Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KOAGULAN POLYALUMINIUM CHLORIDE

DAN SODIUM ALGINATE TERHADAP


KUALITAS AIR BERSIH YANG DIHASILKAN PADA
PENGOLAHAN AIR SUNGAI DAN AIR RAWA DENGAN
FILTER KERAMIK

Subriyer Nasir(*), Amelin Hartaty, Danni Sulaiman

*Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya


Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662
Email : subriyer@yahoo.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan koagulan PAC dan Sodium
Alginate terhadap kualitas air bersih yang dihasilkan pada pengolahan air sungai Musi dan air rawa
menggunakan membran keramik buatan sendiri dan dibandingkan dengan membran keramik komersial.
Parameter-parameter yang diukur untuk menentukan kualitas air bersih yaitu pH, EC, TDS, turbidity, dan
kandungan logam besi Fe. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa koagulasi dengan penggunaan
koagulan PAC dan Sodium Alginate efektif dalam menurunkan turbidity dan kandungan logam Fe
permeat. Turbidity dan kandungan logam besi Fe permeat terendah pada pengolahan air sungai musi
pada waktu operasi 60 menit dan tekanan 36 Psi dengan membran komersial yakni sebesar 1,0 NTU dan
0,09 mg/L. Turbidity dan kandungan logam besi Fe permeat terendah pada pengolahan air rawa pada
waktu operasi 60 menit dan tekanan 36 Psi dengan membran komersial yakni sebesar 0,8 NTU dan 0,01
mg/L.

Kata Kunci: Filtrasi, Koagulasi, Membran keramik, Permeat.

Abstract

The purposes of this research isto investigate the effects of coagulant PAC and Sodium Alginate to the
quality of clean water by using manufactured membrane and the commercial one. Variables of
determining the quality of clean water are pH, EC, TDS, Turbidity, and iron concentration. The result
showed that coagulation of feed water using PAC and Sodium Alginate is effective for reducing turbidity
and iron contains of Permeat. The lowest turbidity and Iron contain for musi river water treatment at
operating time of 60 minutes and differential pressure of 36 Psi by using commercial membrane are
approximately 1.0 NTU and 0.09 mg/L. The lowest turbidity and Iron contain for sakatiga fen water
treatment at t = 60 minutes and P = 36 Psi by using commercial membrane are about 0.8 NTU and 0.01
mg/L respectively.

Key words : Ceramic membrane, Coagulation, Filtration, , Permeate.

1. PENDAHULUAN pertanyakan, mengingat air tersebut akan


digunakan oleh manusia untuk melangsungkan
Air sungai Musi Palembang dan air rawa kehidupannya. Posisi sungai Musi yang
Sakatiga, Inderalaya, merupakan sumber air dikelilingi oleh beberapa pabrik yang secara
baku yang cukup dekat dijangkau oleh langsung membuang limbahnya ke sungai
masyarakat di sekitarnya, namun kualitas air tersebut dan banyaknya masyarakat yang
sungai Musi dan air rawa Sakatiga perlu di membuang limbah lokal dan limbah rumah

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013 Page 7


tangga langsung ke sungai mengakibatkan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka
menurunnya kualitas air sungai tersebut. unsur – unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada
Sedangkan air rawa, secara kasat mata memang permukaan air akan timbul algae (lumut) karena
terlihat cukup bersih, namun jika dilakukan adanya sinar matahari dan O2.
penelitian lebih lanjut air tersebut belum
memenuhi kualitas air bersih. Rawa di Provinsi Sumatera Selatan sebagian
Banyak cara pemurnian air yang dapat besar merupakan rawa pasang surut. Potensi air
digunakan. Salah satu teknologi yang sudah rawa di Sumatera Selatan mencapai 506.911 Ha.
tidak asing lagi dalam industri adalah teknologi Untuk Desa Sakatiga yang terletak di
pemisahan dengan membran. Salah satu jenis Kabupaten Ogan Ilir, Kecamatan Inderalaya,
membran yang cukup sering digunakan yaitu Sumatera Selatan, Air rawa Sakatiga memiliki
membran keramik. Membran keramik telah luas potensi sebesar 846 Ha, sebanyak 275 Ha
banyak diaplikasikan di berbagai industri telah di kembangkan dan 572 Ha belum di
dibandingkan dengan membran polimer. Hal ini kembangkan.
disebabkan oleh keunggulan karakteristiknya,
antara lain memiliki ketahanan kimiawi, Koagulan PAC dan Sodium Alginat
ketahanan mekanik dan ketahanan termal yang Poly Aluminium Chlorida (PAC)
lebih baik jika dibandingkan dengan membran merupakan koagulan anorganik yang tersusun
polimer. dari polimer makromolekul yang mempunyai
Prinsip pemisahan dengan membran sifat-sifat sebagai berikut: (1) tingkat adsorpsi
keramik adalah berdasarkan ukuran partikel yang kuat, (2) mempunyai kekuatan lekat, (3)
suatu komponen. Sehingga membran keramik pembentukan flok-flok yang tinggi dengan dosis
dapat di rancang sedemikian rupa sehingga kecil dan (4) tingkat sedimentasi cepat.
dapat memiliki ukuran pori yang cukup kecil Keunggulan lainnya adalah cakupan
untuk menahan bakteri sekalipun. Dengan penggunaan yang luas (Echanpin, 2005).
prinsip pemisahan semacam ini, membran Alginat adalah polimer linier organic
keramik dirasa cukup efektif dalam pengolahan polisakarida yang terdiri dari monomer α-L
air sungai dan air rawa menjadi air bersih. asam guluronat (G) dan β-D asam manuronat
(M), atau dapat berupa kombinasi dari kedua
Air Bersih monomer tersebut. Alginat dapat diperoleh dari
Air bersih adalah air yang digunakan untuk ganggang coklat yang berasal dari genus
keperluan sehari-hari yang kualitasnya Ascophyllum, Ecklonia, Durvillaea, Laminaria,
memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat Lessonia, Macrocystis, Sargassum dan
diminum apabila telah dimasak (Permenkes RI Turbinaria.
Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990).
Teknologi Membran
Air Sungai Musidan Air RawaSakatiga Membran ialah sebuah penghalang selektif
Sejak lama sungai Musi telah menjadi antara dua fasa. Membran memiliki ketebalan
pusat kehidupan masyarakat Palembang. Warga yang berbeda-beda, ada yang tebal dan ada juga
sekitar sungai Musi mengandalkan air sungai yang tipis serta ada yang homogen dan ada juga
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun, air ada heterogen. Ditinjau dari bahannya membran
sungai Musi di anggap tidak layak digunakan terdiri dari bahan alami dan bahan sintetis.
secara langsung karena tingkat pencemarannya Bahan alami adalah bahan yang berasal dari
yang tinggi. Secara kasat mata ketika melintasi alam misalnya pulp dan kapas, sedangkan bahan
bagian tengah sungai, air sungai Musi memang sintetis dibuat dari bahan kimia, misalnya
tidak terlihat telah terjadi penurunan mutu polimer.
airnya. Tetapi pemandangan sebaliknya tampak Kinerja atau efisiensi perpindahan di
terjadi pencemaran di muara sungai, dimana dalam membran ditentukan oleh dua parameter
warna air hitam pekat kebiruan bercampur yaitu fluks dan rejeksi. Permeabilitas sering
dengan warna coklat terlihat di wilayah sungai disebut juga sebagai kecepatan permeat atau
ini. fluks adalah ukuran kecepatan suatu spesi
Kebanyakan air rawa berwarna disebabkan melewati membran persatuan luas dan waktu
oleh adanya zat–zat organik yang telah dengan gradien tekanan sebagai gaya
membusuk, misalnya asam humus yang larut pendorong. Faktor yang mempengaruhi
dalam air yang menyebabkan warna kuning permeabilitas adalah jumlah dan ukuran pori,
cokelat. Dengan adanya pembusukan kadar zat interaksi antara membran dan larutan umpan,
organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan viskositas larutan serta tekanan dari luar. Fluks
Mn akan tinggi pula dan dalam keadaaan

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013 Page 8


(Jv) dirumus sebagai berikut (Richardson et al, 4. Tambahkan sedikit air ke dalam adonan
2002): filter keramik dan sambil diaduk rata.
5. Adonan dicetak kemudian dikeringkan pada
t temperatur kamar selama 7 hari.
dimana : 6. Membran dibakar pada suhu 9000C selama 9
Jv = fluks (ml/cm2 . kgf/ cm2 . det), jam.
V = volume permeat (ml),
A = luas permukaan membran (cm2), Pengambilan Feed (Air Sungai Musi dan
t = waktu (jam). Air Rawa Sakatiga)
Membran Keramik Analisa Sampel Awal (pH, TDS, EC,
Membran keramik merupakan salah satu Turbidity, dan Kadar Fe)
jenis membran sintesis yang terbuat dari
material anorganik (seperti alumina, titania,
zirkonia oksida dll). Membran keramik juga Proses Koagulasi
memiliki stabilitas termal yang sangat baik
sehingga dapat digunakan pada suhu tinggi. Proses Mikrofiltrasi dengan membran
Sama seperti membran polimer, membran Keramik Buatan dan komersial
keramik juga padat dan memiliki poros.
Bahan-bahan yang digunakan untuk Analisa Permeat (pH, TDS, EC,
membuat membran keramik yakni : Turbidity, dan Kadar Fe)
1. Tanah Liat
Tanah liat merupakan bahan dasar yang
dipakai dalam pembuatan keramik, dimana Pengolahan Data
kegunaannya sangat menguntungkan bagi
manusia karena bahannya yang mudah didapat
Gambar 1. Bagan Proses Penelitian
dan pemakaiannya yang sangat luas.
Proses Filtrasi
2. Sekam Padi P

Sekam tersusun dari jaringan serat-serat 7

selulosa yang mengandung banyak silica dalam


bentuk serabut-serabut yang sangat keras.
2
5 6 8

3. Serbuk Besi
Besi adalah logam yang paling banyak dan
paling beragam penggunaannya. Salah satu
kelemahan yang dijumpai adalah sifat membran 1 3
4

yang rapuh dan mudah patah (brittle) Untuk Gambar 2. Rangkaian alat Penelitian
memperkuat struktur keramik yang dibuat Nasir
et al (2011) menambahkan konsentrasi serbuk
besi. Komposisi terbaik dari campuran tanah Keterangan gambar :
liat, abu terbang batubara dan serbuk besi 77,5% 1. Tangki Koagulasi
: 20% : 2,5% (Nasir et al, 2011). 2. Pengaduk Mekanik
3. Tangki Umpan
2. METODOLOGI PENELITIAN 4. Pompa
5. Sand Filter
PembuatanMembranKeramik 6. Filter Karbon aktif
Tahap-tahap pembuatan membran yang 7. Pressure Gauge
digunakan untuk proses utama adalah: 8. Filter Keramik
1. Tanah liat diiris tipis-tipis, lalu dijemur 9. Ember Penampung Permeat
untuk menguapkan kandungan airnya selama
2 hari, lalu ditumbuk dan diayak menjadi Pada penelitian ini digunakan dua jenis
tepung dengan ukuran 500 μm. membran keramik, yaitu membran keramik
2. Sekam padi dan serbuk besi dihaluskan lalu buatan (membran A) dan membran keramik
diayak dengan ukuran 500 μm. komersial (membran B). Koagulasi umpan
3. Tanah liat, sekam padi dan serbuk besi dilakukan dengan pengadukan cepat yaitu 120
diaduk dengan perbandingan 77,5% : 20% : rpm selama 2 menit dan dilanjutkan dengan
2,5%. pengadukan lambat 45 rpm selama 15 menit.

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013 Page 9


Air hasil koagulasi kemudian di lewatkan pada
rangkaian filter berupa 3 buah filter yaitu, pasir
silika, karbon aktif, dan terakhir filter keramik.
Tekanan operasi di atur dengan valve untuk
mencapai tekanan 32 psi dan 36 psi. Permeat
yang keluar dari filter keramik di tampung pada
ember penampungan untuk kemudian di ukur
volumenya menggunakan gelas ukur setiap
rentang waktu 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan
60 menit.
(a)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini di uraikan hasil


penelitian berupa nilai fluks terhadap waktu,
perbandingan kinerja membran keramik A dan
membran keramik B terhadap penurunan nilai
turbiditas dan jumlah Besi (Fe) terlarut, serta
pengaruh pralakuan awal dengan koagulan Poly
Alumunium Chloride (PAC) dan Sodium
Alginate (SA).

Fluks Permeat (b)


Gambar 4. Pengaruh fluks terhadap waktu
operasi dengan (a) membran A (b) membran B
pada filtrasi air sungai

Pada gambar 4 terlihat nilai fluks terbaik


untuk filtrasi air sungai Musi juga terjadi pada
pralakuan awal dengan koagulan PAC dan
sodium alginat yaitu sebesar 4335,84 L/m2jam
dengan membran A.
Terlihat juga penurunan fluks permeat
seiring dengan bertambahnya waktu filtrasi. Hal
(a) ini dikarenakan terjadi fouling pada permukaan
membran dan menyumbat pori-pori membran
menyebabkan fluks semakin kecil.

Kinerja Membran
Kinerja membran di tinjau dari dua
parameter utama yaitu penurunan nilai turbiditas
dan kandungan logam Fe pada sampel.

(b)
Gambar 3. Pengaruh fluks terhadap waktu
operasi dengan (a) membran A (b) membran B
pada filtrasi air rawa

Gambar 3 terlihat nilai fluks permeat


terbaik pada filtrasi air rawa Sakatigayang
dikoagulasi dengan koagulan PAC dan Sodium
alginat yaitu 4465,55 L/m2.jam dengan
menggunakan membran A. Gambar 5. Grafik pengaruh koagulasi terhadap
kekeruhan (Turbidity) permeat air rawa, waktu
operasi 60 menit

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013 Page 10


Dari gambar 5 terlihat bahwa tingkat
kekeruhan permeat yang dihasilkan dalam
berbagai kondisi operasi dan jenis koagulan
relatif sama, berkisar antara 0,8-2,6 NTU, masih
dalam rentang yang diizinkan sebagai air bersih
berdasarkan permenkes Nomor 416
/MENKES/PER/IX/1990 yaitu sebesar 25 NTU.
Turbiditas awal sampel air rawa sakatiga
adalah 11 NTU. Turbiditas terendah diberikan
oleh filtrasi pada tekanan 36 psi dengan
menggunakan membran B dengan pralakuan
awal koagulan PAC+Sodium Alginat yaitu
sebesar 0,8 NTU. (a) (b)
Gambar 7. Grafik pengaruh koagulasi terhadap
penurnan kadar Fe pada permeat air rawa
Sakatiga (t = 60 menit) dengan pralakuan awal
(a)PAC (b)PAC+SA

Proses filtrasi menggunakan membran A


dan membran B dengan pralakuan awal
menggunakan koagulan PAC dan PAC +
Sodium Alginat ternyata dapat menurunkan
kadar Fe (besi) pada permeat air rawa. Kadar Fe
terendah pada permeat hasil filtrasi ini adalah
0,01 yakni filtrasi dengan menggunakan
membran B dan pralakuan awal koagulan PAC
+ Sodium alginat (Gambar 7.b).
Gambar 6. Grafik pengaruh pralakuan
koagulasi terhadap kekeruhan (Turbidity)
permeat air sungai, waktu operasi 60 menit

Turbiditas awal air sungi Musi adalah


70 NTU. Dari gambar 6 terlihat turbiditaspaling
rendah juga terjadi pada proses filtrasi dengan
pralakuan awal dengan koagulan PAC yang
dibantu koagulan sodium alginat pada tekanan
36 psi dengan membran B yaitu 1 NTU. Secara
keseluruhan dapat terlihat, tingkat kekeruhan
permeat air sungai Musi pada setiap kondisi
operasi masih dalam rentang yang diizinkan (a) (b)
sebagai air bersih berdasarkan permenkes Gambar 8. Grafik pengaruh koagulasi terhadap
Nomor 416 /MENKES/PER/IX/1990 yaitu penurnan kadar Fe pada permeat air sungai
sebesar 25 NTU. Musi (t = 60 menit) dengan pralakuan awal (a)
Kadar besi terlarut pada sampel awal PAC (b)PAC+SA
air rawa Sakatiga yakni 0,31 mg/L melebihi Kadar besi (Fe) pada air sungai Musi telah
kadar maksimum yang diperbolehkan memenuhi standar air bersih yakni 0,29 mg/L.
terkandung dalam air bersih berdasarkan Namun keadaan pinggiran sungai Musi yang
Peraturan Gubernur Sumsel No. 16 Tahun 2005 banyak terdapat pabrik-pabrik besar dan juga
yakni 0,3 mg/L. banyaknya limbah rumah tangga yang di buang
ke sungai ini, menyebabkan kadar Fe ini dapat
kapan saja melebihi baku mutu air bersih,
sehingga di rasa perlu untuk menjaga kualitas
sungai ini.
Dengan pralakuan awal yang sama dengan
air rawa Sakatiga, ternyata filtrasi dengan
membran A dan membran B, dapat menurunkan
kadar Fe pada permeat hingga mencapai 0,08
mg/L. Hal ini dapat di lihat pada gambar 8.

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013 Page 11


Pengaruh Perlakuan awal dengan koagulan Alginate lebih baik dibandingkan tanpa
PAC dan Sodium Alginate menggunakan koagulan dan penambahan
Fluks permeat yang dihasilkan pada filtrasi koagulan Poly Alumunium Chloride saja
air rawa Sakatiga dan air sungai Musi seperti bila dilihat dari nilai fluks, TDS, pH, EC,
yang ditampilkan pada Gambar 3 dan 4. turbidity, dan kandungan logam besi pada
Terlihat bahwa penggunaan kombinasi koagulan permeat yang dihasilkan.
PAC+SA memberikan hasil terbaik. 5. Membran keramik yang sudah di jual
Hasil yang sama di tunjukkan pada secara komersial lebih baik kinerjanya
penurunan turbiditas kedua sampel. Turbiditas dalam meningkatkan kualitas air bersih
paling rendah rata-rata adalah turbiditas permeat dibandingkan dengan membran keramik
dengan pralakuan awal menggunakan koagulan yang di buat sendiri secara manual bila
PAC+SA. ditinjau dari nilai fluks, TDS, pH, EC,
turbidity, dan kandungan logam besi pada
4. KESIMPULAN DAN SARAN permeat yang dihasilkan.

Kesimpulan Saran
Dari hasil penelitian mengenai pengaruh 1. Pada proses pengolahan air bersih yang
perlakuan awal dengan koagulan Poly telah dilakukan perlu adanya penambahan
Alumunium Chloride dan Sodium Alginate variabel proses yang lainnya karena
terhadap kualitas air bersih yang dihasilkan variabel proses yang menjadi tolak ukur
pada pengelolaan air sungai musi dan air rawa kualitas air bersih tidak hanya fluks, pH,
sakatigadengan dua jenis membran keramik TDS, EC, Turbidity, dan kandungan logam
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Fe.
1. Penambahan koagulan Poly Alumunium 2. Perlu dilakukan cleaning secara periodik
Chloride dengan atau tanpa Sodium agar membran dapat menghasilkan
Alginate pada pengolahan air rawa permeat dalam kuantitas dan kualitas yang
sakatiga dan air sungai musi dapat baik.
menurunkan nilai turbidity serta 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
kandungan logam besi. Sedangkan pada tentang penggunaan Sodium Alginat
nilai TDS dan EC cenderung naik karena sebagai koagulan.
adanya penambahan kedua koagulan.
2. Penambahan koagulan Poly Alumunium DAFTAR PUSTAKA
Chloride dapat meningkatkan fluks
permeat pada pengolahan air rawa sakatiga ________. (2010). Koagulasi dan Flokulasi.
hingga mencapai 3001,74 L/m2.jam dan http://bulekbasandiang.wordpress.com[tan
pada pengolahan air sungai musi mencapai ggal akses: 5 September 2013]
3061,96 L/m2.jam. Sedangkan ________. (2008). Proses Pembentukan Tanah
penambahan koagulan Poly Alumunium Liat Secara Alamai. http:
Chloride dengan Sodium Alginate dapat //axzx.blogspot.com/2008/12/proses-
meningkatkan fluks permeat pada pembentukan-tanah-liat-
pengolahan air rawa sakatiga hingga secara.html[tanggal akses: 5 September
mencapai 4465,55 L/m2.jam dan pada 2013]
pengolahan air sungai musi mencapai ________. Polyaluminium Chloride.
4335,84 L/m2.jam. www.chemicalland21.com/industricalche
3. Turbidity dan kandungan logam besi Fe m/ inorganic/Polyaluminium Chloride.htm
permeat terendah pada pengolahan air [tanggal akses: 5 September 2013]
sungai musi pada t = 60 menit dan P = 36 Alaerts, G., S.S. Santika. (1987). Metode
Psi dengan membran komersial yakni Penelitian Air. Usaha Nasional : Surabaya
sebesar 1,0 NTU dan 0,09 mg/L. Turbidity Arinaldi, Ferdian. (2013). Pengolahan air lumut
dan kandungan logam besi Fe permeat dengan kombinasi proses koagulasi dan
terendah pada pengolahan air rawa Ultrafiltrasi. Universitas Diponegoro
sakatiga pada t = 60 menit dan P = 36 Psi Dwijosaputro, D. (1981). Dasar-Dasar
dengan membran komersial yakni sebesar Mikrobiologi. Djambatan.
0,8 NTU dan 0,01 mg/L. Eaglebrook Inc. (1999). PASS-CTM
4. Kualitas air bersih yang dihasilkan pada (Polyaluminium Chloride). Matteson, IL.
pengolahan air rawa dan air sungai musi Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi
dengan menggunakan koagulan Poly Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan
Alumunium Chloride dengan Sodium Perairan. Kansius

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013 Page 12


Ertina, N. (2013). Masih Layakkah Air Sungai Sutrisno, T. (2004). Teknologi Penyediaan Air
Musi dikonsumsi?. Bersih. Rineka Cipta: Jakarta
www.antarasumsel.com/berita/272923/Ma Wenbin, L., H. Hongshan, P. Jianguo. (1999).
sih-Layakkah-Air-Sungai-Musi- Application of Poly Aluminium Chloride in
dikonsumsi [tanggal akses : 5 September Shenzen Water Supply – China. National
2013]. Library: Los Alamos
Farid, A. (2013). Lestarikan Ikan Paris Sungai Yulianto, K. (1998). Penelitian Isolasi Alginat
Musi. www.litbang.kkp.go.id [tanggal Algae Laut Coklat dan Prospek Menuju
akses: 5 September 2013) Industri.
Hardman Australia Pty Ltd. (2002). Water
Treatment Coagulant. New South Wales
Karamah, E. F., Andrie O. L.. (2009).
Pralakuan Koagulasi Dalam Proses
Pengolahan Air Dengan Membran:
Pengaruh Waktu Pengadukan Pelan
Koagulan Aluminium Sulfat Terhadap
Kinerja Membran. Program Studi Teknik
Kimia, Departemen Teknik Gas &
Petrokimia, Universitas Indonesia
Karamah, E. F., Setijo B.. (2009). Pengaruh
Dosis Koagulan PAC Dan Surfaktan SLS
Terhadap Kinerja Proses Pengolahan
Limbah Cair Yang Mengandung Logam
Besi (Fe), Tembaga (Cu), Dan Nikel (Ni)
Dengan Flotasi Ozon. Departemen Teknik
Kimia, Universitas Indonesia.
Mulder, M. (1996). Basic Principle Of
Membrane Technology. Netherlands:
Kluwer Academic Publisher.
Nasir, S., Budi T., (2011), Pengolahan Air
Limbah Hasil Proses Laundry
Menggunakan Filter Keramik Berbahan
Campuran Tanah Liat Alam Dan Zeolit,
Laporan Penelitian Hibah Kompetitif
2011. Universitas Sriwijaya: Palembang
Pabby, Anil K., S. S. H. Rizvi, A. M. Sastre.
(2009).Handbook fMembrane Separations
Chemical, Pharmaceutical, Food, And
Biotechnological Applications. CRC Press
Taylor & Francis Group: New York.
Richardson J.F., Coulson J.M., Harker J.H.,
Backhurst J.R., (2002), Coulson And
Richardson's Chemical Engineering
(Volume 2)(5th Ed.). Butterworth-
Heinemann.
Risdianto, D. (2007). Optimasi Proses
Koagulasi Flokulasi untuk Pengolahan Air
Limbah Industri Jamu (Studi Kasus PT.
SIDO MUNCUL). Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro: Semarang.
Slamet, J. (2004). Kesehatan Lingkungan. Gajah
Mada Pres.
Sudarmadji. (2007). Hidrologi dan Klimatologi
Kesehatan.
Sugiharto. (1987). Dasar-Dasar Pengelolaan
Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.

Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 19, Desember 2013 Page 13

Anda mungkin juga menyukai