Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan suatu negara yang berkaitan dengan kehamilan
dan kelahiran salah satunya adalah pelayanan kebidanan yaitu menjamin agar
setiap wanita hamil dan wanita yang menyusui bayinya dapat memelihara
kesehatan sesempurna mungkin agar wanita hamil melahirkan bayi sehat
tanpa gangguan apapun dan dapat merawat bayinya dengan baik.
Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruknya keadaan
pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah kematian
maternal. Kematian maternal selain menggambarkan kepadatan penduduk
dan keadaan sosial, juga merupakan salah satu indikator yang sangat sensitif
untuk melihat adanya pemanfaatan dan hasil guna pelayanan kesehatan
khususnya terhadap ibu, juga memberikan petunjuk mengenai tingkat
kesehatan wanita yang berhubungan dengan perilaku reproduksi.
Berdasarkan penelitian WHO tahun 2003 diseluruh dunia terdapat
kematian ibu sebanyak 500.000 jiwa pertahun. Indonesia di lingkungan
ASEAN merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi
yang berarti kemampuan untuk memberi pelayanan kesehatan masih
memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Kondisi
derajat masyarakat di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Antara lain
ditandai masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 angka kematian ibu adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup dan angka
kematian perinatal 34 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara maju
AKI berkisar antara 1,5 dan 3 per 10.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai
angka dibawah 20 pada kelahiran hidup. Penyebab utama AKI di Indonesia
yaitu pendarahan 30,5%, infeksi sebesar 22,5% dan eklamsi sebesar 17,5%,

1
dimana keseluruhan penyebab tersebut disebut juga “trias klasik” yang terjadi
pada 95% penyebab kematian ibu karena kehamilan, persalinan dan nifas.
Pelayanan kesehatan primer diperkirakan dapat menurunkan angka
kematian ibu sampai 20% namun dengan sistem rujukan yang efektif, angka
kematian dapat ditekan sampai 80%. Menurut UNICEF 80% kematian ibu
dan perinatal terjadi di rumah sakit rujukan. Dengan demikian maka upaya
peningkatan derajat kesehatan ibu mendapat perhatian serius. Pelayanan
kesehatan tersebut merupakan bagian integral dari pelayanan dasar yang
terjangkau oleh seluruh rakyat. Didalamnya termasuk pelayanan kesehatan
ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan
persalinannya dengan selamat. Upaya dapat tercapai bila dalam memberikan
pelayanannya bermutu dan berkesinambungan atau komprehensif.
Bidan sebagai salah satu tenaga pelaksanan dituntut untuk dapat
memberikan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas,
serta mampu membantu masyarakat yang mungkin dijumpai selama masa
tersebut. Perlu kita ketahui bahwa keberhasilan pelayanan diatas adalah bila
pada akhir masa nifas, ibu dan bayinya dalam keadaan sehat.
Dalam praktek klinik kebidanan, penulis sebagai salah satu mahasiswa
Program Studi DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin
diberikan kesempatan untuk melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif
kepada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, bayi, balita secara mandiri dan
kolaborasi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka sangat penting bagi seorang
bidan untuk memberikan asuhan yang bersifat komprehensif pada ibu dan
bayi, mulai pada masa kehamilan, persalinan serta nifas sebagai upaya deteksi
adanya komplikasi/penyulit yang memerlukan tindakan segera serta perlunya
rujukan agar mencapai derajat kesehatan yang tinggi pada ibu dan bayi
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.

2
B. MANFAAT
1. Memperoleh wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan
asuhan kebidanan komprehensif.
2. Memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat kedalam
kondisi yang nyata dilapangan.
3. Mahasiswa dapat berinteraksi langsung dengan pasien sehingga dapat
tercipta hubungan yang baik diantara keduanya.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komprehensif kepada ibu mulai
dari akhir kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir khususnya yang
normal secara mandiri dan kolaborasi dengan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang ditemukan
pada masa kehamilan, persalinan serta nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai ibu pada saat
hamil, melahirkan serta nifas.
c. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas.
d. Dapat membantu menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada
ibu dan bayi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

A. PENGERTIAN
1. Bidan (Midwife)
Seseorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh
pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus
serta terdaftar atau mendapatkan izin melakukan praktik kebidanan.
2. Kebidanan
a. Mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan kegiatan pelayanan yang
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan.
b. Ilmu yang terbentuk dari berbagai disiplin ilmu (multi disiplin) yang
terkait dengan pelayanan kebidanan yang meliputi ilmu kedokteran,
keperawatan, ilmu sosial, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat,
dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan kepada ibu dalam masa
pra konsepsi, selama hamil, ibu bersalin, post partum, bayi baru lahir.
3. Komunitas
a. Kelompok orang yang berada disuatu lokasi tertentu.
b. Sekelompok manusia yang berada dilingkungan dimana kita tinggal
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu individu, kelompok atau
masyarakat.
4. Bidan komunitas
Bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat diwilayah tertentu.
5. Kebidanan komunitas
Kebidanan komunitas adalah suatu lapangan praktik yang didasarkan pada
pengetahuan dasar yang berhubungan dengan penerapan kemampuan,
menggali, mengidentifikasi kebutuhan kesehatan masyarakat, individu
serta keluarga dalam lingkungan masyarakat (komuniti) seperti: dirumah,
sekolah, tempat pekerjaan, yang merupakan area diluar institusi pelayanan
kesehatan formal.

4
6. Asuhan kebidanan komunitas
Suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh bidan dalam menangani
masalah yang ada di masyarakat dengan menggunakan berbagai
pendekatan (sistem, tim, ilmiah, maupun manajemen kebidanan) dalam
pemecahan masalah yang berkaitan dengan KIA dan KB

B. TUJUAN
1. Tujuan Umun
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, khususnya kesehatan perempuan di wilayah kerjanya.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan
tanggung jawab Bidan
b. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu
c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko
kehamilan, persalinan, nifas dan perinatal
d. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
e. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait.

C. SASARAN
Sasaran dari kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita didalam suatu
keluarga. Menurut UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud
dengan keluarga adalah suami, isteri, anak, dan anggota keluarga lainnya,
sehingga pelayanan kesehatan kebidanan komunitas diarahkan untuk
mewujudkan keluarga yng sehat dan sejahtera. Pelayanan kebidanan
komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan keluarga. Di Indonesia sesuai
dengan kultur budaya, banyak keluarga yang mendiami satu rumah tidak
dalam keluarga inti tetapi ada anggota keluarga yang lainnya sehingga hal

5
tersebut juga harus mendapatka perhatian bidan komuniti juga menjadi
sasaran dalam pelayanan kebidanan komuniti seperti remaja atau calon ibu,
wanita, bayi dan balita.

D. LINGKUP PELAYANAN KEBIDANAN DIKOMUNITAS


1. Asuhan Antenatal
a. Pengertian kehamilan
Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang
sedang tumbuh di dalam tubuhnya. Kehamilan meupakan periode
yang dimulai dari konsepsi dan berakhir sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40–42 minggu) atau 9 bulan
7 hari dihitung dari HPHT.
b. Pelayanan Asuhan antenatal
Pelayanan Asuhan Antenatal atau ANC adalah pemeriksaan
kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin
secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang dilakukan. Definisi lain dari antenatal care adalah
pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim.
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya
berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga
dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam
pertolongan persalinan. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan
ibunya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga
kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan,
pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 1998:128).
ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal
sebanyak 4 kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu:
1) 1 kali kunjungan pada trimester I (sebelum 14 minggu)
2) 1 kali kunjungan pada trimester II (sebelum minggu 14–23
minggu)

6
3) 2 kali kunjungan pada trimester III (antara 28–36 minggu dan
sesudah minggu ke 36)
Sedangkan menurut WHO jadwal pemeriksaan kehamilan yang ideal
adalah sebagai berikut:
1) Pemerikasaan pertama
Pemerikasaan pertama dilakukan segera setelah diketahui
terlambat haid.
2) Pemeriksaan ulang
a) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan
b) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan
c) Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi
persalianan
3) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu
(Manuaba, 1998:130).
c. Tujuan
Secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk:
1) Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat
saat kehamilan, persalinan, dan kala nifas.
2) Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil,
persalinan, dan kala nifas.
3) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga
berencana.
4) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal
(Manuaba, 1998:129)
Sedangkan menurut referensi lain tujuan pelayanan ANC adalah:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk mengetahui kesehatan ibu
dan tumbuh kembang anak.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
sosial, ibu dan bayi.

7
3) Mengenali secara dini adanya keabnormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat
penyakit secara umum.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan melahirkan dengan
selamat.
5) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang dengan normal.
d. Standar Asuhan
Asuhan standar minimal 7 T, yaitu:
1) Timbang berat badan
2) Ukur tekanan darah
3) Ukur tinggi fundus uteri
4) Pemberian imunusasi TT
5) Pemberian tablet tambah darah
6) Tes terhadap penyakit menular seksual
7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
e. Ketidaknyamanan Umum Pada Kehamilan Trimester III
Kehamilan trimester III adalah usia kehamikan antara 28–40 minggu
(Mochtar, 1998:43). Ganggguan atau ketidak nyamanan yang sering
terjadi pada trimester III yaitu:
1) Sesak nafas
Ketika perut semakin membesar maka ibu akan merasakan sesak
nafas, jangan khawatir karena hal ini biasa terjadi pada masa
kehamilan. Untuk mencegahnya jangan lupa berdiri dan duduk
dengan dengan sikap tenang. Jika ingin berbaring, telentang dan
letakkan kepala dan bahu di atas sebuah bantal atau lebih,
mengurangi bekerja yang berat seperti turun naik tangga,
menyandarkan bahu pada tumpukan bantal (posisi semi fowler).
2) Sering Kencing
Penyebabnya adalah tekanan rahim terhadap kandung kemih yang
membatasi kemampuan kandung kemih untuk menyimpan air seni.

8
Saat kehamilan bertambah besar ibu hamil akan mengalami rasa
sulit menahan air seni. Walaupun repot harus bolak-balik ke kamar
kecil jangan pernah untuk mengurangi porsi minum.
Inilah keluhan yang paling sering dialami. Adanya janin membuat
tekanan pada kandung kemih. Kadang kala penyebabnya
kecenderungan ibu hamil yang minum lebih banyak. Akibatnya,
ginjal lebih banyak pula memproduksi air seni. Selain itu letak
kandung kemih yang bersebelahan dengan rahim membuat
kapasitasnya berkurang. Itulah salah satu sebab ibu hamil sering
buang air kecil.
Perlu diwaspadai, saat ini sering terjadi infeksi pada saluran atau
kandung kencing pada ibu hamil. Sayangnya, sulit membedakan
buang air kecil lantaran hamil dengan yang disebabkan oleh
infeksi. Hal yang bisa dijadikan pedoman yakni rasa nyeri yang
menyertai. Jika keluarnya air seni diiringi oleh rasa nyeri dan
warnanya merah atau keruh mungkin itu pertanda infeksi. Untuk
mengatasinya, jangan menunda keinginan buang air kecil.
3) Nyeri punggung bagian atas dan bawah
Nyeri tersebut bisa muncul seiring dengan pertambahan berat
badan. Perubahan mobilitas dapat ikut berpengaruh pada
perubahan postur tubuh dan dapat menimbulkan rasa tidak enak di
punggung bagian bawah. Ini umumnya terjadi pada akhir masa
kehamilan. Nyeri pungung dapat diredakan dengan kompres panas,
istirahat, dan obat pereda sakit yang telah diresepkan dokter
kandungan. Untuk mengantisipasinya juga, perhatikan, diet dan
kenaikan berat badan.
Perubahan tubuh selama kehamilan bisa mengakibatkan pegal pada
punggung. Apalagi janin berkembang semakin besar sehingga
punggung mudah tertarik atau merenggang. Untuk mencegahnya
lakukan olahraga hamil secara teratur, gunakan sepatu tanpa hak,

9
tidur di kasur yang rata dan agak keras, jangan tidur melengkung
dan berbaringlah dengan punggung lurus.
Selama kehamilan, sambungan antara tulang pinggul mulai
melunak dan lepas. Ini persiapan untuk mempermudah bayi lahir.
Rahim bertambah berat, akibatnya, pusat gravitasi tubuh berubah.
Secara bertahap, ibu hamil mulai menyesuaikan postur dengan cara
berjalan. Hal ini menyebabkan sakit punggung dan pegal.
Mengatasinya tak perlu obat. Cobalah perbaiki cara berdiri, duduk,
dan bergerak. Jika harus duduk atau berdiri lebih lama jangan lupa
istirahat setiap 30 menit.
Hormon-hormon membantu melenturkan sendi-sendi, tulang-
tulang dan otot-otot untuk persiapan kelahiran. Tetapi hormon juga
menjadikan lebih rentan mengalami terkilir dan rasa tegang selama
kehamilan–terutama di punggung bagian bawah. Janin yang
semakin besar juga ikut menekan tulang belakang dan panggul,
serta mengubah postur.
Tips mengatasi sakit punggung:
a) Beristirahat
b) Gunakan bantal-bantal untuk menyangga tubuh.
c) Saat berbaring miring, taruh sebuah bantal di antara paha dan
satu lagi di bawah lutut, untuk menghindari rasa kaku pada
punggung.
d) Hangatkan. Sebotol air panas atau kompres hangat dapat
meredakan area tubuh yang sakit.
e) Berlatih untuk memperkuat punggung bagian bawah, coba
kencangkan otot-otot pantat dan perut, seolah-olah memakai
jins ketat. Kemudian tahan posisi tersebut selama beberapa
detik sambil tetap bernafas seperti biasa. Ulangi dua tiga kali
sepanjang hari

10
f) Jongkok, tapi jangan membungkuk. Jangan pernah
membungkuk untuk memungut sesuatu dari lantai. Turunkan
tubuh sampai posisi berjongkok, dengan punggung tegak.
g) Cari pengobatan alternatif. Beberapa terapi tambahan seperti
akupunktur, osteopathy atau chiropractic dapat mengatasi
masalah pada punggung.
4) Varises
Yang dimaksud dengan varises adalah pelebaran pembuluh darah
balik (vena) akibat sumbatan atau pun berkurangnya tonus otot dan
lemahnya katup dalam vena.
Penyebabnya dapat akibat sumbatan misalnya varises pada ibu
hamil, varises esofagus (saluran makanan sebelum lambung) dan
yang sering juga adalah varises di daerah pembuluh darah sekitar
anus (wasir).
Kalau yang disebabkan tekanan/sumbatan dapat hilang atau
berkurang setelah sumbatan itu hilang. Pada ibu hamil selain
tekanan rahim diperkirakan ada faktor hormonal juga, bila masih
ringan, maka varises di kaki dapat dihilangkan dengan
memperbaiki tonus otot pembuluh darah dan tonus otot rangka
disekitarnya, misalnya dengan berolah raga dan kalau wanita dapat
dengan menggunakan medical stocking.
5) Panas perut
Rasa panas di perut adalah rasa terbakar yang tidak nyaman pada
esophogus (saluran cerna). Gejala ini lebih sering terjadi pada ibu
hamil karena hormon progesteron membuat lentur katup saluran
pencernaan, sehingga sebagian makanan yang sudah dicerna atau
asam perut naik kembali ke esophagus. Kondisi ini yang
menyebabkan rasa terbakar.

11
Mengatasi rasa terbakar:
a) Konsumsi makanan dalam porsi kecil-kecil secara lebih sering,
ketimbang makanan berat secara lebih jarang.
b) Berbaringlah atau tidurlah dengan posisi tersangga bantal.
c) Hindari makanan yang diproses dan kaya bumbu, juga
minuman yang mengandung kafein.
d) Minumlah teh camomile atau teh jahe, keduanya dapat
membantu menyamankan sistem pencernaan.
e) Dokter dapat menuliskan resep antasida yang aman selama
kehamilan.
6) Susah tidur
Ketika usia kehamilan bertambah, maka kesulitan tidur yang
nyaman akan menjadi keluhan yang sering pada ibu hamil. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu karena keadaan perut yang
semakin membesar, gerakan bayi dalam kandungan, rasa tak enak
didaerah ulu hati. Semua hal ini menyebabkan ibu hamil kesulitan
untuk tidur dengan nyaman di malam hari.
Beberapa tips yang dapat dilakukan untuk membantu agar tidur
lebih nyaman:
a) Carilah posisi tidur yang nyaman
Faktor yang terpenting untuk dapat tidur dengan nyaman
adalah menemukan posisi tidur yang terbaik. Posisi tidur
terbaik yang dianjurkan selama kehamilan adalah posisi tidur
miring ke sisi kiri, hal ini dapat membantu mengoptimalkan
aliran darah oksigen dan nutrisi ke plasenta
b) Mandi dengan air hangat
Basuhlah tubuh dengan mandi air hangat (jangan terlalu panas)
dengan sabun yang wangi dan rasa segar akan membantu siap
untuk tidur.

12
c) Hindari makan terlalu banyak saat menjelang tidur
Hindari makan terlalu kenyang. Saat hamil seringkali merasa
ingin makan sesuatu saat malam hari tapi hati-hatilah karena
bila keinginan untuk makan itu datang di waktu malam hari
karena dapat mempengaruhi tidur. Cobalah untuk menghindari
makan yang banyak atau terlalu kenyang saat menjelang tidur,
dapat mengantinya dengan snack yang ringan atau segelas susu
hangat.
d) Minum segelas susu hangat
Minum segelas susu hangat akan membantu untuk dapat tidur
hal ini didasarkan susu mengandung asam amino tryptophan
yang meningkatkan kadar serotonin dalam otak yang akan
membantu untuk dapat tidur.
e) Musik
Dengarkanlah musik yang dapat memberikan ketenangan dan
rasa rileks. Pilihlah musik apapun yang penting dapat
memberikan ketenangan. Dengan merasa tenang dan rileks
akan mudah untuk untuk tidur lebih nyaman.
f) Latihan menarik nafas.
Latihan menarik nafas dalam yang teratur dapat menolong
mengurangi ketegangan otot dan membantu untuk tidur lebih
baik. Carilah posisi yang nyaman, duduk, berdiri ataupun
berbaring, lalu tariklah nafas melalui hidung secara perlahan
lalu tahan nafas selama 1-2 detik dan keluarkan nafas melalui
mulut secara perlahan lakukan beberapa kali, beristirahat selagi
dapat.
7) Obstipasi
Berhubung hormon kehamilan progesteron mengendurkan sistem
pencernaan dan memperlambat gerakan pencernaan, maka
konstipasi menjadi keluhan yang umum. Kondisi ini akan semakin

13
memburuk bila memang sudah mengalaminya sebelum kehamilan
atau bila mengkonsumsi suplemen zat besi (lihat Anemia).
Cara untuk mencegah konstipasi:
a) Minumlah sebanyak-banyaknya air putih, jus buah-buahan
atau teh herbal. Hindari teh dan kopi, karena dapat membuat
bolak-balik buang air kecil yang bisa mengakibatkan dehidrasi.
b) Konsumsi serat. Buah segar dan buah yang dikeringkan, juga
sayur-sayuran dan gandum adalah sumber-sumber penting
yang harus dikonsumsi.
c) Singkirkan junkfood. Hindari makanan manis dan halus, yang
bisa menyumbat sistem pencernaan.
d) Olahraga ringan seperti jalan kaki dan berenang akan
membantu menjaga sirkulasi berjalan lancar.
e) Jangan terburu-buru. Pelan-pelan saja kalau buang air besar,
dan jangan mengejan.
f) Manfaatkan ramuan alami. Para herbalis menyarankan akar teh
dandelion untuk menjaga keteraturan BAB, dapat diperoleh di
toko-toko makanan sehat.
f. Anjuran Untuk Ibu Hamil
1) Makanan Ibu Hamil
Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga,
zat pembangun dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi. Makanan
bergizi untuk memenuhi kebutuhan janin dan meningkatkan produksi
ASI.

14
Kebutuhan Makan Ibu Hamil dalam Sehari
Bahan Wanita dewasa
Ibu hamil
Makanan tidak hamil
TM I TM II TM III
Nasi 3 ½ piring 3 ½ piring 4 piring 3 piring
Ikan 1 ½ piring 1 ½ potong 2 potong 3 potong
Tempe 3 potong 3 potong 4 potong 5 potong
Sayuran 1 ½ mangkok 1 ½ mangkok 3 mangkok 3 mangkok
Buah 2 potong 2 potong 2 potong 2 potong
Gula 5 sdm 5 sdm 5 sdm 5 sdm
Susu - 1 gelas 1 gelas 1 gelas
Air 4 gelas 6 gelas 6 gelas 6 gelas

Tabel 2.1 Kebutuhan Makan Ibu Hamil dalam Sehari

2) Hygiene selama kehamilan


Mandi diperlukan untuk kebersihan/hygiene terutama peawatan
kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Danjurkan
menggunakan sabun lembut/ringan. Jangan tergelincir diperigi dan
jagalah kebersihannya. Douche dan berendam tidak dianjurkan.
3) Merokok
bayi dari ibu–ibu perokok mempunyai berat badan lebih ringan,
oleh karena itu ibu hamil dilarang merokok
4) Obat–obatan
Prinsipnya, jika mungkin dihindari pemakaian obat–obatan selama
kehamilan terutama pada triwulan I. Perlu dipertanyakan mana
yang lebih besar manfaatnya dibandingkan bahayanya terhadap
janin, oleh karena itu harus dipertimbangkan pemakaian obat–
obatan tersebut.

15
5) Lingkungan
Saat sekarang, bahaya polusi udara, air, dan makanan terhadap ibu
dan anak sudah mulai diselidiki seperti halnya merokok.
6) Gerak badan
Kegunaannya: Sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan
bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur lebih nyenyak. Gerak
badan yang melelahkan dilarang. Dianjurkan untuk berjalan–jalan
pada pagi hari dalam udara yang masih segar. Gerak badan
ditempat seperti:
a) Berdiri–jongkok
b) Telentang–kaki diangkat
c) Telentang–perut diangkat
d) Melatih pernafasan
7) Kerja
a) Boleh bekerja seperti biasa
b) Cukup istirahat dan makan yang teratur
c) Lakukan pemeriksaan yang teratur
8) Bepergian
a) Jangan bepergian terlalu lama dan melelahkan
b) Duduk lama–statis vena (vena stagnasi) menyebabkan trombo-
flebitis dan kaki bengkak.
c) Bepergian dengan pesawat udara boleh, tidak ada bahaya
hipoksia dan tekanan oksigen yang cukup dalam pesawat
udara.
9) Pakaian
a) Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat
pada daerah perut.
b) Pakailah bra yang menyokong payudara
c) Memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu tinggi
d) Pakaian dalam yang selalu bersih

16
10) Istirahat dan rekreasi
Wanita pekerja harus sering istirahat. Tidur siang menguntungkan
dan baik untuk kesehatan. Tempat hiburan yang terlalu ramai,
sesak dan panas lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan
jatuh pingsan.
11) Koitus
Koitus tidak dihalangi kecuali bila ada sejarah:
a) Sering abortus/prematur
b) Perdarahan pervaginam
c) Pada minggu terakhir kehamilan, koitus harus hati–hati
d) Bila ketuban sudah pecah maka koitus dilarang
e) Dikatakan orgasme pada hamil tua dapat menyebabkan
kontraksi uterus–partus prematurus
12) Kesehatan jiwa
Ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan, karena itu
dianjurkan bukan saja melakukan latihan–latihan fisik namun juga
latihan kejiwaan untuk menghadapi persalinan. Walaupun
peristiwa kehaminan dan persalinan adalah suatu hal fisiologis,
namun banyak ibu–ibu yang tidak tenang, merasa khawatir akan
hal ini. Untuk itu bidan harus menanamkan kepercayaan pada ibu
hamil dan menerangkan apa yang harus diketahuinya karena
ketidaktahuan, rasa takut dan sebagainya dapat menyebabkan rasa
sakit pada saat persalinan, hal ini akan mengganggu jalannya
partus, ibu akan menjadi lebih lelah dan kekuatan hilang. Untuk
menghilangkan rasa cemas harus ditanamkan kerja sama pasien–
penolong dan diberikan penerangan selagi hamil dengan tujuan:
a) Menghilangkan ketidaktahuan
b) Latihan–latihan fisik dan kejiwaan
c) Mendidik cara–cara perawatan bayi
d) Berdiskusi tentang peristiwa persalinan fisiologik

17
13) Perawatan Payudara
Payudara merupakan sumber ASI yang menjadi makanan utama
bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya harus sudah dirawat.
Kutang yang dipakai harus sesuai dengan pembesaran buah dada
yang sifatnya adalah menyokong buah dada dari bawah, bukan
menekan dari depan.
Dua bulan terakhir dilakukan massase, kolustrum dikeluarkan
untuk mencegah penyumbatan. Untuk mencegah puting susu
kering dan mudah pecah maka puting susu dan areola payudara
dirawat dengan baik dengan dibersihkan dengan air hangat. Bila
puting susu masuk kedalam, hal ini diperbaiki dengan cara
menarik–narik keluar.
Adapun cara yang dapat dilakukan pada perawatan payudara
semasa hamil adalah sebagai berikut:
a) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
b) Letakkan handuk diatas pangkuan ibu
c) Basahi kedua telapak tangan dengan menggunakan minyak
kelapa
d) Lakukan kompres pada kedua puting susu dengan kapas
minyak
e) Lakukan penarikan pada kedua puting susu secara bersamaan
lalu diputar kedalam dan keluar sebanyak 20 kali.
f) Pegang pangkal payudara kanan dengan tangan kiri dan urut
kearah puting susu dengan tangan kanan sebanyak 20 kali
g) Lakukan pemijatan pada daerah areola mammae
h) Bersihkan kedua puting susu dan sekitarnya dengan waslap
kering
i) Cuci tangan setelah tindakan

18
2. Asuhan Intranatal
a. Pengertian
Asuhan yang diberikan pada kala II persalinan yang dimulai ketika
pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
b. Tujuan
Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat optimal.
Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran
paradigma. Dulu fokus utamanya adalah menunggu dan menangani
komplikasi namun sekarang fokus utamanya adalah mencegah
terjadinya komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir
sehingga akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru
lahir.
Contoh pergeseran paradigma asuhan persalinan normal, yaitu:
1) Mencegah perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh
atoni uteri.
2) Menjadikan laserasi/episiotomi sebagai tindakan tidak rutin.
3) Mencegah terjadinya retensio plasenta.
4) Mencegah partus lama.
5) Mencegah asfiksia bayi baru lahir.
c. Tanda–tanda inpartu
1) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur (Frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit )
2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak kerena
robekan–robekan kecil pada serviks.
3) Kadang–kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

19
4) Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan sudah
ada.
d. Asuhan Kebidanan Intaranatal
1) Asuhan Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga
serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri atas
dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
Asuhan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
a) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi
serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil–hasil
pemeriksaan.
b) Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar
kemaluannya setelah buang air besar atau kecil.
c) ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat. Hal
ini dapat diatasi dengan cara:
(1) Gunakan kipas angin, AC atau kipas biasa dalam kamar
(2) Manganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
(3) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah
dehidrasi, berikan cukup minum
(4) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
(5) Melakukan pemantauan persalinan kala I dengan
menggunakan partograf yaitu penilaian, suhu badan,
denyut nadi, denyut jantung anak, kontraksi, pembukaan
serviks dan penurunan kepala janin dll.
(6) Lakukan perubahan posisi Bantu ibu dalam persalinan
jika ia tampak gelisah, ketakutan, kesakitan:
(a) Berikan dukungan dan yakinkan dirinya
(b) Berikan informasi mengenai proses dan kemajuan
persaliannya.

20
(c) Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih
sensitif terhadap persaannya.
d) Jika ibu tersebut nampak kesakitan, dukungan atau asuhan
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
(1) Lakukan perubahan posisi.
(2) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu
menginginkan ditempat tidur maka sebaiknya untuk
tidur miring kiri.
(3) Sarankan ibu untuk berjalan
(4) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya)
untuk memijat atau menggosok punggungnya atau
membasuh mukanya diantara kontraksi
(5) Ibu diperbolehkan untuk beraktifitas sesuai dengan
kemampuannya/kesanggupannya.
(6) Ajarkan ibu tekhnik relaksasi; ibu diminta untuk
menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar
kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar
sewaktu terasa kontrasi.
(7) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam
persalinan, yaitu dengan menggunakan penutup atau
tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa seizin dan
sepengetahuan ibu.
2) Asuhan kala II
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling
menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah
satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan
dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan
rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah
persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio
sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat.

21
a) Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama
proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari
suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu sangat
diperlukan dalam menjalani proses persalinan.
Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan
dukungannya dari keluarga yang mendampingi ibu selama
proses persalinan.
b) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam asuhan diantaranya
membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan rangsangan
taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara dan
memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan
melahirkan bayinya.
c) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan serta
semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan
menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan dan
kelahiran bayi kepada mereka.
d) Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala II
persalinan. Lakukan bimbingan dan tawarkan bantuan bila
diperlukan.
e) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman untuk meneran
f) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran
apabila ada dorongan yang spontan dan kuat untuk meneran.
Jangan menganjurkan ibu untuk meneran berkepanjangan dan
menahan nafas. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara
kontraksi.
Meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernafas
sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan
resiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan
oksigen melalui plasenta.

22
g) Anjurkan ibu untuk minum selama kala dua persalinan.
Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat
mencegah ibu mengalami hal tersebut.
h) Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua
persalinan. Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan
hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan
perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu
kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. Beri
penjelasan dan tentang cara dan tujuan dari setiaptindakan
setiap kali penolong akan melakukannya, jawab setiap
pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh
ibu dan dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan
(misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, periksa dalam).
i) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan
memperlakukannya sesuai martabatnya.
j) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada
ibu sebelum memulai asuhan tersebut.
k) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
l) Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut
atau khawatir.
m) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran
ibu.
n) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan
menenteramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga yang
lain.
o) Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya atau anggota
keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
p) Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan
kelahiran bayinya.

23
q) Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
r) Menghargai privasi ibu.
s) Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama
persalinan dan kelahiran bayi.
t) Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan
ringan bila ia menginginkannya.
u) Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional
yang tidak memberi pengaruh yang merugikan.
v) Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin
membahayakan (episiotomi, pencukuran, dan klisma).
w) Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah
lahir.
x) Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama
setelah kelahiran bayi.
y) Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
z) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik,
bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan.
Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran
bayi.
Memberikan pertolongan asuhan persalinan normal:
a) Melihat tanda dan gejala kala dua
(1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.
(2) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
(3) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/atau vaginanya.
(4) Perineum menonjol.
(5) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
b) Menyiapkan pertolongan persalinan
(1) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial
siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

24
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam
partus set.
(2) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang
bersih.
(3) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu
sekali pakai/handuk pribadi yang bersih.
(4) Memakai sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
(5) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik
(dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi
atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah
disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi
tabung suntik)
c) Memastikan pembukaan lengkap dan janin baik
(1) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan
kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat
tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkonta-
minasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan
seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang.
Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam
wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut
dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).
(2) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah,
sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

25
(3) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
(4) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(120–160 kali/menit ).
(a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal.
(b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,
DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan
lainnya pada partograf.
d) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
(1) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang
nyaman sesuai keinginannya.
(2) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
(3) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat
ibu mulai meneran.
(4) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
utuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
(5) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untukmeneran:

26
(6) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinganan untuk meneran
(7) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
(8) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
(9) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
(10) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
(11) Menganjurkan asupan cairan per oral.
(12) Menilai DJJ setiap lima menit.
(13) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan
terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran
untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu
multipara, merujuk segera.
(14) Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin
meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai
meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi. Kemudian, jika bayi belum
lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setalah
60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
e) Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi.
(1) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter
5-6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu
untuk mengeringkan bayi.
(2) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di
bawah bokong ibu.
(3) Membuka partus set.

27
(4) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan.
(5) Menolong Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
(1) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan
lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat
pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan
atau bernapas cepat saat kepala lahir. Jika ada mekonium
dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung
setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir
DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet
penghisap yang baru dan bersih.
(2) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi
dengan kain atau kasa yang bersih.
(3) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian
meneruskan segera proses kelahiran bayi:
(a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
(b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,
mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
(4) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
Lahirnya bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi.
Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah

28
dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke
arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu
posterior.
Lahir badan dan tungkai
(a) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan
mulai kepala bayi yang berada dibagian bawah ke arah
perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior
lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku
dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan
bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat
dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi
saatkeduanya lahir.
(b) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan
yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki
bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki
lahir.Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati
membantu kelahiran kaki.
f) Penanganan bayi baru lahir
(1) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di
atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan
bayi di tempat yang memungkinkan).
(2) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan
bayi kecuali bagian pusat.
(3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari
klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem
pertama (ke arah ibu).

29
(4) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi
dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem
tersebut.
(5) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi
bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi
mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang
sesuai.
(6) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu
untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika
ibu menghendakinya.
3) Asuhan Kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan yang semakin
kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta
akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau
kedalam vagina.
Penatalaksanaan aktif pesalinan kala III
Oksitosin
a) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi
kedua.
b) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
c) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan
suntikan oksitosin 10 unit IM di1/3 paha kanan atas ibu
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

30
Penegangan tali pusat terkendali
a) Memindahkan klem pada tali pusat
b) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu,
tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
c) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang
(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30–
40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak
berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga
untuk melakukan ransangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta.
Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5–10 cm dari vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit:
(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
(2) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.

31
(5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30
menit sejak kelahiran bayi.
Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu
dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau
forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan
bagian selaput yang tertinggal.
Massase Uterus
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai Perdarahan
a) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di
dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase
selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
b) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
4) Kala IV
a) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam:
(1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
(2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

32
(3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
(4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
(5) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukan penjahitan dengan anestesialokal dan
menggunakan teknik yang sesuai.
b) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
c) Mengevaluasi kehilangan darah.
d) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan
setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
(1) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama
dua jam pertama pasca persalinan.
(2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
Asuhan sayang ibu pada masa post partum:
a) Menganjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya
(rawat gabung).
b) Membantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan
menganjurkan pemberian ASI sesuai permintaan.
c) Mengajarkan ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan
istirahat yang cukup setelah melahirkan.
d) Menganjurkan suami dan anggota keluarganya untuk
memelukbayi dan menyambut kelahiran bayinya.
e) Mengajarkan ibu dang anggota-anggota keluarganya tentang
bahaya dan tanda-tanda bahaya yang dapat diamati dan
anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika terdapat
masalah atau kekhawatiran.

33
3. Asuhan Postnatal
a. Pengertian
Masa Nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat–alat kandungan kembali seperti pra
hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6–8 minggu.
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan–jalan.
2) Puerpureum Intermediet yaitu kepulihan menyeluruh alat–alat
genitalia yang lamanya 6–8 minggu.
3) Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu–minggu, bulanan atau tahunan.
b. Perubahan–perubahan pada masa postnatal
1) Uterus secara berangsur–angsur menjadi kecil (involusio)
sehingga akhirnya sama seperti sebelum hamil.

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

Tabel 2.2 Involusi Uterus

2) Bekas implantasi uri: Placental bed mengecil karena kontraksi dan


menonjol ke cavum dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu
menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 dan akhirnya pulih.

34
3) Luka- luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh
dalam 6–7 hari.
4) Rasa Sakit, yang disebut after pain disebabkan kontraksi rahim,
biasanya berlangsung 2–4 hari pasca persalinan.
5) Lochia adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
a) Lochea Rubra: berisi darah segar dan sisa–sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, Vernik caseosa, lanugo dan
mekonium selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea Sangoinolenta: berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan
c) Lochea Serosa: Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7–14 pasca persalinan.
d) Lochea alba: Cairan putih setelah 2 minggu
e) Lochea Purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
f) Lochea Statis: Lochia tidak lancar keluarnya.
6) Serviks: Setelah persalina, bentuk serviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang
terdapat perlukaan–perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan
masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh
2–3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
7) Ligamen–ligamen: Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, berangur–
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang
uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen
rotondum menjadi kendor.
c. Tujuan Asuhan Post Natal
Asuhan postnatal adalah memberikan asuhan yang adekuat dan
terstandar pada ibu segera setelah melahirkan dengan memperhatikan

35
riwayat selama kehamilan, dalam persalinan dan keadaan segera
setelah melahirkan,diantaranya:
1) Mendeteksi adanya komplikasi yang akan terjadi dan
mempersiapkan rujukan
2) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarga mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenal tanda–tanda bahaya, menjaga
gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
3) Memfasilitasi hubungan yang baik antara ibu dan bayi.
4) Memulai dan mendorong pemberian ASI
Tujuan Asuhan Postnatal dapat dijelaskan secara rinci lagi, yaitu
sebagai berikut:
1) 6 jam masa nifas:
a) Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, jika
perdarahan berlanjut rujuk.
c) Memberikan konseling pada ibu dan salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dan BBL
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
g) Petugas menolong persalinan harus tinggal dengan ibu dan
bayinya untuk 2 jam pertama persalinan atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
2) 6 hari dan 2 minggu masa nifas:
a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal
b) Menilai adanya tanda–tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat.

36
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda–tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari–
sehari.
3) 6 Minggu masa nifas
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit–penyulit yang akan ibu
dan bayi hadapi.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
d. Progam kebijakan teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah–masalah yang terjadi.
e. Asuhan postnatal normal.
1) Mobilisasi
Kini perawatan puerpurium lebih aktif dengan dianjurkan untuk
melakukan mobilisasi dini (early mobilization). Perawatan
mobilisasi dini mempunyai keuntungan:
a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi
puerperium
b) Mempercepat involusi alat kandungan
c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal alat perkemihan
d) Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
2) Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya
makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur–
sayuran dan buah–buahan.
3) Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang–
kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra

37
ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincter ani
selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung
kemih yang terjadi selama persalinan.
4) Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 2-3 hari pasca melahirkan. Bila
masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak
keras dapat diberikan obat laksans per oral atau per rektal.
5) Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya
puting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya menyusukan
bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya. Bila bayi
meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara:
a) Pembalutan mammae sampai tertekan
b) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet
Lynoral dan Parlodel.
6) Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari
kehamilan telah terjadi perubahan–perubahan pada kelenjar
mamma yaitu:
a) Proliferasi jaringan pada kelenjar–kelenjar, alveoli, dan
jaringan lemak bertambah.
b) Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut
kolostrum, berwarna kuning–putih susu.
c) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam,
dimana vena–vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
d) Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesteron
hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau
prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu,
penaruh oksitosin menyebabkan mio–epitel kelenjar susu

38
berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak
sesudah 2–3 hari pasca melahirkan.
4. Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir.
b. Penanganan Bayi Baru lahir
1) Penilaian segera bayi baru lahir:
a) Apakah bayi menangis kuat dan bernafas tanpa kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Sambil menilai letakkan bayi diatas perut ibu dan selimuti bayi
(1) Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-
megap lakukan langkah resusitasi
(2) Jika bayi menangis kuat dan aktif, lanjutkan kelangkah
selanjutnya.
2) Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian tali pusat.
3) Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
4) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan
lakukan pengguntingan (lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2
klem tersebut.
5) Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain yang bersih dan
kering, selimuti dan tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat
terbuka.
6) Berikan bayi pada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan untuk memulai pemberian ASI dini.

39
c. Pemantauan bayi baru lahir
1) Keadaan umum
a) Tingkat kesadaran atau tonus otot bayi:
(1) Kesadaran normal: dimulai dari diam hingga sadar penuh
dan dapat ditenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan
jika diam atau sedang tidur .
(2) Kesadaran abnormal: Letargi Lunglai/layuh Iritabel Tidak
sadar
b) Postur dan gerakan tubuh bayi
(1) Normal: Pada saat istirahat kepalan tangan bayi longgar,
lengan, panggul dan lutut semi fleksi. Pada bayi kecil/
prematur ekstremitas sedikit ekstensi sedangkan pada bayi
sungsang fleksi penuh pada sendi panggul dan lutut atau
kaki ekstensi penuh sehingga kaki bisa mencapai mulut.
(2) Postur abnormal: Hiperekstensi berlebihan (Opistotonus),
gerakan terputus-putus (kejang/spasme), gerakan cepat
dan berulang–ulang (tremor/gemetar).
2) Tanda Vital
a) Suhu (36,5 ºC s/d 37,5 ºC)
b) Pernafasan (30–60 kali/menit)
c) Denyut jantung (100–160 kali/menit)
3) Antropometri
a) Berat badan: 2500 gr–4000 gr
b) Panjang badan: sekitar 50 cm
c) Lingkar kepala:
(1) Sirkumferantia suboccipito bregmatika: 32 cm
(2) Sirkumferantia fronto occipitalis: 34 cm
(3) Sirkumferantia mento occipitalis: 35 cm

40
4) Kepala
a) Kepala diukur mengelilingi lingkar oksipitofrontal dengan
lingkar rata-rata 35 cm yang tidak boleh terjadi peningkatan
dalam minggu pertama.
b) Menilai ubun-ubun dan sutura dengan cara dipalpasi secara
perlahan, ubun-ubun anterior tidak boleh teraba tegang atau
cekung; ubun-ubun posterior dan sutura harus teraba;
mungkin beberapa sutura saling bertumpuk.
c) Menilai bentuk kepala dengan cara inspeksi dan palpasi
dengan hasil pemeriksaan terjadi moulage (memanjang),
bagian yang lunak seperti spons (caput), pembengkakan
unilateral atau bilateral (sefalohematoma)
d) Ada/tidaknya trauma persalinan seperti lecet/luka, caput
succadaneum, cepal hematoma.
e) Kelainan kongenital: hidrocepalus, anencepalus
5) Muka
a) Merah muda hingga merah
b) Tampak simetris pada waktu istirahat dan ketika bergerak
(menangis)
c) Adanya paralisis wajah.
6) Mata
a) Kabut pada kornea
b) Keluar nanah
c) Pembengkakan palpebra
d) Pupil yang tidak bulat
e) Perdarahan konjungtiva
7) Mulut
a) Kesimetrisan
b) Sumbing pada bibir dan langit-langit
c) Warna bibir dan lidah
d) Kering mukosa mulut.

41
8) Telinga
a) Pastikan jumlah dan bentuk
b) Pastikan lubang telinga
c) Periksa posisi telinga
9) Leher
a) Leher pendek, kepala dapat digerakkan
b) Identifikasi pembengkakan
c) Lipatan kulit dan pembentukan selaput kulit yang berlebihan
10) Dada
a) Simetris
b) Puting susu terbentuk sempurna
11) Abdomen dan punggung
a) Bentuk
b) Pembengkakan, distensi abdomen
c) Kelainan kongenital: gastrokisis atau omfalokel, spina bifida
atau miomeningokel.
d) Tali pusat berwarna putih kebiruan pada hari pertama tetapi
apabila abnormal maka tali pusat merah, bengkak, bernanah
dan berbau busuk.
12) Ekstremitas
a) Sama panjangnya
b) Jumlah lengkap
c) Dapat bergerak bebas
d) Tidak ada fraktur
13) Kulit
a) Warna kulit:
Normal: Kemerahan
Abnormal: Kulit pucat, ikterus, sianois sentral, sianosis perifer
b) Kulit dilapisi verniks caseosa dan lanugo
c) Masih dianggap normal jika ada milia, eritema dan terkelupas
d) Bercak bawaan lahir.

42
14) Genetalia dan anus
a) Laki-laki
Posisi uretra di ujung penis, terdapat testis pada scrotum.
b) Wanita
Vulva ada memastikan adanya klitoris, orifisium uretra dan
introitus vagina, labia mayora menutupi labia minora,
terkadang terjadi pengeluaran lendir dan darah.
c) Periksa lubang anus
Untuk memastikan anus berlubang.
15) Refleks primitif
a) Refleks moro (merangkul)
b) Refleks sucking (menghisap)
c) Refleks rooting (menoleh)
d) Refleks grabting (menggenggam)
e) Refleks menempatkan dan mengenggam
f) Refleks menjulurkan lidah
d. Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir
1) Keadaan umum
2) Tanda vital
3) Ukuran antropometri
4) Kepala
5) Muka
6) Mata
7) Hidung
8) Mulut
9) Telinga
10) Leher
11) Dada
12) Abdomen
13) Punggung
14) Ekstremitas

43
15) Kulit
16) Genetalia dan anus
17) Refleks
e. Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
1) Pernafasan: Sulit atau cepat (lebih dari 60 kali per menit)
2) Kehangatan: Terlalu panas (lebih 38 derajat C) atau terlalu dingin
(kurang dari 36,5 derajat C)
3) Warna kulit: kuning, biru, pucat
4) Muntah: muntah banyak
5) Tali Pusat: merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
6) Infeksi: Suhu meningkat, tubuh merah dan bengkak, pernafasan
sulit
7) Kemih: Tidak berkemih dalam 24 jam
8) Tinja: Tinja lembek, sering, hijau, lendir atau darah pada tinja
9) Aktivitas: Menggigil, tangis tidak biasa, tidak bisa tenang,
menangis terus menerus

44

Anda mungkin juga menyukai