Anda di halaman 1dari 11

KINETIK, Vol.1, No.1, May 2016, pp.

103-113
ISSN : 2503-2259,
E-ISSN : 2503-2267 103

Analisa Perbandingan Protokol GPSR dan GPCR dengan


Skema Pengimbangan Beban Trafik Menggunakan StochPath
pada Model Mobilitas IDM-IM

Gangga Prima Yousya*1, Denar Regata Akbi 2, Diah Risqiwati3


1,2,3
Universitas Muhammadiyah Malang
gangga_437099@webmail.umm.ac.id*1, dnarregata@umm.ac.id2, rizqiwati@umm.ac.id3

Abstrak
Protokol routing pada VANET terbagi dalam beberapa kategori diantaranya: topology
based, position based, geocast based, broadcast based, dan cluster based routing protocol.
Position based routing protocol bekerja dengan mengambil posisi atau lokasi kendaraan dari
map, GPS (Global Positioning System). GPSR (Greedy Perimeter Stateless Routing) dan GPCR
(Greedy Perimeter Coordinator Routing) termasuk dalam position based routing protocol.
Kemacetan merupakan permasalahan yang umum ditemui di kota-kota besar saat ini. Beberapa
faktor penyebab kemacetan diantaranya jumlah ruas jalan yang tidak mencukupi, jumlah
kendaraan yang melebihi kapasitas pada suatu waktu, persebaran kendaraan yang tidak merata,
dan lain sebagainya. Dari permasalahan tersebut dilakukan penelitian dengan membandingkan
performa antara dua protokol routing dengan skema pengimbangan beban, disertai dengan
skenario pengaruh kecepatan, perubahan node, variasi node pengirim-penerima, dan variasi
jarak transmisi. Pada analisa dari segi QoS kedua protokol routing tersebut dilakukan
perbandingan untuk mengetahui performa protokol routing yang terbaik. Performa protokol
routing GPSR dan GPCR saling mengimbangi pada skenario variasi node dan variasi kecepatan
dengan konsisten. Namun pada skenario variasi node pengirim-penerima dan skenario variasi
jarak transmisi, performa protokol routing GPCR lebih baik dari sisi throughput dan delay, dengan
nilai throughput tertinggi 4124,87 pada skenario variasi node pengirim-penerima dan 899,978
pada skenario variasi jarak transmisi. Sedangkan untuk nilai delay pada skenario variasi node
pengirim-penerima dan variasi jarak transmisi yaitu 1,15152 dan 1,88889

Kata kunci: GPSR, GPCR, VANET, pengimbangan beban, QoS

Routing protocols on VANET are divided into several categories including: topology-
based, position-based, geocast-based, broadcast-based, and cluster-based routing protocols.
Position-based routing protocols work by taking the position or location of the vehicle from the
map, GPS (Global Positioning System). GPSR (Greedy Perimeter Stateless Routing) and GPCR
(Greedy Perimeter Coordinator Routing) are included in position based routing protocols.
Congestion is a common problem in big cities today. Some of the factors that cause congestion
include the number of roads that are insufficient, the number of vehicles that exceed capacity at
a time, uneven distribution of vehicles, and so on. From this problem, the research was carried
out by comparing the performance of two routing protocols with load balancing schemes,
accompanied by a scenario of speed effects, node changes, variations of the sender-receiver
node, and variations in transmission distance. In terms of QoS analysis, the two routing protocols
are compared to determine the performance of the best routing protocol. The performance of the
GPSR and GPCR routing protocols offset each other in the scenario of node variations and
consistent variations in speed. However, in the scenario of the variation of the sender-receiver
node and the transmission distance variation scenario, the performance of the GPCR routing
protocol is better in terms of throughput and delay, with the highest throughput value of 4124.87
in the scenario of sending node and 899,978 variations in the transmission distance variation
scenario. Whereas for the delay value in the scenario of the variation of the sender-receiver node
and the variation of the transmission distance is 1.15152 and 1.88889

Keywords: GPSR, GPCR, VANET, load balancing, QoS


104 ISSN: 2503-2259; E-ISSN: 2503-2267

1 Pendahuluan
Pertumbuhan teknologi dan pengetahuan selalu berkembang dan mengalami kemajuan
yang sangat pesat, dari hal tersebut banyak melahirkan beragam inovasi baru, khususnya dalam
bidang teknologi komunikasi wireless. VANET (Vehicular Ad Hoc Network) merupakan sebuah
teknologi yang dikembangkan dari MANET (Mobile Ad Hoc Network) dimana objeknya adalah
kendaraan bergerak yang membangun komunikasi satu sama lain tanpa membutuhkan
infrastruktur tersentral sehingga membentuk topologi dinamis dengan mobilitas tinggi[1]. Dalam
beberapa tahun terakhir VANET menjadi area riset guna mendukung sistem transportasi pintar
atau dikenal dengan ITS (Intelligent Transportation System) [2].
Pada VANET kunci keberhasilan dalam pengiriman data terletak pada algoritma
pemilihan jalur yang merupakan tugas protokol routing. Protokol routing pada VANET terbagi
dalam beberapa kategori diantaranya: topology based, position based, geocast based, broadcast
based, dan cluster based routing protocol. Position based routing protocol bekerja dengan
mengambil posisi atau lokasi kendaraan dari map, GPS (Global Positioning System) [3]. GPSR
(Greedy Perimeter Stateless Routing) dan GPCR (Greedy Perimeter Coordinator Routing)
termasuk dalam position based routing protocol [4].GPSR memilih sebuah node yang paling
dekat dengan node tujuan dengan menggunakan beacon. GPSR menggunakan Greedy
Forwarding Algorithm, apabila algoritma tersebut tidak berhasil menemukan node yang dituju
maka akan digunakan algoritma Perimeter Forwarding untuk memilih node yang akan dilewati
oleh paket. GPCR menggunakan Greedy Algorithm untuk meneruskan paket berdasarkan pada
pre-selected path yang telah dirancang [4].
Kemacetan merupakan permasalahan yang umum ditemui di kota-kota besar saat ini.
Beberapa faktor penyebab kemacetan diantaranya jumlah ruas jalan yang tidak mencukupi,
jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas pada suatu waktu, persebaran kendaraan yang tidak
merata, dan lain sebagainya. Persebaran kendaraan yang tidak merata umumnya disebabkan
pengemudi tidak mengetahui ruas jalan kosong yang dapat dilalui. Untuk mengatasi hal tersebut
perlu dilakukan skema pengimbangan beban untuk meratakan beban trafik kendaraan pada ruas-
ruas jalan dan mempersingkat waktu berkendara. Pada contoh kasus nyata, skema
pengimbangan beban ini juga dapat disimulasikan pada kondisi dimana trafik kendaraan yang
sangat padat, seperti halnya pada saat musim mudik lebaran, dengan adanya skema
pengimbangan ini maka akan dibentuk suatu jalur alternatif bagi kendaraan sehingga macet
dapat terhindarkan.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rendi Dian P. membahas tentang
“Analisis Kinerja GPSR Dan AODV pada VANET dengan Skema Pengimbangan Beban Trafik”
bahwa protokol routing GPSR memiliki performa yang lebih baik dibandingkan AODV[5].
Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fadhli S. membahas tentang
“Analisis Kinerja DSDV dan GPSR dengan Skema Pengimbangan Beban Trafik pada VANET”
bahwa protokol routing GPSR memiliki performa yang lebih baik dibandingkan DSDV [6]. Kedua
penelitian tersebut sama-sama membandingkan jenis protokol routing position based dengan
topology based, dapat disimpulkan dari keduanya bahwa jenis protokol routing position based
selalu mendapatkan performa lebih baik dibandingkan dengan jenis protokol routing topology
based.
Oleh karena itu perlu dikaji sebuah perbandingan protokol routing yang berjenis position
based routing protocol, pada penelitian ini penulis menggunakan GPSR dan GPCR, karena
kedua protokol tersebut memiliki karakteristik yang sama, yakni bersifat unicast [7] [8] [9]. Model
mobilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu IDM-IM (Intelligent Driver Model with
Intersecection Node) yang diadopsi dari kedua penelitian diatas. IDM-IM merupakan suatu model
mobilitas yang memberikan kemampuan kendaraan untuk menyesuaikan kecepatan kendaraan
lain yang berada tepat di depannya. Model ini menggunakan seperangkat parameter yang sangat
kecil, yang dapat dievaluasi dengan bantuan nyata pengukuran lalu lintas [10]. Skema
pengimbangan beban trafik kendaraan diterapkan pada mobilitas kendaraan agar kendaraan
tidak berfokus hanya pada satu ruas jalan namun kendaraan tersebar dan terbagi dalam
beberapa ruas jalan. Algoritma pengimbangan beban trafik kendaraan yang digunakan pada
penelitian ini yaitu algoritma StochPath [11]. Skenario jalan yang digunakan yakni pada poros
Jalan Kota Malang (Jalan Ahmad Yani, Jalan L.A Sucipto, dan Jalan Panji Suroso). Pengujian
kedua protokol routing tersebut dilakukan dengan menghitung nilai dari QoS (Quality of Services)
yang memiliki parameter diantaranya Throughput, Delay, dan PDR (Packet Delivery Ratio).
KINETIK 105

2 Metode Penelitian
2.1 VANET (Vehicular Ad Hoc Network)
Teknologi dan ilmu pengetahuan selalu berkembang serta mengalami kemajuan yang
sangat pesat, dari hal tersebut banyak tercipta inovasi baru, khususnya dalam bidang teknologi
komunikasi wireless. VANET (Vehicular Ad Hoc Network) merupakan sebuah teknologi yang
dikembangkan dari MANET (Mobile Ad Hoc Network) dimana objeknya adalah kendaraan
bergerak yang membangun komunikasi satu sama lain tanpa membutuhkan infrastruktur
tersentral sehingga membentuk topologi dinamis dengan mobilitas tinggi [1]. Dalam beberapa
tahun terakhir VANET menjadi area riset guna mendukung sistem transportasi pintar atau dikenal
dengan ITS (Intelligent Transportation System) [2].
Pada VANET setiap kendaraan dilengkapi dengan sensor On Board Units (OBU), begitu
halnya pada infrastruktur jalan yang berperan dalam proses komunikasi, infrastruktur tersebut
dikenal dengan RSU (Road Side Unit). Data yang dikumpulkan oleh sensor pada kendaraan,
kemudian ditampilkan pada pengendara, dikirim ke RSU atau disebarkan secara broadcast ke
kendaraan lain yang membutuhkan, seperti informasi dari weather centres, traffic control centres,
dan lain sebagainya. Setiap node pada VANET bertindak sebagai router pada jaringan, baik bagi
node utama atau node tetangga (intermediate node) yang berkomunikasi di dalam radius
transmisinya. VANET merupakan jaringan yang bersifat self-organized, artinya jaringan yang
tidak bergantung pada infrastruktur jaringan manapun. Kendatipun ada beberapa node yang
secara tetap berdiri sebagai RSU, yang dapat memfasilitasi jaringan dengan informasi data
geografis ataupun akses internet [12].
Dalam lingkungan VANET ada beberapa jenis komunikasi yang dapat dibangun, seperti
yang digambarkan pada Gambar 2.1, diantaranya: V2V (komunikasi antar kendaraan), V2R
(komunikasi antara kendaraan dengan RSU), dan R2R (komunikasi antara RSU).

Gambar 1. VANET Overview [12]

2.2 GPSR (Greedy Perimeter Stateless Routing)


GPSR merupakan protokol routing berbasis posisi (position based routing) yang
menggunakan posisi geografis node untuk membuat keputusan routing, diasumsikan bahwa
setiap node mempunyai lokasi geografisnya sendiri menggunakan Global Position System
(GPS). Node mem-forward sebuah paket ke node tetangga terdekat yang secara geografis lebih
dekat ke node yang dituju Pada Greedy Perimeter Stateless Routing, sebuah node menemukan
lokasi tetangganya menggunakan perangkat HELLO messages dan posisi tujuan dengan
bantuan location services.
GPSR membutuhkan setiap node yang berada dalam jaringan untuk mampu
menemukan posisi terkininya menggunakan GPS receiver yang menyediakan informasi terbaru
mengenai kecepatan, waktu, dan arah dari kendaraan. Dengan informasi-informasi ini, sebuah
node dapat mem-forward paket ke tetangganya yang terdekat dari tujuan. Mode operasi seperti
ini dikenal sebagai Greedy Forwarding. GPSR membuat keputusan greedy forwarding hanya
menggunakan informasi tentang node dalam topologi jaringan. GPSR menggunakan greedy
approach untuk menemukan node tetangga terdekat, yang bekerja pada prinsip bahwa node
optimal adalah salah satu yang paling dekat ke tujuan [16].
106 ISSN: 2503-2259; E-ISSN: 2503-2267

Gambar 2. Perimeter dan Greedy Mode pada GPSR [16]

2.3 GPCR (Greedy Perimeter Coordinator Routing)


GPCR merupakan position based routing protocol dengan mengetahui jalan dan
persimpangan jalan dengan membentuk plannar graph tanpa menggunakan informasi dari luar
seperti peta jalanan statis. GPCR terdiri atas dua bagian antara lain prosedur pembatasan greedy
forwarding dan strategi perbaikan (recovery strategy) sama seperti yang dimiliki oleh GPSR, yang
berdasarkan topologi di jalan dan persimpangan jalan yang sebenarnya. Saat prosedur
pembatasan, paket diteruskan ke koordinator. Koordinator merupakan node yang berada di
persimpangan. Dalam hal ini node diasumsikan mengetahui node manakah yang berada di
persimpangan dan tidak. Jika pilihan node selanjutnya tidak ada koordinator maka paket
diteruskan ke node yang paling jauh. Langkah ini diteruskan hingga menemukan node tujuan
yang telah ditentukan.

Gambar 3. Gambar koordinator dipilih menjadi non-koordinator


Seperti ditunjukan oleh gambar, bagaimana next hop terpilih di jalan. Node a menerima paket
dari node b. Karena node a berada di jalan dan bukan di persimpangan, maka akan diteruskan
sepanjang jalan. Kemudian lalu cek mana dari tetangga node a yang merupakan koordinator.
Dalam Gambar 8 terdapat 3 koordinator yang memadai. Lalu untuk memilih siapa koordinator
akan dipilih secara random dan paket akan diteruskan ke koordinator. Setelah paket mencapai
koordinator, keputusan akan dilanjutkan dengan menggunakan greedy yaitu tetangga mana yang
paling dekat dengan node tujuan. Bagian lainnya yaitu saat strategi perbaikan dilakukan ketika
paket terjebak di local optimum. Pertama, teruskan paket hingga ke koordinator, lalu untuk
menentukan node yang mana dipilih ditentukan menggunakan aturan tangan kanan [17]. Lalu
diteruskan kembali hingga dapat ditemukan node tujuan.

2.4 Algoritma StochPath


Agoritma StochPath memilih rute jalan dari waktu tempuh yang paling rendah. Pada
algoritma StochPath dilakukan pemberian beban pada setiap ruas jalan yang akan dilalui. Beban
ini dihitung dengan membagi panjang luas jalan dengan kecepatan rata-rata node yang melintas.
Langkah pertama pada algoritma StochPath adalah mengenali koordinat posisi awal dan
koordinat posisi tujuan serta koordinat persimpangan yang terhubung dengan node. Nilai
selanjutnya yang dicari adalah jarak antara titik awal dan tetangganya dengan tujuan yang ingin
dicapai. Perhitungan jarak ini menggunakan dalil Phytagoras. Untuk mengurai penumpukan
KINETIK 107

node, maka dilakukan perhitungan beban untuk setiap ruas jalan. Setelah itu dibuat kondisi antara
nilai beban titik awal dengan tujuan dan beban tetangga dengan tujuan. Kondisi pertama adalah
ketika beban titik awal dan tujuan lebih besar. Kondisi kedua adalah ketika beban titik awal dan
tujuan lebih kecil. Kondisi terakhir adalah ketika beban titik awal dan tujuan sama dengan beban
tetangga dengan tujuan[20].

2.5 Model Mobilitas


Mobel Mobilitas dibuat dengan tujuan untuk merancang suatu mobilitas node agar dapat
menggambarkan kondisi yang sesuai dengan kondisi yang ada pada realita [19]. Berikut adalah
model mobilitas yang ada, diantaranya:
A. Mobilitas Freeway
Model mobilitas Freeway secara garis besar menggambarkan sebuah model
mobilitas kendaraan pada jalan bebas hambatan atau biasa disebut dengan jalan tol.
Pada model mobilitas ini terdapat sebuah jalan besar dengan arah berbeda. Setiap arah
jalan tersebut terdapat lebih dari satu lajur layaknya dijalan tol. Pergerakan kendaraan
pada Model Mobilitas Freeway ini terbatas hanya pada lajurnya kendaraan tersebut
berjalan dan tidak ada pergerakan acak yang terjadi [20].
B. Mobilitas Manhattan
Model mobilitas Manhattan menggunakan peta yang serupa dengan peta Kota
Manhattan yang berbentuk blok-blok. Bentuk geografis dari peta Manhattan tersusun dari
garis-garis horizontal dan vertikal yang saling berpotongan. Setiap jalan pada mobilitas
ini memiliki dua jalur dengan arah berlawanan dan setiap jalur terdapat dua lajur. Setiap
kendaraan yang menemui persimpangan memiliki probabilitas untuk berjalan lurus
sebesar 0,5 dan memiliki probabilitas masing-masing 0,25 untuk berbelok kiri dan kanan,
pergerakan mobilitas acak [20].
C. Mobilitas Terintegrasi
Model mobilitas terintegrasi atau Integrated Mobility Model (IMM) secara garis besar
menggabungkan semua model mobilitas yang telah dipaparkan sebelumnya. Pada
model mobilitas ini kendaraan melaju pada jalan lurus seperti pada Model Mobilitas
Freeway dan ketika memasuki daerah perkotaan kendaraan bergerak sesuai model
mobilitas Manhattan. Dengan diaplikasikan lampu lalu lintas, penggabungan jalan bebas
hambatan, dan jalan perkotaan, IMM ini merepresentasikan mobilitas di perkotaan dan di
luar kota [20].
D. Mobilitas IDM-IM (Intelligent Driver Model with Intersection Management )
Model mobilitas ini menyesuaikan kecepatan kendaraan lain yang berada di depan.
Model ini menggunakan satu set atau sekumpulan parameter yang sangat kecil, yang
dapat dievaluasi dengan bantuan nyata pengukuran lalu lintas. IDM-IM memberikan
kemampuan pada kendaraan untuk menangani persimpangan [20].

2.6 QoS (Quality of Service)


Quality of Service adalah metode pengukuran tentang seberapa baiknya suatu jaringan.
Dalam QoS terdapat beberapa parameter, diantaranya:
a. Throughput
Kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps (bit per second). Throughput
merupakan jumlah total kedatangan paket yang berhasil, diamati pada tujuan selama
interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut [21]. Persamaan
perhitungan Throughput:

Gambar 4. Formula Throughput [21]


b. Delay
Waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari sumber ke tujuan. Delay dapat
dipengaruhi oleh jarak, media fisik, dan waktu proses transmisi yang lama [21].
Persamaan perhitungan Delay:
108 ISSN: 2503-2259; E-ISSN: 2503-2267

Gambar 5. Formula Delay [21]


c. PDR (Packet Delivery Ratio)
Rasio antara banyaknya paket yang diterima oleh tujuan dengan banyaknya paket yang
dikirim oleh sumber [21]. Persamaan perhitungan PDR:

Gambar 6. Formula PDR [21]

2.7 Analisa Sistem


Simulasi dibangun dengan menggunakan beberapa software pendukung, yakni software
pembangkit mobilitas node dan perancang jaringan. VanetMobisim digunakan untuk membuat
mobilitas node, karakteristik jalan, perilaku pengendara (IDM-IM), dan penentuan jalur yang akan
dilewati node dengan Algoritma StochPath, dalam algoritma tersebut mekanisme pengimbangan
beban terjadi. NS-3 digunakan untuk merancang simulasi jaringan VANET dengan menggunakan
protokol routing, dalam penelitian ini GPSR dan GPCR, performa kedua protokol tersebut
dibandingkan dari segi QoS untuk menemukan protokol routing mana yang memiliki performa
yang baik.
VanetMobisim merupakan software pembangkit mobilitas node yang bersifat open-
source, mendukung spesifikasi mobilitas makro maupun mobilitas mikro, menggunakan kode
XML untuk menentukan berbagai skenario simulasi yang dibutuhkan. Pada VanetMobiSim ini
telah divalidasi ketepatannya dalam mensimulasikan berbagai skenario komunikasi.
NS-3 (Network Simulator 3) merupakan discrete-event network simulator, ditujukan untuk
keperluan penelitian dan edukasi. NS-3 adalah perangkat lunak gratis, dilisensikan di bawah
lisensi GNU GPLv2 dan tersedia secara publik untuk penelitian, pengembangan, dan
penggunaan. Tujuan dari proyek NS-3 untuk mengembangkan, lingkungan simulasi terbuka
untuk penelitian dalam bidang jaringan.

2.8 Analisa Masalah


Pada penelitian ini permasalahan yang diangkat yakni tentang kemacetan kendaraan
yang merupakan sumber masalah utama dalam berlalu lintas di lingkungan perkotaaan, untuk
mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan sebuah mekanisme pengimbangan beban trafik
kendaraan sehingga ruas-ruas jalan yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik. Oleh karena
itu perlu dilakukan sebuah uji untuk mengetahui pengaruh pengimbangan beban trafik kendaraan
tersebut terhadap pengiriman data yang dibangun dalam jaringan VANET. Disamping hal
tersebut untuk mendapatkan hasil yang sesuai maka ditambahkan beberapa skenario seperti:
pengaruh terhadap perubahan node, kecepatan yang dibuat variasi, variasi node pengirim dan
penerima, dan pengaruh jarak transmisi pada kondisi jalan dua arah.

2.9 Analisa Kebutuhan Sistem


Ada beberapa software dan spesifikasi hardware yang dibutuhkan untuk dapat
membangun simulasi jaringan VANET yang sesuai dengan fungsi kebutuhan yang telah
dirancang :
a) Sofware
Adapun beberapa software yang digunakan untuk membangun simulasi jaringan :
- VanetMobisim versi 2.0
- NS-3 versi 3.19
- Ubuntu versi 14.04 32 bit
b) Hardware
Adapun spesifikasi dari hardware yang digunakan untuk membangun simulasi jaringan :
- Intel Core i5-7200U up to 3.1 GHz
- Memory 8 GB (GigaByte)
- Kapasitas Harddisk 1 TB (TeraByte)
KINETIK 109

2.10 Perancangan Simulasi Jaringan


Pada bagian ini menjelaskan alur perancangan simulasi jaringan. Tahap pertama adalah
merancang mobilitas node yang dibuat menggunakan VanetMobisim dengan parameter-
parameter yang dibutuhkan, seperti: karakteristik jalan, perilaku pengendara, dan algoritma
pemilihan jalur. Node bergerak secara terarah dari titik awal menuju titik tujuan, melewati jalan
yang telah dibentuk. Node berhenti bergerak di saat mencapai batas waktu simulasi yang telah
dilakukan. Log mobilitas dalam VanetMobisim akan disimpan dalam ekstensi *.tcl. File log
tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam NS-3 untuk merancang jaringan dengan kedua
protokol routing GPSR dan GPCR. Pada Output dari NS-3 tersebut dilakukan perbandingan dan
analisa dari segi QoS yang meliputi Throughput, Packet Delivery Ratio, dan Delay.

. Tabel 1. Parameter Simulasi


Channel Type Channel Wireless
Radio Propagation Model Two Ray Ground
MAC Type 802.11p
Number of Mobile Node 50,75,100,125,150
Dimension of Topography 2000 x 2000
Time of Simmulation End 500
Route Algorithm StochPath
Routing Protocol GPSR, GPCR
Traffic Data UDP (UDPSocketFactory)

Gambar 7. Alur perancangan simulasi

2.11 Skenario Pengujian


Tabel 2. Skenario Pengujian Pengaruh Jumlah Kendaraan
Kecepatan
60 km/jam
Node
50 Skenario A
75 Skenario B
100 Skenario C
125 Skenario D
150 Skenario E
110 ISSN: 2503-2259; E-ISSN: 2503-2267

Tabel 3. Skenario Pengujian Pengaruh Kecepatan Kendaraan


Node
100 node
Kecepatan
20 Km/jam Skenario F
30 Km/jam Skenario G
40 Km/jam Skenario H
50 Km/jam Skenario I
60 Km/jam Skenario J

Tabel 4. Skenario Pengujian Variasi Node Pengirim dan Penerima


Node
100 node
40km/jam
Pengirim/Penerima
10/1 Skenario K
20/11 Skenario L
30/21 Skenario M

Tabel 5. Skenario Pengujian Variasi Jarak Transmisi


Node
100 node
40km/jam
Jarak Tranmisi
100 m Skenario N
125 m Skenario O
150 m Skenario P

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Dengan menggunakan VanetMobisim dan Network Simulator-3 diketahui hasil
throughput, delay, PDR, dan packet loss dengan melakukan variasi perubahan kecepatan ,node,
variasi node pengirim-penerima dan variasi jarak transmisi.

Gambar 8. Output File

Gambar 9. File *.tr yang dihasilkan dari simulasi.


3.1 Data Hasil Pengujian
Berikut ini adalah hasil sampel dari simulasi kinerja protokol routing GPSR dan GPCR
variasi perubahan kecepatan ,node, variasi node pengirim-penerima dan variasi jarak transmisi.
KINETIK 111

Throughput
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
20km/j 30km/j 40km/j 50km/j 60km/j
GPSR 4040,36 3534,84 2723,38 4081,55 4066,6
GPCR 4040,36 3534,84 2723,38 4081,55 4066,6

Gambar 10. Sampel grafik throughput hasil simulasi perubahan kecepatan node

Delay
1,18
1,16
1,14
1,12
1,1
1,08
1,06
1,04
20km/j 30km/j 40km/j 50km/j 60km/j
GPSR 1,08 1,10526 1,12698 1,16 1,13115
GPCR 1,08 1,105267 1,12698 1,16 1,13115

Gambar 11. Sampel grafik delay hasil simulasi perubahan kecepatan node

PDR
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
20km/j 30km/j 40km/j 50km/j 60km/j
GPSR 100% 76% 64% 50% 61%
GPCR 100% 76% 64% 50% 61%

Gambar 11. Sample grafik PDR hasil simulasi perubahan kecepatan node
112 ISSN: 2503-2259; E-ISSN: 2503-2267

4. Kesimpulan
Mengacu pada hasil dan analisa pengujian yang telah dijalankan pada semua skenario
simulasi yang menjalankan VANET pada routing protokol GPSR dan GPCR dengan skema
pengimbangan beban trafik StochPath dan perilaku pengendara IDM-IM. Penambahan node
serta kecepatan dan variasi node pengirim-penerima serta jarak transmisi mempengaruhi nilai
throughput, delay, PDR, dan packet loss. Terbukti pada beberapa skenario nilai throughput dan
PDR meningkat diikuti dengan penurunan nilai delay dan packet loss.
Dari 4 skenario yang sudah diujikan diantaranya skenario variasi node, varias kecepatan,
variasi node pengirim-penerima, dan variasi jarak transmisi. Performa protokol routing GPSR dan
GPCR saling mengimbangi pada skenario variasi node dan variasi kecepatan dengan konsisten.
Namun pada skenario variasi node pengirim-penerima dan skenario variasi jarak transmisi,
performa protokol routing GPCR lebih baik dari sisi throughput dan delay, dengan nilai throughput
tertinggi 4124,87 pada skenario variasi node pengirim-penerima dan 899,978 pada skenario
variasi jarak transmisi. Sedangkan untuk nilai delay pada skenario variasi node pengirim-
penerima dan variasi jarak transmisi yaitu 1,15152 dan 1,88889.

Refrensi
[1] F. H. Saputra, R. Anggoro, and S. Djanali, “Studi Kinerja Greedy Perimeter Stateless Routing
Berbasis Overlay Network Pada Vanet,” JUTI J. Ilm. Teknol. Inf., vol. 16, no. 1, p. 69, 2018.
[2] J. Härri, M. Fiore, F. Filali, and C. Bonnet, “Vehicular mobility simulation with VanetMobiSim,”
Simulation, vol. 87, no. 4, pp. 275–300, 2011.
[3] A. Abu Taleb, “VANET routing protocols and architectures: An overview,” J. Comput. Sci., vol.
14, no. 3, pp. 423–434, 2018.
[4] B. Paul, M. Ibrahim, and M. Abu Naser Bikas, “VANET Routing Protocols: Pros and Cons,” Int.
J. Comput. Appl., vol. 20, no. 3, pp. 28–34, 2011.
[5] R. D. PRASETIA, D. PERDANA, and R. M. NEGARA, “Analisis Kinerja GPSR dan AODV pada
VANET dengan Skema Pengimbangan Beban Trafik,” ELKOMIKA J. Tek. Energi Elektr. Tek.
Telekomun. Tek. Elektron., vol. 6, no. 2, p. 207, 2018.
[6] M. Fadhli, R. M. Negara, and D. Perdana, “Trafik Pada Vanet Performance Analysis of Dsdv and
Gpsr Using Traffic Load Balancing Scheme on Vanet,” vol. 2.
[7] F. D. Da Cunha, Z. Boukerche, L. Villas, A. Carneiro Viana, and A. A. F. Loureiro, “Data
Communication in VANETs: A Survey, Challenges and Applications,” [Research Report] RR-
8498, INRIA Saclay, pp. 1–26, 2014.
[8] T. A. Kumar and A. T. Reza, “A Survey On Unicast Routing Protocols For VANET,” Int. J. Eng.
Comput. Sci., vol. 5, no. 5, pp. 16555–16565, 2016.
[9] A. Vigilia and J. Suseela, “Survey on Unicast, Multicast and Broadcast Routing Techniques in
Vehicular Ad-hoc Networks – Present and Future,” Br. J. Math. Comput. Sci., vol. 13, no. 4, pp. 1–
26, 2015.
[10] M. Chamieh, R. El-Kouatly, and O. Abu-Amsha, “Impact of IDM lane-changing on the
performance of AODV on VANETs,” Int. J. Simul. Syst. Sci. Technol., vol. 13, no. 6, pp. 35–40,
2012.
[11] D. Perdana, Febryan, and F. Dewanta, “Performance evaluation of vehicle load balancing scheme
on IEEE 802.11p standard,” Int. J. Simul. Syst. Sci. Technol., vol. 17, no. 35, p. 30.1-30.7, 2016.
[12] A. Faikah, R. Munadi, and L. Vidya, “Performance Analysis Of GPSR, GyTAR, And B-MFR
Routing Protocol In VANET For Inter Vehicle Communication,” vol. 1, no. 1, pp. 127–137, 2014.
[13] M. Y. Gadkari, “VANET: Routing Protocols, Security Issues and Simulation Tools,” IOSR J.
Comput. Eng., vol. 3, no. 3, pp. 28–38, 2012.
[14] R. Baumann, “Vehicular Ad hoc Networks ( VANET ),” Ad Hoc Networks, p. 128, 2004.
[15] V. D. Khairnar and K. Kotecha, “Performance of Vehicle-to-Vehicle Communication using IEEE
802.11p in Vehicular Ad-hoc Network Environment,” Int. J. Netw. Secur. Its Appl., vol. 5, no. 2,
pp. 143–170, 2013.
[16] M. A. SURYADILAGA, “Analisis Kinerja Protokol Routing Gpsr Dan Lar Pada Simulasi Jaringan
Vehicular Ad Hoc Network (Vanet),” pp. 5–24, 2016.
[17] Anon, “Bab 2 Tinjauan Pustaka,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, pp. 1689–1699, 2013.
[18] “VanetMobiSim_Ns-2 Simulator _ VANET_ITS Website (NEO).” .
[19] N. Simulator and G. N. U. Gplv, “Pengenalan Network Simulator 3.”
[20] A. Muhtadi, D. Perdana, R. Munadi, F. Teknik, and U. Telkom, “Pengimbangan Beban Trafik
KINETIK 113

Kendaraan Performance Evaluation of Dsdv , Aodv , and Zrp on Vanets Using.”


[21] R. Wulandari, “ANALISIS QoS (QUALITY OF SERVICE) PADA JARINGAN INTERNET
(STUDI KASUS : UPT LOKA UJI TEKNIK PENAMBANGAN JAMPANG KULON – LIPI),”
J. Tek. Inform. dan Sist. Inf., vol. 2, no. 2, pp. 162–172, 2016.

Anda mungkin juga menyukai