Anda di halaman 1dari 46

UJI KOMPARATIF EVALUASI STABILITAS FISIK SEDIAAN

SUSPENSI IBUPROFEN GENERIK DAN NAMA DAGANG

KARYA TULIS ILMIAH

Ignasius Ricky Patria Revandian

23121020

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3

BANDUNG

2015
Halaman Pengesahan

UJI KOMPARATIF EVALUASI STABILITAS FISIK SEDIAAN SUSPENSI

IBUPROFEN GENERIK DAN NAMA DAGANG

Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Sidang Ahli Madya


Program Pendidikan Diploma Tiga

Ignasius Ricky Patria Revandian

23121020

Bandung, September 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Fauzan Zein, M.Si., Apt Winasih Rachmawati, M.Si., Apt


UJI KOMPARATIF EVALUASI STABILITAS FISIK SEDIAAN
SUSPENSI IBUPROFEN GENERIK DAN NAMA DAGANG

ABSTRAK

Ketidakstabilan fisik merupakan masalah utama dalam suspensi yang


ditandai dengan adanya pemucatan warna, timbul bau, pemisahan fase,
pengendapan suspensi atau caking, perubahan konsistensi, terbentuknya gas atau
perubahan fisik lainnya. Di maysarakat telah berkembeng tentang mutu obat
dengan nama dagang yang lebih baik dari pada obat generik. Mutu obat salah
satunya ditentukan dari kestabilan fisik obat tersebut. Ibuprofen mempunyai sifat
tidak larut dalam air sehingga harus dibuat suspensi agar menghasilkan sediaan
yang stabil dalam bentuk cair. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui perbandingan stabilitas fisik suspensi ibuprofen generic dan
nama dagang sebagai suatu pendekatan untuk membandingkan mutu di antara
keduanya. Evaluasi stabilitas fisik yang dilakukan meliputi uji organoleptis, massa
jenis, viskositas, volume sedimentasi, redispersibilitas dan pH. Data uji stabilitas
dibandingkan dengan persyaratan-persyaratan yang ada terdapat dalam literatur
serta dianalisis menggunkan software IBM SPSS Statistik versi 21 (One Way
Anova). Hasil penelitian menunjukan bahwa selama penyimpanan selama 30 hari,
tidak terjadi perubahan stabilitas fisik. Pada penelitian ini sampel suspensi
ibuprofen generik menunjukkan hasil yang lebih baik dengan hasil dari uji
redispersibilitas dengan nilai 85%, dan uji massa jenis, volume sedimentasi dan
pH yang memenuhi syarat.

Kata kunci : suspensi, ibuprofen, stabilitas fisik


COMPARATIVE TEST OF PHYSICAL STABILITY OF

IBUPROFEN GENERIC SUSPENSION AND TRADE NAME

ABSTRACT

The main problem in the suspension is physical instability characterized


by bleaching the colors, smells, phase separation, sedimentation or caking
suspension, the consistency changes, the formation of gas or other physical
changes. In liberally applied has grown about the quality of the drug under the
trade name better than generic drugs. The quality of the drug was determined from
the physical stability of the drug. Ibuprofen has the properties are not soluble in
water so that the suspension should be made in order to produce stable
preparations in liquid form. Based on this study was conducted to compare the
physical stability of the suspension of ibuprofen generic and trade name as an
approach for comparing the quality between the two. Evaluation was conducted
on the organoleptic test, density, viscosity, sedimentation volume,
redispersionbility and pH. Stability test data as compared to existing requirements
contained in the literature and analyzed used the software IBM SPSS Statistics
version 21 (One Way Anova). The results showed that during storage for 30 days,
no change of physical stability. In this study, samples of generic ibuprofen
suspension showed better results with the results of the test redispersionbility with
a value of 85%, and test the density, sedimentation volume and pH eligible.

Keywords: suspension, ibuprofen, physical stability


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Uji Komparatif Evaluasi Stabilitas Fisik
Suspensi Ibuprofen Generik dan Nama Dagang”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada Program Studi D3 Farmasi di
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. Pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
Bapak Dr. Fauzan Zein, M.Si.,Apt selaku pembimbing I yang memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Ibu Winasih Rachmawati, M.Si.,Apt selaku pembimbing II yang memberikan
dukungan dan motivasi dalam membimbing penulis selama penyusunan Karya
Tulis Ilmiah.
Ibu Emma Emawati, S.T selaku pemeriksa redaksi dan abstrak yang telah
memberikan pengarahan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Orang tua yang selalu memberikan dukungan, semangat serta do’a nya.
Seluruh Staf Dosen Program Studi D3 Farmasi atas perkuliahan yang telah
diselenggarakan.
Ssemua pihak terkait dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari akan keterbatasannya dalam menyelesaikan penyusunan
Karya Tulis Ilmiah. Sehingga masih ada kekurangan dan ketidaksempurnaan
dalam penulisan kata-kata, tanda baca, maupun ejaan. Oleh karena itu penulis
mengharapan kritik dan saran dari para pembaca atau pengguna untuk
memperbaiki kesalahan dan kekurangan di dalam laporan ini.

Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca atau pengguna.

Bandung, September 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ……………………………………………………….. ii
ABSTRACT ………………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR ...................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI . ......................................... viii
DAFTAR TABEL . ............................................................................. ix
Bab I Pendahuluan ........................................................................ 10
I.1. Latar Belakang .................................................................... 10
I.2. Identifikasi Masalah ............................................................. 11
I.3. Tujuan Penelitian . ............................................................... 11
Bab II Tinjauan Pustaka . ................................................................ 12
II.1 Suspensi ............................................................................... 12
II.1.1 Formulasi Suspensi ............................................................. 13
II.1.2 Teknik Pembuatan Suspensi . .............................................. 15
II.1.3 Evaluasi Stabilitas Fisik Suspesi . ........................................ 18
II.2 Perbedaan Obat Generik, Paten dan Nama Dagang ............ 20
Bab III Metodologi Penelitian .......................................................... 23
Bab IV Alat dan Bahan …..……..………………………............... . 24
Bab V Prosedur Penelitian …………. .……………….................. 25
Bab VI Hasil dan Pembahasan …………...……………………….. 27
VI.1 Pengamatan Perubahan Organoleptis . ................................. 27
VI.2 Pengukuran Massa Jenis . .................................................... 28
VI.3 Pengukuran Viskositas . ....................................................... 30
VI.4 Pengukuran Volume Sedimentasi . ...................................... 31
VI.5 Pengamatan Redispersibilitas .............................................. 31
VI.6 Pengukuran pH . ................................................................... 32
Bab VII Kesimpulan . ........................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 36
LAMPIRAN………............................................................................ 37
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Perhitungan Massa Jenis ................................................. 41
Lampiran 2 Pengukuran Volume Sedimentasi dan Redispersibilitas 42
Lampiran 3 Pengukuran Massa Jenis Suspensi . ................................. 43
Lampiran 4 Pengukuran Viskositas Suspensi . ................................... 44
Lampiran 5 Pengukuran pH Suspensi . ............................................... 45
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 6.1 Hasil Pengukuran Massa Jenis Suspensi Ibuprofen
Generik Dan Nama Dagang . ........................................... 28
Gambar 6.2 Hasil pengukuran Viskositas Suspensi Ibuprofen
Generik Dan Nama Dagang . ........................................... 30
Gambar 6.2 Hasil Pengukuran Volume Sedimentasi Suspensi
Ibuprofen Generik dan Nama Dagang . ........................... 31
Gambar 6.3 Hasil Pengukuran pH Suspensi Ibuprofen Generik dan
Nama Dagang . ................................................................. 32
Gambar 8.1 Pengukuran Volume Sedimentasi dan Redispersibilitas . 38
Gambar 8.2 Pengukuran Massa Jenis Suspensi . ................................. 39
Gambar 8.3 Pengukuran Viskositas Suspensi . .................................... 40
Gambar 8.4 Pengukuran pH Suspensi . ................................................ 41
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Sifat-sifat Relatif Flokulasi dan Deflokulasi
Suatu Suspensi . ................................................................... 18
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Organoleptis . ......................................... 27
Tabel 6.2 Anova Massa Jenis Suspensi Ibuprofen Generik . ............... 28
Tabel 6.3 Anova Massa jenis Suspensi Ibuprofen Nama Dagang . ..... 28
Tabel 6.4 Anova pH Suspensi Ibuprofen Generik . ............................. 32
Tabel 6.5 Anova pH Suspensi Ibuprofen Nama Dagang . ................... 32
Tabel 6.6 Hasil Perhitungan Pada Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi
(𝑥̅ ± SD, n=3) . ..................................................................... 34
Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu teknolgi dalam bidang farmasi sangat berpengaruh dalam


meningkatkan mutu sediaan obat. Bahan-bahan yang digunakan harus
tercampurkan satu dengan lainnya untuk menghasilkan suatu produk obat yang
stabil. Obat-obat yang kelarutannya kecil dalam air merupakan suatu
permasalahan dalam industri farmasi. Salah satu obat yang praktis tidak larut
dalam air adalah ibuprofen. Ibuprofen merupakan obat analgetik, antipiretik dan
anti inflamasi. Oleh karena ibuprofen praktis tidak larut dalam air, maka dapat
dibuat dalam bentuk suspensi jika diinginkan sediaan dalam bentuk cair.

Masalah utama dalam suspensi adalah kestabilan fisiknya. Ketidakstabilan


fisik dari suspensi ditandai dengan adanya pemucatan warna, timbul bau,
perubahan atau pemisahan fase, pengendapan suspensi atau caking, perubahan
konsistensi, terbentuknya gas dan perubahan fisik lainnya.

Banyak sekali bentuk sediaan yang beredar di masyarakat, yang dikenal


diantaranya adalah sediaan suspensi ibuprofen generik atau sediaan suspensi
ibuprofen dengan nama dagang. Obat nama dagang adalah obat dengan nama
yang secara khusus dimiliki oleh pabrik atau distributor dan dapat digunakan
untuk membedakan produk obat tertentu dari produk pesaing. Dalam penggunaan
dan pemasyarakatan obat generik, salah satu hambatan utama adalah keraguan
tentang mutu khasiat obat generik, biasanya obat generik harganya lebih
terjangkau oleh masyarakat (murah). Ada anggapan yang berkembang di
masyarakat bahwa obat yang lebih murah identik dengan mutu yang kurang baik,
sebaliknya obat yang beredar dengan merek dagang dianggap lebih baik mutunya,
karena harganya jauh lebih mahal. Kesan ini ditimbulkan bahwa untuk
mendapatkan mutu yang baik tentunya dibutuhkan penelitian yang mendalam
dengan biaya produksi lebih tinggi, sehingga harga jualnya pasti lebih mahal.

Efek terapi obat salah satunya ditentukan oleh kestabilan fisik dari obat
tersebut dalam jangka waktu yang lama. Banyak faktor yang mempengaruhi
stabilitas suatu sediaan obat diantaranya temperatur, pH, kelembaban dan lain-
lain. Di samping itu yang menyebabkan ketidaksetaraan biologis antara sediaan
yang mengandung zat aktif yang sama dan dibuat dalam bentuk sediaan
farmasetika yang serupa serta diberikan dengan dosis yang sama dapat
dikarenakan adanya keanekaragaman yang besar (variability) antara individu
maupun antar produk obat.

Dengan demikian nilai stabilitas fisik dari suatu sediaan obat mempunyai
arti yang sangat penting dalam menilai mutu suatu produk obat.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, diperkirakan terdapat perbedaan


kestabilan fisik dari sediaan suspensi ibuprofen generik dan sediaan suspensi
ibuprofen dengan nama dagang, maka dari itu perlu dilakukan penelitian studi
komparatif evaluasi stabilitas fisik antara sediaan suspensi ibuprofen generik
dengan sediaan suspensi ibuprofen dengan nama dagang.

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan kestabilan fisik sediaan


suspensi ibuprofen generik dengan kestabilan fisik sediaan suspensi ibuprofen
dengan nama dagang sebagai suatu pendekatan untuk membandingkan mutu dan
khasiat di antara keduanya.
Bab II Tinjauan Pustaka

II.1 Suspensi
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat
yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus disebarkan secara
merata dalam pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat
minimum. (Ansel, 1989)
Menurut (Ansel, 1989) suspensi farmasi dapat didefinisikan sebagai dispersi
kasar dimana partikel padat yang tidak larut terdispersi dalam medium cair.
Syarat-syarat sediaan suspensi :
1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin kestabilan suspensi
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok
dan dituang.
5. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intratekal
6. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus
mengandung zat antimikroba
7. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
8. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat

Pada Pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan


jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk
suspensi yang akan diberikan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis ganda.
(Anief, 2007)

Macam dan jenis suspensi terdiri atas :


1. Suspensi oral
Sediaan cair mengandung partikel padat yang teridspersi dalam pembawa
cair dengan tambahan pengaroma untuk penggunaan oral
2. Suspensi topikal
Sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa
cair dan dengan tambahan pengaroma untuk penggunaan pada kulit
3. Suspensi tetes telinga
Sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa
cair dengan tambahan pengaroma untuk penggunaan bagian luar pada
telinga
4. Suspensi optalmik
Sediaan cari steril mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma untuk penggunaan pada mata
(Farmakope, 1979)
Keuntungan dan kerugian suspensi antara lain :
1. Keuntungan
Baik untuk pasien yang sukar menerima tablet atau kapsul, homogenitas
tinggi, lebih mudah diarbsorbsi daripada tablet karena luas permukaan
kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat, dapat menutupi rasa
tidak enak dan mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam
air.
2. Kerugian
Kestabilan rendah (pertumbuhan kristas, degedrasi), jika membentuk
caking sukar terdispersi kembali, homogenitas rendah, alirannya
menyebabkan sukar dituang, ketetapan dosis lebih rendah dari pada bentuk
sediaan larutan dan pada penyimpanan menjadi perubahan sistem dispersi.
(Anief, 2007)

II.1.1 Formulasi Suspensi


Hampir semua sistem suspensi memisah pada penyimpanan,
karena itu perhatian utama dalam pembuatan sediaan suspensi bukan untuk
mengeliminasi pemisahan, tetapi untuk menahan laju pengendapan dan
memberikan kemampuan tersuspensi kembali dengan mudah dari partikel
yang mengendap. Suspensi yang baik harus tetap homogen, untuk
menjamin keseragaman dosis obat setelah dikocok sebelum dituang. Tiga
hal utama yang sangat penting dalam pembuatan bentuk sediaan suspensi,
yaitu :
1) Memastikan bahwa partikel benar-benar terdispersi dengan baik dalam
cairan.
2) Meminimalkan pengendapan dari partikel kecil yang terdispersi.
3) Mencegah terjadinya caking dari partikel-partikel ini ketika terjadinya
pengendapan
Suatu Suspensi secara umum mengandung formula sebagai berikut :
1. Bahan obat
Bahan obat yang digunakan dalam suatu formula suspensi adalah
bahan obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air dan mempunyai
rasa kurang menyenangkan.
2. Bahan tambahan
a. Bahan Pensuspensi / suspending agent
Fungsinya adalah untuk memperlambat pengendapan, mencegah
penurunan partikel, mencegah penggumpalan resin dan bahan
berlemak.
Penggolongan Suspending Agent :
i. Golongan Polisakarida, terdiri dari :
- Gom Akasia ( Gom Arab )
- Tragakan
- Na – Alignat ( Sodium Alignat )
- Starch ( Amylum )
- Karagen ( Chondrus Extract )
- Xanthan Gum ( Polysaccharide B-1459 / Corn Sugar Gum )
- Guar Gum ( Guar Flour )
ii. Turunan Selulosa, dapat berupa :
- Metilselulosa
- CMC Na ( Carboksimetil selulosa )
- Avicel
- Hidroksi Etil Selulosa
iii. Golongan Clay, misalnya :
- Bentonit
- Alumunium-Magnesium Silikat ( Veegum )
- Hectorite
Hectorite adalah salah satu senyawa mineral berbentuk tanah liat.
iv. Polimer Sintetik contohnya golongan Carbomer
b. Bahan Pembasah ( Wetting Agent ) / Humektan
Fungsi dari bahan pembasah adalah untuk menurunkan tegangan
permukaan bahan dengan air memperkecil sudut kontak, dan
meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut ( hidrofob ).
c. Pemanis
Fungsinya adalah untuk memperbaiki rasa dari sediaan.
d. Pewarna dan Pewangi
Penggunaan pewarna dan pewangi harus serasi.
e. Pengawet
Pengawet sangat dianjurkan jika dalam sediaan tersebut mengandung
bahan alam, atau bila mengandung larutan gula encer karena dapat
merupakan tempat tumbuh mikroba. Selain itu, pengawet diperlukan
juga bila sediaan dipergunakan untuk pemakaian berulang ( multiple
dose ).
f. Antioksidan, bila perlu
g. Pendapar
Fungsi zat pendapar dalam sediaan adalah untuk mengatur pH,
memperbesar kerja pengawet, dan meningkatkan kelarutan zat
berkhasiat / obat. (Anief, 2007)

II.1.2 Teknik Pembuatan Suspensi


Yang harus diketahui dalam pembuatan suatu suspensi yaitu,
karakteristik fase terdispersi dan medium terdispersinya. Dalam hal zat
terdispersi harus mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk digunakan
dan dengan mudah dapat dibasahi oleh pembawa selama penambahannya.
Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya digunakan sebagai zat
pembasah, bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase
terdispersinya. Begitu serbuk dibasahi medium dispersi (yang telah
ditambah semua komponen-komponen formulasi yang larut seperti
pewarna, pemberi rasa, dan pengawet) tambah sedikit demi sedikit serbuk
tersebut, dan campuran itu diaduk secara homogen sebelum penambahan
pembawa berikutnya.
Suspensi dapat dibuat dengan cara :
1. Metode Dispersi
Dalam metode ini untuk pembuatan suspensi, senyawa harus diformula
sehingga fase padat dapat dengan mudah dibasahi dan didispersikan.
Suspensi dapat dibuat dengan mendispersi serbuk yang terbagi halus
dalam cairan pembawa. Surfaktan dapat digunakan untuk menjamin
pembasahan zat padat hidrofobik seragam. Penggunaan zat pensuspensi
seperti polielektrolit, polimer sintesis, gom alam. Metode sebenarnya dari
pendispersian zat padat merupakan salah satu hal yang lebih penting,
karena pengurangan ukuran partikel mungkin dihasilkan dari proses
dispersi. (Anief, 2007)
2. Metode Pengendapan
Ada tiga metode pengendapan yang dibicarakan yaitu pengendapan
pelarut organik, pengendapan yang dipengaruhi oleh pH, dan penguraian
rangkap.
Obat – obat yang tidak larut dalam air dapat diendapkan dengan
melarutkannnya dalam pelarut-pelarut organik yang bercampur dengan air,
dan kemudian menambahkan fase organik ke air murni dibawah kondisi
standar. Contoh pelarut organik yang digunakan adalah etanol, metanol,
propilenglikol dan polietilenglikol. Di samping pengaruh pelarut terhadap
karakteristik kristal, faktor – faktor tambahan yang perlu dipertimbangkan
kemungkinan penyiapan dibawah kondisi steril, penyerapan pelarut yang
melekat dan akibat toksisitas, rasio volume dari fase organik ke fase air,
laju dan metode penambahan satu fase ke lainnya. Pengontrolan
temperatur (laju pendinginan dan kondisi pengeringan) metode
pengeringan endapan (udara yang ditekan, vakum, pengeringan beku) dan
akhirnya pencucian endapan tersebut.
Metode pengubahan pH medium bisa jadi lebih membantu dan tidak
menimbulkan kesulitan yang serupa dengan endapan pelarut organik.
Metode pengubahan pH hanya dipakai pada obat dimana kelarutannya
tergantung pH, sebagai contoh, suspensi Estradiol dapat dibuat dengan
merubah pH dari larutan airnya. (Lachman, 1994)
Dalam membuat suspensi yang stabil secara fisika, pendekatan yang
biasa digunakan antara lain penggunaan pembawa berstruktur untuk
menjaga partikel-partikel yang mengalami deflokulasi dalam suspensi dan
penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk menghasilkan fokulat
(gumpalan yang walaupun cepat mengendap, tetapi mudah didispersikan
kembali dengan sedikit pengocokan untuk mencegah pengendapan dari
flokulat) maka ditambahkan suatu zat pensuspensi misalnya CMC,
veegum, tragakan atau bentonit. (Martin, 1993)
Pada pembuatan suspensi dikenal dua macam sistem, yaitu :
1. Sistem Flokulasi
2. Sistem Deflokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat
mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah
terdispersi kembali sedangkan dalam sistem deflokulasi partikel
mengendap perlahan tapi lebih lambat dari sistem flokulasi dan akhirnya
membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi dan akhirnya membentuk
cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Tabel 2.1 Perbedaan Sifat-sifat Relatif Flokulasi dan Deflokulasi Suatu
Suspensi

Deflokulasi Flokulasi
1. Partikel Suspensi dalam keadaan 1. Partikel merupakan agregat yang
terpisah dengan yang lain bebas
2. Kecepatan sedimentasi lambat 2. Kecepatan sedimentasi besar,
karena masing – masing partikel karena partikel mengendap
mengendap terpisah dan ukuran sebagai flok yaitu kumpulan
partikel adalah minimal partikel
3. Sedimen terbentuk lambat 3. Sedimen terbentuk cepat
4. Akhirnya sedimen akan saling 4 Sedimen dalam keadaan
lebih dekat (rapat) sehingga terbungkus dan tak membentuk
membentuk cake yang keras dan cake yang keras dan padat dan
sukar untuk terdispersi kembali mudah terdispersi
5. Wujud suspensi menyenangkan 5. Wujud suspensi kurang
karena zat terdispersi dalam menyenangkan kelihatannya
waktu relatif lama. Terlihat ada sebab terjadinya sedimentasi dan
endapan dan cairan atas berkabut diatasnya terjadi daerah cairan
jernih yang nyata.

II.1.3 Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi


Stabilitas suspensi dalam farmasi adalah suatu kondisi dimana
partikel-partikel tidak membentuk agregat dan partikel tersebut homogen
saat terjadi dispersi. Hal ini jarang sekali diperoleh tetapi ada suatu
ketentuan bahwa walaupun partikel-partikel itu mengendap maka akan
dapat tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. (Martin, 1993)
Teknik yang dipakai untuk mengevaluasi sistem heterogen seperti
suspensi umumnya sangat kompleks dan hasilnya belum dapat dikatakan
memuaskan. Semua prosedur uji ada keterlibatannya. Oleh karena itu
hasilnya harus diuji dengan hati-hati dan bisa ditafsirkan. Uji pendekatan
yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi suspensi tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Volume Sedimentasi
Untuk menghasilkan suatu sistem homogen, maka pengukuran
volume endapan dan mudahnya endapan mendispersi membentuk dua
prosedur evaluasi dasar yang umum.
Suatu suspensi dianggap sebagai suspensi yang sempurna apabila
terdeflokulasi, yaitu volume akhir sedimen realtif kecil, volume ini ditulis
berdasarkan persamaan
𝐹 = 𝑉𝑢/𝑉𝑜
Penilaian dari redispersibilitas juga penting, untuk membantu
kuantitas parameter ini, digunakan pengaduk mekanis yang dapat
menggambarkan gerak tangan manusia selama proses pengadukan hingga
dapat memberi hasil yang dapat diulang.

2. Metode Reologi

Metode ini dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku


pengendapan dan pengaturan pembawa dan sifat yang menonjol mengenai
susunan partikel dengan tujuan untuk perbandingan. Penentuan sistem
suspensi secara reologi umumnya adalah dengan kecepatan yang tinggi
daripada sistem yang harus dibuat uniform sebelum dievaluasi. Sekarang,
penting menggunakan kecepatan gesek yang rendah sebagai contoh
suspensi didiamkan tak terganggu, dengan alasan pokok adalah kenyataan
struktur yang terjadi pada penyimpanan itulah yang harus dievaluasi.
Metode ini meliputi penggunaan viscometer Brookfield. Data yang
diperoleh pada sampel yang berbeda lama penyimpanan menunjukkan
kemungkinan dapat terjadi perubahan yang tidak diingini. Suspensi yang
baik akan menunjukkan kenaikan kecepatan yang terkecil, dengan kata
lain kurva yang terjadi menunjukan garis horizontal dalam waktu lama.

3. Perubahan Ukuran Parikel


Untuk menekankan tujuan pemeriksaan, stabilitas suspensi
digunakan cara freezing thaw cycling, yaitu dengan cara menurunkan suhu
sampai titik beku lalu dinaikan sampai mencari kembali ( > titik beku ).
Cara ini menaikkan pertumbuhan kristal dan dapat menunjukkan
kemungkinan keadaan berikutnya setelah disimpan lama pada temperatur
kamar. Yang pokok yaitu menjaga tidak akan terjadi perubahan dalam
ukuran partikel, distribusi ukuran partikel dan sifat kristal.
Meskipun freezing thaw cycling berguna sebagai pegangan, tapi
informasi stabilitas suspensi yang paling baik adalah diperoleh dari
suspensi yang disimpan pada penyimpanan suhu kamar.

4. Teknik Elektrokinetik
Digunakan aplikasi elektroforese dengan menggunakan alat
mikroelektroforese, yang mampu mengukur laju migrasi dari partikel yang
berhubungan dengan adanya muatan listrik permukaan yang disebut zeta
potensial, dengan satuan waktu, viskositas, mobilitas elektroforese dalam
volt. Stanko dan De Kay menunjukan bahwa zeta potensial dapat berubah
dengan penambahan zat tambahan yang berhubungan dengan stabilitas
suspensi.
Haines dan Martin mendapatkan adanya hubungan antara zeta
potensial dengan elektroforese dilihat secara mikroskopik, dan diperoleh
bahwa zeta potensial tertentu akan menghasilkan suspensi yang lebih
stabil, sebab flokulasi dapat terkontrol dan ditingkatkan. (Anief, 2007)

II.2 Perbedaan Obat Generik, Paten dan Nama Dagang


Pengertian obat menurut Food and Drug Administration (FDA) dapat
didefinisikan sebagai berikut :
a. Suatu zat yang diketahui sebagai formula atau farmakope yang resmi.
b. Suatu zat yang digunakan untuk pendiagnosaan, pengobatan, mitigasi
dan penatalaksanaan atau pencegahan dari suatu penyakit.
c. Suatu zat (selain makanan) yang digunakan untuk mempengaruhi
struktur atau fungsi tubuh.
d. Suatu zat yang digunakan sebagai komponen dari obat namun bukan
sebuah alat atau sebuah komponen, bagian atau aksesori dari sebuah alat.
e. Produk biologis yang termasuk dalam definisi dan umumnya dilindungi
oleh beberapa aturan-aturan dan hukum-hukum, tetapi terdapat
perbedaan terhadap proses pembuatannya (proses kimia dengan proses
biologi).
Dalam dunia farmasi, dikenal 3 jenis obat, yaitu :
1. Obat Generik
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan
dalam Farmakope Indonesia dan INN (International Non-proprietary
Names) dari WHO untuk zat kimia yang dikandungnya. (farmakologi,
2009). Obat generik berlogo adalah obat esensial yang tercantum dalam
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan mutunya terjamin karena
diproduksi sesuai dengan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dan diuji ulang oleh Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan (PPOM Depkes). PPOM Depkes sekarang telah
menjadi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

2. Obat Paten
Obat paten adalah hak paten yang diberikan kepada industri farmasi pada
obat baru yang baru ditemukan berdasarakan riset industri farmasi tersebut
dan diberi hak paten untuk memproduksi dan memasarkannya, setelah
melalui berbagai tahapan uji klinis sesuai aturan yang telah ditetapkan secara
internasional.
Obat paten dirumuskan sebagai obat jadi dengan nama dagang yang
terdaftar atas nama pembuat atau yang dikuasakannya. Menurut UU No.14
tahun 2001 masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20
tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia
untuk memproduksi obat yang dimaksud. Perusahaan lain tidak
diperkenankan untuk memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali
jika memiliki perjanjian khusus dengan pemilik paten. (farmakologi, 2009).
Contoh obat paten adalah Amoxil® (amoksisilin). Antibiotik ini
ditemukan tahun 1972 oleh Beecham, perusahaan farmasi Inggris yang
sekarang menjadi Glaxosmithkline. Selama sepuluh tahun, Beecham
memperoleh keuntungan dari monopoli penjualan amoksisilin di seluruh
dunia.
3. Obat Nama Dagang / Generik Bermerek
Obat nama dagang atau generik bermerek adalah obat generik tertentu
yang diberi merek dagang sesuai sesuai kehendak produsen obat. Biasanya
salah satu suku katanya mencerminkan nama produsennya. Contoh natrium
diklofenak (nama generik) di pasaran memiliki berbagai nama dagang,
misalnya voltaren, voltadex, klotaren, voren, divoltar dan lain-lain. Obat
nama dagang dapat digunakan untuk membedakan produk obat tertentu dari
produk pesaing.
Bab III Metodologi Penelitian

Evaluasi stabilitas fisik suspensi ibuprofen generik dan nama dagang yang
dilakukan meliputi pengambilan sampel, pengamatan organoleptis seperti warna,
bau dan rasa, volume sedimentasi, kemampuan redispersi (redispersibilitas),
massa jenis, dan pengukuran pH yang dilakukan dengan menyimpan sediaan pada
suhu ruangan tanpa terpapar cahaya selama 30 hari dan dievaluasi setiap 7 hari
yaitu pada hari ke 1, 7, 14, 21, dan 30.
Bab IV Alat dan Bahan

IV.1 Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi 20 botol suspensi
ibuprofen generik dan 20 botol suspensi ibuprofen dengan nama dagang.

IV.2 Alat
Corong (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), piknometer (Pyrex), viscometer
Brookfield RV, volume sedimentasi (Pyrex), pH meter Mettler Toledo, gelas kimia
(Pyrex), vial, serta alat2 lainnya.
Bab V Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah suspensi generik dan
nama dagang dengan kandungan tunggal yang sama yaitu ibuprofen. Sampel
diambil sebanyak masing-masing 20 botol dengan ketentuan nomor batch yang
sama dan volume yang sama yaitu 60ml.

2. Pengamatan Organoleptis
Pemeriksaan Organoleptis suspensi generik ibuprofen dan nama dagang
dilakukan dengan menilai perubahan warna, bau dan rasa pada sampel dengan
waktu penyimpanan selama 30 hari, diamati pada hari ke 1,7,14,21 dan 30 dan
disimpan pada suhu kamar tanpa terpapar cahaya.

3. Massa Jenis
Piknometer kosong yang bersih dan kering ditimbang . Kemudian aquadest
dimasukkan ke dalam piknometer dan ditimbang beratnya. Piknometer
dibersihkan dan dikeringkan. Suspensi Ibuprofen dimasukkan ke dalam
piknometer, kemudian ditimbang beratnya. Massa jenis suspensi ibuprofen
ditentukan menggunakan persamaan 1.
𝑐−𝑎
𝜌 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 𝑏−𝑎 𝜌 𝑎𝑖𝑟 ………… (1)

Keterangan :

ρ = massa jenis
c = bobot piknometer yang berisi sampel
b = bobot piknometer yang berisi aquadest
α = bobot piknometer kosong

4. Viskositas
Penentuan Viskositas dilakukan menggunakan alat viscometer Brookfield
RV dengan sampel suspensi ibuprofen generik dan suspensi ibuprofen dengan
nama dagang. Sampel dimasukkan ke dalam wadah. Sampel dinaikkan hingga
tanda batas pada dayung/spindel terendam, tepat letaknya di tengah sampel.
Dilakukan pengaturan nomer spindel yaitu spindel no.2 dan jumlah rpm yang
diinginkan yaitu 0,5 rpm, mesin dijalankan dengan menekan tombol on/off. Hasil
yang dicatat meliputi satuan viskositas (poise), nomer spindel dan jumlah rpm
yang telah dilakukan.

5. Volume Sedimentasi
Suspensi Ibuprofen dimasukkan kedalam gelas ukur 10 mL dan disimpan
pada suhu kamar serta terlindung dari cahaya secara langsung. Volume suspensi
ibuprofen yang diisikan merupakan volume awal (Vo). Perubahan volume diukur
dan dicatat setiapa minggu selama 30 hari tanpa pengadukan hingga tinggi
sedimentasi konstan. Volume tersebut merupakan volume akhir (Vu). Volume
sedimentasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.

𝐹 = 𝑉𝑢/𝑉𝑜 …………… (2)

Keterangan :

F = Volume sedimentasi
Vu = Volume akhir
Vo = Volume awal

6. Redispersibilitas
Uji redispersi dilakukan setelah evaluasi sedimentasi selesai dilakukan.
Gelas ukur berisi suspensi ibuprofen yang telah dievaluasi volume sedimentasinya
diputar 180 derajat dan dibalikkan ke posisi semula. Kemampuan redispersi baik
bila suspensi telah terdispersi sempurna dan diberi nilai 100%. Setiap
pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama, maka akan menurunkan nilai
redispersi sebesar 5%.

7. Pengukuran pH
Alat pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar pH 4 dan pH 7. Suspensi
Ibuprofen dimasukkan kedalam wadah khusus pada pH meter secukupnya.
Setelah pH meter menunjukan posisi yang tetap, pH yang ditampilkan pada layar
digital pH meter dicatat.
Bab VI Hasil dan Pembahasan

VI.1 Pengamatan Perubahan Organoleptis

Sediaan suspensi ibuprofen generik dan nama dagang disimpan pada suhu
kamar tanpa terpapar cahaya selama 30 hari dan diamati perubahan warna, rasa,
dan aromanya setiap minggu atau pada hari ke 1, 7, 14, 21, dan 30. Hasil
pengamatan yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Organoleptis


Waktu Penyimpanan ( hari )
Organoleptis Sampel
1 7 14 21 30
Generik - - - + +
Bau
Nama Dagang - - + - +
Generik - - - + -
Warna
Nama Dagang - - + + -
Generik - - - + +
Rasa
Nama Dagang - - + + +

Keterangan :
+ : Ada perubahan
- : Tidak ada perubahan

Berdasarkan hasil pengamatan organoleptis meliputi warna, bau dan


rasa yang diamati setiap 7 hari sekali pada sediaan suspensi generik
ibuprofen dan paten dapat terlihat perubahan organoleptis pada masing-
masing suspensi ibuprofen tersebut. Pada suspensi ibuprofen generik
mengalami perubahan pada aroma/bau yang awalnya beraroma jeruk
berubah semakin samar dan menjadi berbau seperti obat. Perubahan pada
warna yang terjadi adalah awalnya bewarna jingga cerah berubah menjadi
jingga kekuningan. Sedangkan perubahan rasa pada suspensi generik
ibuprofen yaitu berkurangnya rasa jeruk yang awalnya kuat. Pada suspensi
ibuprofen dengan nama dagang perubahan aroma/bau yang terjadi yaitu
perubahan yang awalnya memiliki aroma stroberi berubah menjadi berbau
obat yang pekat. Perubahan pada warna yang terjadi adalah awalnya
berwarna merah muda pekat cerah berubah menjadi merah muda pudar.
Sedangkan perubahan rasa yang terjadi yaitu perubahan rasa stroberi yang
awalnya kuat.
Perubahan organoleptis yang terjadi selama 30 hari penyimpanan
suspensi menandakan bahwa adanya ketidakstabilan pada sediaan suspensi
ibuprofen ini. Perubahan organoleptis yang terjadi pada sediaan suspensi
dapat diakibatkan oleh ketidakseragaman distribusi bahan penyusun
suspensi, pertumbuhan kristal atau adanya perubahan pada partikel obat.

VI.2 Pengukuran Massa Jenis

Pengukuran Massa Jenis

1.2

0.8
Massa Jenis
g/cm³

0.6 Generik

0.4 Nama Dagang

0.2

0
1 7 14 21 30
Hari Ke-

Gambar 6.1 Hasil Pengukuran Massa Jenis Suspensi Generik


Ibuprofen dan Nama Dagang
Tabel 6.2 ANOVA Massa Jenis Suspensi Ibuprofen Generik
MassaJenis

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .008 4 .002 188.939 .000


Within Groups .000 10 .000
Total .008 14

Tabel 6.3 ANOVA Massa Jenis Suspensi Ibuprofen dengan Nama Dagang
MassaJenis

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .002 4 .001 4.989 .018


Within Groups .001 10 .000
Total .003 14

Hasil uji massa jenis yang ditunjukan pada gambar 6.1, diketahui bahwa
sediaan suspensi ibuprofen generik dan nama dagang telah memenuhi syarat
massa jenis suspensi yaitu >1,00 g/cm³ karena pada sediaan suspensi ibuprofen
ini pembawa yang digunakan adalah berupa air. Pada sediaan suspensi, jika
pembawa yang digunakan adalah air, maka massa jenis yang dihasilkan umumnya
lebih besar dari pada massa jenis pembawanya dan merupakan sifat yang
diharapkan ( (Ansel, 1989). Massa jenis pada sampel suspensi ibuprofen generik
menurun seiring bertambahnya waktu penyimpanan, sedangkan pada suspensi
ibuprofen dengan nama dagang terjadi perubahan yang fluktuatif. Perubahan
massa jenis pada suspensi dapat disebabkan oleh ketidakseragaman distribusi
bahan penyusun suspensi. Namun perubahan yang terjadi tidak terlalu signifikan.
Tidak adanya perubahan massa jenis yang signifikan pada masing-masing sampel
diperkuat dengan hasil uji One Way Anova. Nilai p<0,05 menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang signifikan dari massa jenis suspensi ibuprofen generik dan
nama dagang dari hari ke hari selama penyimpanan 30 hari.
VI.3 Pengukuran Viskositas

Pengukuran Viskositas

50.000
45.000
40.000
35.000
Viskositas

30.000
(poise)

25.000 Generik
20.000
Nama Dagang
15.000
10.000
5.000
0.000
1 7 14 21 30
Hari Ke-

Gambar 6.2 Hasil Pengukuran Viskositas Suspensi Generik


Ibuprofen dan Nama Dagang

Dari hasil pengukuran viskositas terjadi perubahan yang fluktiatif pada


masing-masing sampel suspensi ibuprofen. Perubahan viskositas tidak terlepas
dari ukuran partikel suspensi. Berdasarkan Hukum Stokes dinyatakan viskositas
suspensi berbanding lurus dengan diameter partikel. Viskositas suspensi
dinamakan baik apabila kurva menunjukkan garis horizontal untuk waktu yang
lama. (Anief, 1994)
VI.4 Pengukuran Volume Sedimentasi

Pengukuran Volume Sedimentasi

1
0.9
0.8
0.7
Sedimentasi

0.6
Volume

0.5 Generik
0.4
Nama Dagang
0.3
0.2
0.1
0
0 1 7 14 21 30
Hari Ke-

Gambar 6.3 Hasil Pengukuran Volume Sedimentasi Suspensi


Ibuprofen Generik dan Nama Dagang

Berdasarkan hasil pengukuran volume sedimentasi menunjukan nilai F=1


dan F mendekati 1 pada sediaan suspensi ibuprofen generik maupun suspensi
ibuprofen dengan nama dagang. Jika nilai F mendekati 1 atau F = 1 suspensi yang
dihasilkan stabil (Martin.A, 1993). Perbandingan pengukuran volume sedimentasi
sampel suspensi ibuprofen generik dan suspensi ibuprofen dengan nama dagang
dapat dilihat pada gambar diagram 6.3.

VI.5 Pengamatan Redispersi

Berdasarkan hasil pengamatan Redispersi, sediaan suspensi ibuprofen


generik memiliki nilai kemampuan redispersi sebesar 85% dimana butuh tiga kali
pengulangan pada uji redispersi untuk sampel yang sama. Sedangkan untuk
sediaan suspensi ibuprofen dengan nama dagang memiliki nilai kemampuan
redispersi sebesar 75% dimana butuh lima kali pengulangan pada uji redispersi
untuk sampel yang sama. Dari data yang diperoleh, sediaan suspensi ibuprofen
generik memilik kemampuan redispersi lebih baik dibandingkan dengan sediaan
suspensi ibuprofen dengan nama dagang.
VI.6 Pengukuran pH

Pengukuran pH

4.5
4
3.5
3
2.5
pH

2 Generik

1.5 Nama Dagang

1
0.5
0
0 1 7 14 21 30
Hari Ke-

Gambar 6.4 Hasil Pengukuran pH Suspensi Generik Ibuprofen dan


Nama Dagang

Tabel 6.4 ANOVA pH Suspensi Generik Ibuprofen


pH

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups .045 4 .011 7.624 .004
Within Groups .015 10 .001
Total .060 14

Tabel 6.5 ANOVA pH Suspensi Paten Ibuprofen


pH

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .032 4 .008 3.677 .043


Within Groups .022 10 .002
Total .054 14
Berdasarkan hasil pengukuran pH yang ditunjukan gambar diagram 6.2
dapat diketahui bahwa masing-masing sediaan suspensi memenuhi syarat uji pH
suspensi ibuprofen untuk pemakaian oral yaitu berada pada rentang 3,5 – 5,0
(Gowan,1994). Penurunan pH pada sediaan masing-masing suspensi ibuprofen
terjadi seiring dengan beratambahnya waktu penyimpanannya. Selain itu, faktor
terkontaminasinya suspensi dengan lingkungan sehingga terjadinya penguraian
senyawa yang bersifat asam seperti ibuprofen juga dapat menjadi penyebab
perubahan pH suspensi. Namun tidak ada perubahan yang signifikan dari masing-
masing sediaan suspensi ibuprofen. TIdak adanya perubahan pH yang signifikan
pada sampel suspensi ibuprofen generik dan nama dagang diperkuat dengan hasil
uji One Way Anova dimana nilai p<0,05 menunjukkan tidak adanya perubahan
pH yang signifikan pada suspensi ibuprofen generik dan nama dagang dari hari ke
hari selama penyimpanan 30 hari.
Tabel 6.6
Hasil Perhitungan Pada Evaluasi Stabilitas Fisik (𝑋̅ ± SD, n=3)

Waktu Redispersi
Sampel ρ(g/cm³) ŋ (poise) F pH
(hari) (%)
1 1,125 ± 0,003 46,656 1,00 ± 0,00 4,04 ± 0,00
7 1,124 ± 0,004 34,800 1,00 ± 0,00 4,03 ± 0,01
14 Generik 1,114 ± 0,003 43,333 1,00 ± 0,00 3,98 ± 0,02 85,00 ± 0,00
21 1,100 ± 0,002 39,347 1,00 ± 0,00 3,97 ± 0,06
30 1,063 ± 0,004 35,400 0,98 ± 0,00 3,91 ± 0,08
1 1,042 ± 0,003 49,333 1,00 ± 0,00 4,08 ± 0,00
7 1,045 ± 0,022 39,600 1,00 ± 0,00 4,04 ± 0,02
Nama
14 1,020 ± 0,002 33,666 1,00 ± 0,00 4,02 ± 0,02 75,00 ± 0,00
Dagang
21 1,024 ± 0,002 39,467 0,97 ± 0,00 3,98 ± 0,03
30 1,014 ± 0,005 36,000 0,97 ± 0,00 3,92 ± 0,07

Keterangan
ρ = Massa Jenis
ŋ = Viskositas
F = Volume Sedimentasi
Bab VII Kesimpulan

Stabilitas fisik dari kedua sampel suspensi ibuprofen generik dan suspensi
ibuprofen dengan nama dagang tidak stabil secara organoleptis. Kedua sampel
menunjukkan hasil uji stabilitas massa jenis, volume sedimentasi, redispersibilitas
dan pH yang memenuhi syarat. Stabilitas suspensi yang paling stabil adalah
suspensi ibuprofen generik dengan uji stabilitas massa jenis, volume sedimentasi
dan pH yang memenuhi syarat serta hasil uji redispersibilitas yang lebih baik
dibandingkan dengan suspensi ibuprofen dengan nama dagang.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C. 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Diterjemahkan oleh


Ibrahim Farida. Edisi Empat, UI press, Jakarta, 353-375.
Anief, M. 1994, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, 141-155.

Lachman L. 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi ketiga, UI Press,
Jakarta, 985-1015.
Emilia, Wintari Taurina, Andhi Fahruroji. (2013), Formulasi dan Evaluasi
Stabilitas Fisik Suspensi Ibuprofen Dengan Menggunakan Natrosol
HBR Sebagai Bahan Pensuspensi, Jurnal Ilmiah, Universitas Tanjungpura,
Pontianak.
Staff Pengajar Departemen Farmakologi. 2009, Kumpulan Kuliah Farmakologi,
Edisi dua, EGC, Jakarta, 7-9.
Gowan, W. G. 1994. Aqueous Pharmaceutical Suspension for Substantially
water insoluble Pharmaceutical Actives,
(http://www.google.com/patents/US5374659), diakses 10 September 2015.
Martin, A. 1993, Physical Pharmacy, Fourth Edition, Lea & Febiger,
Philadelphia. 477-486.
WHO. 2014. Generic Drugs. Switzerland,
(http://www.who.int/trade/glossary/story034/en/), diakses pada 15
September 2015.
Anief, M. 2003 Apa yang Perlu Diketahui tentang Obat. Edisi 4, Gadjah Mada
University Press, 3, 38.
Depkes RI. 1979, Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta, 6-8.
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN MASSA JENIS

1. Perhitungan Massa Jenis Suspensi Ibuprofen Generik dan Nama


Dagang
a. Hari Pertama
Bobot Pikno kosong a = 23,62gr
Bobot Pikno + Aquadest b = 32,42gr
Bobot Pikno + sampel generik c =33,53gr(1) 33,54gr(2) 33,50gr(3)
Bobot Pikno + sampel nama dagang c= 32,81gr(1) 32,81gr(2) 32,76gr(3)
Massa Jenis air ρ air =1
1. Perhitungan Massa Jenis sampel Generik
𝑐−𝑎 33,53−23,62
(1) ρ = x ρair , ρ = 𝑥 1 g/cm³
𝑏−𝑎 32,42−23,62
9,91
= = 1,126 g/cm³
8,8
9,92
(2)……………….. ρ= = 1,127 g/cm³
8,8
9,88
(3)……………….. ρ= = 1,122 g/cm³
8,8

2. Perhitungan Massa Jenis sampel Nama Dagang


𝑐−𝑎 32,81−23,62
(1) ρ = 𝑏−𝑎 x ρair, ρ = 32,42−23,62 𝑥 1 g/cm³
9,19
ρ= = 1,044 g/cm³
8,8
9,19
(2) ………………... ρ= = 1,044 g/cm³
8,8
9,14
(3) ………………... ρ= = 1,038 g/cm³
8,8

b. Hari Ke-7
Bobot Pikno kosong a = 23,6gr
Bobot Pikno + Aquadest b = 32,4gr
Bobot Pikno + sampel generik c = 33,50gr(1) 33,46gr (2) 33,52gr(3)
Bobot Pikno + sampel nama dagang c = 32,60gr(1) 33,00gr (2) 32,80gr(3)
1. Perhitungan Massa Jenis sampel Generik
𝑐−𝑎 33,5−23,6
(1) ρ = 𝑏−𝑎 x ρair, ρ = 32,4−23,6 𝑥 1 g/cm³
9,9
ρ = 8,8 = 1,125 g/cm³
9,86
(2) ……………….. ρ= = 1,120 g/cm³
8,8
9,92
(3) ……………….. ρ= = 1,127 g/cm³
8,8

2. Perhitungan Massa Jenis sampel Nama Dagang


𝑐−𝑎 32,6−23,6
(1) ρ = 𝑏−𝑎 x ρair, ρ = 32,4−23,6 𝑥 1 g/cm³
9
ρ = 8,8 = 1,023 g/cm³
9,4
(2) …………….. ρ = 8,8 = 1,068 g/cm³
9,2
(3) …………….. ρ= = 1,045 g/cm³
8,8

c. Hari Ke-14
Bobot Pikno kosong a = 23,6gr
Bobot Pikno + Aquadest b = 32,45gr
Bobot Pikno + sampel generik c = 33,46gr(1) 33,50gr (2) 33,44gr(3)
Bobot Pikno + sampel nama dagang c = 32,62gr(1) 32,62gr (2) 32,66gr(3)
1. Perhitungan Massa Jenis sampel Generik
𝑐−𝑎 33,46−23,6
(1) ρ = 𝑏−𝑎 x ρair, ρ = 32,45−23,6 𝑥 1 g/cm³
9,86
ρ = 8,85 = 1,114 g/cm³
9,9
(2) …………….. ρ = 8,85 = 1,118 g/cm³
9,84
(3) …………….. ρ = 8,85 = 1,111 g/cm³

2. Perhitungan Massa Jenis sampel Nama Dagang


𝑐−𝑎 32,62−23,6
(1) ρ = 𝑏−𝑎 x ρair, ρ = 32,45−23,6 𝑥 1 g/cm³
9,02
ρ = 8,85 = 1,019 g/cm³
9,02
(2) …………….. ρ = 8,85 = 1,019 g/cm³
9,06
(3) …………….. ρ = 8,85 = 1,024 g/cm³

d. Hari Ke-21
Bobot Pikno kosong a = 23,62gr
Bobot Pikno + Aquadest b = 32,40gr
Bobot Pikno + sampel generik c = 33,30gr(1) 33,26gr (2) 33,28gr(3)
Bobot Pikno + sampel nama dagang c = 32,60gr(1) 32,62gr (2) 32,62gr(3)
1. Perhitungan Massa Jenis sampel Generik
𝑐−𝑎 33,3−23,62
(1) ρ = 𝑏−𝑎 x ρair, ρ = 32,4−23,62 𝑥 1 g/cm³
9,68
ρ = 8,78 = 1,102 g/cm³
9,64
(2) …………….. ρ = 8,78 = 1,098 g/cm³
9,66
(3) …………….. ρ = 8,78 = 1,100 g/cm³

2. Perhitungan Massa Jenis sampel Nama Dagang


𝑐−𝑎 32,6−23,62
(1) ρ = 𝑏−𝑎 x ρair, ρ = 32,4−23,62 𝑥 1 g/cm³
8,98
ρ = 8,78 = 1,022g/cm³
9
(2) …………….. ρ= = 1,025 g/cm³
8,78
9
(3) …………….. ρ = 8,78 = 1,025 g/cm³

e. Hari Ke-30
Bobot Pikno kosong a = 23,64gr
Bobot Pikno + Aquadest b = 32,42gr
Bobot Pikno + sampel generik c = 33,00gr(1) 32,94gr (2) 32,98gr(3)
Bobot Pikno + sampel nama dagang c = 32,60gr(1) 32,54gr (2) 32,50gr(3)
1. Perhitungan Massa Jenis sampel Generik
𝑐−𝑎 33,00−23,64
(1) ρ = 𝑏−𝑎 x ρair, ρ = 32,42−23,64 𝑥 1 g/cm³
9,36
ρ = 8,78 = 1,067 g/cm³
9,3
(2) …………….. ρ= = 1,059 g/cm³
8,78
9,34
(3) …………….. ρ = 8,78 = 1,063 g/cm³

2. Perhitungan Massa Jenis sampel Nama Dagang


𝑐−𝑎 32,62−23,64
(1) ρ = 𝑏−𝑎 x ρair, ρ = 32,45−23,64 𝑥 1 g/cm³
8,96
ρ = 8,78 = 1,020 g/cm³
8,9
(2) …………….. ρ = 8,78 = 1,014 g/cm³
8,86
(3) …………….. ρ= = 1,009 g/cm³
8,78
LAMPIRAN 2
GAMBAR PENGUKURAN VOLUME SEDIMENTASI DAN
REDISPERSIBILITAS

Gambar 8.1 Pengukuran Volume Sedimentasi dan Redispersibilitas


LAMPIRAN 3
PENGUKURAN MASSA JENIS SUSPENSI

Gambar 8.2 Pengukuran Massa Jenis Suspensi


LAMPIRAN 4
PENGUKURAN VISKOSITAS SUSPENSI

Gambar 8.3 Pengukuran Viskositas Suspensi


LAMPIRAN 5
PENGUKURAN pH SUSPENSI

Gambar 8.4 Pengukuran pH Suspensi

Anda mungkin juga menyukai