Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG

“ JUDUL VII -TRANSISTOR SEBAGAI SWITCHING”

Laporan Praktikum ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Analog
Semester III

Dosen Pengampu : Yesiana Arimurti, M.Si.

Asisten Praktikum : Ahlun Ihsan N.

Disusun Oleh :

Ratih Kumala Dewi

K2316047 / 2016 B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG

A. JUDUL : Transistor Sebagai Switching

B. TUJUAN :
1. Mengetahui dan mempelajari fungsi transistor sebagai switch.
2. Mengetahui pengaruh frekuensi terhadap penguatan.

C. DASAR TEORI :

Transistor merupakan suatu alat semikonduktor yang berfungsi sebagai


penguat arus, karena besar arus yang dikuatkan dapat diubah ke dalam bentuk
tegangan, maka dapat dikatakan transistor sebagai penguat tegangan. Selain itu
transistor juga berfungsi sebagai switching atau saklar. Saklar atau switching dalam
rangkaian elektronika bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain IC (Integarted
Circuit), Transistor (transistor sebagai saklar) atau juga komponen mekanis lainnya.
Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern.
Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian
analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan penguat
sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar
berkecepatan tinggi.

Transistor through-hole

Cara kerja transistor sebagai switching ini biasa disebut dengan saklar solid
state yaitu satu aplikasi utama untuk penggunaan transistor. Transistor sebagai
switching ini digunakan untuk mengendalikan perangkat elektronika dengan daya
tinggi seperti motor, solenoid atau lampu. Transistor sebagai switching ini juga dapat
digunakan dalam elektronika digital dan sirkuit gerbang logika digital.
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan
Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai
untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu
pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor. Transistor dibedakan menjadi dua
jenis yaitu NPN dan PNP. Transistor NPN akan memasuki daerah aktif ketika
tegangan yang berada pada basis lebih besar lebih tinggi daripada emitor, tanda panah
yang berada pada kaki emitor dan menuju keluar yang menunjukan arah arus
konvensional, saat alat mendapatkan panjar maju. Transistor PNP merupakan
transistor yang memiliki satu lapis semikonduktor tipe n yang berada pada dua buah
semikonduktor tipe p. Arus yang meninggalkan basis pada node emitor akan dikuatka
pada keluaran elektron. Jika dilihat dari arusnya, maka transitor PNP akan hidup
ketika arus pada basis lebih rendah daripada pada emitor. Tanda panah pada gambar 1,
menunjukan arah arus menuju basis. [ CITATION Emy12 \l 1057 ]

Transistor di desain dari pemanfaatan sifat diode, arus menghantar dari diode
dapat dikontrol oleh electron yang ditambahkan pada pertemuan PN diode. Dengan
penambahan elekdiode pengontrol ini, maka diode semi-konduktor dapat dianggap
dua buah diode yang mempunyai electrode bersama pada pertemuan. Transistor dapat
bekerja apabila diberi tegangan, tujuan pemberian tegangan pada transistor adalah
agar transistor tersebut dapat mencapai suatu kondisi menghantar atau menyumbat.
Baik transistor NPN maupun PNP tegangan antara emitor dan basis adalah forward
bias, sedangkan antara basis dengan kolektor adalah reverse bias.[ CITATION Ahm07
\l 1057 ]

Untuk dapat berfungsi sebagai switch maka titik kerja transistor harus dapat
berpindah-pindah dari daerah saturasi (switch dalam keadaan “on”) ke daerah cut off
(switch dalam keadaan “off”). Transistor akan mengalami perubahan kondisi dari
menyumbat ke jenuh dan sebaliknya. Transistor dalam keadaan menyumbat dapat
dianalogikan sebagai saklar dalam keadaan terbuka, sedangkan dalam keadaan jenuh
seperti saklar yang menutup. Dengan kondisi Vi = 0 maka akan terjadi VCE = VCC,
pada kondisi ini kolektor dan emitor tidak terhubung (open), kondisi cut off. Jika
diberikan input pada basis VBB, maka sambungan base emitor dibias maju, VBE =
0,77 volt (Si) dan 0,2 (Ge).[ CITATION Jam17 \l 1057 ]

Titik Kerja Transistor

1. Daerah Jenuh Transistor

Daerah kerja transistor saat jenuh adalah keadaan dimana transistor mengalirkan
arus secara maksimum dari kolektor ke emitor sehingga transistor tersebut seolah-
olah short pada hubungan kolektor – emitor. Pada daerah ini transistor dikatakan
menghantar maksimum (sambungan CE terhubung maksimum)

2. Daerah Aktif Transistor

Pada daerah kerja ini transistor biasanya digunakan sebagai penguat sinyal.
Transistor dikatakan bekerja pada daerah aktif karena transistor selelu
mengalirkan arus dari kolektor ke emitor walaupun tidak dalam proses penguatan
sinyal, hal ini ditujukan untuk menghasilkan sinyal keluaran yang tidak cacat.
Daerah aktif terletak antara daerah jenuh (saturasi) dan daerah mati (Cut off).

3. Daerah Mati Transistor

Daerah cut off merupakan daerah kerja transistor dimana keadaan transistor
menyumbat pada hubungan kolektor – emitor. Daerah cut off sering dinamakan
sebagai daerah mati karena pada daerah kerja ini transistor tidak dapat
mengalirkan arus dari kolektor ke emitor. Pada daerah cut off transistor dapat di
analogikan sebagai saklar terbuka pada hubungan kolektor – emitor.

Grafik Kurva Karakteristik Transistor


Untuk membuat transistor menghantar, pada masukan basis perlu diberi tegangan.
Besarnya tegangan harus lebih besar dari Vbe (0,3 untuk germanium dan 0,7 untuk
silicon).

 Transistor Kondisi Jenuh (Saklar Posisi ON)

Dengan mengatur Ib>Ic/β kondisi transistor akan menjadi jenuh seakan


kolektor dan emitor short circuit. Arus mengalir dari kolektor ke emitor tanpa
hambatan dan Vce ≈ 0. Besar arus yang mengalir dari kolektor ke emitor sama
dengan Vcc/Rc. Keadaan seperti ini menyerupai saklar dalam kondisi tertutup
(ON).

Besarnya tegangan kolektor emitor Vce suatu transistor pada konfigurasi


diatas dapat diketahui sebagai berikut.

Vce=Vcc−Ic . Rc

Karena kondisi jenuh Vce = 0V (transistor ideal) maka besarnya arus kolektor
(Ic) adalah :

Vcc
Ic=
Rc
Besarnya arus yang mengalir agar transistor menjadi jenuh (saturasi) adalah:

Vi−Vbe
Rb=
Ib

Sehingga besar arus basis Ib jenuh adalah :

Ic
Ib ≥
β

 Transistor Kondisi Mati (Saklar Posisi OFF)

Dengan mengatur Ib = 0 atau tidak memberi tegangan pada bias basis atau
basis diberi tegangan mundur terhadap emitor maka transistor akan dalam
kondisi mati (cut off), sehingga tak ada arus mengalir dari kolektor ke emitor
(Ic≈0) dan Vce ≈ Vcc. Keadaan ini menyerupai saklar pada kondisi terbuka
seperti ditunjukan pada gambar diatas.

Besarnya tegangan antara kolektor dan emitor transistor pada kondisi mati
atau cut off adalah :

Vce=Vcc−Ic . Rc

Karena kondisi mati Ic = 0 (transistor ideal) maka:

Vce=Vcc . Rc

Vce=Vcc

Besar arus basis Ib adalah

Ic
Ib=
β

Ib=0
D. ALAT DAN BAHAN :

No Alat dan Bahan Jumlah


1 Battery (Sumber Tegangan DC) 8 Volt 1 buah
2 Protoboard 1 buah
3 Multimeter Analog 1 buah
4 Potensiometer 1 buah
5 Transistor tipe NPN 1 buah
6 Lampu LED 1 buah
7 Kabel Jumper 5 buah
8 Kabel buaya hitam dan merah Secukupnya
9 Alat tulis Secukupnya

Gambar alat dan bahan


E. PROSEDUR :
 Tahap Persiapan
1. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum disiapkan terlebih dahulu
sebelum praktikum dilaksanakan.
2. Batu baterai yang akan digunakan diukur terlebih dahulu besar tegangannya
menggunakan multimeter analog (yang sebelumnya telah dikalibrasi).
3. Transistor yang akan digunakan untuk praktikum ditentukan terlebih dahulu
jenisnya.
4. Kemudian, letak kaki transistor (Basis, Emitor, dan Kolektor) ditentukan
terlebih dahulu menggunakan multimeter analog dan kabel buaya dengan cara
sebagai berikut :
a. Multimeter analog dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan dan
diatur pada Ohm meter.
b. Kaki transistor dimisalkan kaki 1, kaki 2, dan kaki 3.
c. Kemudian probe hitam dihubungkan dengan salah satu kaki misalnya kaki
2. Maka probe merah dihubungkan pada kaki transistor yang lain misalnya
kaki 1 dan kaki 3.
d. Resistansinya yang ditunjukan oleh hasil pengukuran multimeter ini
rendah sehingga jarum pada multimeter bergerak lebar maka kaki 2
merupakan basisnya. Transistor ini merupakan tipe NPN.
e. Kaki basis sudah ditentukan kemudian kaki kolektor dan kaki emitornya.
Probe hitam dihubungkan dengan salah satu kaki selain basis dengan cara
probe ditempelkan bersama dengan jari tangan (dipegang jadi satu).
f. Kemudian, probe merah dihubungkan dengan kaki yang lain (selain basis)
dan jangan disentuh dengan jari tangan.
g. Kaki basis disentuh dengan jari tangan, jika jarum pada multimeter tidak
bergerak maka balik posisinya. Jika jarum bergerak cukup lebar maka kaki
yang dipegang bersama probe hitam adalah kolektor dan kaki yang lain
(probe merah) adalah emitor.
 Catatan : Untuk kaki emitor pada transistor model tertentu
ditandani dengan sirip kecil.
5. Setelah itu ditentukannya letak kaki basis, kaki emitor dan kaki kolektornya,
desain rangkaian yang sudah ditentukan kemudian dirangkai di atas
protoboard

 Tahap Percobaan
6. Kemudian setelah itu, percobaan 1 untuk mencari arus listrik yang ada pada
basis.
a. Lampu LED dalam keadaan mati
1) Rangkaian dihubungkan dengan tegangan DC sehingga timbul arus
listrik
2) Potensiometer disetting pada nilai maksimum (lampu dalam
keadaan mati.
3) Kemudian, kabel jumper yang terhubung pada basis dengan
potensiometer dicabut.
4) Lampu LED diamati keadaannya.
5) Setelah dicabut, kemudian ujung kabel jumper yang sudah dicabut
dari protoboard dihubungkan dengan probe merah. Lalu probe
hitam dihubungkan dengan kaki basis pada transistor. Seperti
gambar berikut :

6) Multimeter diamati, apabila jarum belum bergerak maka


multimeter diatur dan disesuaikan dengan skala ampere yang tepat
(sesuai kebutuhan).
7) Kemudian, hasil pengukuran arus ketika Lampu LED dalam
keadaan tepat akan menyala pada multimeter dicatat.

b. Lampu LED dalam keadaan tepat akan menyala


1) Rangkaian dihubungkan dengan tegangan DC sehingga timbul arus
listrik.
2) Potensiometer disetting atau diatur sedemikian rupa sehingga nyala
lampunya redup (tepat saat akan menyala).
3) Kemudian, kabel jumper yang terhubung pada basis dengan
potensiometer dicabut dari protoboard.
4) Lampu LED diamati keadaannya setelah kabel jumper dicabut.
5) Setelah dicabut, kemudian ujung kabel jumper yang sudah dicabut
dari protoboard dihubungkan dengan probe merah. Lalu probe
hitam dihubungkan dengan kaki basis pada transistor.
6) Multimeter diamati, apabila jarum belum bergerak maka
multimeter diatur dan disesuaikan dengan skala ampere yang tepat
(sesuai kebutuhan).
7) Kemudian, hasil pengukuran arus ketika Lampu LED dalam
keadaan tepat akan menyala pada multimeter dicatat.
7. Kemudian setelah itu, percobaan 2 untuk mencari arus listrik yang ada pada
kolektor.
a. Lampu LED dalam keadaan mati
1) Rangkaian dihubungkan dengan tegangan DC sehingga timbul arus
listrik
2) Potensiometer disetting pada nilai maksimum (lampu dalam
keadaan mati.
8) Kemudian, kabel jumper yang terhubung pada kolektor dengan
potensiometer dicabut dari protoboard.
3) Lampu LED diamati keadaannya setelah kabel jumper dicabut
4) Setelah dicabut, kemudian ujung kabel jumper yang sudah dicabut
dari protoboard dihubungkan dengan probe merah. Lalu probe
hitam dihubungkan dengan kaki kolektor pada transistor.
8) Multimeter diamati, apabila jarum belum bergerak maka
multimeter diatur dan disesuaikan dengan skala ampere yang tepat
(sesuai kebutuhan).
9) Kemudian, hasil pengukuran arus ketika Lampu LED dalam
keadaan tepat akan menyala pada multimeter dicatat.
b. Lampu LED dalam keadaan tepat akan menyala
1) Rangkaian dihubugnkan dengan tegangan DC sehingga timbul arus
listrik
2) Potensiometer disetting atau diatur sedemikian rupa sehingga nyala
lampunya redup (tepat saat akan menyala).
3) Kemudian, kabel jumper yang terhubung pada kolektor dengan
potensiometer dicabut dari protoboard.
4) Lampu LED diamati keadaannya setelah kabel jumper dicabut.

5) Setelah dicabut, kemudian ujung kabel jumper yang sudah dicabut


dari protoboard dihubungkan dengan probe merah. Lalu probe
hitam dihubungkan dengan kaki kolektor pada transistor. Seperti
gambar berikut :

6) Multimeter diamati, apabila jarum belum bergerak maka


multimeter diatur dan disesuaikan dengan skala ampere yang tepat
(sesuai kebutuhan).
7) Kemudian, hasil pengukuran arus ketika Lampu LED dalam
keadaan tepat akan menyala pada multimeter dicatat.

F. SKEMA ALAT :
1. Skema rangkaian pada Aplikasi Proteus 8 Professional
2. Skema alat setelah dirangkai pada protoboard
G. DATA HASIL PERCOBAAN :

Kuat Arus
No Kaki Transistor Lampu Mati Tepat Akan Menyala
(Ampere) (Ampere)
1 Basis 0 15.10-6
2 Kolektor 0 15.10-5
Perhitungan :

75
I basis= ×50 μA=15 μA=15.10−6 Ampere
250

15 −2 −5
I kolektor = ×2,5 mA =15.10 mA=15.10 Ampere
250

H. PEMBAHASAN :
Pada praktikum yang berjudul “Transistor Sebagai Switching” ini memiliki
dua tujuan yaitu untuk mengetahui dan mempelajari fungsi transistor sebagai switch
dan juga untuk mengetahui pengaruh frekuensi terhadap penguatan. Pada praktikum
ini terdapat variabel-variabel yang mempengaruhi percobaan ini antara lain variabel
bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Dimana variabel bebas merupakan
variabel yang ditentukan ole observer (pengamat), dalam hal ini variabel bebasnya
adalah kaki transistornya yaitu kaki basis dan kaki kolektor. Kemudian terdapat
variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, dalam praktikum
ini variabel terikatnya adalah arus yang mengalir ketika lampu LED mati dan tepat
akan menyala.

Pada dasarnya transistor merupakan suatu alat semikonduktor yang berfungsi


sebagai penguat arus, karena besar arus yang dikuatkan dapat diubah ke dalam bentuk
tegangan, maka dapat dikatakan transistor sebagai penguat tegangan. Selain itu
transistor juga berfungsi sebagai switching atau saklar. Pada umumnya, transistor
memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di
satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan
yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus
output Kolektor. Transistor dibedakan menjadi dua jenis yaitu NPN dan PNP.
Transistor NPN akan memasuki daerah aktif ketika tegangan yang berada pada basis
lebih besar lebih tinggi daripada emitor, tanda panah yang berada pada kaki emitor
dan menuju keluar yang menunjukan arah arus konvensional, saat alat mendapatkan
panjar maju. Transistor PNP merupakan transistor yang memiliki satu lapis
semikonduktor tipe n yang berada pada dua buah semikonduktor tipe p. Arus yang
meninggalkan basis pada node emitor akan dikuatka pada keluaran elektron. Jika
dilihat dari arusnya, maka transitor PNP akan hidup ketika arus pada basis lebih
rendah daripada pada emitor. Tanda panah pada gambar 1, menunjukan arah arus
menuju basis. Untuk dapat berfungsi sebagai switch maka titik kerja transistor harus
dapat berpindah-pindah dari daerah saturasi (switch dalam keadaan “on”) ke daerah
cut off (switch dalam keadaan “off”). Dengan kondisi Vi = 0 maka akan terjadi VCE =
VCC, pada kondisi ini kolektor dan emitor tidak terhubung (open), kondisi cut off.
Jika diberikan input pada basis VBB, maka sambungan base emitor dibias maju, VBE
= 0,77 volt (Si) dan 0,2 (Ge).

Pada praktikum yang ini menggunakan beberapa alat dan bahan antara lain : 1
buah Battery 8 Volt (Sumber tegangan DC), 1 buah protoboard, 1 buah multimeter
analog, 1 buah potensiometer, 1 buah transistor tipe NPN, 1 buah lampu LED, 5 buah
kabel jumper, 1 buah kabel buaya hitam dan 1 buah kabel merah. Pada prinsip battery
8 volt ini digunakan sebagai sumber tegangan DC pada rangkaian. Protoboard
digunakan sebagai tempat untuk merangkai atau menyusun rangkaian yang bersifat
sementara. Multimeter analog berfungsi untuk mengukur arus yang mengalir pada
rangkaian, multimeter analog ini juga untuk menentukan jenis transistor dan
menentukan letak kaki-kaki transistor. Potensiometer digunakan untuk mengendalikan
piranti elektronik, pada praktikum ini potensiometer ini untuk mengatur frekuensi
nyala lampunya dimana berfungsi untuk pengatur arus yang masuk pada transistor.
Transistor disini berfungsi sebagai penguat dan juga transistor sebagai switching.
Lampu LED digunakan untuk indikator. Kabel jumper dan kabel buaya ini pada
prinsipnya digunakan untuk menghubungkan antara komponen satu dengan
komponen yang lain.

Pada praktikum ini dibagi menjadi 2 tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap
percobaan. Pertama-tama alat dan bahan yang dipakai dipersiapkan terlebih dahulu.
Setelah itu, batu baterry diukur terlebih dahulu untuk mengetahui tegangannya.
Kemudian transistor yang akan digunakan, ditentukan terlebih dahulu jenisnya lalu
letak kaki transistor (Basis, Emitor, dan Kolektor) ditentukan terlebih dahulu
menggunakan multimeter analog dan kabel buaya. Kemudian probe hitam
dihubungkan dengan salah satu kaki misalnya kaki 2. Maka probe merah dihubungkan
pada kaki transistor yang lain misalnya kaki 1 dan kaki 3. Resistansinya yang
ditunjukan oleh hasil pengukuran multimeter ini rendah sehingga jarum pada
multimeter bergerak lebar maka kaki 2 merupakan basisnya. Transistor ini
merupakan tipe NPN. Setelah itu kaki kolektor dan kaki emitornya ditentukan.
Setelah itu alat percobaan dirangkai sesuai dengan desain rangkaian yang telah
ditentukan.

Pada praktikum tahap percobaan ini untuk mencari arus listrik yang ada pada
basis dan kemudian dilanjutkan untuk mencari arus listrik yang ada pada kolektor
dimana dibuat arus yang mengalir ketika lampu LED mati dan tepat akan menyala..
Pertama-tama, rangkaian dihubungkan dengan tegangan DC sehingga timbul arus
listrik. Setelah itu, Potensiometer disetting pada nilai maksimum (lampu dalam
keadaan mati) dan Lampu LED dalam keadaan tepat akan menyala . Kemudian, kabel
jumper yang terhubung pada basis dengan potensiometer dicabut Lampu LED diamati
keadaannya. Setelah dicabut, kemudian ujung kabel jumper yang sudah dicabut dari
protoboard dihubungkan dengan probe merah. Lalu probe hitam dihubungkan dengan
kaki basis pada transistor. Multimeter diamati, apabila jarum belum bergerak maka
multimeter diatur dan disesuaikan dengan skala ampere yang tepat (sesuai kebutuhan).
Kemudian, hasil pengukuran arus ketika Lampu LED dalam keadaan tepat akan
menyala pada multimeter dicatat kemudian dianalisis.
Pada praktikum dengan tujuan untuk mengetahui dan mempelajari fungsi
transistor sebagai switch ini dapat dilihat pada dasar teori. Dimana transistor Kondisi
mati (Saklar Posisi Off), dengan mengatur Ib = 0 atau tidak memberi tegangan pada
bias basis atau basis diberi tegangan mundur terhadap emitor maka transistor akan
dalam kondisi mati (cut off), sehingga tak ada arus mengalir dari kolektor ke emitor
(Ic≈0) dan Vce ≈ Vcc. Keadaan ini menyerupai saklar pada kondisi terbuka. Ketika
transistor dalam keadaan jenuh (Saklar posisi On) dilakukan dengan mengatur Ib>Ic/β
kondisi transistor akan menjadi jenuh seakan kolektor dan emitor short circuit. Arus
mengalir dari kolektor ke emitor tanpa hambatan dan Vce ≈ 0. Besar arus yang
mengalir dari kolektor ke emitor sama dengan Vcc/Rc. Keadaan seperti ini
menyerupai saklar dalam kondisi tertutup (ON). Oleh karena itu transistor dapat
berfungsi sebagai switching atau saklar.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui


pengaruh frekuensi terhadap penguatan, diperoleh hasil percobaan pada percobaan
yang dilakukan pada kaki basis yang diberi perlakuan dengan pengubahan frekuensi
dan pengukuran arus listrik pada basis. Dalam percobaan ini kelompok kami
mendapatkan hasil pengukuran arus sebesar 0 Ampere ketika lampu dalam keadaan
mati, disini tidak ada arus yang mengalir. Dimana pada basis ini terjadi kondisi cut off
sehinnga aliran listrik pada kolektor tidak mampu mencapai emitor yang
mengakibatkan lampu LED mati dan pada transistor yang berperan sebagai saklar ini
terbuka, serta tidak terjadi penguatan (Off). Pada percobaan dengan keadaan lampu
tepat saat akan menyala ini diperoleh hasil pengukuran arus oleh multimeter ini
sebesar 15.10-6 Ampere oleh sebab itu terdapat aliran arus. Pada Perlakuan yang
kedua, sambungan basis emitor akan bias maju hal ini akan terjadi kondisi saturasi
(switch dalam keadaan “on”). Dimana juga terjadi karena arus yang mengalir ini
cukup pada basis sehingga menyebabakan arus dapat mengalir melalui kolektor dan
kolektor dengan emitor ini terhubung melewati basis.
Pada percobaan yang kedua dengan diberikan perlakuan pengubahan frekuensi
pada potensiometer pada potensiometer dan pengukuran arus listrik yang mengalir
pada kolektor. Dalam percobaan ini kelompok kami mendapatkan hasil pengukuran
arus sebesar 0 Ampere ketika lampu dalam keadaan mati, disini tidak ada arus yang
mengalir. Perlakuan yang pertama adalah dengan meningkatkan besarnya frekuensi
yang pada potensiometer sehingga pada daerah kolektor ini terjadi kondisi cut off
(switch dalam keadaan off) sehingga aliran arus listriknya pada kolektor tidak dapat
mencapai emitor. Jadi ketika keadaan ini apabila frekuensi nyala lampunya semakin
diperbesar maka I kolektornya akan semakin kecil. Selain itu karena adanya kondisi
cut off yang terjadi karena akibat dari kenaikan frekuensi ini maka transistor disini
berperan sebgai skalar terbuka dan tidak terjadi penguatan. Pada keadaan tepat saat
akan menyalaini diperoleh hasil pengukuran arus listrik yaitu sebesar 15.10-5 Ampere.
Pada Perlakuan yang kedua adalah dengan mengurangi besarnya frekuensi resistansi
yang pada potensiometer, maka basis dan emitor terjadi bias maju dimana terjadi
kondisi saturasi (switch dalam keadaan “on”). Kondisi saturasi ini dapat terjadi karena
adanya arus yang mengalir pada basis sehingga dapat mneybabkan arus dapat melalui
kolektor dan kolektor dengan emitor dapat terhubung melewati basisnya.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan makan dapat ditunjukan bahwa arus
listrik pada basis maupun pada kolektor yang diperlakukan dengan frekuensi
resistansi dari potensiometer yang tinggi lampu akan mati dan Ic = Ib = 0 sedangkan
ketika frekuensi resistansinya diturunkan maka Ib dan Ic memiliki nilai tertentu yang
dapat diatur dengan menurunkan frekuensi resistansi potensiometer sehingga
maksimum (saturasi). Dengan adanya transistor maka potensiometer dapat juga
digunakan sebagai switching atau skalar.

I. KESIMPULAN :
Dari percobaan yang telah dilakukan maka diapat disimpulkan bahwa :
1. Dengan mengatur Ib>Ic/β kondisi transistor akan menjadi jenuh seakan
kolektor dan emitor short circuit. Arus mengalir dari kolektor ke emitor tanpa
hambatan dan Vce ≈ 0. Besar arus yang mengalir dari kolektor ke emitor sama
dengan Vcc/Rc. Keadaan ini menyerupai saklar dalam kondisi tertutup (ON).
Sedangkan dengan mengatur Ib = 0 atau tidak memberi tegangan pada bias
basis atau basis diberi tegangan mundur terhadap emitor maka transistor akan
dalam kondisi mati (cut off), sehingga tak ada arus mengalir dari kolektor ke
emitor (Ic≈0) dan Vce ≈ Vcc. Keadaan ini menyerupai saklar pada kondisi
terbuka (Keadaan Off)
2. Apabila frekuensi semakin besar maka penguatan akan semakin lemah, hal ini
dikarenakan adanya pemutusan aliran dari kolektor menuju emitor yang
terputus pada kaki basis, begitu juga sebaliknya.

J. DAFTAR PUSTAKA :

Ahmad, J. (2007). E-book Ilmu Eletroknika Dasar.


Elektronika Dasar. (2013). Dipetik November 13, 2017, dari elektronika-
dasar.web.id: http://elektronika-dasar.web.id/transistor-sebagai-saklar/

Emy Aditya, S. E. (2012). Transistor. JURNAL TRANSISTOR Vol. 1, No. 1 , 1-35.

Jamzuri dan Yesiana Arimurti. (2017). Petunjuk Praktikum Elektronika Analog.


Surakarta: Program Studi Pendidikan Fiska FKIP UNS.

Skemaku corporation. (2017). Dipetik November 13, 2017, dari Fungsi Transistor
sebagai saklar website: http://skemaku.com/fungsi-transistor-sebagai-saklar/
K. LAMPIRAN

1. Lampiran Worksheet Praktikum Elektronika Dasar 1

Anda mungkin juga menyukai