Anda di halaman 1dari 18

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teori
1.1. Isu Terkait antara Kemampuan Komunikasi Pemimpin,

Motivasi dan Kinerja

Kepemimpinan yang efektif mensyaratkan program

komunikasi dengan landasan luas, menyusup keseluruh

organisasi dan berpusat pada manajer. Menurut Scanlan dalam

Timpe (2000) pendekatan komunikasi yang lebih luas dapat

menumbuhkan rasa identifikasi; perasaan menjadi bagian lebih

penting dari sesuatu yang besar; menumbuhkan minat;

komitmen dan rasa dekat; menumbuhkan suasana tim dengan

memajukan koordinasi lewat pengertian lebih baik tentang peran

masing-masing; dan menyebabkan orang mulai berpikir tentang

organisasi “mereka” dan tidak mundur kekomentar yang putus

asa.

Komunikasi sangat tergantung kepada persepsi dan

sebaiknya persepsi sangat tergantung pada komunikasi. Karena

itu, menurut Rivai (2004) komunikasi timbul karena seseorang

ingin menyampaikan informasi kepada orang lain, yang membuat

orang tersebut punya pengertian yang sama atau berbeda.

Komunikasi sebagai hubungan lisan maupun tulisan dua orang


2

atau lebih yang dapat menimbulkan pemahaman dalam suatu

masalah.

Sebagai pusat kekuatan dan dinamisator bagi organisasi,

pemimpin harus mampu dan selalu berkomunikasi dengan

semua pihak, baik melalui hubungan formal maupun yang

informal. Kartini (2005) menyatakan suksesnya pelaksanaan

tugas pemimpin, sebagian besar ditentukan oleh kemahirannya

menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak secara

horizontal maupun secara vertikal. Robbins (2003) juga

menegaskan bahwa salah satu kekuatan yang paling

menghambat suksesnya kinerja baik individu mauun kelompok

adalah kurangnya komunikasi yang efektif.

Pentingnya komunikasi dalam hubungannya dengan

pekerjaan ditunjukkan oleh banyaknya waktu yang dipergunakan

untuk berkomunikasi dalam pekerjaan. Komunikasi ibaratnya

darah organisasi yang menghubungkan bagian-bagian yang

terpisah dalam organisasi. Dan Studi yang dilakukan J.W.

Newstrom, R.E Moncza and W.E Reid (1994) dalam

Gitosudarmo dan Sudita, 2000, menemukan bahwa pekerjaan

bagian produksi melakukan komunikasi antara 16 sampai 46 kali

dalam satu jam. Artinya para pekerja berkomuniksi setiap 2

sampai 4 menit. Kemudian untuk manajer tingkat bawah

menggunakan waktunya untuk berkomunikasi antara 20 sampai

50 persen. Sedangkan untuk manajer tingkat menengah dan


3

atas waktu yang digunakan untuk berkomunikasi antara 29

sampai 64 persen.

Selanjutnya, komunikasi memegang peranan dalam suatu

organisasi karena menjalankan empat fungsi utama, yaitu:

1. Komunikasi berperan sebagai pengendali perilaku anggota

organisasi,
2. Komunikasi memperkuat motivasi dengan

menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus

dilakukan, seberapa baik mereka bekerja, dan apa yang dapat

dikerjakan untuk memperbaiki kinerja yang dibawah standar.


3. Komunikasi berfungsi mendorong pengungkapan

perasaan, artinya komunikasi yang terjadi didalam organisasi

merupakan mekanisme fundamental dimana para anggota

menunjukkan kekecewaan dan kepuasan. Oleh karena itu,

komunikasi memfasilitasi pelepasan ungkapan perasaan dan

pemenuhan kebutuhan sosial, dan


4. Komunikasi berfungsi sebagai pemberi informasi.

Artinya komunikasi mempermudah pengambilan keputusan,

karena memberikan informasi yang diperlukan melalui

penyampaian data guna mengenali dan mengevaluasi pilihan-

pilihan alternatif.

Pengaruh komunikasi terhadap motivasi kerja dan

produktivitas karyawan telah ditegaskan oleh sejumlah penelitian

seperti Bernard P.Indik dalam Hicks.H.G dan G.ray Gullit (1996)

terhadap 975 karyawan, menemukan bahwa kepuasan, motivasi


4

kerja dan produktivitas karyawan yang tinggi pada berbagai

cabang perusahaan pengepakan korelasinya cenderung positif

dengan keterbukaan jalur-jalur komunikasi diantara atasan dan

bawahan. Dan komunikasi yang efektif (mencakup faktor seperti

kepercayaan yang dianut, kecermatan yang dirasakan, hasrat

adakn interaksi, kemauan dari manajemen puncak, dan

persyaratan informasi keatas) mempunyai hubungan positif

dengan produktivitas pekerja.

Penegasan mengenai pentingnya komunikasi dan

pengaruhnya terhadap motivasi dan kinerja karyawan baik

secara teoritis maupun hasil penelitian yang dilakukan oleh para

ahli, juga dipertegas dengan hadist Nabi sebagi berikut,

Rasulullah bersabda yang artinya : “barang siapa yang beriman

kepada Allah dan hari kemudian, maka sambungkanlah tali

silatirrahim (Al-Hadis). Frase dalam firman Allah, yang berarti

supaya saling kenal mengenal dan sambungkanlah tali

silaturrahim dalam hadis Nabi, semuanya hanya dapat dilakukan

melalui komunikasi, walaupun dalam proses komunikasi

terjadinya persepsi yang berbeda merupakan salah satu variabel

psikologi individu.

1.2. Beberapa Catatan Teoritis antara Kompetensi Individu

Pemimpin, Motivasi dan Kinerja


5

Kompetensi individu pemimpin merupakan suatu kemampuan,

keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pimpinan

atau karyawan menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam

organisasi. Sharma dalam Starto (2006) kompetensi seseorang

sangat mempengaruhi keberhasilannya, karena kompetensi meliputi

kecerdasan, kematangan dan keleluasaan sosial, motivasi diri yang

dalam, dorongan berprestasi, sikap hubungan manusiawi, dapat

diandalkan dan melaksanakan tanggung jawab. Menurut Mc Acshan

dalam Sutrisno (2010) memberikan pengertian kompetensi sebagai

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh

seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat

melakukan perilaku- perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik

dengan sebaik-baiknya. “competencies include every skill, area of

knowledge, trait, motive and characteristics.”


Selanjutnya Spencer and Spencer (1993) dalam Moeheriono

(2009) menjelaskan bahwa kompetensi pemimpin ditandai oleh lima

karakteristik pemimpin, yaitu:


a) Motive, sesuatu yang secara terus menerus dipikirkan atau

diinginkan oleh seseorang yang menyebabkan adanya tindakan,

menggerakkan, mengarahkan dan memilih perilaku terhadap

tindakan tertentu,
b) Traits, karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap

situasi dan informasi,


c) Self-concept, kesan yang dimiliki seseorang,
d) Knowledge, pengetahuan seseorang dalam bidang tertentu,
e) Skill, keterampilan melaksanakan tugas fisik dan mental.
6

Gordon.J (2003), terdapat beberapa aspek yang terkandung

dalam kompetensi, yaitu pengetahuan, pemahaman, keterampilan,

nilai, sikap dan minat. Sedangkan Rivai (2004) menyatakan

pemimpin memiliki sifat kepribadian seperti vitalitas dan stamina fisik,

kecerdasan dan kearifan dalam bertindak, kemauan menerima

tanggung jawab, kompeten dalam menjalankan tugas, memahami

kebutuhan pengikutnya, memiliki keterampilan dalam berhubungan

dengan orang lain, kebutuhan untuk menang, memiliki kapasitas

untuk mengelola, memutuskan, menentukan prioritas, memegang

kepercayaan, memiliki pengaruh, mampu beradaptasi atau memiliki

fleksibilitas.

Menurut Rivai (2004) pemimpin memiliki sifat kepribadian

seperti vitalitas dan stamina fisik, kecerdasan dan kearifan dalam

bertindak, kemauan menerima tanggung jawab, kompeten dalam

menjalankan tugas, memahami kebutuhan pengikutnya, memiliki

keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain, kebutuhan

untuk berprestasi, mampu memotivasi dan memberi semangat,

mampu memecahkan masalah, meyakinkan memiliki kapasitas untuk

menang, memiliki kapasitas untuk mengelola, memutuskan,

menentukan prioritas, memegang kepercayaan, memiliki pengaruh,

mampu beradaptasi atau memiliki fleksibilitas.

Berdasarakan uraian diatas, maka Yulk (1989) meringkas dan

menunjukkan sifat, karakteristik dan keterampilan yang sering kali


7

ditemukan pada pemimpin yang sukses dalam kepemimpinannya,

seperti dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1

Sifat, Karakteristik dan Keterampilan Pemimpin

Sifat Keterampilan
- Melakukan penyesuaian - Pintar
- Kemampuan
terhadap situasi
- Ambisi dan kemauan berprestasi konseptual
- Tegas - Kreatif
- Kerjasama - Diplomatisdan
- Jujur
bijaksana
- Berkeinginan mempengaruhi
- Fasih dalam berbicara
orang lain - Kemampuan
- Kemampuan fisik yang baik
administrasi
- Tekun
- Kemampuan
- Mampu menahan amarah
- Bertanggung jawab membujuk
- Kemampuan bergaul

Kompetensi individu pemimpin yang merupakan suatu

kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh

seorang pimpinan atau karyawan menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya dalam organisasi. Dan dibutuhkan pemahaman terhadap

pola motivasi yang paling dimungkinkan untuk menggerakkan dan

mengarahkan segala potensi yang ada dalam diri seorang untuk

pemuasan kebutuhan dan keinginan karyawan. Dan akan membantu

setiap individu untuk lebih efektif menggunakan potensinya dalam

pencapaian tujuan yang diinginkan. Hasibuan (2001)

mengemukakan asas-asas motivasi sebagai berikut:a) Asas


8

mengikutsertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut

berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka

mengajukan pendapat rekomendasi dalam proses pengambilan

keputusan. b) asas komunikasi, artinya menginformasikan secara

jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya

dan kendala-kendalanyang di hadapi, c) asas pengakuan, artinya

memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang tepat serta

wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya, d) asas

adil dan layak, artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus

berdasarkan atas asas keadilan dan kelayakan terhadap semua

karyawan harus adil dan layak kalau masalahya sama, e) asas

perhatian timbal-balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai

tujuan dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat

dan jenis motivasi. Tegasnya kerja sama yang saling

menguntungkan kedua belah pihak. Dalam hal ini, teori-teori keadilan

dimana peranan dan perlakuan para manajer terkait kompetensi

individu yang bersangkutan merupakan faktor yang sangat

berpengaruh dalam motivasi kerja karyawannya.


Dan secara teoritis, pencapaian kinerja dipengaruhi oleh

kemampuan (ability) atau kompetensi individu pemimpinnya dan

motivasi. Hersey & Blanchard dalam Robbins (2003) kinerja

merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan Motivation

(M) serta Oppurtinity (O) atau kinerja = f(AxMxO), artinya untuk

menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki

derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu, namun


9

kesediaan dan keterampilan tersebut tidak cukup efektif tanpa

pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan

bagaimana mengerjakannya. Hal ini juga sejalan dengan pendapat

David Mc-Clelland dalam Mangkunegara, (2001) yang

mengemukakan bahwa “human performances” merupakan

determinandari ability and motivation, dimana ability merupakan

determinan dari pengetahuan dan keterampilan, sedangkan motivasi

terbentuk dari sikap (attitude) dalam menghadapi situasi kerja.

1.3. Isu terkait antara Motivasi dan Kinerja


Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh berbagai

faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun dari lingkungan.

Berdasarkan faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang

cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain kearah

efektivitas kerja.
Menurut Handoko.M, (1992) ada banyak faktor yang

mempengaruhi prestasi kerja karyawan. Karyawan bekerja dengan

produktif atau tidak tergantung kepada motivasi, tingkat kepuasan

kerja, tingkat stress, kondisi fisik pekerjaan, system kompensasi,

desain pekerjaan dan aspek-aspek ekonomis, teknis serta

kepribadian lainnya.
Menurut Vroom,V.H (1992) tentang motivasi dan ability,

bahwa performance kerja seseorang merupakan fungsi dari interaksi

perkalian antara motivasi dan ability (kecakapan). Sehingga

rumusnya F (motivasi x kecakapan). Alasannya dari hubungan

perkalian ini adalah seseorang rendah pada salah satu

komponennya maka prestasi kerjanya akan rendah pula. Dengan


10

kata lain apabila performance kerja (prestasi kerja seseorang

rendah, maka ini dapat merupakan hasil dari motivasi rendah, atau

kemampuannya tidak baik, atau hasil keduakomponen motivasi dan

kemampuan yang rendah).


Motivasi karyawan yang tinggi akan menunjukkan tingkat

kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang

menjadi tugasnya. Oleh karena itu berbagai organisasi selalu

berusaha untuk meningkatkan motivasi karyawan agar karyawan

mampu menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.

Meningkatkan motivasi karyawan membutuhkan waktu yang lama

dan tidak semua karyawan memiliki motivasi yang tinggi. Salah satu

bentuk usaha yang diakukan organisasi adalah memberikan

penghargaan yang sama kepada karyawan. Semakin tinggi prestasi

karyawan berarti semakin tinggi penghargaan yang diberikan kepada

karyawan. Oleh karena itu, motivasi kerja diyakini memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Armstrong (1996) menyatakan bahwa hubungan antara

motivasi dan prestasi kerja atau kinerja adalah sesuatu yang positif,

dalam arti meningkatkan motivasi akan menghasilkan prestasi kerja

yang lebih baik dan sebaliknya perbaikan prestasi kerja yang lebih

baik dan sebaliknya perbaikan prestasi kerja atau kinerja akan

meningkatkan motivasi karena menimbulkan perasaan puas dan

berprestasi. Secara teoritis faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

kerja atau kinerja karyawan adalah faktor kemampuan dan motivasi.


11

David C. McClelland dalam Mangkunegara (2001) mengatakan

bahwa “human performance” merupakan determinan dari ability and

motivation. Ability merupakan determinan dari knowledge and skill.

Sedangkan motivasi terbentuk dari attitude dalam menghadapi

situasi kerja.

1.4. Catatan Keterkaitan Antara Perilaku Kepemimpinan

(Kemampuan Komunikasi Pemimpin dan Kompetensi Individu

Pemimpin), Motivasi dan Kinerja


Lazer dan Wikstrom (1997) dalam Rivai (2006) mengatakan

determinan dari kinerja adalah pengetahuan tentang pekerjaan,

kepemimpinan, inisiatif, kualitas pekerjaan, kerja sama, pengambilan

keputusan, kreativitas dapat diandalkan, perencanaan, komunikasi,

kecerdasan, pemecahan masalah, pendelegasian, sikap, usaha

kepuasan, motivasi, dan organisasi.


Kinerja pada hakekatnya merupakan prestasi yang dicapai

oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya

sesuai dengan standard an criteria yang ditetapkan untuk pekerjaan

itu. Selain itu, kinerja mempunyai empat aspek, yaitu: 1)

kemampuan, 2) penerimaan tujuan perusahaan, 3) tingkatan tujuan

yang dicapai, 4) interaksi antara tujuan dan kemampuan para

karyawan dalam perusahaan dimana masing-masing elemen

tersebut berpengaruh terhadap kinerja seseorang.


Robert J. House dalam Rivai (2004) menyatakan bahwa

perilaku kepemimpinan (Kompetensi individu pemimpin hingga

kemampuan komunikasi pemimpin) akan menjadi efektif karena


12

pengaruh motivasinya yang positif, kemauan untuk melaksanakan

dan kepuasan pengikutnya. Selanjutnya Fiedler dalam Robbins

(2003) menyimpulkan hasil penelitiannya semakin baik hubungan

pemimpin–anggota, semakin berstruktur pekerjaan itu dan semakin

kuat posisi, semakin banyak kendali atau pengaruh yang dimiliki

pemimpin yang bersangkutan. Sikap kepemimpian dalam artian

komitmen organisasional dari seorang pemimpin berpengaruh positif

baik terhadap motivasi kerja karyawan.


Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang menentukan dan dinilai untuk mengukur kinerja

(Rivai,2004) adalah:
1) Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan

pengetahuan, metode, teknik dan peralatan yang dipergunakan

untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang

diperolehnya,
2) Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan memahami

kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari

unit masing-masing ke dalam bidang operasional perusahaan

secara menyeluruh yang pada intinya, individumemahami tugas,

fungsi serta tanggung jawabnya sebagai karyawan,


3) Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu kemampuan

untuk bekerja sama dengan orang lain, memotivasi karyawan,

dan melakukan negosiasi.

2. Kajian Penelitian Terdahulu


Studi Andrew W.Halpin (1959) yang mencoba menganalisis

berbagai dimensi dari perilaku pemimpin. Penelitian menggunakan

kuesioner deskripsi perilaku pemimpin (The Leader Behaviour


13

Description Questionare-LBDQ). Hasil penelitian diketahui bahwa

terdapat dua dimensi utama yang selalu muncul dari perilaku

kepemimpinan, yaitu perhatian (initiating structure). Faktor

consideration menggambarkan hubungan yang hangat antara

seorang atasan dan bawahan, adanya saling percaya, kekeluargaan

dan penghargaan terhadap gagasan bawahan. Sedangkan factor

initialing Structure menjelaskan bahwa seorang pemimpin itu

mengatur dan menentukan hubungannya dengan bawahan.

Pemimpin itu menentukan pola organisasi, saluran komunikasi,

struktur dan peran dalam pencapaian tujuan organisasi dan cara

pelaksanaannya. Studi ini menunjukkan fungsi kepemimpinan yang

penting, yaitu berpijak pada pengarahan tugas atau tujuan dan

perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan individu.


Studi S.A.Kirkpatrick & E.A Locke (1996) yang meneliti tentang

karakteristik kepemimpinan didalam kelompok kerja kecil. Hasil

penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat enam karakteristik yang

cenderung membedakan antara pemimpin dengan bukan pemimpin,

yaitu ambisi dan semangat, hasrat untuk memimpin, kejujuran,

integritas, kepercayaan diri, kecerdasan, pengetahuan yang relevan

dengan pekerjaan. Dalam penelitian ini juga ditemukan pula bahwa

orang-orang yang mempunyai sifat mawas diri yang kuat dalam arti

sangat luwes dalam menyesuaikan perilakunya kedalam situasi yang

berlainan, berkemungkinan jauh lebih besar untuk muncul sebagai

pemimpin dalam kelompok-kelompok dari pada mereka yang mawas

dirinya lemah. Secara kumulatif, hasil penelitian ini memberikan


14

sejumlah alternative kemungkinan karakteristik meningkatkan sukses

sebagai pemimpin, namun tidak satupun dari karakteristik tersebut

menjamin kesuksesan.
Studi Mardiana dan Muafi (2001) yang dilakukan untuk

menguji pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai

pemeriksa BPKP di Yogyakarta dengan jumlah sampel 100 orang.

Hasilnya menunjukkan bahwa: gaya kepemimpinan memiliki

pengaruh dominan terhadap kinerja karyawan, namun antara

pegawai pemeriksaan bagian pengeluaran dan bagian penerimaan

tidak terdapat perbedaan kinerja. Dengan kecenderungan tersebut,

maka disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan berhubungan positif

dan signifikan terhadap kinerja pegawai.


Studi Purwanggono, C.J (2005) yang mengkaji pengaruh

faktor-faktor motivasi terhadap kinerja karyawan perusahaan jasa

telekomunikasi. Hasilnya menunjukkan bakwa factor-faktor motivasi

yang meliputi gaji dan jaminan social, harapan untuk berkarir,

peranan para manajer, kompetensi karyawan, jenis pekerjaan,

kelengkapan kerja, lingkungan kerja, kebijaksanaan perusahaan

secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan perusahaan jasa telekomunikasi di jawa

barat.
Studi Siradjuddin (2008) yang mengkaji analisis “Pengaruh

Karakteristik Pribadi, Kompetensi Individu, Sikap dan Kemampuan

Pemimpin Terhadap Kinerja Karyawan Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) di Sulawesi Selatan. Hasilnya menunjukkan jika 1)

karakteristik pribadi berpengaruh positif dan signifikan terhadap


15

kepuasan kerja, namun tidak signifikan terhadap kinerja karyawan, 2)

kompetensi individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan dan kinerja karyawan, dan 3) sikap dan kemampuan

komunikasi kemimpin berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan dan kinerja karyawan.

3. Kerangka Pikir

Kerangka konseptual ini disusun berdasarkan teori atau hasil

penelitian dan pemikiran yang logis. Kerangka konseptual ini

menggambarkan hubungan antar variabel. Untuk menyusun

kerangka konseptual ini, maka dilakukan telaah terhadap teori dan

hasil penelitian yang mendukung hubungan antara variabel.

Semakin gencarnya tuntutan kinerja karyawan dalam

menghadapi persaingan termasuk didalamnya para pelaku usaha

pada industri biro jasa tour & travel di Kota Makassar, maka faktor –

faktor yang menjadi penentu kinerja tersebut perlu mendapatkan

perhatian dalam pengelolaan SDM, agar tingkat kinerja dapat dicapai

sesuai yang diharapkan. Rivai (2006) menyatakan bahwa kinerja

karyawan merupakan rangkaian beberapa konsep yang bersifat

multidimensi. Artinya, kinerja karyawan dipengaruhi oleh berbagai

faktor.

Penelitian yang dilakukan kelompok peneliti dari Universitas

Of Michigan dalam Rivai (2004) menyimpulkan bahwa perilaku

kepemimpinan yang beriorentasi pada job centered dengan


16

mengandalkan kekuatan, paksaan, imbalan dan hukuman

berpengaruh negatif terhadap sifat-sifat dan prestasi pengikutnya.

Sebaliknya, pemimpin yang berpusat pada bawahan dan membantu

pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya akan berpengaruh

secara positif terhadap kemajuan, pertumbuhan dan prestasi pribadi

pengikutnya.

Berdasarkan uraian diatas dan beberapa kajian pustaka yang

telah dikemukakan bahwa perilaku kepemimpinan yang meliputi:

kemampuan komunikasi pemimpin, kompetensi individu pemimpin

mempengaruhi motivasi kerja dan kinerja karyawan. Karena itu kuat

dugaan bahwa makin baik perilaku kepemimpinan dalam suatu

organisasi, akan menyebabkan makin tinggi pula tingkat motivasi

kerja dan kinerja karyawan. Demikian pula dengan pengaruh

motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Ini berarti bahwa perilaku

kepemimpinan merupakan predictor, baik terhadap motivasi kerja

maupun kinerja karyawan.

Dengan landasan tersebut, maka kajian penelitian ini akan

membahas dan difokuskan pada beberapa faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan pada industri biro jasa tour & travel

di Kota Makassar yang selanjutnya disebut variabel. Adapun

variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: kemampuan

komunikasi pemimpin, kompetensi individu pemimpin dan motivasi

kerja karyawan.
17

bg Kemampuan α 2 (+)
Komunikasi Pemimpin
β1 (+)
( X1 ¿ Motivasi
Kinerja
β 2 (+) α1 (+)
Kompetensi Individu ( Y 1¿
(Y 2)
pemimpin

X α 3 (+)
(¿¿ 2)
Keterangan;¿

Uji parsial
Uji simultan

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Dari kerangka konseptual pada gambar di atas dapat

dinyatakan dalam persamaan simultan untuk estimasi regresi linear

sebagai berikut:

Y1 = β 0+ β1 X 1 + β 2 X 2+ µ1

(1)

Y2 = α 0+ α 1 Y 1 +α 2 X 1 +α 3 X 2+ µ2

(2)

Dimana;

Y 2 = Kinerja

Y1 = Motivasi

X1 = Kemampuan Komunikasi Pemimpin

X2 = Kompetensi Individu Pemimpin


18

β0 dab α0 adalah konstanta, sementara β 1,… βn dan α1,… αn

adalah masing-masing sebagai parameter yang akan diestimasi. µ 1

dan µ2 adalah random error terms. Persamaan 1 dan 2 merupakan

persamaan simultan dimana bentuk reduced form disajikan pada

metode dan alat estimasi pada Bab Metode Penelitian.

4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian landasan teori dan kerangka pikir/konseptual yang telah

dikemukakan, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Kemampuan Komunikasi Pemimpin berpengaruh

langsung secara positif terhadap Kinerja dan berpengaruh

tidak langsung secara positif melalui Motivasi Kerja


2. Kompetensi Individu Pemimpin berpengaruh langsung

secara positif terhadap Kinerja dan berpengaruh tidak

langsung secara positif melalui Motivasi Kerja


3. Motivasi kerja berpengaruh positif terhadap Kinerja
4. Komponen Kepemimpinan (Kemampuan Komunikasi

Pemimpin dan Kompetensi Individu Pemimpin) secara

simultan berpengaruh langsung secara positif terhadap

Kinerja dan berpengaruh tidak langsung secara positif melalui

Motivasi Kerja

Anda mungkin juga menyukai