Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) merupakan

penjabaran dari dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum

dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 terdapat

arah pembangunan kesehatan jangka panjang yang sudah tercantum secara

ringkas. Untuk dapat memberikan kejelasan yang lebih spesifik dari arah

pembangunan kesehatan tersebut, maka dipandang perlu ditetapkan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Bidang Kesehatan (RPJP-K) Tahun

2005-2025 (Kemenkes RI, 2014).

Rencana kerja pemerintah tahun 2014 menyebutkan bahwa masih

terdapat beberapa permasalahan ke depan yang memerlukan perhatian di

bidang kesehatan, masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi diantaranya

adalah beban ganda penyakit yaitu di satu pihak masih banyaknya penyakit

infeksi yang harus ditangani, dilain pihak semakin meningkatnya penyakit

tidak menular seperti penyakit kardivaskuler, dan penyakit ginjal. Penyakit

tidak menular yang menjadi perhatian di Indonesia adalah penyakit

kardiovaskuler karena penyakit ini bila tidak ditangani dengan serius bisa

mengakibatkan kematian, penyakit kardiovaskuler yang memiliki resiko tinggi

1
2

mengakibatkan kematian adalah penyakit jantung koroner, penyakit gagal

jantung kongestif dan hipertensi (DepKes RI, 2009).

Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan

fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada

kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Abnormalitas

(baik akibat keturunan atau didapat) pada struktur atau fungsi jantung bisa

disebabkan oleh kondisi adanya kelainan fungsi otot jantung, kondisi yang

mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner,

hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi (Aaronson &

Ward, 2010).

Congestive Heart Failure/ Gagal Jantung adalah ketiadakmampuan

jantung untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna memenuhi

kebutuhan metabolic dan kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun aliran

balik vena adekuat Stillwell (2011). Risiko CHF akan meningkat pada lansia

karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi

kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit lain seperti hipertensi,

penyakit jantung katup, kardiomiopati, penyakit jantung koroner, dan lain-

lain (Ardiansyah, 2012).

Gagal jantung terjadi karena perubahan fungsi sistolik dan diastolik

ventrikel kiri. Jantung mengalami kegagalan karena efek struktural atau

penyakit intrinsik sehingga jantung tidak dapat menangani jumlah darah


3

yang normal atau tidak dapat melakukan toleransi peningkatan volume

darah (misalnya selama latihan fisik) (Black & Hawks, 2014).

Masalah keperawatan yang muncul pada pasien gagal jantung

adalah gangguan oksigenasi, pola nafas tidak efektif, intoleransi

aktivitas, gangguan kebutuhan istirahat dan tidur, nyeri (Herdman, 2014).

Gangguan oksigenasi adalah suplai darah yang tidak lancar diparu-paru

(darah tidak masuk kejantung) menyebabkan penimbunan cairan diparu-

paru yang dapat menurunkan pertukaran O2 dan CO2. Sehingga

oksigenasi arteri berkurang dan terjadi peningkatan CO2 yang membentuk

asam di dalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu gejala sesak

napas (dyspnea) dan ortopnea (dyspnea saa tberbaring) (terjadi apabila

aliran darah dari ekstremitas meningkat aliran balik vena ke jantung

dan paru-paru) (Kasron, 2012).

Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) membutuhkan

tidur yang cukup dikarenakan dengan kualitas tidur yang baik akan

memperbaiki sel-sel otot jantung. Gangguan tidur pada penderita gagal

jantung sangat mempengaruhi kualitas hidupnya (Kelana, 2011). Pasien

perlu sekali beristirahat baik secara fisik maupun emosional, istirahat akan

mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung dan

menurunkan tekanan darah. Lamanya berbaring juga akan merangsang

diuresis karena berbaring akan memperbaiki perfusi ginjal, istirahat juga

mengurangi kerja otot pernapasan dan penggunaan oksigen (Soekijo,

2013).
4

Gagal jantung merupakan patologis yang terus meningkat seiring

dengan bertambahnya usia, secara fisiologis gagal jantung berkaitan

langsung dengan penurunan toleransi aktivitas sebagai akibat dari

penurunan curah jantung oleh karena disfungsi ventrikel kiri, peningkatan

neurohormonal dan kongesti pembuluh darah vena sistemik dan pulmoner.

Aktifitas dan latihan diketahui mempengaruhi secara fisiologis nilai fraksi

ejeksi merupakan indikator utama untuk menyatakan pasien menderita

gagal jantung (Duncam & Pozel, 2010).

Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal

jantung kongestif merupakan penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat

insiden dan prevalensinya. Data yang diperoleh dari World Health

Organizations (WHO, 2012) menunjukkan bahwa pada tahun 2008 terdapat

17 juta atau sekitar 48 % dari total kematian didunia disebabkan oleh

penyakit kardiovaskular. Risiko kematian CHF, berkisar antara 5-10% per

tahun pada CHF ringan dan meningkat pada angka 30-40% pada CHF berat

(Suryadipraja, 2009).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan RI tahun

2012 penderita gagal jantung atau CHF di Indonesia pada tahun 2012

menurut data dari Departemen Kesehatan mencapai 30.449 jiwa penderita

yang menjalani rawat inap di rumah sakit. Jumlah tersebut lebih tinggi

dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 27.978 jiwa penderita yang menjalani

rawat inap di rumah sakit. Hasil cakupan data dari Departemen Kesehatan

tentang penderita gagal jantung kongestif di 33 provinsi di Indonesia,


5

Provinsi Jawa Barat memiliki penderita paling banyak yaitu sebanyak 10.768

orang (7,4%). Di wilayah Kabupaten Sukabumi sendiri, angka kejadian gagal

jantung pada tahun 2015 masih cukup tinggi. Dimana penyakit gagal jantung

kongestif merupakan penyakit yang masuk kedalam daftar penyakit rujukan

ke rumah sakit. Salah satu rumah sakit rujukan terbesar di Kabupaten

Sukabumi untuk penderita gagal jantung kongestif adalah Badan Layanan

Umum Daerah Rumah Sakit (RSUD) Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan data rekapan tahunan dari RSUD Sekarwangi, penyakit

gagal jantung kongestif menempati 10 besar Penyakit Tidak Menular (PTM)

di ruang rawat inap Aisyah Dalam Lantai I RSUD Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi. Daftar 10 Penyakit Tidak Menular (PTM) Ruang Rawat Inap

Kabupaten Sukabumi Aisyah Dalam Lantai I tahun 2018 dapat dilihat pada

Tabel 1.1 :

Tabel 1.1 Daftar 10 Penyakit Tidak Menular (PTM) di Ruang Rawat


Inap Aisyah Dalam Lantai I RSUD Sekarwangi Kabupaten
Sukabumi Tahun 2018
No Penyakit Jumlah Persentase
1 End-Stage Renal Disease 319 16%
2 Congestive Heart Failure 274 14%
3 Left Ventricular Failure 234 12%
4 Typhoid Fever 230 12%
5 Diabetes Mellitus 185 9%
6 Diarrhoa dan Gastroenteritis 182 9%
7 Anemis 169 9%
8 Malaena 139 7%
9 Right Heart Failure 135 7%
10 DHF 119 6%
Total 1986 100
Sumber : (Laporan Tahunan RSUD Sekarwangi Kabupaten

Sukabumi, 2018)
6

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukan bahwa di ruang rawat inap Aisyah

Dalam Lantai I RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi gagal jantung

kongestif merupakan penyakit dengan kejadian terbanyak peringkat kedua

yaitu sebesar 14% atau sebanyak 274 kasus penderita gagal jantung kongestif.

Penanganan atau perawatan gagal jantung memerlukan tindakan

yang tepat agar tidak memperburuk keadaan jantung dari penderita.

Penanganan gagal jantung dapat dilakukan dengan cara mengontrol

istirahat, pola diet, membatasi cairan, mengurangi aktifitas fisik,

manajemen stres, mengurangi beban jantung. Sehingga untuk penderita

gagal jantung kongestif dapat mengurangi terjadinya komplikasi seperti

syok kardiogenik, efusi dan temponade (Hadibroto, 2007).

Menurut Alligood (2010) salah satu peran petugas kesehatan yang

memegang peranan penting dalam kesembuhan pasien gagal jantung, tidak

terkecuali untuk mengatasi masalah kebutuhan pasien adalah Perawat.

Perawat adalah caregiver yang mampu membantu klien dalam memenuhi

semua kebutuhan dasar manusia. Perawat sebagai pemberi asuhan

keperawatan dapat memberikan bantuan kepada pasien dengan melakukan

asuhan keperawatan salah satunya dengan penyakit gagal jantung kongestif,

selain itu perawat mempunyai peran sebagai konselor yang ditujukan untuk

meningkatkan kemampuan penderita dalam mengenal masalah yang dialami

pasien gagal jantung kongestif.


7

Besarnya angka mortalitas dan morbiditas penyakit kardiovaskuler

dapat merangsang kemajuan dibidang kesehatan untuk memudahkan

diagnosis, penatalaksanaan, dan terapi dalam mengatasi penyakit

kardiovaskuler. Kegiatan yang perlu ditekankan adalah pendidikan

kesehatan dan deteksi sedini mungkin pengenalan awitan gejala serta

pengendalian faktor risiko (Melanie, 2014).

Sehubung dengan prevalensi kejadian Congestive Heart Failure (CHF)

masih tinggi yang ditemukan serta masih adanya resiko seperti dampak

kematian yang ditimbulkan akibat Congestive Heart Failure (CHF)

maka peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk

mengobati, mencegah dan meningkatan kesehatan pasien. Agar dapat

memberikan asuhan keperawatan secara maksimal dan optimal maka

diperlukan pemahaman tentang konsep dasar penyakit Congestive Heart

Failure (CHF) dan proses keperawatannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Iman Firmansyah (2016)

di RSUD Sekarwangi menunjukan hasil bahwa terdapat hubungan

pengetahuan pasien tentang gagal jantung kongestif (p-value 0,009),

kepatuhan terapi (p-value 0,000), dukungan keluarga (p-value 0,000) dengan

kejadian rawat inap ulang pada penderita gagal jantung kongestif. Sedangkan

faktor yang paling dominan terhadap kejadian rawat inap ulang pada

penderita gagal jantung kongestif adalah kepatuhan terapi dengan nilai

keeratan hubungan 0.564.


8

Berdasarkan hal tersebut penulis akan melaporkan hasil pemberian

asuhan keperawatan secara kompherensif pada pasien Congestive Heart

Failure (CHF) khususnya pada Ny.I diruang Aisyah Dalam Lantai I RSUD

Sekarwangi Kabupaten Sukabumi yang dilakukan mulai tanggal 18 Juni 2019

dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

masalah adalah “Bagaimana melaksanakan atau mengimplementasikan

asuhan keperawatan pada klien dengan Congestive Heart Failure (CHF)

meliputi pengajian, analisa data, penegakan diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, serta evaluasi asuhan

keperawatan”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada pasien Ny.I dengan

Congestive Heart Failure (CHF) secara komprehensif.


2. Tujuan Khusus
Tugas khusus dari penulisan laporan Congestive Heart Failure

(CHF) ini adalah memberikan Asuhan keperawatan Congestive Heart

Failure (CHF) pada pasien Ny.I yang meliputi :

a. Melakukan pengkajian pada pasien Ny.I dengan Congestive Heart

Failure (CHF).

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Ny.I dengan

Congestive Heart Failure (CHF).

c. Membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi keperawatan

yang muncul pada pasien Ny.I dengan Congestive Heart Failure (CHF).
9

d. Melakukan implementasi sesuai yang di rencana tindakan yang sudah

direncanakan untuk pasien Ny.I dengan Congestive Heart Failure

(CHF).

e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan yang

telah dilakukan pada pasien Ny.I dengan Congestive Heart Failure

(CHF).

f. Melakukan dokumentasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan

yang telah dilakukan pada pasien Ny.I dengan Congestive Heart

Failure (CHF).

g. Mengetahui kesenjangan antara teori dan kenyataan dilapangan sesuai

dengan kasus asuhan keperawatan dengan Congestive Heart Failure

(CHF).

D. Manfaat Studi Kasus

Berhubungan dengan penulis manfaat yang ingin di capai pada

kliendengan kondisi Congestive Heart Failure (CHF) sebagai berikut :

a. Bagi Klien

Hasil ini dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan pada

klien dengan Congestive Heart Failure (CHF).

b. Bagi Institusi

Mengevaluasi tingkat kemampuan mahasiswa dan sebagai cara

untuk mengevaluasi materi yang telah diberikan kepada mahasiswa.

c. Bagi Rumah Sakit


10

Dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di

Rumah Sakit untuk mengambil langkah-langkah dan kebijakan

dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

khususnya pada pasien Gagal Jantung Kongestif.

d. Bagi Perawat

Mampu memberikan Asuhan Keperawatan secara

komperhensif kepada pasien, melatih berfikir kritis dalam

melakukan Asuhan Keperawatan khususnya pada pasien Gagal

Jantung Kongestif di Ruang Asiyah Dalam Lantai I.

Anda mungkin juga menyukai