Anda di halaman 1dari 9

Original Article 115

Evaluasi Kadar Kurkumin dalam Jamu Tradisional Kunir


Asam yang Dijual di Pasar Kota Gede Bulan Februari 2015

Fitrilya Mustikahati Yusuf1, Nurkhasanah1


1
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Email: nurkhas@gmail.com

Abstrak
Wanita jawa sering mengkonsumsi jamu kunir asam sebagai obat dismenorea. Salah satu zat
aktif jamu tradisional kunir asam adalah kurkumin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar
kurkumin dalam jamu tradisional kunir asam di pasar Kota Gede serta melihat konsistensinya.
Penetapan kadar kurkumin kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan metode KLT densitometri.
Sebanyak 50,0 ml jamu tradisional kunir asam diekstraksi dengan 25,0 ml kloroform, diuapkan
hingga kering, lalu larutkan dengan 5,0 ml etanol p.a. Sebanyak 5 μl sampel dan larutan standar
ditotolkan pada lempeng silika gel 60 F254 yang sudah diaktifkan, dikembangkan dengan fase gerak
kloroform : etanol : asam asetat glasial (94 : 5 : 1), dianalisis menggunakan KLT densitometri
pada panjang gelombang 425 nm. Kadar kurkumin dihitung dengan memasukkan data AUC ke
persamaan regresi linier kurva baku kurkumin. Analisis data dan uji normalitas dilakukan dengan
uji Kolmogorov-Smirnov, homogenitas uji Levene dilanjutkan dengan Uji LSD (Least Significant
Difference) atau Kruskall-Wallis. Analisis statistik kandungan kurkumin jamu tradisional kunir
asam menunjukkan bahwa kadar tidak konsisten pada tiga hari pemeriksaan. Kadar kurkumin pada
keempat sampel juga menunjukkan variasi yang signifikan (p<0.01).

Abstract
Javanese women often consume kunir asam to relieve dysmenorrhea symptom. It is a traditional
herbal medicine which is conventionally prepared from curcuma domestica. One of the active
compound of curcuma domestica is curcumin. The purpose of this research is to determine the
amount of curcumin available in kunir asam selling in daily market of Kota Gede. Curcumin level
in daily batches consistency was also evaluated. Curcumin analysis was conducted by qualitative
and quantitative tests by TLC densitometry method. A total of 50.0 ml kunir asam was extracted
with 25.0 ml of chloroform, and then the mixture was dried by evaporation. The dried residue of
extract was then reconstituted in 5.0 ml of 96% ethanol. 5 μl of sample supernatant and standard
solutions spotted on the plates of silica gel 60 F254 that has been activated previously. The organic
solvent mixture comprise of chloroform: ethanol: glacial acetic acid (94:5:1) was used as the
mobile phase for elution, and the spots were then analyzed by using densitometry at wavelength
of 425 nm. Curcumin levels was calculated by inputting the size of spot area data into the standard
curve linear regression equation of curcumin concentration versus the size of spot area. The data
analysis was performed by normality test Kolmogorov-Smirnov test, Levene test of homogeneity
followed by Post Hoc / Test LSD (Least Significant Difference) or Mann Whitney. TLC analysis
conducted on four samples of “kunir asam” displayed a disparities on the curcumin level between
the three days of sampling in a row. Statistical analysis of the curcumin content in traditional herbal
medicine of “kunir asam” samples showed that the levels were not consistent in the three days of
the examination. Curcumin levels in all four samples were also shows a significant difference in
variations.

Keywords: Curcumin, kunir asam, TLC, densitometry


December 2015 (Vol 2 No 3)
116 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

PENDAHULUAN asam tartarat, 30-40% gula, serta sejumlah


kecil asam sitrat dan kalium bitartrat sehingga
Menstruasi atau haid adalah proses berasa sangat masam (Rukmana, 2005).
pelepasan dinding rahim (lapisan dalam Khasiat antinyeri haid dari jamu tradisional
endometrium) yang disertai dengan kunir asam salah satunya ditentukan oleh
perdarahan yang terjadi secara berulang setiap kandungan kurkumin di dalamnya. Tujuan
bulan, kecuali pada saat terjadi kehamilan penelitian ini untuk mengetahui kadar
(Anurogo & Wulandari, 2011). Pada saat kurkumin yang terkandung dalam sediaan
menstruasi itulah para wanita merasakan jamu kunir asam yang dipasarkan di kota
nyeri haid atau yang lebih dikenal dengan Gede, Yogyakarta.
dismenorea. Dismenorea adalah nyeri
selama menstruasi yang disebabkan adanya METODE
jumlah prostaglandin F2α yang berlebihan
pada darah menstruasi, yang merangsang Bahan utama penelitian ini adalah
hiperaktivitas uterus dan terjadi kejang otot sampel jamu tradisional kunir asam yang
uterus (Wilson & Price, 2006). Cara tradisional dijual di pasar Kota Gede Yogyakarta,
untuk mengatasi nyeri haid adalah dengan standar kurkumin (Sigma, USA).
menggunakan jamu kunyit asam, minuman Alat-alat yang digunakan untuk penentuan
atau jamu kunyit (Curcuma domestica) dan kadar kurkumin adalah TLC-scanner
asam jawa (Tamarindus indica) (Limananti & (CAMAG®, Switzerland)
Triratnawati, 2003). Secara alamiah, kunyit
dipercaya memiliki kandungan bahan aktif Sampling
yang dapat berfungsi sebagai analgetika, Untuk menentukan jumlah sampel digunakan
antipiretika, dan antiinflamasi (Norton, 2008) rumus n= 1+ 𝑁 (BPOM, 2001). N adalah
begitu juga asam jawa yang memiliki bahan jumlah penjual jamu yang terdapat di Kota
aktif sebagai antiinflamasi, antipiretika, dan Gede Yogyakarta, sedangkan n adalah
penenang (Nair et al., 2004). jumlah sampel yang digunakan. Dari hasil
perhitungan menggunakan jumlah rumus
Kunyit memiliki kandungan senyawa aktif random sampling yaitu 4 sampel jamu
minyak atsiri yang terdiri dari α dan β tradisional kunir asam di pasar Kota Gede
tumerone yang menyebabkan bau khas pada Yogyakarta.
kunyit, aril-tumerone, artumerone, α dan β
atlantone, kurkumol, zingiberance. Selain itu Pembuatan larutan uji
ada senyawa kurkuminoid yang terdiri dari Sebanyak 50,0 ml sampel jamu tradisional
kurkumin, dimetoksi kurkumin, desmetoksi kunir asam dimasukkan dalam corong pisah,
kurkumin, trietil kurkumin, dan bisdemetoksi. ditambahkan 10,0 ml kloroform, lalu dikocok
Sedangkan asam jawa mengandung 8-14% selama 10-15 menit dan dibiarkan beberapa

Pharm Sci Res


Fitrilya Mustikahati Yusuf, Nurkhasanah 117

menit hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan dijual di pasar Kota Gede Yogyakarta.
kloroform dipisahkan. Pekerjaan ekstraksi Terdapat 9 penjual jamu tradisional kunir
dilakukan 3 kali. Pada replikasi pertama asam. Sampel jamu tradisional kunir asam
dan ke dua ditambahkan kloroform 10,0 ml diambil dari 4 penjual yang memiliki cara
sedangkan replikasi ke tiga ditambahkan pembuatan yang berbeda antara satu dengan
5,0 ml. Lapisan kloroform diuapkan dalam yang lainnya. Sampel yang dipilih dan
air yang sudah di didihkan, sampai kering. ditandai sabagai sampel A, B, C dan D.
Kemudian dilarutkan dengan 5,0 ml etanol
p.a. Penjual jamu pertama (Sampel A)
menggunakan bagian empu dan entik kunyit
Pembuatan larutan standar yang dicuci sehingga bersih sebelum
Serbuk standar kurkumin dalam etanol p.a, diblender dan kemudian dikukus selama
dibuat konsentrasi 5 mg/ml kemudian dibuat lebih kurang 30 menit. Kunyit yang telah
larutan seri dengan berbagai konsentrasi yaitu dikukus digunakan untuk meracik jamu kunir
0,2; 0,6; 0,8; 1,2; 1,4 dan 1,6 mg/ml. asam dengan penambahan air gula jawa
dan asam jawa. Sedangkan penjual kedua
Penentuan kadar kurkumin (Sampel B) menggunakan bagian empu dan
Kromatografi Lapis Tipis yang digunakan entik dari kunyit yang telah dicuci bersih dan
yaitu fase diam Silika gel 60 F254 dengan diblender diikuti dengan perebusan selama
fase gerak Kloroform : etanol : asam asetat 2 jam sehingga kunyit matang. Kunyit yang
glacial (94 : 5 : 1) dan dideteksi di bawah matang ditandai dengan tidak ada lagi kunyit
lampu UV pada panjang gelombang 366 nm. yang menempel di tangan sehingga tidak
Masing-masing 5 μl larutan uji dan larutan menyebabkan warna kuning di tangan. Penjual
standar ditotolkan pada lempeng fase diam ketiga pula (Sampel C) menggunakan bagian
dan dielusi dengan fase gerak diukur KLT- empu dan entik kunyit yang dicuci sehingga
Densitometri, padapanjang gelombang 425 bersih dan kemudian ditumbuk menggunakan
nm. alat tradisional alu dan akhirnya direbus
sehingga matang. Sampel D kunyit bagian
Analisis empu dan entik yeng telah dibeli di pasar
Analisis data yang digunakan adalah statistika disangrai terlebih dahulu hingga matang
menggunakan SPSS. dan kemudian baru dicuci sampai bersih dan
digiling. Barulah cairan kunyit siap di racik
HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi jamu kunir asam.

Pengambilan sampel Pembuatan ekstrak


Sampel yang digunakan pada penelitian ini Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan
adalah jamu tradisional kunir asam yang pelarut kloroform. Menurut Pramono

December 2015 (Vol 2 No 3)


118 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

(2013) kurkumin terlarut dalam kloroform. dijenuhkan dengan uap fase gerak agar
Kloroform memiliki bobot jenis 1,476 g/ pemisahan sampel dapat optimal dan untuk
mL sehingga tidak bercampur dengan air mempercepat elusi. Profil kromatografinya
yang terdapat pada jamu tradisional kunir terlihat pada Gambar 1.
asam. Kloroform dapat mengekstraksi
maksimal kurkuminoid tetapi tidak dapat
mengekstraksi kandungan lain yang terdapat
pada jamu tradisional kunir asam. Asam jawa
memiliki kandungan antosianin yang bersifat
polar sehingga larut dalam air sehingga tidak
ikut terekstraksi oleh kloroform. Sehingga
hasil ekstraksi dengan kloroform hanya
menyari kurkuminoid. Kandungan dalam
kurkuminoid sendiri adalah kurkumin,
demetoksi kurkumin dan bisdemetoksi
kurkumin (Aggrawal, 2007). Gambar 1. Hasil KLT kurva baku
kurkumindan sampel jamu tradisonal kunir
asam pada UV 366
Uji kualitatif dan kuantitatif kurkumin
Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Keterangan :
kualitatif dan kuantitatif kurkumin
menggunakan fase diam lempeng silika gel Bercak 1 (Rf 0,51) : senyawa kurkumin

60 F254 dan fase gerak kloroform : etanol : Bercak 2 (Rf 0,36) : senyawa demetoksi
kurkumin
asam asetat glacial (94 : 5 : 1) ( v/v). Sebelum
dilakukan penotolan sampel, fase diam harus Bercak 3 (Rf 0,25) : senyawa bisdemetoksi
kurkumin
diaktifkan dengan cara dipanaskan terlebih
dahulu dalam oven pada suhu 110oC selama 15 Bercak A-D : sampel jamu
tradisional kunir asam A, B, C dan D
menit. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
Fase gerak : kloroform : etanol :
daya absorbsi dari fase diam. asam asetat glacial (94 : 5: 1)

Fase diam : silika gel 60 F25


Pembuatan kurva baku bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara konsentrasi
dengan luas area. Larutan standar dibuat Pengamatan bercak dilakukan dengan
dengan konsentrasi 0,2; 0,6; 0,8; 1,2; 1,4; dan cahaya UV pada panjang gelombang 366
1,6 mg/ml. Sedangkan larutan sampel dibuat nm (Gambar 1), tidak digunakan deteksi
dengan konsentrasi 10 mg/ml dengan volume dengan pereaksi semprot karena kurkumin
penotolan sebanyak 5 μl. Sebelum dilakukan sudah berwarna jika dilihat pada UV 366
pengembangan, bejana pengembang nm. Pada pengamatan dengan UV 366 nm

Pharm Sci Res


Fitrilya Mustikahati Yusuf, Nurkhasanah 119

terdapat bercak dengan Rf 0,51 (bercak area bercak yang terdeteksi oleh sinar UV
1) baik pada pembanding kurkumin dengan panjang gelombang 425 nm. Panjang
maupun bercak ekstrak etanol dan ekstrak gelombang 425 nm merupakan panjang
terpurifikasi. Bercak tersebut merupakan gelombang maksimum untuk senyawa
senyawa kurkumin karena adanya kesamaan kurkumin. Penetapan linearitas dilakukan
warna dan nilai Rf pada masing-masing dengan cara meregresikan kadar terhadap luas
bercak ekstrak dan pembanding kurkumin. area seri larutan kurkumin standar sehingga
Pada sampel masing-masing ekstrak terdapat didapat persamaan kurva baku y = 25466 x
bercak dengan nilai Rf 0,36 (bercak 2) yang + 15337.
merupakan senyawa demetoksi kurkumin dan
bercak dengan nilai Rf 0,25 (bercak 3) yang Untuk n = 6 dengan taraf kepercayaan 95%
merupakan senyawa bisdemetoksi kurkumin. maka harga r-tabel = 0,632 dan untuk taraf
Kurkuminoid dalam rimpang kunyit meliputi kepercayaan 99% harga r-tabel = 0,8114
senyawa kurkumin, demetoksi kurkumin dan (Riwidikdo, 2008) kesimpulannya r-hitung
bisdemetoksi kurkumin. Bercak senyawa = 0,9975 > r-tabel = 0,8114 maka dikatakan
demetoksi kurkumin dan bisdemetoksi korelasi bermakna dan persamaan regresi
kurkumin tidak ditemukan pada pembanding linier y = 25466 x + 15337 dari larutan
kurkumin. Selanjutnya dilakukan penetapan standar kurkumin menunjukkan adanya
kadar kurkumin setelah analisis kualitatif hubungan yang signifikan antara konsentrasi
kurkumin. Cara penetapan kadar kurkumin larutan standar kurkumin dengan luas area.
yaitu dengan scanning pelat KLT secara Kurva hubungan antara konsentrasi dengan
mendatar pada bercak senyawa kurkumin luas area larutan standar kurkumin dapat
seluruh sampel yang ditotolkan yaitu pada dilihat pada Gambar 2.
Rf 0,51. Data densitometri ini berupa luas

Gambar 2. Kurva hubungan antara konsentrasi kurkumin dengan luas area

December 2015 (Vol 2 No 3)


120 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Kadar kurkumin dari masing-masing ekstrak Data kadar sampel A, B, C dan D kemudian
diperoleh dengan memasukkan harga luas dianalisis secara statistik. Uji Kolmogorov-
area sampel ke dalam persamaan regresi Smirnov diperoleh dengan nilai signifikan
linier dari kurva baku sehingga diperoleh 0,896 lebih besar dari 0,050 yang menunjukan
kadar kurkumin dalam sampel dalam satuan bahwa data terdistribusi normal. Hasil uji
mg/ml, kemudian dikonversikan dalam Levene diperoleh nilai signifikan 0,042 lebih
satuan % b/v dari 50 ml jamu tradisional kecil dari 0,050 yang menunjukkan bahwa
jamu kunir asam. Hasil penetapan kadar data tidak homogen. Hasil uji Kruskall-
kurkumin pada masing-masing ekstrak yang Wallis diperoleh nilai signifikan 0,000 kurang
ditetapkan secara densitometri ditampilkan dari 0,050 artinya terdapat perbedaan yang
dalam Tabel 1. bermakna antara kadar sampel A, B, C dan D.

Tabel 1. Hasil penetapan kadar kurkumin secara densitometri


hari pertama, kedua dan ketiga

Sampel Kadar hari I Kadar Hari II Kadar Hari III

SD (%) SD SD

A 0,00435 ± 1,53x10-5 0,00593 ± 9,50x10-5 0,00857 ± 9,64x10-5


B 0,00820 ± 0,00017 0,00866 ± 0,00019 0,01062 ± 0,00017
C 0,01172 ± 0,00028 0,00922 ± 8,15x10-5 0,01089 ± 6,77x10-4
D 0,00833 ± 0,00014 0,00884 ± 0,00021 0,01176 ± 0,00027

Data kadar sampel A hari pertama, kedua dan Kadar sampel B, C, D hari pertama,
ketiga dianalisis secara statistik, dilakukan kedua dan ketiga juga dilakukan analisis
uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai secara statistik masing-masing diperoleh
signifikan 0,826 lebih besar dari 0,050 yang kesimpulan data tidak konsisten atau
menunjukkan data terdistribusi normal. terdapat perbedaan yang bermakna. Dari
Kemudian dilakukan uji Levene diperoleh hasil statistik bisa dilihat pada Gambar 3.
nilai signifikan 0,163 lebih dari 0,050 Konsistensi kadar kurkumin bisa kita lihat
menunjukkan data homogen. Maka dilakukan dengan cara membandingkan kadar hari
menggunakan metode LSD diperoleh nilai pertama, kedua dan ketiga dari masing-
signifikan 0,000 kurang dari 0,050 artinya masing sampel. Kadar yang tertinggi pada
terdapat perbedaan yang bermakna antara hari pertama dan kedua pada sampel C
sampel A hari pertama, kedua dan ketiga. sedangkan pada hari ketiga kadar kurkumin
Hal ini bisa dikatakan bahwa kadar sampel A yang paling tinggi pada sampel D. Dari
tidak konsiten. keempat sampel tersebut sampel A memiliki

Pharm Sci Res


Fitrilya Mustikahati Yusuf, Nurkhasanah 121

Gambar 3. Perbandingan kadar kurkumin pada


hari pertama, kedua dan ketiga

kadar paling rendah dibandingkan kadar dalam suasana basa atau pada lingkungan
sampel yang lain. Kadar pada tiap-tiap pH 8,5-10,0 dalam waktu yang relatif lama
sampel tidak konsisten pada hari pertama, dapat mengalami proses disosiasi, kurkumin
kedua dan ketiga dikarenakan penjual mengalami degradasi membentuk asam
jamu tradisional kunir asam tidak menakar ferulat dan feruloilmetan. Warna kuning
jumlah kunir yang digunakan melainkan coklat feruliolmetan akan mempengaruhi
memggunakan takaran tangan atau kira- warna merah dari kurkumin yang seharusnya
kira. Penjual jamu tradisional kunir asam terjadi. Sifat kurkumin lain yang penting
meracik jamunya berdasarkan ilmu turun adalah kestabilan terhadap cahaya (Tonnesen
temurun dan tidak pernah mendapatkan dan Karlsen, 1985; Van der Good, 1997).
pelatihan khusus dari pemerintah. Efek Adanya cahaya dapat menyebabkan terjadinya
yang diharapkan sebagai obat dismenorea degradasi fitokimia senyawa tersebut. Hal ini
tidak maksimal karena kadar kurkumin yang karena adanya gugus metilen aktif (-CH2-)
diperoleh tidak konsisten pada tiap harinya. diantara 2 gugus keton pada senyawa tersebut.
Cara pengolahan jamu tradisional kunir Kurkumin merupakan senyawa aktif
asam tidak terlalu mempengaruhi kadar golongan polifenol yang ditemukan pada
kurkumin yang terkandung di dalamnya. kunyit. Kurkumin dapat ditemukan pada 2
Penggunaan asam jawa di sini berguna untuk bentuk tautomer yaitu keto dan enol. Dalam
membuat kandungan kurkumin stabil dalam bentuk keto banyak terdapat pada padatan
bentuk larutan, karena kurkumin stabil dalam sedangkan bentuk enol banyak terdapat pada
pH asam. Dalam larutan basa kurkumin cairan / larutan (Sujata et al., 2000). Sehingga
menghasilkan larutan yang berwarna merah perlu penggukuran pH jamu tradisional kunir
kecoklatan yang apabila ditambahkan larutan asam untuk mengetahui kestabilan kurkumin
asam akan berubah warna menjadi warna pada jamu tradisional kunir asam. Data bisa
kuning (Sudarsono et al., 1996). Kurkumin dilihat pada Tabel 2

December 2015 (Vol 2 No 3)


122 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Tabel 2. Hasil pengukuran PH

Sampel Replikasi Hari Pertama Hari Kedua Hari Ketiga


1 3,91 3,97 3,53
Sampel A 2 3,97 3,95 3,55
3 3,95 3,97 3,52
1 4,40 4,40 4,05
Sampel B 2 4,40 4,41 4,08
3 4,42 4,41 4,03
1 4,13 4,11 4,20
Sampel C 2 4,11 4,09 4,18
3 4,15 4,10 4,18
1 3,37 3,38 3,41
Sampel D 2 3,38 3,35 3,44
3 3,37 3,40 3,41

Hasil pengujian pH diperoleh data pada KESIMPULAN


masing-masing sampel A, B, C dan D
berkisar pH 3-4. Tingkat keasamaan (pH) Terdapat perbedaan yang signifikan antara
di lambung normal berkisar 3-4. Sehingga kadar kurkumin pada hari yang berbeda
tingkat keasamaan jamu tradisional kunir sehingga bisa disimpulkan kadar kurkumin
asam aman untuk di konsumsi oleh lambung. tidak konsisten.
Untuk penderita maag dan tukak lambung
disarankan untuk makan terlebih dahulu DAFTAR ACUAN
sebelum mengkonsumsi jamu tradisional
kunir asam. Anurogo, D. & Wulandari, A. (2011). Cara
jitu mengatasi nyeri haid. Yogyakarta:
Cara pengolahan jamu tradisional kunir asam ANDI Yogyakarta
yang berbeda-beda antara sampel A, B, C dan Limananti A.I & Triratnawati A. (2003).
D tidak berpengaruh pada tingkat keasaman Ramuan jamu cekok sebagai
(pH). Yang mempengaruhi tingkat keasaman penyembuhan kurang nafsu makan pada
jamu tradisional adalah takaran/pengambilan anak: Suatu kejadian etnomedisin.
jumlah asam di bandingkan dengan jumlah Makara Kesehatan, 7, 11-20
pelarut yang digunakan. Karena itu perlu Nair M.G., Wang H., Dewitt D.L., Krempin
penakaran untuk membuat jamu tradisional D.W., Mody D.K., Qian Y., Groh D.G.,
kunir asam agar menjaga konsistensi kadar Davies A.J., Murray M.A., Dykhouse
kurkumin dan tingkat keasaman. R. and Lemay M. (2004). Dietary

Pharm Sci Res


Fitrilya Mustikahati Yusuf, Nurkhasanah 123

food supplement containing natural Sujata, M.K., K. Indira Priyadarsini, Dipak


cyclooxygenase inhibitors and methods K. Palit, Tulsi Mukherjee. (2000).
for inhibiting pain and inflammation. Effect of solvent on the excited-state
h t t p : / / w w w. f r e e p a t e n t s o n l i n e . photophysical properties of curcumin.
com/6818234.html. (23 October 2014) Photochemistry and Photobiology, 72
Norton K.J. (2008). Menstruation disorder (5), 625-631
- causes, symptoms and treatments of Tonnesen. H.H., & J. Karlsen. (1985). Studies
dysmenorrhea. http://www.steadyhealth. on curcumin and curcuminoids alkaline
com/articles/Menstruation_Disorder_ degradation of curcumin. Z Lebens
Causes_Symptoms_and_Treatments_ Unters Forsch, 180, 132-134
of_Dysmenorrhea_a773.html Van der Good H. (1997). The chemistry
Pramono, S. (2013). Jenis pelarut dan and quantitative structure activity
jenis senyawa terlarut. Bahan Kuliah relationships of curcumin, in
Galenika. Fakultas Farmasi Universitas recent development in curcumin
Gadjah Mada, Yogyakarta pharmacochemistry. International
Riwidikdo, Handoko. (2008). Statistik Symposium on Curcumin
kesehatan. Yogyakarta: Mita Cendikia Pharmacochemistry (15cp), Augst 29-
Press 31, 1995. Edited by Suwijoyo Pramono.
Rukmana, R. (2005). Budidaya asam jawa. Yogyakarta-Indonesia: Aditya Media.
Yogyakarta: Kanisius Wilson, L. M. & Price, S.A. (2006).
Sudarsono, Agus P, Didik G, dkk. (1996). Patofisologi: Konsep klinis proses-
Tumbuhan obat. Yogyakarta : UGM proses penyakit. Jakarta: Kedokteran
EGC

December 2015 (Vol 2 No 3)

Anda mungkin juga menyukai