Hidrolisa Pati
Hidrolisa Pati
HALAMAN PENGESAHAN
Kelompok : 4 / Senin
Nama : Tri Hanly Maurice 21030115140183
Chintya Chandra Anggrahen 21030115120077
Isdayana Yogi Pratiwi 21030115120088
Mengetahui,
ii
P3
RINGKASAN
iii
P3
PRAKATA
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Hidrolisa Pati dengan baik. Tak lupa
saya ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Didi Dwi Anggoro, M.Eng selaku Koordinator Dosen Pembimbing
Praktikum Proses Kimia Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang Tahun 2017.
2. Fachmy Adji Pangestu selaku koordinator asisten yang juga telah membantu
kami sehingga dalam rangkaian kegiatan praktikum proses.
3. Asisten Dila Firizqina sebagai asisten pengampu materi nata, dan semua
asisten yang telah membimbing sehingga tugas laporan resmi ini dapat
terselesaikan.
4. Serta kepada teman-teman dan berbagai pihak lain yang telah membantu
baik dalam segi waktu maupun motivasi.
Pelaksanaan dan pembahasan praktikum Hidrolisa Pati diuraikan secara jelas
pada laporan kegiatan ini, diantaranya: tujuan yang hendak dicapai, manfaat
praktikum, pembahasan dan juga saran. Praktikum ini semoga dapat menjadi
tambahan pengetahuan, keahlian dan juga menambah keilmuan di bidang teknik
kimia, baik untuk pembaca, asisten dan khususnya bagi penyusun. Kritik dan saran
masih perlu diberikan kepada penyusun agar dapat lebih baik dalam praktikum dan
penyusunan laporan.
iv
P3
DAFTAR ISI
v
P3
vi
P3
DAFTAR GAMBAR
vii
P3
BAB I
PENDAHULUAN
2
P3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
amilopektin, sangat banyak dengan DP berkisar antara 105 - 3x106 unit glukosa dan
merupakan komponen utama yang dapat mempengaruhi physiochemical dan cita rasa
dari pati.
3
P3
Apabila CA = CA0 (1-XA) dan diselesaikan dengan integral dan batas kondisi t1, CA dan
t2: CA akan diperoleh persamaan:
4
P3
𝐶𝑎 𝑑𝐶𝑎 𝑡1
-∫𝐶𝑎𝑜 = 𝑘′ ∫𝑡2 𝑑𝑡 …(5)
𝐶𝑎
𝐶𝑎𝑜
ln 𝐶𝑎 = 𝑘′(𝑡2 − 𝑡1) …(6)
1
ln(1−𝑋𝑎) = 𝑘′(𝑡2 − 𝑡1) …(7)
6
P3
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Membuat Standarisasi
Menghitung Menghitung
glukosa larutan
densitas HCl densitas pati
standar Fehling
Hidrolisa pati
(pada 70oC)
Penentuan
sebanyak 5
kadar awal
Titrasi menggunakan glukosa standar kali
pati (variabel 1
pengambilan
dan 2)
sampel setiap
5 menit
7
P3
3.2.2 Alat
1. Gelas ukur
2. Termometer
3. Erlenmeyer
4. Statif dan klem
5. Buret
6. Labu leher tiga
7. Labu takar
8
P3
berubah menjadi merah bata. Catat volume titran (F) yang diperlukan,
proses titrasi dilakukan dalam keadaan mendidih (diatas kompor).
b. Penentuan kadar pati awal
Untuk variabel 1, sebanyak 19.81 gram pati, 7.8 ml katalis HCl
dan 376.41 ml aquadest dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan
dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga suhu 70oC,
anggap sebagai t0 diambil sampel sebanyak 20 ml. Kemudian sampel
dinetralkan dengan NaOH (PH = 7). Larutan diambil 5 ml diencerkan
sampai 100 ml, diambil 5 ml. Kedalam Erlenmeyer dimasukkan 5 ml
larutan +5 ml Fehling A + 5 ml fehling B + 15 ml glukosa standard,
kemudian dipanaskan sampai mendidih. Lalu ditambahkan 2 tetes
indikator MB.Kemudian larutan dititrasi dengan glukosa standard
sehingga berubah warna menjadi warna merah bata. Catat V titran yang
dibutuhkan (M). Yang perlu diperhatikan, proses titrasi dilakukan dalam
keadaan mendidih diatas kompor. Pengambilan sampel dilakukan setiap
selang waktu 5 menit sebanyak 5 kali yaitu 20 menit. (t0=menit ke-0
,t1=menit ke-5, t2=menit ke-10, t3=menit ke-15, t4=menit ke-20).
Lakukan hal yang sama untuk variabel 2.
9
P3
Dimana :
kadar HCl = 0,25 untuk 25%
Dimana :
𝑊𝑝𝑎𝑡𝑖 = 𝜌𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑥𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖
𝑊𝐻𝐶𝑙 = 𝜌𝐻𝐶𝑙 𝑥𝑉𝐻𝐶𝑙
𝑊𝑎𝑖𝑟 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑥(𝑉𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 − 𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖 − 𝑉𝐻𝐶𝑙 )
100
(𝐹 − 𝑀) 𝑥 𝑁𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑥 𝑥0.9
𝑥𝑝 = 5
𝑊
10
P3
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum hidrolisa pati ini digunakan dua variabel yaitu suspensi pati
7% dan 9% dengan konversi masing masing pada waktu 20 menit sebesar 0,870 dan
0.7183. Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pada kedua variabel semakin
lama waktu hidrolisa maka konversi yang di hasilkan akan semakin besar.
Berdasarkan rumus laju reaksi yang ada pada Levenspiel, 1999 :
-ln (1-Xa)= kt
Dimana Xa = konversi pati
k = kecepatan reaksi ( menit-1)
t = waktu
dapat dilihat bahwa hubungan antara konversi Xa dengan waktu adalah
berbanding lurus sehingga semakin lama waktu hidrolisa pati maka konversi akan
semkain banyak.
Penambahan suspensi optimum dari hidrolisa pati adalah sekitar 30-40%
suspensi pati (D.Yankov dkk.,1986). Pada praktikum ini kadar suspensi yang
ditambahkan yakni 7% dan 9%, didapatkan konversi pada kadar suspensi 7% lebih
besar daripada kadar suspensi 9% karena kadar suspensi 7% lebih mendekati suspensi
optimum dari hidrolisa pati. Hal ini sesuai dengan tinjauan secara teoritis bahwa
suspensi pati dengan kadar rendah memberi hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan yang kadarnya tinggi.
11
P3
2.5
1.5
Variabel 7 % Suspensi
Xa
1 Variabel 9 % Suspensi
0.5
0
0 5 10 15 20 25
Waktu ( menit )
Pada Gambar 4.2 ditunjukkan bahwa konstanta laju reaksi k pada variabel 1
dengan 7% suspensi adalah 0,037 sedangkan nilai konstanta laju reaksi k pada variabel
2 dengan 12 % suspensi adalah 0,02972. Nilai konstanta laju reaksi dengan 12 %
suspensi memberikan hasil yang lebih rendah.
Berdasarkan teori tumbukan partikel, semakin banyak tumbukan maka harga k
yang dihasilkan akan semakin besar. Banyaknya tumbukan yang terjadi dipengaruhi
oleh % suspensi larutan. Apabila %suspensi semakin tinggi, maka tumbukan yang
dihasilkan akan semakin rendah karena molekul semakin susah bergerak sehingga
sulit untuk bertumbukan (Susila Kristaningrum, 2003). Teori tersebut didasarkan pada
persamaan Arrhenius berikut:
Ln(k)= ln(A)-Ea/RT
dimana, k : konstanta laju reaksi
A : faktor tumbukan
Ea : energi aktivasi
R : konstanta tetapan gas
T : suhu
Kesimpulan dari hasil pratikum adalah bahwa dengan semakin banyaknya %
suspensi yang di tambahkan yaitu pada variabel 2 dengan 9 % suspensi justru akan
12
P3
13
P3
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Hubungan antara konversi Xa dengan waktu adalah berbanding lurus sehingga
semakin lama waktu hidrolisa pati maka konversi akan semkain banyak dan suspensi
pati dengan kadar rendah memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang
kadarnya tinggi
2. Konstanta kecepatan reaksi dengan larutan 7%suspensi menghasilkan konstanta
kecepatan reaksi lebih besar dibandingkan dengan variabel 5%suspensi karena
semakin besar kadar suspensi maka semakin banyak partikel yang terdispersi dengan
syarat kadar suspensi tidak lebih dari 14.6%.
5.2. Saran
1. Suhu operasi harus dijaga konstan agar tidak mempengaruhi variabel lain yang sedang
diuji
2. Sebaiknya kecepatan pengadukan dijaga konstan agar tidak mempengaruhi variabel
lain yang sedang diuji
3. Penetralan pH harus dilakukan dengan teliti agar didapat TAT yang sesuai.
4. Titrasi dijaga pada suhu 60-70oC agar hasil TAT akurat
5. Untuk mempersingkat waktu hidrolisis, lakukan pemanasan labu leher tiga sembari
menyiapkan reagen dan alat agar didapat suhu awal yang lebih tinggi dariapda suhu
ruang
14
P3
DAFTAR PUSTAKA
15
P3
Mastuti Endang, Amanda Ayu dan Purwanti. 2013. Hidrolisa Pati dari Kulit Singkong (
Variabel Ratio Bahan dan Konsentrasi Asam ). Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret. Bogor: IPB
Parmadi Waktyajati. 2006. Pengaruh Waktu Hidrolisis dan Konsentrasi HCl terhadap
Nilai Dextrose Equivalent (DE) dan Karakterisasi Mutu Pati Termodifikasi dari
Pati Tapioka dengan Metode Hidrolisis Asam.
Walton, J.H. dan Dittmar, H.R. 1926. The Hydrolysis of Corn-Starch by Commercial
Pancreatin. Madison: University of Winconsin
Wei, Benzi., et al. 2013. Effect on pHs on Dispersity of Maize Starch Nanocrystals in
Aqueous Medium. The State Key Laboratory of Food Science and Technology.
China.
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
16
P3
1. Densitas pati
1𝑔𝑟
𝜌= = 0.83𝑔𝑟/𝑚𝐿
6.2𝑚𝐿 − 5𝑚𝐿
2. Densitas HCl
86.313𝑔𝑟 − 29.828𝑔𝑟
𝜌= = 1.130𝑔𝑟/𝑚𝐿
50𝑚𝐿
3. Volume HCl
36.5𝑔𝑟
0.15𝑁 𝑥 𝑥 400𝑚𝐿
𝑉= 𝑚𝑜𝑙 = 7.8𝑚𝐿
1.13𝑔𝑟
𝑚𝐿 𝑥 0.25 𝑥 1000 𝑥 1
A-1
P3
A-2
P3
A-3
P3
Variabel 2
500 100
(22.5−9.2) 𝑥 0.002 𝑥 𝑥 𝑥 0.9
400 5
XP02= = 0.022
27.85
t0 M= 15.5 mL
100
(22.5−15.5) 𝑥 0.002 𝑥 𝑥 0.9
5
XP1.0= = 0.0127
19.81
0.0127
XA1.0= = 0.488
0.026
t5 M= 15.4 Ml
100
(22.5−15.4) 𝑥 0.002 𝑥 𝑥 0.9
5
XP1.5= = 0.0129
19.81
0.0129
XA1.5= = 0.496
0.026
t10 M= 15.1 mL
100
(22.5−15.1) 𝑥 0.002 𝑥 𝑥 0.9
5
XP1.10= = 0.0134
19.81
0.0129
XA1.10= = 0.515
0.026
t15 M= 14.8 mL
100
(22.5−14.8) 𝑥 0.002 𝑥 𝑥 0.9
5
XP1.15= = 0.0140
19.81
0.0140
XA1.15= = 0.538
0.026
t20 M= 14.5 mL
100
(22.5−14.5) 𝑥 0.002 𝑥 𝑥 0.9
5
XP1.20= = 0.0145
19.81
0.0145
XA1.20= = 0.558
0.026
Variabel 2:
t0 M= 14.7 mL
100
(22.5−14.7) 𝑥 0.002 𝑥 𝑥 0.9
5
XP2.0= = 0.0101
27.85
0.0101
XA2.0= = 0.459
0.022
t5 M= 14.5 mL
100
(22.5−14.5) 𝑥 0.002 𝑥 𝑥 0.9
5
XP2.5= = 0.0103
27.85
0.0103
XA2.5= = 0.468
0.022
t10 M= 13.9 mL
100
(22.5−13.9) 𝑥 0.002 𝑥 𝑥 0.9
5
XP2.10= = 0.0111
27.85
0.0111
XA2.10= = 0.505
0.022
t15 M= 12.8 mL
B-2
P3
100
(22.5−12.8) 𝑥 0.002 𝑥 𝑥 0.9
5
XP2.15= = 0.0125
27.85
0.0125
XA2.15= = 0.568
0.022
t20 M= 12.1 mL
100
(22.5−12.1) 𝑥 0.002 𝑥 𝑥 0.9
5
XP2.20= = 0.0134
27.85
0.0134
XA2.20= = 0.609
0.022
B-3