Anda di halaman 1dari 2

Glukokortikoid

Glukokortikoid sering diresepkan karena memiliki sifat imunosupresif dan anti-inflamatori.


Obat ini diberikan secara lokal, melalui rute topikal dan intralesi, dan secara sistemik
diberikan melalui rute intramuskular, intravena, dan oral.

Mekanisme kerj a glukoko rtikoid bermacam-macam, seperti yang dibahas pada Bab 59.
Hal ini termasuk apoptosis pada limfosit, efek inhibisi pada rangkaian asam arakidonat,
penurunan produksi banyak sitokin, dan efek yang sangat besar pada sel infamatori.

Glukokortikoid dalam bentuk topikal (lihatbab 59, tabel 59 -4) dapat dikelompokkan
berdasarkan potensi- nya dan banyak obat yang lebih kuat memiliki struktur dasar
hidrokortison yang mengandung gugus fuor.

PENGGUNAAN TERAPEUTIK Banyak penyakit kulit yang meradang bereaksi terhadap


pemberian glukokor- tikoid secara topikal atau intralesi. Absorpsinya ber- variasi pada
area tubuh yang berbeda; steroid dipilih berdasarkan pada potensinya, tempat yang
terlibat, dan keparahan penyakit kulit. Steroid yang lebih kuat sering digunakan pada awal
penggunaan, diikuti dengan zat yang kurang kuat. Pemberian dua kali sehari sudah
cukup, dan pemberian yang lebih sering tidak akan meningkatkan respons. Pada
umumnya, hanya gluko- kortikoid non-fuorinasi yang digunakan pada wajah atau pada
areayangtertutup seperti ketiak atau selang- kangan.

Sediaan glukokortikoid yang diberikan secara intra- lesi meliputi sediaan triamsinolon
asetonida yang tidak larut (reNar-oc-10, dan lainlain) dan tritmsinolon heksasetonida
(ruNoroc-40 dan ARISTosrAN), yang melarut secara bertahap sehingga memiliki durasi
kerja yang panjang.

TOKSISITAS DAN PEMANTAUAN Penggunaan kronis glukokortikoid topikal yang poten


(contohnya, diflora- son diasetat 0,05o/o, betametason dipropionat 0,05o/o) dapat
menyebhbkan atrofi kulit, stria, telangiektasia, purpura, dan erupsi membentuk akne.
Karena dermatitis perioral dan rosaseae dapat terjadi setelah penggunaan glukokortikoid
terfluorinasi pada wajah, penggunaan obat ini pada daerah wajah harus dihindari.

Glukokortikoid Sistemik

PENGGUNAAN TERAPEUTIK Terapi glukokorti- koid secara sistemikdigunakan untuk


penyakit dermato- logis yang parah. Pada umumnya, pemberian metode ini paling baik
untuk alergi dermatitis akibat kontak dengan tanaman (contohnya, poison iu) dan untuk
uesiculobullous dermatose yang sangat fatal seperti pem- figus vulgaris dan bullous
pemphigoid. Pemberian kronis glukokortikoid secara oral masih bermasaiah, karena
adanya efek samping yang disebabkan oleh penggunaan jangka panjangnya (lihatBab
59).

Pemberian prednison setiap pagi hari biasanya di- sukai, walaupun dosis terbagi kadang
digunakan untuk meningkatkan efikasi. Efek sampingyar.g lebih sedikit terlihat pada
pemberian setiap dua hari sekali, dan jika dibutuhkan untuk terapi kronis, penggunaan
prednison dikurangi secara bertahap sesegera mungkin. Terapi intensif dan teratur
dengan menggunakan dosis tinggi metilprednisolon natrium suhsinat secara intravena
(soru-unonol) diberikan untuk pioderma gangreno- sum yang parah dan resisten,
pemfigus vulgaris, lupus eritematosus sistemik dengan penyakit multisistem, dan
dermatorniositis. Dosis yang diberikan biasanya 0,5-1 g selama 2-3 jam. Laju infus yang
cepat akan menimbulkan hipotensi, perubahan elektrolit, dan arit- mia jantung.

TOKSISITAS DAN PEMANTAUAN Sebagian besar efek samping yang muncul


tergantung pada dosis. Peng- gunaan jangka panjang dapat menimbulkan sejumlah
komplikasi, meliputi masalah psikiatlik, katarak, mio- pati, osteoporosis, nekrosis tulang
avaskular, intoleransi glukosa atau diabetes melitus, dan hipertensi. Selain itu, pasien
psoriasis yang diobati dengan glukokortikoid secara parenteral atau topikal dapat
mengalami pustula yang memerah, terutama jika steroid dikurangi secara cepat.

Anda mungkin juga menyukai