Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Sectio Caesarea
1. Pengertian
a. Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah lahirnya janin melalui insisi di dinding
abdomen dan dinding uterus (cuningham, F garry, 2005) Operasi
Caesar atau sectio caesarea adalah proses persalinan yang dilakukan
dengan cara mengiris perut hingga rahim seorang ibu untuk
mengeluarkan bayi (Hecker, 2001)

2. Etiologi
Indikasi sectio caesarea menurut Cuningham, F Garry, 2005 yaitu :
a. Riwayat sectio caesarea Uterus yang memiliki jaringan parut
dianggap sebagai kontraindikasi untuk melahirkan karena
dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Resiko ruptur uteri
meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan
jaringan perut melintang yang terbatas disegmen uterus bawah ,
kemungknan mengalami robekan jaringan parut simtomatik pada
kehamilan berikutnya. Wanita yang mengalami ruptur uteri
beresiko mengalami rupture berulang , sehingga tidak menutup
kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam tetapi
dengan beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan
janin, american collage of obstetrician and ginecologistc (2005)
b. Distosia persalinan, distosia berarti persalinan yang sulit dan
ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan, persalinan
abnormal sering terjadi terdapat disproporsi antara bagian
presentasi janin dan jalan lahir, kelainan persalinan terdiri dari
Ekspulsi (kelainan gaya dorong) oleh karena gaya uterus yang
kurang kuat, dilatasi servik (disfungsi uterus) dan kurangnya upaya

3
4

utot volunter selama persalinan kala dua, panggul sempit, kelainan


presentasi, posisi janin, kelainan jaringan lemak saluran reproduksi
yang menghalangi turunnya janin,
c. Gawat janin, keadaan gawat janin bisa mempengaruhi keadaan
keadaan janin, jika penentuan waktu sectio caesarea terlambat,
kelainan neurologis seperti cerebral palsy dapat dihindari dengan
waktu yang tepat untuk sectio caesarea.
d. Letak sungsang janin dengan presetasi bokong mengalami
peningkatan resiko prolaps tali pusat dan terperangkapnya kepala
apabila dilahirkan pervaginam dibandingkan dengan janin
presentasi kepala.

3. Gambaran Klinis
Tahapan dan Teknik Sectio Caesareaa.
a. Insisi Abdomen
1) Insisi vertikal, insisi vertikal garis tengan intra umbilikus, insisi ini
harus cukup pajang agar janin dapat lahir tanpa kesulitan. Oleh
karena itu, panjang insisi harus sesuai dengan taksiran ukuran janin
2) Insisi transversal atau lintang kulit dan jaringan subkutan disayat
dengan menggunakan insisi transversal rendah sedikit melengkung.
Insisi dibuat setinggi garis rambut pubis dan diperluar sedikit
melebihi batas lateral otot rektus
b. Insisi Uterus
1) Insisi caesarea klasik, insisi caesarea klasik adalah suatu insisi
vertikal ke dalam korpus uterus diatas segmen bawah uterus dan
mencapai fundus uterus. Sebagian besar insisi dibuat di segmen
bawah uterus secara melintang, insisi melintang disegman bawah
memiliki keunggulan yaitu hanya memerlukan sedikit pemisahan
kandung kemih dari miometrium dibawahnya. Indikasi untuk
dilakukan insisi klasik untuk melahirkan janin, apabila segman
bawah uterus tidak bisa dipajangkan atau dimasuki dengan aman
5

karena kandung kemih melekat dengan erat akibat pembedahan


sebelumnya, atau apabila teardapat karsinoma invasik diservik,
janin berukuran besar, terletak melintang, selaput ketuban sudah
pecah dan bahu terjepit jalan lahir, plasenta previa dengan
implantasi anterior, janin kecil, presentasi bokong, segman bawah
uterus tidak menipis, Obesitas berat
2) Insisi caesarea transversal, insisi tranversal melalui segman bawah
uterus merupakan tindakan untuk presentasi kepala, diantaranya
lebih mudah diperbaiki, kemungkinan ruptur disertai keluarnya
janin kerongga abdomen pada kehamilan berikutnya,tidak
mengakibatkan perlekatan usus. Insisi uterus harus dibuat cukup
lebar agar kepala dan badan janin dapat lahir tanpa merobek atau
harus memotong arteri dan vena uterina yang bejalan sepanjang
batas lateral uterus.
c. Pelahiran janin
1. Pada presentasi kepala, satu tangan diselipkan kedalam rongga
uterus diantara simpisis dan kepala janin kepala diangkat secara
hati-hati denga jari dan telapak tangan melalui lubanginsisi melalui
lubang insisi dibantu oleh penekanan sedang transabdomen pada
fundus.
2. Hidung dan mulut diaspirasi dengan bola penghisap (bulb syringe)
untuk mencegah teraspirasinya cairan amnion dan isis nya oleh
janin, dilakukan sebelum thorak dilahirkan.
3. Bahu dilahirkan dengan tanpa ringan disertai penekanan pada
fundusd. Bagian tubuh lainnya segera menyusul, setelahbahu
dilarirkan, ibu atau pasien diberi oksitosin 20 unit/liter dengan
kecepatan 10 lml/menit sampai uterus berkontraksi dengan baik.
4. Tali pusat diklem, bayi dipegang setinggi dinding abdomen.
5. Plasenta dikelurkan dari uterus.
6. Penjahitan uterus dan dinding abdomen.
6

4. Jenis Sectio Caesarea


a. Sectio Caesarea Ektra Peritoneum diindikasikan bila terjadi kehamilan
dengan infeksi isi uterus, tujuan operasi adalah untuk membuka uterus
secara ektra peritoneum. Dengan melakukan insisi melalui ruang
retziuz dan kemudian disepanjang salah satu sisi dan dibelakang
kandung kemih untuk mencapai segman bawah uterus.
b. Section Caesarea Post Mortum Terkadang section caesarea dilakukan
pada seorang wanita yang baru saja meninggal, atau yang diperkirakan
tidak lama lagi akan meninggal.

5. Anestesia Sectio Caesarea Analgesia


Anestesia harus diberikan pada ibu yang akan melahirkan dengan
cara tidak mengurangi aktifitas rahim, yang dapat mengubah kemajuan
persalinan, maupun tidak mengurangi aliran darah rahim, yang akan dapat
mengakibatkan gawat janin atau depresi neonatal.
a. Jalur nyeri pada proses persalinan
Nyeri adalah rasa tak enak akibat perangsangan ujung-ujung syaraf
khusus. Serat syaraf aferen viseral yang membawa impuls sensorik
dari rahim memasuki medula spinalis pada segman torakal kesepuluh,
kesebelas, dan keduabelas serta segman lumbal yang pertama (T 10
sampai L 1), adapun nyeri dari perineum melalui segman sakral kedua,
ketiga, dan keempat (S 2 sampai S 4).
b. Jenis anestesia untuk sectio caesarea
1) Anestesia Regional, memungkinkan ibu hamil dalam keadaan tetap
sadar dan mengurangi kehilangan darah, resiko aspirasi paru-paru
oleh isi lambung atau hipoksia yang kecil dan mengurangi efek
obat pada neonatus.
2) Anestesia Epidural, anesthesia ini lebih dapat dikendalikan oleh
kateter epidural, nyeri kepala tidak akan terjadi pasca operasi
karena dura tidak ditusuk.
7

3) Anestesia Umum, di indikasikan bila dibutuhkan section caesarea


yang mendesak pada perdarahan

6. Komplikasi
Komplikasi sectio caesarea mencakup periode masa nifas yang
normal dan komplikasi setiap prosedur pembedahan utama. Komplikasi
tersebut antaralain:
a. Perdarahan
Perdarahan primer kemungkinan terjadi akibat kegagalan
mencapai hemostasis ditempat insisi rahim atau akibat atonia
uteri, yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan.
b. Sepsis
Sesudah pembedahan frekuensi dan komplikasi ini jauh lebih
besar bila sectio caesarea dilakukan selama persalinan atau bila
terdapat infeksi dalam rahim. Antibiotik profilaksis selama 24
jam diberikan untuk mengurangi sepsis.
c. Cedera pada sekeliling stuktur
Beberapa organ didalam abdomen seperti usus besar, kandung
kemih, pembuluh didalam ligamen yang lebar, dan ureter,
terutama cenderung terjadi cedera. Hematuria yang singkat
dapat terjadi akibat terlalu antusias dalam menggunakan
retraktor didaerah dinding kandung kemih. Komplikasi Pada
anak seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan
dengan sectio caesarea banyak tergantung dari keadaan yang
menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. (Hecker,
2001)
d. Proses Penyembuhan Luka Tubuh
secara normal akan berespon terhadap cedera dengan dilkukan
proses sectio cesrea “proses peradangan”, yang
dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak
8

(swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan


kerusakan fungsi (impaired function).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan
jenis dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri
biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak
e. Uji laboratorium
1) Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) GDA
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar natrium darah
8) Kadar magnesium darah

B. Ketuban Pecah Dini


1. Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu
atau kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum
persalinan berlangsung (Manuaba, 2002). Ketuban pecah dini (KPD)
9

didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.


Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan
37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12
jam sebelum waktunya melahirkan.

2. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya
infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban
pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya
adalah sebagai berikut :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkanlaserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan
suatu kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya
dilatasi berlebihantanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa
kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi (Manuaba, 2002).
2. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
Misalnya :
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
10

b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih.
Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan,
sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim
yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin.
2002)
c. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat
atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin
bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan
selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane
menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
(Winkjosastro, 2006)
d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang
sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah
cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut,
volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami
distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk
PAP (sepalo pelvic disproporsi).
5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh
penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting
adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
11

6. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme
yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik)
8. Riwayat KPD sebelumya
9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu

3. Tanda dan Gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat
dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal”
atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

4. Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai
infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi
(sampai 65%).
High virulensi : Bacteroides
Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan
12

kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1)


dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan
prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban
tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

5. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.
a. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara
28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang
dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini.
Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum
janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih
sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada
KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
c. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali
pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit
air ketuban, janin semakin gawat
d. Syndrom deformitas janin
13

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan


janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan
janin, serta hipoplasi pulmonal

6. Penanganan
a. Konservatif
1) Rawat di rumah sakit
2) Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan
solusioplasenta
3) Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau),
berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
4) Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
- Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg
per oral 3x perhari selama 7 hari.
5) Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,
beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
6) Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada
infeksi maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24
jam.
b. Aktif
1) Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
2) Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25
mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
3) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri. Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah
dini adalah sebagai berikut :
- Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim.
Pertimbangan waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin
sebaiknya lebih dari 2000 gram.
14

- Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari


38°c, dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi
melalui hasil pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur
air ketuban
7. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui ketuban pecah dini dapat dilakukan
pemeriksaan, diantaranya (Manjoer, Arif. 2008)
1. Leukosit darah kurang dari 1500 permikro darah liter, bila
terjadi nyeri
2. Tes lakmus merah mejadi biru
3. Amnio sintetis (dengan cara amnion yang cukup diperoleh dari
vagina untuk pemeriksaan pematangna paru-paru janin, dan
dilakukan pemeriksaan pewarnaan gram dan biakan)
4. USG, indeks caira amnion berkurang
5. Darah lengkap, (haemoglobin, Hematokrit, leukosit, trombosit,
dll)

Anda mungkin juga menyukai