Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN “Ny.

A”

DENGAN ABORTUS INKOMPLIT

OLEH:

MARNI SILAMBI S,Kep

1820527

CI Lahan CI Institusi

(___________________) (____________________)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TANA TORAJA

2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah
sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal (Manuaba, 2008).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi
masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol
pada ostium uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus
(Saifuddin, 2002).

B. Etiologi
Abortus inkomplit merupakan salah satu abortus spontan, banyak
faktor penyebab terjadinya abortus spontan.
Penyebab abortus spontan (Manuaba,2009) :
a) Faktor genetic
1. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom yang sering ditemukan pada abortus spontan
adalah trisomi, monosomi, triploid/tetraploid
2. Abortus dua kali karena kelainan kromosom terjadi 80%
3. Sindrom Ehlers – Danlos
Yaitu suatu keadaan membran endometrium sangat rapuh sehingga
mudah ruptur atau pecah (rupture membrane abortus spontan)
b) Faktor hormonal
1. Defisiensi luetal
2. Abortus berulang karena faktor hormonal sekitar 35 – 50%

3. gangguan kelenjar tyroid


c) Kelainan anatomi uterus
1. Sub mukosa mioma uteri
2. Kelainan kongenital uterus seperti, septum, uterus arkuatus yang
berat, terdapat polip uteri
3. Serviks inkompeten
d) Faktor infeksi genitalia interna
1. Toxoplasmosis
2. Sitomegalovirus
3. Rubela
4. Herpes simpleks
5. Infeksi endometrium (klamidia, toksoplasmosis, mycoplasma
hominis
e) Intoksikasi agen eksternal
1. Intoksikasi bahan anestesi
2. Kecanduan (alkohol. Perokok, agen lainnya)
f) Postur ibu hamil
1. Kurus, BB kurang dari 40 kg
2. Gemuk, BB diatas 80 kg
g) Faktor paternal
1. Hiperspermatozoa, jumlah sperma lebih dari 250 juta
2. Oligospermatozoa, jumlah sperma kurang dari 20 juta
3. Prinsipnya kekurangan DNA
h) Faktor imunologis
1. Faktor alloimmune
 Penolakan maternal terhadap hasil konsepsi yang mengadakan
implantasi
 Jika tipe homolog HLA atau antipaternal antibody tinggi, akan
berlangsung abortus
 Kehamilan dipertahankan oleh komponen :
o Lokal autoimmune reaksi sehingga menetralkan
antipaternal antibody yang dijumpai pada sebagian ibu
hamil
2. Faktor hormonal dari plasenta yaitu human chorionic
gonadotropin dan progesterone
3. Faktor antibody autoimun, terutama :
 Antibody antiphosfolipid :
o Menimbulkan thrombosis, infrak plasenta, perdarahan
o Gangguan sirkulasi dan nutrisi menuju janin dan diikuti
abortus
o Antibody anticardiolipin, dalam lupus anticoagulant
(LAC)
o Menghalangi terbentuknya jantung janin sehingga akan
menyebabkan abortus.

C. Manifestasi klinis
a) Nyeri hebat
b) Perdarahan banyak
c) Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian masih
berada di dalam uterus
d) Pemeriksaan dalam :
a. Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
b. Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam
e) Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
f) Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat
dipertahankan.

D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi
korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak
dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan
tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. Peristiwa abortus
ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah
yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi
oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apaila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya
terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol – benjol karena
terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion
berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut
ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan
adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan
dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi
sudah berlangsung lama. (Prawirohardjo,2005)
E. Penyimpangan KDM
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kadar Hb, golongan darah dan uji padanan silang (crossmatch)
1. Bila terdapat tanda – tanda sepsis, berikan antibiotic yang sesuai
2. Temukan dan hentikan segera sumber perdarahan
3. Lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan
perkembangan lanjut (Prawirohardjo,2006)

G. Terapi dan Pengobatan


Penanganan umum :
1. Lakukan penilaian awal untuk menentukan kondisi pasien (gawat darurat,
komplikasi berat atau masih cukup stabil)
2. Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum
melakukan tindakan lanjutan (yindakan medic atau rujukan)
3. Penilaian medic untuk menentukan kelaikan tindakan di fasilitas
kesehatan setempat atau dirujuk kerumah sakit.
 Bila pasien syok atau kondisinya memburuk akibat perdarahan hebat
segera atasi komplikasi tersebut
 Gunakan jarum infuse besar (16G atau lebih besar) dan berikan tetesan
cepat (500 ml dalam 2 jam pertama) larutan garam fisiologis atau
Ringer

Penatalaksanaan berdasarkan jenis abortus (abortus inkomplitus)

1. Bila disertai syok karena perdarahan segera pasang infuse dengan cairan
NaCl fisiologis atau cairan Ringer Laktat, bila perlu disusul dengan
transfuse darah
2. Setelah syok teratasi, lakukan kerokan
3. Pasca tindakan berikan injeksi metal ergometrin maleat intra muscular
untuk mempertahankam kontraksi otot uterus
4. Perhatikan adanya tanda – tanda infeksi
5. Bila tak ada tanda – tanda infeksi berikan antibiotika prifilaksis (ampisilin
500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
6. Bila terjadi infeksi beri ampisilin I g dan metronidazol 500 mg setiap 8
jam
(Prawirohardjo,2006)
II. KONSEP KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian

1. Identitas Klien
2. Riwayat Obstetri
a) Riwayat menstruasi
 Menarche
 Siklus
 Lama
 Banyak
 Warna
 Bau
 Flour albous
 HPHT
 Disminorhe
b) Riwayat kehamilan
c) Riwayat kehamilan sekarang
- HPL
- ANC
- Keluhan
- TT
d) Riwayat kontrasepsi
 Riwayat persalinan
 Aktivitas/Latihan
e) Nutrisi
 Sebelum hamil
 Selama hamil
f) Eliminasi
 Sebelum hamil
 Selama hamil
g) Istirahat
 Sebelum hamil
 Selama hamil

h) Aktifitas
 Sebelum hamil
 Selama hamil
i) Pola hubungan sexualitas
 Sebelum hamil
 Selama hamil

j) Personal hygiene
 Sebelum hamil
Selama hamil
3. Riwayat psikososial
4. Sirkulasi
5. Data spiritual
II. Diagnosa Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
2. Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas b.d kurang pengetahuan
6. Berduka berhubungan dengan kehilangan calon anak
DAFTAR PUSTAKA

JNPK _KR. 2008. Pelayanan obsetri dan neonatal emergensi dasar (PONED)

Kusmiyati, Dkk. 2009. Perawatan ibu hamil. Yogjakarta : Fitramaya

Nugroho, taufan. 2010. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha Medika

Manuaba. 2007. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

PPKC. 2002. Pelatihan manajemen asuhan kebidanan. Jakarta

Prawirohardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai