Anda di halaman 1dari 2

Wulan Suci R (151411094)

Ektraksi padat cair atau biasa disebut leaching dilakukan untuk mengeluarkan zat
terlarut dari suatu padatan. Padatan yang digunakan pada praktikum leaching adalah
kunyit dengan pelarut yang digunakan berupa etanol. Senyawa yang akan diekstraksi
adalah kurkumin yang terdapat di dalam kunyit. Kurkumin adalah sebuah senyawa
pewarna alami kuning - oranye yang terdapat di dalam kunyit. Kurkumin bisa
dipisahkan dengan proses ekstraksi dengan meenggunakan pelatur etanol. Digunakan
etanol karena kurkumin dapat larut dalam alkohol dan asam asetat glasial. Karena
asam asetat glasial berbahaya maka digunakan pelarut etanol 96%. Kunyit yang
digunakan sebanyak 1 kg dengan jumlah pelarut etanol 96% sebanyak 30 L. Sebelum
diektraksi maka kunyit harus dihaluskan terlebih dahulu menjadi bagian bagian yang
sangat kecil, hal ini dilakukan agar proses ekstraksi berlangsung optimum. Karena
salah satu faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi menurut (Agung, 2005) adalah
ukuran partikel, dimana semakin kecil ukuran partikel akan memperbesar luas
permukaan kontak antara partikel dengan liquid akibatnya akan memperbesat heat
transfer material, dan akan memperkecil jarak diffusi.
Alat ekstraksi yang digunakan pada laboratorium Pilot Plant dilengkapi dengan
alat destilasi. Alat destilasi ini berfungsi untuk merecylce etanol 96% yang digunakan
sebagai pelarut agar dapat disirkulasi dan dapat digunakan kembali sebagai pelarut
dalam proses ekstraksi. Proses ektraksi kunyit dilakukan dengan beberapa tahap
dimana setiap tahap ekstraksi diambil ekstraknya dan proses pada setiap tahapnya
dilakukan secara batch. Ekstraksi yang digunakan adalah sistem ekstraksi silang
dimana operasi ekstraksi dimulai dengan pencampuran umpan padatan yang berupa
kunyit dengan pelarut (etanol 96%). Umpan yang diekstraksi pada tahap kedua
merupakan rafinat dari tahap pertama dan umpan pada tahap ketiga merupakan rafinat
dari tahap kedua. Proses ektraksi terjadi karena adanya interaksi antara pelarut dan
solut yang ada di dalam padatan. Terjadi perpindahan massa yang terjadi dari padatan
dan pelarut ketika pelarut berkontak dengan padatan (kunyit) sehingga pelarut masuk
ke dalam pori - pori padatan dan terjadi proses difusi solut pada pelarut dan
menyebabkan terjadinya perpindahan massa dari padatan ke pelarut yang
menghasilkan ekstrak.
Pada proses ekstraksi juga dilakukan proses pemanasan dengan menggunakan
steam dengan tekanan setam sebesar 1,5 bar. Proses pemanasan bertujuan untuk
meningkatkan suhu pelarut, karena kelarutan solut yang di ekstraksi akan bertambah
dengan bertambah tingginya suhu. Dan akan menambah besar difusi dan
menyebabkan kecepatan ekstraksi bertambah. Pada saat praktikum suhu kondensat
yang digunakan berkisar 760C. Ekstrak yang dihasilkan dibandingkan secara
kuantitatif yaitu dengan membandingkan warna ekstrak yang dihasilkan dan secara
kualitatif dilakukan pengecekan kekeruhan pada ekstrak.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan 3 tahap ektraksi dengan
3 hasil ekstrak. Dapat dilihat pada tabel 4.1 pada hasil tahap pertama ekstrak
kurkumin yang dihasilkan berwarna oranye kemerahan dan waktu proses ektraksi
berlangsung selama 38,5 menit. Diperoleh kekruhan pada sampel ekstrak tahap 1
sebesar 2,77 NTU. Pada tahap kedua dengan lama proses ektraksi selama 22 menit
didapatkan ekstrak dengan kekeruhan 30,57 NTU. Ekstrak pada tahap kedua berwarna
oranye kemerah-merahan yang warnanya lebih pekat dibandingkan dengan ekstrak
tahap kedua dapat dilihat dari nilai kekeruhan yang didapatkan. Sedangkan pada tahap
ketiga ekstak yang dihasilkan tetap berwarna oranye kemerahan namun terlihat lebih
muda dibandingkan dengan ektraks tahap pertama dan tahap kedua. Dengan nilai
kekeruhan 3,25 NTU. Proses ektraksi pada tahap pertama tidak begitu baik, hal ini
terjadi karena pada tahap pertama steam yang digunakan belum stabil sehingga
pelarut etanol yang mengambil solut tidak sebanyak etanol pada tahap kedua dan
menyebabkan solut yang terambil oleh solvent hanya sedikit. Sedangkan pada tahap
ketiga, jumlah solut yang
Nilai efisiensi proses yang didapatkan dari percobaan didapatkan
Tahap ke Waktu (menit) Kekeruhan Ekstrak (NTU) Efisiensi (%)
1 28,5 2,77 4,54
2 22 30,57 60,14
3 31 3,25 5,5

Nilai efisiensi proses yang paling tinggi adalah pada tahap kedua dengan nilai
efisiensi 60,14%. Hal ini terjadi karena kekeruhan ekstrak pada tahap kedua bernilai
paling besar, hal ini berarti pada tahap kedua pelarut mengambil zat terlarut (solut)
pada kunyit paling banyak dibandingkan dengan tahap yang lainnya. Dibuktikan juga
dengan warna ekstrak pada tahap kedua yang lebih pekat dibandingkan dengan tahap
pertama dan ketiga.

Anda mungkin juga menyukai