Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh :
Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang
berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti
“instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia
kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu.
Pada hakitanya sebuah karya sastra adalah replika kehidupan nyata. Walaupun
berbentuk fiksi, misalnya cerpen dan drama, persoalan yang disodorkan oleh pengarang tak
terlepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Hanya saja dalam penyampaiannya,
pengarang sering mengemasnya dengan gaya yang berbeda-beda dan syarat pesan moral bagi
kehidupan manusia. Menurut Iswanto dalam Jabrohim (2003:59), “Karya sastra lahir di tengah-
tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala
sosial di sekitarnya”.
Dalam KBBI edisi V mengatakan bahwa sajak merupakan gubahan sastra yang berbentuk
puisi; bentuk karya sastra yang penyajiannya dilakukan dalam baris-baris yang teratur dan
terikat; gubahan karya sastra yang sangat yang sangat mementingkan keselarasan bunyi bahasa,
baik kesepadanan bunyi, kekontrasan, maupun kesamaan.
Sajak merupakan suatu persamaan bunyi, persamaan ini ada pada kalimat atau
perkataan yang berada di awal, di tengah ataupun di akhir kalimat atau perkataan. Meskipun
sajak bukan merupakan syarat khusus untuk puisi lama, tapi pengaruh sajak sangat mengikat
pada bentuk dan pemilihan kata di dalam puisi tersebut. Selain itu, sajak juga diartikan sebagai
puisi yang tidak terikat pada setiap kata-katanya, jadi dalam penulisannya bisa dilakukan dengan
bebas.
Dalam buku berjudul Apresiasi Puisi, Herman J. Waluyo menyebutkan bahwa ada tujuh
periode perpuisian di Indonesia. Di antaranya: Puisi Lama, Puisi Angkatan Pujangga Baru, Puisi
Angkatan 45, Puisi Periode Tahun 1950-an, Puisi Periode 1960-1980, Puisi Periode 1980-2000,
Puisi Periode Tahun 2000 dan Sesudahya. Dengan adanya periode ini maka dapat diketahui
kapan trending sajak pada kaos bermula.
Kaos kurang begitu populer, sampai dengan muncul dan berkembangnya budaya pop.
Banyak tokoh-tokoh budaya pop yang memakai kaos, Seperti James Dean dan Marlon
Brando yang mengenakan kaos di layar lebar. Hal itu membuat kaos saat ini menjadi simbol
status dan trend fashion.
2. Tujuan Pembahasan
Dilihat dari latar belakang pembahasan yang telah di jabarkan maka adapun tujuannya,
yaitu:
A. Sajak
Menurut Hashim Awing, sajak ialah puisi baru yang populer, lahir sebagai pilihan kepada
puisi tradisional. Sajak merupakan salah satu jenis puisi yang tidak terikat dengan aturan. Sajak
termasuk ke dalam puisi Melayu. Artinya, sajak berupa puisi yang tidak terikat pada setiap kata-
katanya, jadi kita bisa menuliskannya secara bebas. Oleh karena itulah, kita sering mendengar
dengan istilah sajak bebas. Sajak adalah salah satu bentuk karya sastra yang penyajiannya
dilakukan dalam baris-baris teratur dan terikat. Sajak adalah puisi baru yang bebas dari
peraturan-peraturan dalam pembentukan rangkap, baris, kata-kata dan juga irama. Dalam
pendapat lain, sajak diartikan sebagai puisi yang tidak terikat pada setiap kata-katanya, jadi
dalam penulisannya dapat dilakukan dengan bebas. Oleh karenanya, sering kita mendengar
dengan istilah sajak bebas.
Istilah sajak berasal dari bahasa Yunani yang artinya "membuat" atau "pembuatan" dan
dalam bahasa Inggris, sajak disebut dengan poem atau poetry. Secara garis besar sajak atau
puisi sama-sama merupakan penyampaian pesan atau gambaran suasana hati seseorang, baik
berupa fisik maupun batin melalui kata-kata sebagai media penyampainnya. Sajak
mengungkapkan perasaan serta pemikiran penyair secara imaginative dan disusun dengan
menumpukan semua tulisan. Sajak bersifat seperti itu untuk dapat mengucapkan pikiran
penyair dengan cara yang lebih indah, segar dan bebas.
a. Sifat Sajak
Tidak memiliki pengucapan bunyi yang tetap: Sajak tidak seharusnya mengemukakan
pertentangan bunyi atau rima akhir di ujung tiap-tiap barisnya.
Memiliki bait, namun jumlah baris pada tiap baitnya tidak tetap.
Mempunyai baris-baris yang membentuk bait.
Mempunyai keharmonian atau penyesuaian yang baik antara isi dengan tata bahasa.
1. Sajak Awal
Sajak awal merupakan persamaan bunyi yang terdapat pada awal kalimat, seperti contoh
pantun berikut:
2. Sajak Tengah
Sajak tengah merupakan persamaan bunyi yang terdapat pada tengah kalimat.
Contoh:
3. Sajak Akhir
Sajak akhir merupakan persamaan bunyi yang terdapat pada akhir kalimat. Sajak ini terdapat
hampir pada segala puisi lama dan puisi baru.
Contoh:
Buka mata segera memandang
Lihatlah ada banyak yang menyapa
Sungguh indah gunung di seberang
Ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa
4. Asonansi
Asonansi merupakan persamaan bunyi huruf hidup (vokal) yang terdapat dalam perkataan atau
kalimat.
Contoh:
Kini kami bertikai pangkai
Diantara dua mana mutiara
Jauh hari ahli lalai menilai
Lengah langsung melewat abad
5. Sajak Sempurna
Sajak sempurna merupakan kesesuaian bunyi pada suku kata terakhir secara penuh atau utuh.
Contoh:
Beratnya angkat tabung
Tak patut untuk bercerita
Sejak mati ayah kandung
Makin berurai air matanya
Sajak tak sempurna hanya berisi bunyi saja yang hampir bersamaan.
Contoh:
7. Sajak Rangkai
Kesesuaian bunyi pada sajak rangkai terletak pada huruf vokal, akan tetapi hanya pada
beberapa suku kata.
Contoh:
Kesabaran butuh kesadaran
Karena kesadaran timbul kesabaran
Raih kekayaan untuk kejayaan
Karena kejayaan menjaga kekayaan
8. Sajak Rangka
Sajak rangka memuat kesesuaian bunyi pada huruf vokal dalam beberapa kata.
Contoh:
Lihat simpang jalan samping kota
Tindak tanduk ibu tua renta
Tak lelah pontang panting
Tak berhenti mondar mandir
Gunakan kesempatan sebelum kesempitan
c. Bentuk-bentuk Sajak
1. Disitkhon
Disitkhon merupakan sajak yang ditulis dalam bentuk dua baris bagi tiap-tiap bait. Sajak yang
sebaitnya terdiri dari tiga baris dianggap tak sesuai..
2. Quantrain
Quantrin merupakan sajak yang tiap baitnya terdiri dari empat baris. Bentuknya lebih mirip
pantun dan syair.
3. Quintain
Quintain merupakan sajak yang baitnya terdiri atas lima baris atau kalimat.
4. Sextet
Sextet merupakan sajak yang berisi sekitar enam baris dalam tiap baitnya.
5. Oktaf (stanza)
Oktaf merupakan sajak yang tiap baitnya terdiri dari delapan baris atau kalimat.
B. Kaos
Penggunaan kaos sebagai jenis pakaian dimulai pada awal tahun 1900an selama Perang
Dunia I. Tentara Amerika Serikat menyadari para tentara Eropa telah nyaman memakai kemeja
katun. Sehingga Amerika berpikir mereka harus membuat pakaian yang jauh lebih baik daripada
seragam wol yang telah mereka pakai selama ini. Sehingga muncullah ide pembuatan Kaos dan
muncullah kaos sebagai pakaian dalam seragam di medan perang. Pendapat lain yang muncul
adalah mengatakan bahwa kaos pertama kali dipakai oleh para tentara angkatan laut Amerika
Serikat ketika sedang berlayar di lautan. Tidaklah mengherankan bahwa ada banyak penadapat
mengenai asal mula kaos. Namun demikian, kaos yang pada awalnya hanya dipakai sebagai
pakaian dalam dan tidak dianggap modis sama sekali saat ini telah mampu menjadi trend
fashion di dunia. Telah muncul berbagai macam jenis kaos untuk berbagai macam keperluan
seperti, kaos club, kaos couple, kaos partai, kaos brand, dan yang paling terkenal ialah kaos
sepak bola.
Sebagian besar orang akan setuju bahwa nama lain kaos adalah T-shirt karena bentuk
kaos yang menyerupai huruf “T”. Namun dilain hal terdapat perbedaan pendapat. Beberapa
pendapat mengatakan nama lain kaos yaitu “T-Shirt” muncul dari asal mula kaos yang sering di
gunakan sebagai kaos latihan para tentara yang biasa di sebut “Training Shirt“.
Pendapat lain yang lebih unik ialah kata “T-Shirt” berasal dari kata “tee” dalam kata
“Amputee” yang berarti amputasi yang berkaitan dengan model kaos yang merupakan model
dari pakaian lengan panjang yang di “amputasi” atau dipotong. Itulah pendapat yang muncul
dari sejarah asal mula kaos ini.
Kontribusi sastra dalam pengembangan ekonomi kreatif, antara lain, tampak dalam
industri rekaman. Selama beberapa dasawarsa ini dunia musik pop kita mengalami hiperinflasi
cinta dengan ekspresi lirik yang sangat dangkal. Beberapa musisi yang berkolaborasi dengan
beberapa penyair telah melahirkan penggarapan lirik yang lebih kaya imaji dan terasa lebih
puitis. Lirik lagu-lagu Franky & Jane, misalnya, digarap oleh penyair Yudhistira dan lirik lagu-lagu
Bimbo digarap oleh Taufiq Ismail. Di layar televisi juga pernah hadir beberapa sinetron yang
diangkat dari novel periode Balai Pustaka, seperti Siti Nurbaya, Sabai nan Aluih, dan
Tenggelamnya Kapal van der Wijck. Pada dasawarsa 1970-an dan 1980-an juga tercatat
sejumlah novel yang difilmkan, seperti Karmila, Cintaku di Kampus Biru, dan Kabut Sutra Ungu.
Alih wahana sastra tidak hanya muncul dalam lagu dan sinetron, tetapi juga hadir dalam
wujud larik-larik sajak di kaos atau kartu undangan pernikahan. Bahkan, pada akhir Orde Baru,
salah satu larik sajak Wiji Thukul (penyair yang hilang tak tentu rimbanya) “hanya satu kata,
lawan!” telah menjadi yel dan mantera perjuangan yang ampuh di arena unjuk rasa untuk
menumbangkan rezim Orde Baru.
Menyingkat Kata
Karena kita orang Indonesia
Suka enyingkat kata wr. wb.
maka rahmat dan berkah lillahi pun
menjadi singkat dan tidak utuh buat kita
KESIMPULAN
Sajak berasal dari bahasa Yunani yang artinya "membuat" atau "pembuatan" dan dalam
bahasa Inggris, sajak disebut dengan poem atau poetry. Secara garis besar sajak atau puisi
sama-sama merupakan penyampaian pesan atau gambaran suasana hati seseorang, baik
berupa fisik maupun batin melalui kata-kata sebagai media penyampainnya. Sajak
mengungkapkan perasaan serta pemikiran penyair secara imaginative dan disusun dengan
menumpukan semua tulisan. Sajak bersifat seperti itu untuk dapat mengucapkan pikiran
penyair dengan cara yang lebih indah, segar dan bebas.
Sajak memiliki sifat dan jenisnya masing-masing. Serta awal mula perkembangan sajak
dalam bentuk kaos dimulai sekitar tahun 1970an - 1980an yang mana sajka yang diambil
merupakan sajak yang memiliki pembahasan yang singkat namun memilikin makna yang begitu
dalam.
DAFTAR PUSTAKA
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/alih-wahana-dalam-sastra