A. Latar Belakang
Pada Saat ini banyak sekali Negara yang menganut Sistem Demokrasi
sebagai sistem pemerintahannya. Demokrasi sendiri artinya sistem yang berasal
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi sering diartikan sebagai
penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, partisipasi dalam pengambilan
keputusan, dan persamaan hukum. Dalam tradisi Barat, demokrasi didasarkan pada
penekanan bahwa rakyat seharusnya menjadi pemerintah bagi dirinya sendiri dan
wakil rakyat seharusnya menjadi pengendali yang bertanggung jawab terhadap
tugasnya. Oleh karena rakyat tidak mungkin rakyat mengambil keputusan karena
jumlah terlalu besar maka dibentuklah dewan perwakilan rakyat. Sistem ini popular
karena melibatkan masyarakat merupakan komponen utamanya.
Kata demokrasi yang bahasa Inggrisnya democracy berasal dari kata dalam
bahasa Yunani yaitu demos yang artinya rakyat, dan kratos berarti pemerintahan.
Dalam pengertian ini, demokrasi berarti demokrasi langsung yang dipraktikkan di
beberapa negara kota di Yunani kuno. Dengan demikian, demokrasi dapat bersifat
langsung seperti yang terjadi di Yunani kuno, berupa partisipasi langsung dari
rakyat untuk membuat peraturan perundang-undangan, atau demokrasi tidak
langsung yang dilakukan melalui lembaga perwakilan. Demokrasi tidak langsung
ini cocok untuk negara yang penduduknya banyak dan wilayahnya luas.
6. al-Hurriyyah
Adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap warga
masyarakat diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan
pendapatnya. Sepanjang hal itu dilakukan dengan cara yang bijak dan
memperhatikan al-akhlaq al-karimah dan dalam rangka al-amr bi-‘l-
ma’ruf wa an-nahy ‘an al-‘munkar, maka tidak ada alasan bagi penguasa
untuk mencegahnya. Bahkan yang harus diwaspadai adalah adanya
kemungkinan tidak adanya lagi pihak yang berani melakukan kritik dan
kontrol sosial bagi tegaknya keadilan. Jika sudah tidak ada lagi kontrol
dalam suatu masyarakat, maka kezaliman akan semakin merajalela.
C. Persamaan dan Perbedaan antara Islam dan Demokrasi
Dr. Dhiyauddin ar Rais mengatakan, Ada beberapa persamaan yang
mempertemukan Islam dan demokrasi. Persamaannya adalah :
1. Jika demokrasi diartikan sebagai sistem yang diikuti asas pemisahan
kekuasaan, itu pun sudah ada di dalam Islam. Kekuasaan legislatif
sebagai sistem terpenting dalam sistem demokrasi diberikan penuh
kepada rakyat sebagai satu kesatuan dan terpisah dari kekuasaan Imam
atau Presiden. Pembuatan Undang-Undang atau hukum didasarkan pada
alQuran dan Hadist, ijma, atau ijtihad. Dengan demikian, pembuatan
UU terpisah dari Imam, bahkan kedudukannya lebih tinggi dari Imam.
Adapun Imam harus menaatinya dan terikat UU. Pada hakikatnya,
Imamah (kepemimpinan) ada di kekuasaan eksekutif yang memiliki
kewenangan independen karena pengambilan keputusan tidak boleh
didasarkan pada pendapat atau keputusan penguasa atau presiden,
melainkan berdasarkan pada hukum-hukum syariat atau perintah Allah
Swt.
2. Demokrasi seperti definisi Abraham Lincoln: dari rakyat dan untuk
rakyat pengertian itu pun ada di dalam sistem negara Islam dengan
pengecualian bahwa rakyat harus memahami Islam secara
komprehensif.
3. Demokrasi adalah adanya dasar-dasar politik atau sosial tertentu
(misalnya, asas persamaan di hadapan undang-undang, kebebasan
berpikir dan berkeyakinan, realisasi keadilan sosial, atau memberikan
jaminan hak-hak tertentu, seperti hak hidup dan bebas mendapat
pekerjaan). Semua hak tersebut dijamin dalam Islam.
Perbedaannya adalah sebagai berikut :
1. Demokrasi yang sudah populer di Barat, definisi bangsa atau umat
dibatasi batas wilayah, iklim, darah, suku-bangsa, bahasa dan adat-adat
yang mengkristal. Dengan kata lain, demokrasi selalu diiringi pemikiran
nasionalisme atau rasialisme yang digiring tendensi fanatisme. Adapun
menurut Islam, umat tidak terikat batas wilayah atau batasan lainnya.
Ikatan yang hakiki di dalam Islam adalah ikatan akidah, pemikiran dan
perasaan. Siapa pun yang mengikuti Islam, ia masuk salah satu negara
Islam terlepas dari jenis, warna kulit, negara, bahasa atau batasan lain.
Dengan demikian, pandangan Islam sangat manusiawi dan bersifat
internasional.
2. Tujuan-tujuan demokrasi modern Barat atau demokrasi yang ada pada
tiap masa adalah tujuan-tujuan yang bersifat duniawi dan material. Jadi,
demokrasi ditujukan hanya untuk kesejahteraan umat (rakyat) atau
bangsa dengan upaya pemenuhan kebutuhan dunia yang ditempuh
melalui pembangunan, peningkatan kekayaan atau gaji. Adapun
demokrasi Islam selain mencakup pemenuhan kebutuhan duniawi
(materi) mempunyai tujuan spiritual yang lebih utama dan fundamental.
3. Kedaulatan umat (rakyat) menurut demokrasi Barat adalah sebuah
kemutlakan. Jadi, rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi tanpa
peduli kebodohan, kezaliman atau kemaksiatannya. Namun dalam Islam,
kedaulatan rakyat tidak mutlak, melainkan terikat dengan ketentuan-
ketentuan syariat sehingga rakyat tidak dapat bertindak melebihi batasan-
batasan syariat, alQuran dan asSunnah tanpa mendapat sanksi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata demokrasi yang bahasa Inggrisnya democracy berasal dari kata dalam
bahasa Yunani yaitu demos yang artinya rakyat, dan kratos berarti pemerintahan.
Secara etimologi demokrasi berarti “pemerintahan oleh rakyat”. Piagam Madinah
merupakan undang-undang buatan Nabi yang diciptakan untuk merekonsiliasi umat
manusia saat itu, terutama di kalangan Muhajirin, Anshar dan Yahudi.
Kemajemukan suku-suku di Arab, agama yang berbeda-beda dan kepentingan
politik, diintegrasikan melalui Piagam Madinah. Oleh karena itu, piagam madinah
adalah alat demokratisasi.
Prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam meliputi :
1. syura,
2. al-‘adalah,
3. al-musawah,
4. al-amanah,
5. al-masuliyyah,
6. al-hurruriyah.
B. Saran
Lebih menambah wawasan tentang agama islam untuk memperbaiki system
demokrasi.
DAFTAR PUSTAKA