MODUL PRAKTIKUM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mesin pendingin merupakan suatu bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kemajuan
teknologi saat ini. Mesin pendingin merupakan suatu bagian dari penerapan ilmu-ilmu
termodinamika yang digunakan dalam berbagai bidang. Tidak hanya dalam kehidupan sehari-
hari tetapi juga dalam berbagai industri, seperti refrigerator (kulkas), pendingin air ataupun
pendingin udara dalam mobil.
Bagi seorang mahasiswa teknik Mesin sangat perlu untuk mempelajari masalah yang
berkenaan dengan mesin pendingin khususnya mengenai prinsip kerja mesin pendingin,
macam – macam mesin pendingin, beban pendinginan, kapasitas pendinginan dan menghitung
Coeficient of Performance (COP) mesin pendingin.
Untuk membantu mahasiswa mempelajari sistem pendingin dan pengondisian udara, maka
buku panduan ini disusun sebagai pedoman bagi mahasiswa untuk melakukan praktikum mesin
pendingin (Air Conditioning Test Bench) pada laboratorium Mesin Pendingin. Dengan
pelaksanaa praktikum akan dapat memahami aplikasi ilmu yang telah dipelajari diperkuliahan.
BAB II
DASAR TEORI
Pada absorber refrigerant sekunder masih memiliki temperatur yang tinggi. Di dalam
absorber terdapat proses pelepasan kalor yang berfungsi untuk menyerap uap refrigerant
primer yang keluar dari evaporator karena adanya perbedaan tekanan yang mana di
absorber lebih rendah dari tekanan evaporator.
....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
2.2.5 Bagian Utama Mesin Pendingin Kompresi Uap
1. Kompresor
• Fungsi Kompresor : berfungsi menaikkan tekanan di kondensor dan berfungsi
mensirkulasikan refrigeran dalam system
• Jenis Kompresor berdasarkan cara kerja kompresi :
a. Kompresor torak (Reciprocating)
b. Kompresor putar (Rotary)
c. Kompresor heliks atau sekrup (helix or screw)
d. Kompresor skrol (Scroll)
e. Kompresor sentrifugal (centrifugal).
2. Evaporator
• Fungsi Evaporator : Tempat perpindahan kalor antara refrigeran dan ruang atau bahan
yang akan didinginkan dan refrigeran akan mengalami perubahan fasa dari cair menjadi
uap.
• Jenis evaporator berdasarkan konstruksinya
a. Evaporator Tabung dan Coil
b. Evaporator Tabung dan Pipa Jenis Ekspansi Kering
c. Evaporator Kecil Dengan Pendingin Udara
3. Katup Ekspansi
• Fungsi Katup Ekspansi : Menurunkan dan menjaga beda tekanan refrigerant cair antara
sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah dengan cara dikabutkan, sehingga terjaga
tekanan yang diinginkan
• Jenis katup ekspansi, yaitu :
a. Katup Ekspansi Otomatik Termostatik Jenis Pengaman
b. Katup Ekspansi Manual
c. Katup Ekspansi Tekanan Konstan
4. Kondensor
• Fungsi Kondensor : Melepaskan kalor dari refrigeran, sehingga refrigeran berubah fasa
dari uap menjadi cair. Kalor dilepas di kondensor berasal dari kalor yang diserap di
evaporator dan kalor akibat kerja kompresi.
• Jenis Kondensor :
a. Kondensor tabung dan pipa horizontal
b. Kondensor tabung dan pipa coil
c. Kondensor jenis pipa ganda
d. Kondensor Pendingin Udara Koil Bersirip Pelat
Keterangan :
1 – 2 : Proses kompresi adiabatis reversibel
2 – 3 : Proses pelepasan panas pada suhu dan tekanan konstan
3 – 4 : Proses isentropik ekspansi secara isentropik
4 – 1 : Proses pemasukan panas pada suhu dan tekanan konstan
Daerah yang ada di bawah garis reversibel pada diagram suhu-enthropi menyatakan
perpindahan kalor. Daerah-daerah yang digambarkan dalam gambar 2.4 dapat menyatakan
jumlah refrigerasi bermanfaat (useful refrigeration) dan kerja bersih (net work). Refrigerasi
bermanfaat sama dengan perpindahan kalor pada proses 4 – 1 atau daerah di bawah garis 4 –
1. Daerah di bawah garis 2 – 3 menyatakan kalor yang dikeluarkan dari daur, perbedaan antara
kalor yang dikeluarkan dari daur dan kalor yang ditambahkan ke dalam daur adalah kalor bersih
(net heat).
Siklus carnot biasa diperbaiki atau ditingkatkan prestasi kerjanya yaitu dengan cara
memberikan tambahan kerja agar tercapai kompresi kering, hal ini dilakukan dengan
memberikan super heating yaitu pemanasan lanjut sebelum refrigerant memasuki kompresor.
Hal ini akan mengakibatkan kinerja kompresor menjadi lebih ringan sehingga lifetime
komponen kompresor menjadi lebih panjang. Skema perbaikan daur refrigerasi carnot dapat
dilihat pada gambar 2.5.
Selain hal di atas, secara aktual diagram T-S secara aktual pada siklus 3 -4 tidak ideal
terjadi secara isentropis, nyatanya pada sikuls 3 – 4 pada katup ekspansi setelah adanya proses
pelepasan kalor pada kondensor, katup ekspansi menurunkan lagi temperatur refrigerant cair
secara mendadak hal ini mengakibatkan adanya proses secara konduksi maupun konveksi yang
meliputi pipa katup ekspansi sehingga siklus ideal 3 – 4 secara isentropis, secara aktualnya
akan bergeser dan tidak terjadi secara isentropis lagi. Skema daur kompresi uap standar dapat
dilihat pada gambar 2.6 dan 2.7.
Keterangan :
1 – 2 : Proses Kompresi uap refrigerant
2 – 3 : Proses merubah uap refrigerant menjadi cair
3 – 4 : Proses penurunan tekanan
4 – 1 : Proses pengambilan kalor oleh uap refrigerant
Keterangan :
1 – 2 : Proses kompresi adiabatik reversibel di kompresor
2 – 3 : Proses pelepasan panas pada tekanan konstan
3 – 4 : Proses ekspansi pada ekspantion valve secara isoentalphi
4 – 1 : Proses penyerapan panas secara isobaris dan penguapan refrigerant
Siklus dimulai dari titik 4 – 1 dimana kalor dari sistem diserap oleh refrigeran yang ada
pada evaporator. Refrigeran lalu berubah wujud menjadi fase uap kering lalu dialirkan ke
kompresor. Di kompresor terjadi proses kompresi pada refrigeran untuk meningkatkan tekanan
refrigeran sehingga refrigeran bias mencapai tekanan dan temperature kondensasi, selanjutnya
dialikan ke kondensor. Prinsip kerja utama dari kondensor adalah melepas kalor refrigeran, hal
ini dilakukan dengan cara mendinginkan refrigeran hingga berubah wujud menjadi cair, kalor
yang dilepas oleh refrigeran dibuang ke lingkungan.
Setelah melewati kondensor refrigeran yang telah berbentuk cair dialirkan ke katup
ekspansi, di katup ekspansi terjadi proses penurunan tekanan refrigeran dengan cara
dikabutkan. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan refrigeran yang berwujud uap jenuh
sebelum memasuki evaporator untuk menjalani siklus kembali.
Tabel 2.1
Proses Terjadinya Siklus Refrigerasi
Efek
Proses Alat P T S H Perubahan Fase
Q W
Gambar 2.8 Gambar daur kompresi uap nyata dibanding daur standar
Sumber : Stoecker (1996,p.117)
Pada siklus aktualnya yang ditunjukkan pada gambar 2.8, terjadi modifikasi pada siklus
ideal siklus kompresi uap antara lain :
• Sub-Cooling, kondisi dimana refrigerant cair lebih dingin dari suhu minimum idealnya,
sub-cooling bertujuan memaksimalkan perubahan fase embun ke cair pada kondensor agar
memaksimalkan pelepasan kalor pada kondensor. Sub-cooling bermanfaat karena dapat
memaksimalkan pelepasan kalor pada kondensor. Sub-cooling dapat dilakukan dengan
penambahan coil ganda pada pipa kondensor yang berisi air pendingin sehingga didapat
efek sub-cooling.
• Super Heating, tujuan super heating memaksimalkan penguapan agar fase refrigerasi
seluruhnya berfase uap ketika memasuki kompresor. Super heating merupakan hal yang
positif pada siklus kompresi uap karena meringankan kerja kompresor. Super heating
dilakukan dengan cara menambahkan heater pada pipa dari evaporator ke kompresor.
• Pressure Drop, terjadi karena uap refrigerant memasuki penampang yang berubah-ubah
pada pipa sehingga menimbulkan losses akibat gesekan fluida dengan dinding pipa,
belokan dan kebocoran pada saluran sehingga proses tidak isobarik.
2.2.7 AC Central
AC Central adalah Sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat
dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan
ukuran ruangan dan isinya dengan menggunakan saluran udara/ducting ac. Skema AC central
dapat dilihat pada gambar 2.9
Proses yang terjadi pada chiller atau unit pendingin untuk sistem AC central dengan sistem
kompresi uap terdiri dari proses kompresi, kondensasi, ekspansi, dan evaporasi. Proses ini
terjadi dalam satu siklus tertutup yang menggunakan fluida kerja berupa refrigerant yang
mengalir dalam sistem pemipaan yang terhubung dari satu komponen ke komponen lainnya.
Kondensor pada chiller biasanya berbentuk water-cooled condenser yang menggunakan air
untuk proses pendinginan refrigerant. Secara umum bentuk konstruksinya berupa shell & tube
dimana air memasuki shell/tabung dan uap refrigerantsuperheat mengalir dalam pipa yang
berada di dalam tabung sehingga terjadi proses pertukaran kalor. Uap refrigerantsuperheat
berubah fase menjadi cair yang memiliki tekanan tinggi mengalir menuju alat ekspansi,
sementara air yang keluar memiliki temperatur yang lebih tinggi karena air ini akan digunakan
lagi untuk proses pendinginan kondensor maka tentu saja temperaturnya harus diturunkan
kembali atau didinginkan pada cooling tower.
Langkah pertama adalah memompa air panas tersebut menuju cooling water/cooling tower
melalui sistem pemipaan yang pada ujungnya memiliki banyak nozzle untuk tahap spraying
atau semburan. Air panas yang keluar dari nozzle secara langsung sementara itu udara atmosfer
dialirkan melalui atau berlawanan dengan arah jatuhnya air panas karena pengaruh fan/blower
yang terpasang pada cooling tower. Untuk menguapkan 1 kg air diperlukan kira-kira 600 kcl
dengan mengeluarkan kalor laten dengan mengungkapkan sebagian dari air maka sebagian
besar air pendingin dapat didinginkan, misalnya 1% dari air dapat diuapkan, air dapat
diturunkan temperaturnya sebanyak 6˚C dengan menara pendingin.
Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air karena suhu kondensasinya sangat
rendah mendekati suhu wet bulb udara. Air yang sudah mengalami penurunan temperatur
ditampung dalam bak untuk kemudian dipompa kembali menuju kondensor yang berada di
dalam chiller. Pada cooling tower juga dipasang katup yang dihubungkan ke sumber air
terdekat untuk menambah kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air ketika proses
evaporasi cooling tersebut.
Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam “range” dan “approach” dimana
range adalah penurunan suhu air yang melewati cooling tower dan approach adalah selisih
antara suhu udara wet-bulb dan suhu air yang keluar. Perpindahan kalor yang terjadi pada
cooling tower berlangsung dari air ke udara tak jenuh. Ada 2 penyebab terjadinya perpindahan
kalor yaitu perbedaan suhu dan perbedaan tekanan parsial antara air dan udara. Suhu
pengembunan yang rendah pada cooling tower membuat sistem ini lebih hemat energi jika
digunakan untuk sistem refrigerasi pada skala besar seperti chiller. Salah satu kekurangannya
adalah bahwa sistem ini tidak praktis karena jarak yang jauh antara chiller dan cooling tower
sehingga memerlukan sistem pemipaan yang relatif panjang. Selain itu juga biaya perawatan
cooling tower cukup tinggi dibandingkan sistem lainnya.
Secara garis besar sistem AC central terbagi atas beberapa komponen, yaitu :
1. Chiller
Pada unit pendingin atau chiller yang menggunakan sistem kompresi uap, komponennya
terdiri dari kompresor, kondensor, alat ekspansi, dan evaporator. Pada chiller biasanya tipe
kondensornya adalah water-cooled kondensor. Air untuk mendinginkan kondensor dialirkan
melalui pipa yang kemudian outputnya didinginkan kembali secara evaporative cooling pada
cooling tower.
Pada komponen evaporator, jika sistemnya indirect cooling maka fluida yang didinginkan
tidak langsung udara melainkan air yang dialirkan melalui sistem pemipaan. Air yang
mengalami pendinginan pada evaporator dialirkan menuju sistem penanganan udara (AHU)
menuju koil pendingin.
2. AHU (Air Handling Unit)
Prinsip kerja secara sederhana pada unit penanganan udara ini adalah menyedot udara dari
ruangan (return air) yang kemudian dicampur dengan udara segar dari lingkungan (fresh air)
dengan komposisi yang bisa diubah-ubah sesuai keinginan. Campuran udara tersebut masuk
menuju AHU melewati filter, fan sentrifugal dan koil pendingin. Setelah itu udara yang telah
mengalami penurunan temperatur didistribusikan secara merata ke setiap ruangan melewati
saluran udara (ducting) yang telah dirancang terlebih dahulu sehingga lokasi yang jauh
sekalipun bisa terjangkau.
AHU memiliki beberapa komponen yang ada di dalamnya antara lain :
a. Filter
Penyaring udara dari kotoran, debu, atau partikel-patikel lainnya sehingga diharapkan
udara yang dihasilkan lebih bersih.
b. Centrifugal Fan
Berfungsi untuk mendistribusikan udara melewati ducting menuju ruangan-ruangan.
c. Koil Pendingin
Berfungsi untuk menurunkan temperatur udara.
Beberapa kelemahan dari sistem ini adalah jika satu komponen mengalami kerusakan dan
sistem AC central tidak bekerja, maka semua ruangan tidak akan merasakan udara sejuk. Selain
itu jika temperatur udara terlalu rendah atau dingin maka pengaturannya harus pada termostat
di koil pendingin pada komponen AHU.
3. Cooling Tower
Fungsi utamanya untuk mendinginkan air panas dari kondensor dengan cara dikontakkan
langsung dengan udara secara konveksi paksa menggunakan fan/kipas. Konstruksi cooling
water terdiri dari sistem pemipaan dengan banyak nozzle, fan/blower, bak penampung dan
casing.
4. Pompa Sirkulasi
Berfungsi untuk menaikkan tekanan dan menyirkulasi udara/fluida ke tempat lain dalam
sistem pemipaan.
5. Ducting/saluran
Media penghubung antara AHU dengan ruangan yang dikondisikan udaranya, fungsi
utama ducting adalah meneruskan udara yang didinginkan oleh AHU untuk kemudian
didistribusikan ke masing-masing ruangan.
Keterangan :
q1 = beban pendinginan akibat kalor yang dilepas oleh produk didalam ruang pendingin (I/s)
m = banyaknya produk (orang) yang didinginkan
h = laju kalor yang dilepaskan oleh produk (wall)
-benda ; h = F (jenis benda)
-orang ; h = F (aktivitas)
Clf = factor beban pendinginan (cooling load factor)
b. Peralatan
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya sejumlah kalor yang dilepas dari peralatan
– peralatan yang berada diruang pendingin tersebut :
qz= P x BF x CLF .............................................................................................(2 – 2)
Keterangan:
qz = beban pendinginan akibat kalor yang dilepas oleh peralatan peralatan di dalam ruang
pendinginan (joule/detik)
P = power /daya (peralatan) (wall)
BF = factor bullast (lampu Tu =1,25 ; lampu pijar : 1,0
CLF = factor beban pendinginan
2. Eksternal
a. Ventilasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara luar ruangan tetapi
terkendali untuk memenuhi kebutuhan akan udara yang dibutuhkan oleh tiap produk
(orang) :
o
qb = n. m v .h.Clf .............................................................................................(2 – 3)
Keterangan :
qb = beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar terkendali (suhu/detik)
n = banyaknya produk (orang)
o
m = kebutuhan udara tiap orang perdetik (kg/detik)
Δh = kandungan kalor (beda entalpi udara luar dan dalam)(joule/kg)
CLF = factor beban pendinginan
b. Infiltrasi
Beban pendinginan yang diakibatkan adanya pertukaran udara pendinginan dengan
udara luar tanpa kendali :
o
q A = m vi. h.Clf ................................................................................................(2 – 4)
Keterangan :
qA = beban pendinginan akibat pertukaran udara dingin udara luar tanpa kendali (joule/s)
o
m vi = laju Infiltrasi (kg/h)
Δh = beda entalpi udara luar dan dalam (joule/kg)
CLF = factor beban pendinginan
c. Radiasi
Beban pendingian yang disebabkan adanya kalor yang berasal dari luar ruangan berupa
radiasi matahari (beban panas matahari melalui permukaan tembus cahaya).
T1 4 T2 4
qb = τ. Ε. A − ........................................................................(2 – 5)
100 100
Keterangan :
qb = beban pendinginan akibat pertukaran udara dengan udara luar
τ = bilangan Boltzman
ε = emisitas permukaan
A = luas panas (m²)
T1 = temperatur Absolute luar (ºK)
d. Perpindahan Panas
Beban pendinginan yang berasal karena perpindahan panas dari lingkungan yang tidak
diinginkan
Qs = U.A.ΔT ....................................................................................................(2 – 6)
Keterangan;
Qs = beban pendinginan akibat perpindahan panas dari lingkungan yang tidak diinginkan
U = koefisien perpindahan panas total (joule/cm²ok)
A = luas panas (m²)
ΔT = beda temperatur (ºK)
2.2.9 Refrigerant
....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
Tabel 2.2
Beberapa refrigerant holocarbon
Nomor Refrigerant Nama Kimia Rumus Kimia
11 Trikloromonofluorometana CCl3F
12 Diklorodifluorometana CCl2F2
13 Triklorotriplorometana CClF3
22 Monoklorodifluorometana CHClF2
40 Metil klorida CH3Cl
113 Triklorotrifluoroetana CCl2FCClF2
114 Diklorotetrafluoroetana CClF2CClF2
Sumber : Stoecker (1992:279)
b. Anorganik
Merupakan refrigerant terdahulu yang masih digunakan pada saat ini, contoh :
amonia (NH3), air (H2O), udara, CO2, SO2.
Tabel 2.3
Beberapa refrigerant anorganik
Nomor Refrigerant Nama Kimia Rumus Kimia
717 Amonia NH3
718 Air H2O
729 Udara
744 Karbondioksida CO2
764 Sulfur dioksida SO2
Sumber : Stoecker (1992:280)
c. Hidrocarbon
Banyak senyawa hidrocarbon yang digunakan sebagai refrigerant, khususnya
untuk dipakai pada industri perminyakan dan petrokimia. Diantaranya adalah metana
(CH4), propana (C3H8) dan etana (C2H6).
Tabel 2.4
Refrigerant hidrokarbon
Nomor Refrigerant Nama Kimia Rumus Kimia
50 Metana CH4
170 Etana C2H6
290 Propana C3H8
Sumber : Stoecker (1992:280)
d. Azeotrop
Suatu senyawa azeotrop dua substansi adalah campuran yang dapat dipisahkan
komponen-komponennya secara destilasi. Azeotrop menguap dan mengembun
sehingga suatu substansi tunggal yang sifat-sifatnya berbeda dengan unsur
pembentuknya. Misal : refrigerant 502 yang merupakan campuran 48,8% R-22 dengan
51,2% R-115.
a. Keseimbangan Energi
mchc – mdhd = - PH2 + HLC-D .............................................................................(2 – 7)
Keterangan:
Z = tinggi skala pada inclined manometer ( mmH2O )
VD= volume spesifik udara pada penampang di C-D, bisa dicari dari diagram psycometry
c. Didapat :
Kalor hilang Antara C-D ; HL C-D dalam satuan kJ/s
2. Kondisi penampang B – C
a. Kesetimbangan energi:
• • •
m B hB − mC hC = Qref + mCon hCon + H LB −C .......................................................(2 – 9)
b. Kekekalan massa
• • • • • •
m B - m C = m Con → m B = m C+ m Con ........................................................(2 – 10)
c. Didapat
• Beban pendinginan evaporator Qref, sehingga dapat dihitung.
Qref
COPaktual = ............................................................................................................... (2 – 11)
Wcomp
• Losses of energy
HLB-C dalam [kJ/s]
Keterangan :
Wcomp = daya sebenarnya kompresor, bisa dilihat dari spesifikasi peralatan atau voltmeter dan
amperemeter
h1= enthalpy refrigerant sesudah keluar evaporator
h2= enthalpy refrigerant sebelum keluarevaporator
hcon= enthalpy air kondensasi
mcon= laju alir massa air kondensasi
mref= laju alir massa refrigerant
h1B-C= kerugian energi pada daerah B-C
hB & hC= enthalpy udara di B dan C dicari dari diagram psycometry
a. Keseimbangan energi
• • •
m A . hA - m B . hB = Pm - m s . hs – Pp + HL A-B ................................................(2 – 12)
b. Kekekalan massa
• • •
m B = m A + m S ..............................................................................................(2 – 13)
Didapat:
• Kerugian Energi (HL A-B)
• Dengan mengabaikan losses yang dapat dihitung efisiensi Boiler :
QK
K =
PK
•
m h
k = s s x100% .........................................................................................(2 – 14)
Pk
Keterangan :
PM = daya motor penggerak blower yang besarnya sebanding dengan posisi regavolt [%] dan
spesifikasi motor penggeraknya
ms = laju alir massa uap yang disuplai bolier
Hs = enthalpy uap
Pp = daya pemanas preheater
Pk = daya pemanas bolier
mA = laju alir massa udara luar yang dihisap blower
H LA-B = kerugian energi pada daerah A-B
Keterangan :
Q1 = Qref untuk COPaktual
= mBhB – (mChC + mconhcon)
2.3.2 Temperatur Bola Basah (Wet Bulb) dan Temperatur Bola Kering (Dry Bulb)
....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
2.4 HVAC
2.4.1 Pengertian HVAC
....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
2.4.2 Heating
....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
2.4.3 Ventilation
......................................................................................................................................................................... ...........
...................................................................................................................................................................
2.4.4 Air Conditioning
....................................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
c. Produk
1. Udara dengan temperatur, kelembaban, dan kapasitas tertentu.