Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah Mahasiswa dapat membandingkan
aktifitas antimikroba suatu senyawa kimia dibandingkan dengan fenol pada bahan
antiseptic dan desinfektan secara mikrobiologi melalui identifikasi secara
makroskopis
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai
antiseptik dan desinfektan.Tapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan
antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik.Antiseptik
tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat
keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah
satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan
dalam proses sterilisasi (Hermawan, 2007). Desinfektan dan antiseptik memiliki
sifat antimikroba.Cara kerja antimikroba antara lain:
a. Merusak DNA.
Sejumlah unsur antimikroba bekerja dengan merusak DNA.Unsur ini meliputi
radiasi pengion (ionisasi), sinar ultra ungu, dan zat-zat kimia reaktif DNA. Pada
kategori yang terakhir ini terdapat zat-zat alkilasi dan zat lain yang bereaksi secara
kovalen dengan basa purin dan pirimidin sehingga bergabung dengan DNAatau
membentuk ikatan silang antar untai. Penyinaran merusak DNA melalui beberapa
cara, misalnya sinar ultra ungu menyebabkan penyilangan diantara pirimidin yang
berdekatan pada salah satu untai yang sama dari dua untai polinukleotida,
membentuk dimer pirmidin. Radiasi pengion memecahkan untaian tunggal atau
2
ganda. Kerusakan DNA yang ditimbulkan karena penyinaran atau secara kimiawi
akan mematikan sel terutama karena mengganggu replikasi DNA (Jawetz et. al.,
1996).
b. Denaturasi protein.
Protein terdapat dalam keadaan tiga dimensi, terlipat, yang ditentukan oleh
pertautan disulfida kovalen intramolekul dan sejumlah pertautan nonkovalen
seperti ikatan ion, ikatan hidrofob, dan ikatan hidrogen.Keadaan ini
dinamakanstruktur tersier protein; struktur ini mudah terganggu oleh sejumlah
unsur fisikatau kimiawi, sehingga protein tidak dapat berfungsi lagi.Kerusakan
strukturtersier ini dinamakan denaturasi protein (Jawetzet. al., 1996).
Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik dan cara
kimia. Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi
umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi,
yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu
senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa
terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung
gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium
kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida (Pankey, 2014).
3
Koefisen fenol dihitung sebagai rasio pengenceran tertinggi dari disinfektan
(X) yang diuji, yang tidak mematikan organisme uji dalam waktu 5 menit (dalam
pengenceran fenol dalam keadaan fenol dalam keadaan dan waktu yang sama
(Irianto, 2006).
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis spesies
utama bakteri Gram-negatif. Bakteri ini ditemukan oleh Theodor Escherich. Pada
umumnya bakteri ini dapat ditemukan dalam usus besar manusia. E. Coli
merupakan anggota dari family Enterobacteriaceae. Ukuran sel dengan panjang 2,0
– 6,0 μm dan lebar 1,1 – 1,5 μm. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan
dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul. Bakteri ini aerobik dan dapat juga
aerobik fakultatif. E. Coli merupakan penghuni normal usus, seringkali
menyebabkan infeksi. E. Coli merupakan bakteri kemoorganotropik, mempunyai
tipe metabolisme fermentasi dan respirasi tetapi pertumbuhannya paling sedikit
banyak di bawah keadaan anaerob. Pertumbuhan yang baik pada suhu optimal 37°C
pada media yang mengandung 1% peptone sebagai sumber karbon dan nitrogen.
E.Coli memfermentasikan laktosa dan memproduksi indol yang digunakanuntuk
mengidentifikasikan bakteri pada makanan dan air. (Levinson, 2008).
4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Siapkan alat dan bahan kemudian hitung pengenceran larutan fenol dan
larutan antiseptic/desinfektan.
2. Buat larutan baku fenol dan antiseptic/desinfektan setelah dihitung dan
dibuat masing-masing 3 pengenceran pada fenol, antiseptic dan
desinfektan kemudian lakukan proses inokulasi
3. Proses inokulasi di lakukan secara aseptis dan pada menit ke 5’, 10’, dan
15’ setelah selasai lalu di inkubasi pada suhu 370C dengan waktu 24 jam
4. Setelah di inkubasi amati perubahan yang terjadi kemudian catat hasil yang
di amati lalu dimasukan ke dalam rumus koefisien fenol lalu Tarik
kesimpulan yang di dapat.
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Uji Desinfektan (So kiln lantai)
No Pengenceran 5 menit 10 menit 15 menit keterangan
1 1:90 - - - Medium bening
2 1:100 - - - Medium bening
3 1:110 + - - Keruh pada menit ke 5’
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan daya hambat suatu
sediaan yang berpotensi sebagai antiseptik atau desinfektan, dengan
membandingkannya terhadap standar fenol atau disebut juga koefisien fenol,
dengan menggunakan bakteri E.Colli. Konsentrasi larutan fenol yang digunakan
untuk pengujian adalah sebesar 2% karena pada konsentrasi 2% fenol sudah
tergolong efektif mendenaturasi protein dan merusak membran sel bakteri serta
6
aktif pada pH asam. Persyaratan koefesien fenol adalah jika didapat nilai
koefesien fenol antara 0,05 sampai 1, maka zat kimia uji adalah antiseptik atau
desinfektan yang kurang efektif, sedangkan jika nilai yang diperoleh lebih besar
dari 1, maka zat kimia uji adalah antiseptik atau desinfektan yang efektif.
Praktikum ini dilakukan dengan teknik aseptis, yaitu suatu sistem cara
bekerja yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme
untuk mencegah kontaminasi terhdap kultur mikroorganisme yang diinginkan.
Dasar digunakannya teknik aseptis adalah karena adanya banyak partikel debu
yang mengandung mikroorganisme, berupa bakteri atau spora, yang mungkin
dapat masuk ke dalam tabung reaksi atau mengendap di meja kerja. Pertumbuhan
mikroorganisme yang tidak diinginkan ini dapat mempengaruhi atau
mengganggu hasil praktikum.
Setalah penanaman di inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C lalu di amati
perubahan yang terjadi dan catat hasilnya. Hasil yang didapat kelompok disini
hanya perbadingan 1:100 untuk fenol, 1:90 untuk antiseptic dan desinfektan yang
memenuhi syarat untuk di masukan pada rumus koefisien fenol dan hasil yang
didapat >1 yang menunjukan bahwa antiseptic/desinfektan lebih baik dari fenol.
adapun kesalahan dalam praktikum yaitu terjadinya kontaminasi dikarenakan
pengerjaan yang kurang aseptis dari kelompok.
7
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Hana, W., & Wiwiek, T. (2007). Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (piper
betle l.) terhadap Pertumbuhan staphylococcus aureus dan escherichia
coli dengan Metode Difusi Disk. Universitas Erlangga.
9
LAMPIRAN
10