempertahankan
euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM,
kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas
neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan
makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM
mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang
pertumbuhan bayi dan makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira
3--5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk
menjadi DM di masa mendatang
2.1.3. Etiologi
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan
disebabkan karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh
tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran
sel

2.1.4. Tanda dan Gejala


Dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin atau defisiensi
pendistribusian gula dalam tubuh. Dapat pula disebabkan oleh
keduanya. Diabetes Mellitus dikenal dengan berbagai tipe yaitu Tipe I
yang disebabkan faktor genetik atau karena keturunan, Tipe II,

9
sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup, dan Tipe III yaitu diabetes
yang dialami oleh ibu hamil. Pada diabetes Tipe III, apabila terjadi
pada saat kehamilan bukan sejak sebelum hamil, maka hanya bersifat
sementara (Mitayani. 2011).
Beberapa tanda yang tampak pada orang yang menderita diabetes:
1 Sering buang air kecil. Air seni/air kencing orang yang
menderita diabetes biasanya dikerumuni semut karena kadar
gulanya tinggi. Ganguan ini disebabkan karena hormon insulin
dalam darah sedikit atau pada penderita diabetes tipe I tidak ada
sehingga ginjal tidak dapat menyaring gula dalam darah jadi gula
tersebut keluar bersama air seni.
2 Mudah haus sehingga banyak minum. Karena sering buang air
kecil jadi kita juga gampang haus. Sering kali karena mudah haus
air minumnya adalah air dingin (dari kulkas/dengan es) dan
sebagian besar orang Indonesia bila minum air dingin/dengan es
lebih senang juga menggunakan sirup. Di mana sirup notabene
manis.
3 Mudah lapar. Karena apabila lapar kita makan nasi. Terlalu
banyak makan akan dapat menaikkan kadar gula karena didalam
karbohidrat yang ada pada nasi mengandung glukosa (gula).
4 Tanda penting lainnya yang perlu dicermati adalah apabila
penderita diabetes mendapat luka ditubuh cenderung
membutuhkan waktu lama dalam penyembuhannya. Selain itu ada
pula tanda berupa Letih dan lesu. Kondisi ini disebabkan karena
produksi gula dalam darah terhambat, sehingga pembuatan energi
menjadi ikut terganggu. Pandangan kabur atau tidak jelas juga
bisa jadi merupakan gejala diabetes melitus yang perlu
diwaspadai.
5 Sering kesemutan, gejala ini disebut neuropati. Hal ini karena
kandungan gula dalam darah yang tinggi dapat menyebabkan
kerusakan system saraf. Dapat juga terjadi penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
6 Mual
7 Kelelahan
8 Penglihatan kabur
9 Sering infeksi kandung kemih, kulit, vagina.

10
Gejala klinis yang dialami oleh penderita diabetes dapat diketahui
melalui pemeriksaan di laboratorium. Pemeriksaan pertama adalah
pemeriksaan kadar gula darah. Pada prosesnya pengambilan darah
untuk pengecekan ini dilakukan dua kali atau dalam dua kondisi yaitu
setelah puasa (8 jam tidak menerima asupan gula baik melalui
makanan atau minuman) dan kondisi biasa (tidak puasa atau minimal
2 jam setelah makan). Pada kedua pemeriksaan ini apabila, kadar gula
biasa ≥ 120 mg/dl atau kadar gula puasanya ≥ 126 mg/dl, berarti Anda
positif (+) menderita Diabetes. Jadi, segelah periksa gula darah Anda.
Penanganan yang cepat dan tepat akan memberikan hasil yang lebih
baik.

2.1.5. Patofisiologi Diabetes Melitus dalam Kehamilan


Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta
persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap
melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin
hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai
janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.
Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping
beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen.
Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang
relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm
kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan
normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam
kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia
ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi
hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan
produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan
hiperglikemia atau diabetes kehamilan.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan
terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak
optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap
efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu

11
bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi
janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal.
(menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu
terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami
gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

2.1.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes pada kehamilan sebaiknya dilakukan
secara terpadu antara dokter kebidanan, penyakit dalam, ahli gizi, dan
spesialis anak. Sasaran penatalaksanaan adalah mencapai kadar gula
darah yang normal yaitu gula darah puasa kurang dari 105 mg/dl dan
dua jam sesudah makan kurang dari 120 mg/dl. Sasaran dapat dicapai
dengan melakukan pengaturan makan. Bila diperlukan maka diberikan
insulin untuk menurunkan kadar gula darah mencapai normal.
Biasanya bila kadar gula darah puasa melebihi atau sama dengan 130
mg/dl di samping perencanaan makan perlu diberikan insulin. Bila
kadar gula darah puasa di bawah 130 mg/dl, penatalaksanaan dapat
dimulai dengan perencanaan makan saja. Dalam perencanaan makan
dianjurkan jumlah kalori sebesar 35 kal/kg berat badan ideal, kecuali
bila penderita gemuk jumlah kalori dikurangi. Pada kehamilan
biasanya perlu dipertimbangkan penambahan kalori sebanyak 300 kal.
Agar janin dalam kandungan dapat tumbuh secara baik dianjurkan
untuk mengkonsumsi protein sebesar 1-1,5 g.
Penanganan Diabetes pada Kehamilan

1. Pengelolaan medis

Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya,


pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan
gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.

1 Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang


baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan
paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan

12
insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui
drips.

2 Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya.


Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.

3 Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia


sehingga perlu diberikan infus glukosa.

4 Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan


diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang
gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.

5 Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal =


(TB-100)-10% BB.

Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang


diperhitungkan dari:

1 Kalori basal 25 kal/kgBB ideal

2 Kalori kegiatan jasmani 10-30%

3 Kalori untuk kehamilan 300 kalor

4 Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB

2. Pengelolaan obsterik

Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan


keadaanklinis ibu dan janin, terutama tekanan darah,
pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar
gula darah ibu, pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika
memungkinkan). Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan
ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan
mendengarkan denyut jantung janin. Pada tingkat Puskesmas
dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi
fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin. Pada
tingkat rumah sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan
dengan cara :

13
1 Pengukuran tinggi fundus uteri

2 NST – USG serial

3 Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin


plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5 merupakan tanda gawat
janin.

4 Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan


36 minggu. Adanya makrosomia, pertumbuhan janin
terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk
melakukan persalinan secara seksio sesarea.

5 Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat


dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg)
dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin
(normal > l0x/12 jam).

6 Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan


khusus.

7 Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan


amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan
kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg).

8 Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi,


preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti
glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat
sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan
komplikasi biasanya memerlukan insulin.

9 Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor


fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP)

Kehamilan harus diawasi secara teliti sejak dini untuk


mencegah komplikasi pada ibu dan janin.

Tujuan utama pengobatan DM dengan hamil:

1 Mencegah timbulnya ketosis dan hipoglikemia.

14
2 Mencegah hiperglikemia dan glukosuria seminimal mungkin.

3 Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin.

Biasanya kebanyakan penderita diabetes atau DM gestasional yang


ringan dapat di atasi dengan pengaturan jumlah dan jenis makanan,
pemberian anti diabetik secara oral, dan mengawasi kehamilan
secara teratur.

Risiko Tinggi DM Gestasional:

1 Umur lebih dari 30 tahun

2 Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2

3 Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)

4 Pernah menderita DM gestasional sebelumnya

5 Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram

6 Adanya glukosuria

7 Riwayat bayi lahir mati

8 Riwayat keguguran

9 Riwayat infertilitas

10 Hipertensi

Komplikasi pada Ibu :

1 Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan

2 Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat


resistensi insulin

3 Preeklampsi

4 Retinopati

5 Trauma persalinan akibat bayi besar

Masalah pada anak

1 Abortus

2 Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek

15
3 Respiratory distress

4 Neonatal hiperglikemia

5 Makrosomia

6 kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis

7 Hiperbilirubinemia

Penderita DM Gestasional memunyai resiko yang tinggi


terhadap kambuhnya penyakit diabetes yang pernah dideritannya
pada saat hamil sebelumnya. Saran: 6-8 minggu setelah
melahirkan, ibu tersebut melakukan test plasma glukosa puasa dan
OGTT 75 gram glukosa. Pasien gemuk penderita GDM, sebaiknya
mengontrol BB, karena diperkirakan akan menjadi DM dalam 20
tahun kemudian.

Tujuan Pengobatan:

1 Mencegah komplikasi akut dan kronik.

2 Meningkatkan kualitas hidup, dengan menormalkan KGD, dan


dikatakan penderita DM terkontrol, sehingga sama dengan
orang normal.

3 Pada ibu hamil dengan DM, mencegah komplikasi selama


hamil, persalinan, dan komplikasi pada bayi.

Obat diabetes mellitus :

1 Sulfonilurea (glipizide GITS, glibenclamide, dsb.)

2 Meglitinide (repaglinide, nateglinide)

3 Insulin injeksi

4 Meningkatkan sensitivitas insulin

5 Biguanid/metformin

6 Thiazolidinedione (pioglitazone, rosiglitazone)

7 Memengaruhi penyerapan makanan

16
8 Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral (minuman
manis atau permen).

2.2. Letak Sungsang

2.2.1. Definisi
Letak Sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi
merupakan bagian rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana
janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong
berada di bagian bawah kavum uteri).

2.2.2. Klasifikasi Letak sungsang


1. Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%). Pada
presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau
kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya
dapat diraba bokong
2. Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%).
Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat
diraba kaki.
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna.
4. Presentasi kaki ( incomplete or footling ) ( 10-30%). Pada
presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki
di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas.
Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua
kaki.
Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda
dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan
dengan primigravida.

2.2.3. Tanda dan Gejala


1. Terdapat plasenta previa
Plasenta previa adalah adanya plasenta yang menutupi jalan lahir,
sehingga dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim. Plasenta
previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
2. Keadaan janin yang menyebabkan letak sungsang

17
a. Makrosemia
b. Hidrosefalus
c. Anensefalus
Hidrosefalus adalah besarnya ukuran kepala akibat kelebihan
cairan yang membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni
di bagian atas rahim. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus,
anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu
atas panggul.
3. Keadaan air ketuban
a. Hidramnion
b. Oligohidramnion
Jumlah air ketuban yang melebihi normal. Keadaan itu
menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki
trimester ketiga.
4. Keadaan Kehamilan
a. Kehamilan ganda
b. Kehamilan lebih dari dua
Menurut Fischer, ada beberapa sebab, yakni hamil kembar. Artinya,
adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya
perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih
nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar
(yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
5. Keadaan Uterus
a. Uterus arkuatus
b. Plasenta dengan implantasi pada koruna
6. Keadaan dinding abdomen
a. Rileks akibat grandemultipara
b. Sebab lainnya adalah multiparitas, yaitu ibu telah melahirkan
banyak anak sehingga rahimnya sudah sangat elastis dan
membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga
minggu ke 37 dan seterusnya.
7. Keadaan tali pusat
a. Pendek
b. Terdapat lilitan tali pusat pada leher
8. Penyebab lain
Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, Janin
sudah lama mati,dan sebab yang tidak diketahui.

2.2.4. Prinsip Dasar Persalinan Sungsang


1 Persalinan pervaginam
a. Persalinan spontan

18
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara
ini disebut Bracht. Prosedur persalinan :
Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan
fase yang tidak berbahaya.
Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini
kepala janin masuk PAP, sehingga kemungkinan tali pusat
terjepit.
Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala,
kepala keluar dariruangan yang bertekanan tinggi (uterus) ke
dunia luar yang tekanannya lebih rendah sehingga kepala
harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari pendarahan
intrakranial (adanya tentorium cerebellum).

Teknik persalinan :

1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper.


2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan
vulva saat bokong mulai membuka vulva, disuntikkan 2-5
unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan episiotomi.

3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan


cara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.

4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat


dikendorkan terlebih dahulu.

5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk


menutupi gerakan rotasianterior, yaitu punggung janin
didekatkan ke perut ibu, gerakan ini disesuaikan dengan
gaya berat badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis,
seorang asisten melakukan ekspresikriste ller. Maksudnya
agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat
diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap dalam posisi
fleksi, dan menghindari ruang kosong antara fundus uterus
dan kepala janin, sehingga tidak teradi lengan menjungkit.

19
6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar,
perut, bahu, lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh
kepala.

7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.

Keuntungan:

1 Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga


mengurangi infeksi
2 Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi
trauma pada janin.

Kerugian:

1 Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin


besar, jalan lahir kaki, misalnya primigravida lengan
menjungkit atau menunjuk
2 Manual aid (partial breech extraction).
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong. Prosedur manual aid (partial
breech extraction)
Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan
misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala
Tahapan :

1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga


ibu sendiri.
2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong
dengan cara klasik (Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.

3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie),


Wajouk, Wid and Martin Winctel, Prague Terbalik, Cunan
Piper.

Cara klasik:

20
1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu
karena lengan belakang berada di ruangan yang lebih besar
(sacrum), baru kemudian melahirkan lengan depan di bawah
simpisis tetapi jika lengan depan sulit dilahirkan maka lengan
depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar
gelang bahu ke arah belakang dan kemudian lengan belakang
dilahirkan.
2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin
sehingga perut janin mendekati perut ibu.

3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke


dalam jalan lahir dandengan jari tengah dan telunjuk
menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti kemudian lengan
bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin.

4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan


kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik
curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati
punggung ibu.

5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan

6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar


menjadi lengan belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah
lahir dicengkram dengan kedua tangan penolong sedemikian
rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolongterletak di
punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-
jari lain mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut dan
dada janin sehingga lengan depan terletak di belakang
kemudian lengan dilahirkan dengan cara yang sama.

Cara Mueller

21
1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu
dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan
belakang.
2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu
jari penolongdiletakkan sejajar spina sacralis media dan jari
telunjuk pada crista illiaca dan jari-jari lain mencengkram paha
bagian depan. Badan janin ditarik curam ke bawah sejauh
mungkin sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan
lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.

3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin
yang masih dipegang secara femuro-pelviks ditarik ke atas
sampai bahu ke belakang lahir. Bila bahu belakang tak lahir
dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan
mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.

Keuntungan : Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan


lahir sehingga bahaya infeksi minimal.

Cara Louvset :

1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran


bolak-balik sambil dilakukan traksi awam ke bawah sehingga
bahu yang sebelumnya berada dibelakang akhirnya lahir
dibawah simpisis.
2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil
dilakukan traksi curam ke bawah, badan janin diputar
setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu
depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin
diputar lagi ke arah yang berlawanan setengah lingkaran.
Demikian seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang
tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.

22
Cara Mauriceau (Veit-Smellie) :

1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin


dimasukkan ke dalam jalanlahir. Jari tengah dimasukkan ke
dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4 mencengkram
fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher.
Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong,
seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari
ke 3 penolong yang lain mencengkeram leher janin dari
arah punggung.
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke
bawah sambil seorangasisten melakukan ekspresikriste ller.
Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong
yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika
suboksiput tampak di bawah simpisis, kepala janin
diekspasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion
sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata,
dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir seluruh kepala
janin.

Cara Cunam Piper :

Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya


sama dengan pemasangan lengan pada letak belakang
kepala. Hanya pada kasus ini, cunam dimasukkan pada arah
bawah, yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Hanya pada
kasus ini cunam dimasukkan dari arah bawah, yaitu sejajar
pelipatan paha belakang. Setelah suboksiput tampak dibawah
simpisis, maka cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput
sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka,
dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir. Ektraksi sungsang
(total breech extraction)

Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.

23
Syarat partus pervaginam pada letak sungsang:

a. Janin tidak terlalu besar


b. Tidak ada suspek CPD

c. Tidak ada kelainan jalan lahir

d. Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada


primigravida atau multipara dengan riwayat melahirkan
kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.

3 Persalinan perabdominan (sectio caesaria) Prosedur persalinan


sunggang perabdominan: Beberapa kriteria yang dipakai pegangan
bahwa letak sungsang harus perabdominam adalah :

a. Primigravida tua

b. Nilai sosial tinggi

c. Riwayat persalinan yang buruk

d. Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg

e. Dicurigai kesempitan panggul

f. Prematurita

24
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Diabetes Mellitus adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana
glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan
keadaan hiperglikemia. Diabetes kehamilan atau diabetes gestational adalah
diabetes yang terjadi karena faktor kehamilan. Diabetes kehamilan dapat
menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi yang dapat menimbulkan
masalah bagi penderita, dan dapat mengancam kesehatan bayi yang belum
lahir. Diabetes kehamilan dapat dikelola dengan baik dengan makan makanan
yang sehat, berolahraga secara teratur dan jika perlu minum obat. Lalu bisa
diberikan pengobatan dengan cara pengolahan medis dan pengolahan
obsterik, lalu bisa juga diberikan asuhan kepada ibu hamil tersebut mengenai
diabetes melitus. Diabetes Mellitus dikenal dengan berbagai tipe yaitu Tipe I

25
yang disebabkan faktor genetik atau karena keturunan, Tipe II, sebagian besar
disebabkan oleh gaya hidup, dan Tipe III yaitu diabetes yang dialami oleh ibu
hamil.
Letak Sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan
bagian rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri).
Ada 4 tipe kelainan letak sungsang,yaitu:
1. Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%).
2. Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%).

3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna.

4. Presentasi kaki ( incomplete or footling ) ( 10-30%).

Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di
samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada
presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.

3.2. Saran
Bagi ibu hamil hendaknya mengatur pola makan dan porsi makan
dengan benar, menhindari makan dan minuman yang mengandung glukosa
berlebih, rutin berolahraga, serta selalu rajin untuk control gula darah, agar
jika terdapat peningkatan gula darah yang berlebih, segera mendapatkan
penangan dari petugas kesehatan.Dan bagi mahasiswa diharapkan dapat
menerapkan pemahamannya melalui makalah ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

Andrew Faulkner. (2010). Latar belakang diabetes melitus. Diunduh


dari :http://somelus.wordpress.com/2010/05/14/diabetes-mellitus-
pada_kehamilan/. Diakses pada tanggal : 13-02-2018.
Anonim. (2012). Tanda dan gelajala diabetes melitus. Diunduh
dari http://forum.kompas.com/kesehatan/104648-tanda-dan-gejala-diabetes-
mellitus.html. Diakses pada tanggal : 13-02-2018.
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika
Bobak, lowdermik, dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Edisi 4. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede dan I N Chandranita Manuaba. 2007.Pemgantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Purwaningsih, Wahyu dan Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan
Maternitas. Jogjakarta : Nuha Medika

27
.

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MEILITUS (GESTASIONAL)


PADA MASA KEHAMILAN

1 Pengkajian

1 Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama.

Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat,


polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.

b. Riwayat kesehatan keluarga.

Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.

c. Riwayat kehamilan

28
Diabetes mellitus gestasional , Hipertensi karena kehamilan, Infertilitas,
Bayi low gestasional age, Riwayat kematian janin Aborsi spontan,
Makrosomia, Pernah keracunan selama kehamilan.

2 Pemeriksaan Fisik

a. Sirkulasi

Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada
diabetes yang lama, Edema pada pergelangan kaki atau tungkai,
Peningkatan tekanan darah Nadi cepat, pucat, diaforesis atau
hipoglikemi.

b. Eliminasi

Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan


poli uri.

c. Nutrisi dan Cairan

Polidipsi, Poliuri, Mual dan muntah, Obesitas, Nyeri tekan abdomen,


Hipoglikemi, Glukosuria, Ketonuria, kulit (Sensasi kulit lengan, paha,
pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas injeksi insulin yang
sering), Mata (Kerusakan penglihatan atau retinopati), Uterus (Tinggi
fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal terhadap
usia gestasi.)

3 Psikososial

Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah,


Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi, Cemas,
peka rangsang dan peningkatan ketegangan.

2 Diagnosa

a. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi
kurang tepat.

29
b. Kurang pengetahuan tentang kondisi diabetik, prognosa dan kebutuhan
tindakan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan
informasi dan tidak mengenal sumber informasi.

c. Resiko tinggi terhadap trauma, pertukaran gas pada janin berhubungan


dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau
retardasi pertumbuhan intra uterin.

d. Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau


mengancam pada status kesehatan maternal atau janin.

3 Perencanaan

a. Memantau status ibu dan janin dan kemajuan persalinan.

b. Mempertahankan normoglikemia.

c. Memberikan dukungan emosional.

d. Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat.

4 Implementasi

a. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi
kurang tepat.

Kriteria evaluasi : Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100


mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl.

Intervensi :

a. Timbang berat badan setiap kunjungan prenatal.

Rasional: Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk untuk


memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori.

b. Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam.

30
Rasional : Membantu dalam mengevaluasi pemahaman pasien
tentang aturan diet.

c. Tinjau ulang tentang pentingnya makanan yang teratur bila


memakai insulin.

Rasional : Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia ,


sesudah makan dan kelaparan.

d. Perhatikan adanya mual dan muntah khususnya pada trimester


pertama.

Rasional : Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi


karbohidrat yang dapat mengakibatkan metabolisme lemak dan
terjadinya ketosis.

e. Ajarkan pasien tentang metode finger stick untuk memantau glukosa


sendiri.

Rasional : Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan temuan


glukosa darah serum secara periodic.

f.Diskusikan tentang dosis , jadwal dan tipe insulin.

Rasional : Pembagian dosis insulin mempertimbangkan kebutuhan


basal maternal dan rasio waktu makan.

g. Sesuaikan diet dan regimen insulin untuk memenuhi kebutuhan


individu.

Rasional : Kebutuhan metabolisme prenatal berubah selama


trimester pertama.

h. Observasi kadar Glukosa darah.

Rasional : Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun


bila kadar glukosa darah antara 60 – 100 mg/dl, sebelum makan

31
antara 60 -105 mg/dl, 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan
2 jam sesudah makan kurang dari 200 mg/dl.

b. Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis dan kebutuhan


tindakan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan informasi dan
tidak mengenal sumber informasi.

Kriteria evaluasi :

Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan,


Mengungkapkan pemahaman tentang prosedur, tes laboratorium dan
aktivitas yang melibatkan pengontrolan diabetes, Mendemonstrasikan
kemahiran memantau sendiri dan pemberian insulin.

Intervensi :

a. Kaji pengetahuan tentang proses dan tindakan terhadap penyakit


termasuk hubungan dengan diet, latihan, stres dan kebutuhan
insulin.

Rasional: Diabetes mellitus gestasional besisiko terhadap ambilan


glukosa yang tidak efektif dalam sel, penggunaan lemak dan
protein untuk energi secara berlebihan dan dehidrasi seluler saat air
dialirkan dari sel oleh konsentrasi hipertonik glukosa dalam serum.

b. Berikan informasi tentang cara kerja dan efek merugikan insulin


dan tinjau ulang alasan menghindari obat hipoglikemi oral. Dan
penambahan berat badan normal.

Rasional: Perubahan metabolik prenatal menyebabkan kebutuhan


insulin berubah. Trimester pertama kebutuhan insulin rendah tetapi
menjadi dua kali dan empat kali selama trimester kedua dan ketiga.
Meskipun insulin tidak melewati plasenta, agen hipoglikemi oral
dapat dan potensial membahayakan janin. Pembatasan kalori
dengan akibat ketonemia dapat menyebabkan kerusakan janin dan
menghambat penggunaan protein optimal.

32
c. Anjurkan mempertahankan pengkajian di rumah terhadap kadar
glukosa serum, dosis insulin, diet dan latihan.

d. Tinjau kadar Hb dan Ht, berikan informasi diet tentang sumber zat
besi dan suplemen zat besi.

c. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin


berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal,
makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.

Kriteria evaluasi :

Kehamilan cukup bulan, Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi


usia gestasi yang tepat, Bebas cedera, Menunjukkan kadar glukosa
normal, bebas tanda hipoglikemia

Intervensi :

a. Tinjau ulang riwayat pranatal dan kontrol maternal.

Rasional: Hiperglikemia maternal pada periode pranatal


meningkatkan makrosomia, membuat janin berisiko terhadap
cedera kelahiran karena distosia atau disporsia sefalopelvis. Kadar
glukosa maternal yang tinggi pada kelahiran meransang pankreas
janin, mengakibatkan hiperinsulinemia.

b. Periksa adanya glukosa atau keton dan albumin dalam urin ibu dan
pantau tekanan darah

Rasional: Peningkatan glukosa dan kadar keton menandakan


ketoasidosis yang dapat mengakibatkan asidosis janin dan potensial
cedera susunan syaeaf pusat.

c. Observasi tanda vital.

Rasional: Peningkatan infeksi asenden, dapat mengakibatkan sepsis


neonatal

33
d. Anjurkan posisi rekumben lateral selama persalinan.

Rasional: Meningkatkan perfusi plasenta dan meningkatkan


kesediaan oksigen untuk janin.

e. Lakukan dan bantu dengan pemeriksaan vagina untuk menentukan


kemajuan persalinan.

Rasional: Persalinan yang lama dapat meningkatkan resiko distres


janin.

f. Observasi frekuensi denyut jantung janin.

Rasional: Tacikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada


penurunan variabilitas menandakan kemungkinan hipoksia janin.

g. Lakukan pemberian cairan dekstrose 5% per parenteral.

Rasional: Mempertahankan normoglikemia tanpa pemberian


glukosa sampai persalinan aktif mulai. Kolaborasi dengan tim
medis lain sesuai indikasi.

d. Gangguan psikologis: ansietas berhubungan dengan situasi krisis atau


mengancam pada status kesehatan (maternal atau janin).

Kriteria evaluasi :

Mengungkapkan kesadaran tentang perasaan mengenai diabetes dan


persalinan, Menggunakan strategi koping yang tepat.

Intervensi :

a. Atur keberadaan perawat secara kontinu selama persalinan.

b. Jelaskan semua prosedur tindakan perawatan.

c. Pastikan respon yang ada pada pesalinan dan penatalaksanaan


medis. Kaji keefektifan sistem pendukung.

d. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.

34
e. Fasilitasi semua keluhan atas ungkapan perasaan

f. Informasikan kepada keluarga tentang kemajuan persalinan dan


keadaan janin.

35

Anda mungkin juga menyukai