Anda di halaman 1dari 3

Perkembangan geologi daerah Banten dan sekitarnya diwakili oleh geologi daerah Bayah.

Bayah
adalah nama wilayah kecamatan di Kabupaten Lebak, Propinsi Banten, Indonesia. Terdiri dari
sembilan desa dengan total penduduk 37.828 jiwa, dan luas wilayah 15.471 hektar
[www.banten.go.id,2009].

Endapan batu bara ditemukan pada formasi Bayah. Endapan batu bara di daerah Banten terbagi
menjadi dua bagian yaitu batu bara yang berumur paleogen dan batu bara yang berumur neogen.
Batu bara berumur paleogen bernilai kalor 6500 – 7500 kkal/kg, tersebar di daerah Bayah,
Gunung Madur, Cisawarna, Cihideung, Cimandiri, Cisiih, dan Cikadu. Batu bara neogen bernilai
kalor sekitar 4600 – 5000 kkal/kg, tersebar di daerah-daerah Bojongmanik, Bambakarang,
Cipanas, dan sekitarnya [Purawiardi,2006].

Studi tentang kualitas batu bara berdasarkan analisa petrografi yang terkait dengan variasinya,
telah dilakukan juga di lapangan batu bara Banten. Untuk batu bara paleogen, dilakukan di
Bayah, Cimandiri dan Cihideung, sedangkan batu bara neogen dilakukan di Bojongmanik.
Contoh batu bara yang diambil berjumlah 28 buah. Berdasarkan penelitian, ada dua faktor yang
berperan terhadap kualitas batu bara tersebut, yakni efek panas (intrusi) dan efek umur. Pada
batu bara yang terpengaruh intrusi, exinite umumnya tidak dapat dibedakan dengan vitrinite.
Sehingga batu bara tersebut terlihat berisi kandungan vitrinite yang melimpah. Pada batu bara
yang tidak tersentuh oleh intrusi, batu bara mengandung vitrinite yang relatif sedikit dan maceral
exinitenya sangat umum terlihat.

Kehadiran intrusi juga berpengaruh terhadap peringkat batu baranya. Sehingga batu bara yang
berperingkat rendah terubah dan naik peringkatnya menjadi lebih tinggi. Peningkatan peringkat
batu bara ini tergantung sekali pada jaraknya dengan tubuh batuan intrusif, terutama terkait
dengan ukuran dan suhu batuan intrusif tersebut. Peringkat batu bara tersebut umumnya
dikendalikan pada tingkat suhu batuan intrusif dengan kondisi tekanan tertentu (kedalaman
batuan penutupnya). Peningkatan kedalaman, suhu dan tekanan pada periode waktu tertentu,
mengakibatkan peningkatan peringkat batu bara. Batu bara neogen ditutupi lapisan penutup
setebal 1.000 m (peringkat lebih rendah) dan batu bara paleogen tertutup setebal 4.000 m
(peringkat lebih tinggi) [Santoso,2005].

Potensi sumber daya batu bara di Banten sekitar 13,3 juta ton, dalam bentuk sumber daya,
tersebar di Kabupaten Lebak wilayah Banten bagian selatan. Secara umum Bayah memiliki
cadangan pertambangan berkapasitas 10.975.000 ton [Data Distamben Lebak, 2008]. Tabel
dibawah ini menunjukan kualitas sumber daya dan cadangan batu bara Propinsi Banten.

Pertambangan batu bara di Bayah yang selama ini sudah dilakukan adalah pertambangan rakyat
dengan metode under ground mining. Telah banyak analisa yang dilakukan untuk kepentingan
perdagangan guna mengetahui kualitas batu bara tersebut. Berikut Tabel dibawah yang
menggambarkan hasil analisa proximate dan ultimate batu bara Bayah Banten Selatan yang
dilakukan di Tekmira Bandung (catatan : hasil analisa hanya berlaku untuk sampel yang diuji)
[koestoer,1997].

https://regest.wordpress.com/2009/08/02/batu-bara-bayah-banten-selatan/
REPUBLIKA.CO.ID, Pada 1999, masyarakat Kampung Sangko, Desa Sawarna, Kecamatan
Bayah, Kabupaten Lebak-Banten, baru menemukan keberadaan batu bara di wilayah mereka.
Saat itu hanya ada segelintir orang yang mengetahuinya. Namun tiga tahun kemudian, warga
mulai berlomba melubangi tanah mereka dengan peralatan seadanya.

Meski perkembangan teknologi sudah sangat pesat, masyarakat Kampung Sangko lebih memilih
menambang batu bara dengan cara tradisional. Dengan bermodalkan kayu sebagai penopang dan
balincong sebagai pemecah batu, para penambang memasuki lubang dengan kedalaman lima
meter hingga 17 meter di dalam perut bumi. Rata-rata penambang-penambang tersebut
menghasilkan 1,5 ton batu bara per hari. Mereka menjualnya kepada pengepul seharga Rp 330
per kilo. Batu bara yang jumlahnya ratusan kubik itu diangkut keluar daerah setiap seminggu
sekali.

Salah seorang penambang, Agus (32 tahun) menuturkan, menambang batu bara memiliki risiko
yang sangat besar dan cukup berbahaya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di bawah sana.
“Namun hanya inilah pekerjaan yang paling menguntungkan bagi kami selain bertani,” tutur
Agus.

Ia mengatakan, di awal tahun ini, ada sebuah perusahaan yang mengeskploitasi tanah Kampung
Sangko untuk mengambil batu bara sebagai harta karun terpendam yang ada di dalamnya. Tak
lebih dari enam bulan, perusahaan itu bangkrut dan menyisakan lubang galian yang cukup luas.
Sebagian masyarakat memanfaatkan hal itu untuk mengambil batu bara yang tak sempat
terkeruk.

Sumber daya ala ini tidak dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat, sehingga terjadi
kerusakan ekosistem alam besar-besaran. Tak jarang juga ada korban berjatuhan karena
tertimbun longsor galian. Hal itu disebabkan karena para penambang tidak dibekali alat
keselamatan yang lengkap dan memadai sesuai dengan standar yang memadai.

Sumber : Republika

https://republika.co.id/berita/inpicture/rana/oet0qv314/penambang-batu-bara-tradisional-di-banten-5

Anda mungkin juga menyukai