Anda di halaman 1dari 8

MATERI AGAMA ISLAM

SEMESTER 4

INSEMINASI DAN KLONING

Kelompok : A-4

Anggota : Audrey Kumala 1102016035

Ayunda Maharani 1102016037

Ayunin Novania 1102016038

Danti Fadhila 1102016046

Febri Irwansyah 1102016070

Fitria Fatmawati 1102016074

Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI
INSEMINASI
1. Pendahuluan

Inseminasi Buatan. Kata inseminasi berasal dari bahasa inggris “insemination”, yang
artinya pembuahan atau penghamilan. Inseminasi buatan ini, dimasukkan oleh dokter Arab
dengan istilah ‫ التلقيح‬yang berasal dari fi’il (kata kerja) ‫ لقح – يلقح‬menjadi ‫ تلقيحا‬yang berarti
mengawinkan atau mempertemukan (memadukan).

Kata ‫ التلقيح‬yang sama pengertiannya dengan perkataan inseminasi buatan, diambil oleh
dokter ahli kandungan bangsa Arab dalam upaya pembuahan terhadap wanita yang
menginginkan kehamilan. Padahal sebelumnya, istilah itu berasal dari petani kurma yang
pekerjaannya menaburkan serbuk bunga jantan kepada bunga betina, agar pohon kurmanya
dapat berbuah.

Program Bayi tabung atau pembuahan in vitro adalah sebuah tehnik pembuahan atau
bayi tabung reproduksi dimana sel telur (ovum)dibuahi diluar tubuh wanita. Bayi tabung
adalah suatu metode untuk mengatasi masalah kesuburan (keturunan) dimana akan dilakukan
bila metode lainnya sudah tidak berhasil. Adapun proses dari bayi tabung itu sendiri adalah
mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, yaitu pemindahan sel telur dari ovarium dan
pembuahan oleh sperma dilakukan dalam sebuah medium cair.

Bayi tabung dalam bahasa kedokteran disebut In Vitri Fertilization (IVF). In Vitro
berasal dari bahasa Latin yang berarti di dalam sedangkan Fertilization adalah bahasa Inggris
yang memiliki arti pembuahan. Jadi bayi tabung adalah suatu upaya untuk memperoleh
kehamilan dengan jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur sehingga terjadi pembuahan
dalam suatu wadah atau cawan petri (semacam mangkuk kaca berukuran kecil) khusus yang
hal ini dilakukan oleh petugas medis. Mungkin karena proses pembuahan tersebut terjadi
di cawan kaca (seolah seperti tabung), akhirnya masyarakat mengenalnya sebagai pengertian
bayi tabung.

2. Jenis-jenis

 ICI (intracervival insemination)


Inseminasi buatan yang tergolong inseminasi paling umum digunakan oleh pasangan,
cara kerjanya bisa dilakukan dengan cepat termasuk proses inseminasi yang kurang invasif
dimana sel sperma pria akan ditempatkan ke dalam leher rahim atau serbiks milik wanita.
Kemudia melalui rahim sperma akan bergerak alami memasuki sakuran tuba fallopi. Biasanya
proses inseminasi ICI dilakukan sebelum wanita dalam masa ovulasi. Spekulum berguna untuk
membantu membuka vagina dalam mengekspos leher rahim. Kemudian sperma dimasukkan
kedalam sebuah kateter dan jarum suntik dan dokter menyuntikkan sel sperma ke vagina. Pada
leher rahim akan disumbat dengan menggunakan spons supaya sperma yang dimasukkan tidak
tumpah. Lalu dibiarkan selama 6 jam, baru spons bisa dilepas. Proses ICI ini memakan waktu
10 menit.

 IUI (intrauterine insemination)


Inseminasi buatan yang sekilas mirip dengan inseminasi ICI. Bedanya sperma akan
dimasukkan ke dalam rahim dengan menggunakan kateter. Waktu proses yang dibutuhkan
sekitar 15 menit. Kemudian sel sperma ini akan dimasukkan ke dalam rahim sebelum
ovulasi.kemudian sperma diharapkan dapat bergerak alami menuju saluran tubafalopi untuk
selanjutnya melakukan pembuahan sel telur.

 ITI (intratubal insemination)


Suatu proses insemination buatan yang cukup asing dibanding inseminasi jenis ICI dan
IUI. Hal ini dikarenakan inseminasi ini merupakan proses yang invasif dan harganya cukup
mahal. Cara kerjanya dimana sel sperma pasangan atau sperma pendonor akan langsung
ditempatkan ke dalam tuba fallopi, tujuannya supaya sperma tidak bergerak menuju ke arah sel
telur sehingga memberikan peluang yang besar adanya pembuahan. Inseminasi ini biasanya
dilakukan menggunakan teknik laparoskopi dan intraserviks. Metode laparoskopi yaitu proses
pembedahan dimana bagian perut dibuat sedikit sayatan kecil, kemudian kateer akan
dimasukkan dalam sayatan tersebut guna menyalurkan sel sperma secara langsung ke dalam
saluran tuba fallopi. Sementara metode intra serviks, dimana sel sperma akan dimasukkan ke
dalam kateter, kemudian kateter akan didorong langsung ke dalam tuba fallopi melalui vagina,
serviks dan rahim.

 IVI (insemination intravaginal)


Inseminasi ini masih sangat jarang digunakan, pasalnya proses inseminasi ini hampir
menyerupai hubungan seksual secara alami yakni dimana sel sperma akan dimasukkan ke
dalam vagina didekat leher rahim (serviks). Proses inseminasi buatan jenis IVI dapat dilakukan
sendiri dirumah. Caranya pasangan pria akan melakukan pengumpulan sel sperma kemudian
ditempatkan ke dalam gelas steril dengan menggunakan suntikamm selanjutnya sel sperma
akan dimasukkan ke dalam vagina dengan jarak yang sangat dekat ke vagina supaya sel sperma
dapat membuahi sel telur.

3. Hukum Umum

Salah satu aturan tentang bayi tabung terdapat dalam pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992
tentang kesehatan yang berbunyi:

 Ayat 1

Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk
membantu suami istri mendapat keturunan

 Ayat 2

Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat
dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah, dengan ketentuan:
1. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan
dalam rahim istri darimana ovum itu berasal

2. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.

3. Ada sarana kesehatan tertentu.

Dan apabila kita bandingkan dengan bunyi pasal 42 UU Perkawinan No. 1 tahun 1974,
yaitu “anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan
yang sah” maka tampaknya memberi pengertian bahwa anak hasil inseminasi buatan dengan
donor itu dapat dipandang sebagai anak yang sah.

4. Hukum Islam

Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk masalah


kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya seara spesifik di dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Karena itu, kalau masalah ini hendak
dikaji menurut Hukum Islam, maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang
lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang
sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok
hukum Islam.
Namun, kajian masalah inseminasi buatan ini sebaiknya menggunakan pendekatan multi
disipliner oleh para ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan,
agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan mendasar.
Misalnya ahli kedokteran, peternakan, biologi, hukum, agama dan etika.

Dalil-dalil syar’i yang dapat dijadikan landasan menetapkan hukum haram inseminasi buatan
dengan donor ialah:
Hadits Nabi Saw yang mengatakan, “tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada
Allah dan Hari Akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (istri orang lain).”
(HR. Abu Daud, Tirmidzi dan dipandang Shahih oleh Ibnu Hibban).

Berdasarkan hadits tersebut para ulama sepakat mengharamkan seseorang melakukan


hubungan seksual dengan wanita hamil dari istri orang lain. Tetapi mereka berbeda pendapat
apakah sah atau tidak mengawini wanita hamil. Menurut Abu Hanifah boleh, asalkan tidak
melakukan senggama sebelum kandungannya lahir. Sedangkan Zufar tidak membolehkan.
Pada saat para imam mazhab masih hidup, masalah inseminasi buatan belum timbul. Karena
itu, kita tidak bisa memperoleh fatwa hukumnya dari mereka. Hadits ini juga dapat dijadikan
dalil untuk mengharamkan inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma dan/atau
ovum, karena kata maa’ dalam bahasa Arab bisa berarti air hujan atau air secara umum, seperti
dalam Thaha:53. Juga bisa berarti benda cair atau sperma seperti dalam An-Nur:45 dan Al-
Thariq:6.
Dasar hukum pembolehan inseminasi buatan ialah :

1. Qiyas (analogi) dengan kasus penyerbukan kurma


Setelah Nabi Saw hijrah ke Madinah, beliau melihat penduduk Madinah melakukan
pembuahan buatan (penyilangan/perkawinan) pada pohon kurma. Lalu Nabi menyarankan agar
tidak usah melakukan itu. kemudian ternyata buahnya banyak yang rusak.
Setelah hal itu dilaporkan pada Nabi, beliau berpesan : “lakukanlah pembuahan buatan, kalian
lebih tahu tentang urusan dunia kalian.” Oleh karena itu, kalau inseminasi buatan pada tumbuh-
tumbuhan diperbolehkan, kiranya inseminasi buatan pada hewan juga dibenarkan, karena
keduanya sama-sama diciptakan oleh Tuhan untuk kesejahteraan umat manusia. (QS. Qaaf:9-
11 dan An-Nahl:5-8)

2. Kaidah hukum fiqih Islam


“al-ashlu fil asya’ al-ibahah hatta yadulla dalil ‘ala tahrimihi” (pada dasarnya segala
sesuatu itu boleh, sampai ada dalil yang jelas melarangnya).

Karena tidak dijumpai ayat dan hadits yang secara eksplisit melarang inseminasi buatan
pada hewan, maka berarti hukumnya mubah.

Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma
dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan mudharat daripada maslahah. Maslahah yang
dibawa inseminasi buatan ialah membantu suami-isteri yang mandul, baik keduanya maupun
salah satunya, untuk mendapatkan keturunan atau yang mengalami gangguan pembuahan
normal.

Namun mudharat dan mafsadahnya jauh lebih besar, antara lain berupa:
1. Percampuran nasab, padahal Islam sangat menjada kesucian/kehormatan kelamin dan
kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan.
2. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
3. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran sperma
pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.
4. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah tangga.
5. Anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak adopsi.
6. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi bayi
tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan suami-isteri yang
punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami.
(QS. Luqman:14 dan Al-Ahqaf:14).
KLONING

Kata 'kloning' berasal dari kata 'klon' (Yunani) yang berarti potongan/pangkasan tanaman.
Bahasa Inggris disebut Clone yang berarti duplikasi, penggandaan, membuat objek yang sama
persis.
kloning merupakan "suatu proses penggandaan makhluk hidup dengan cara nucleus transfer
dari sel janin yang sudah berdifferensiasi dari sel dewasa", atau "penggandaan makhluk hidup
menjadi lebih banyak dengan memindahkan inti sel tubuh ke dalam indung telur pada tahap
sebelum terjadi pemisahan sel-sel bagian-bagian tubuh”.

Pembagian kloning :
1. Kloning embrio : bertujuan membuat kembar dua, tiga, dan seterusnya dari sebuah zigot.
2. Kloning biomedik atau terapeutik : bertujuan untuk keoerluan penelitian pengobatan
penyakit yang sulit disembuhkan seperti alzheimer, parkinson, diabetes melitus, infark
jantung, kanker darah, stroke dan sebagainya.
3. Kloning reproduksi : bertujuan untuk mendapatkan anak klon dari orang yang di klon,
memproduksi sejumlah individu yang secara genetik identik.

Proses kloning reproduksi :


pada tahap pertama masih dibutuhkan rahim wanita, sehingga pada periode ini percetakan
manusia tidak harus lewat perkawinan. Lelaki tidak diperlukan.
Pada tahap kedua diperkirakan para ahli menemukan suatu sistem pembiakkan tanpa rahim.

Hukum kloning tanaman dan binatang, tujuan:


- Memperbaiki kualitas tanaman dan hewan
- Meningkatkan produktivitasnya
- Mencari obat alami sehingga dapat menggantikan obat-obat kimiawi
- Menyembuhkan penyakit tertentu
- Sunnah atau wajib anjuran nabi untuk berobat.

Fatwa haramnya kloning reproduksi manusia


Akademi Fikih Islam Liga Dunia Muslim dalam pertemuannya yang ke-10 di Jiddah pada tahun
1997 yang menetapkan bahwa: "Kloning manusia, apa pun metode yang digunakan dalam
reproduksi manusia itu adalah sesuatu yang tidak Islami dan sepatutnya dilarang keras”.
Majma' Buhiits Islamiyyah dari Al-Azbar Mesir telah mengeluarkan fatwa dan himbauan
bahwa "kloning manusia adalah haram dan harus diperangi serta dihalangi dengan berbagai
cara.”

Pendapat yang Membolehkan Kloning:


Sheikh Mohammad Hussem tokoh muslim Fundamentalis dari Lebanon berpendapat,
menganggap kloning adalah suatu intervensi karya Ilahi. Si Peneliti dianggapnya tidak
menciptakan sesuatu rang baru, mereka hanya menemukan suatu hukum yang baru bagi
organisme, sama seperti ketika mereka menemukan fertilisasi in uitro dan transplantasi organ.

Fatwa ulama indonesia :


MUI menetapkan hukum kloning pada Musyawarah Nasional VI tahun 2000 sebagai berikut:
1. kloning manusia dengan cara bagaimana pun yang berakibat pada pelipatgandaan manusia
hukumnya adalah haram.
2. kloning tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya mubah sepanjang dilakukan demi
kemaslahatan dan/atau untuk menghindarkan kemudaratan.
3. Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau mengizinkan
eksperimen atau praktik kloning terhadap manusia.
4. Mewajibkan kepada semua pihak, senantiasa mengikuti perkembangan teknologi kloning,
meneliti peristilahan dan permasalahannya, serta menyelenggarakan kajian-kajian ilmiah
untuk menjelaskan hukumnya.
5. Mewajibkan kepada semua pihak. terutama ulama dan umara, untuk mendorong
pembentukan (pendirian) dan mendukung institusi-institusi ilmiah yang menyelenggarakan
penelitian dibidang biologi ,dan teknik rekayasa genetika pada selain bidang kloning manusia
yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari'ah.
6. Mewajibkan kepada semua pibak. terutama ulama dan umara, untuk segera merumuskan
kriteria dan kode etik penelitian dan eksperimen bidang biologi untuk dijadikan pedoman bagi
pihak-pihak yang memerlukannya.
Kloning terhadap manusia juga dapat menimbulkan dampak negatif :
- menghilangnya nasab Anak hasil kloning
- Institusi perkawinan yang telah disyariatkan sebagai media berketurunan secara sah
tidak diperlukan lagi
- Lembaga keluarga akan menjadi hancur, dan terjadi pula kehancuran moral (akhlak),
budaya, hukum, dan syariat islam lainnya
- Tidak ada lagi rasa saling mencintai dan saling memerlukan antara laki-laki dan
perempuan
- Hilangnya maqashid syariat dari perkawinan, baik maqashid awaliyah atau utama,
maupun maqashid tabi’ah atau sekunder

Kloning embrio :
• Kloning embrio terjadi pada sel embrio yang terbentuk antara sel sperma dengan sel telur.
• Jika diambil dari pasangan suami isteri, kemudian dimasukkan kembali ke dalam rahim
isterinya. tidak ada masalah menurut ajaran Islam.
• tetapi jika dititipkan kepada wanita lain yang bukan pemilik ovum akan menimbulkan
kerancuan nasab. Hubungan antara ibu yang mengandung dengan laki-laki yang
mempunyai sel sperma tidak ada hubungan nikah.
• Dengan demikian penitipan embrio tersebut hukumnya haram.

Kloning terapetik :
• pendapat mayoritas ulama yang membolehkan kloning terapetik yang bertujuan untuk
mengobati berbagai penyakit, seperti Parkinson, Diabetes, dan lain-lain, tetapi
mengbaramkan kloing reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai