Anda di halaman 1dari 20

Makalah Filsafat Ilmu

MENELAAH METODE ILMIAH DITINJAU DARI


ASPEK ONTOLOGIS DAN EPISTEMOLOGIS

Disusun oleh:
Kelompok 4 Genap
Stefanus Siswoyo 8938 Ricca Melati 8964
Ratih Apriani 8940 Nunki Amelia 8970
Fitriana Chandra M 8946 Yulfa Shinta D. 8972
Raymund Octavius K.B. 8948 Anastasia Bethari AR. 8978
Karina Larasati 8950 Desi Wulansari 8984
Alissa Shella D 8952 Herdini Laksito 8992
Sifra Kristina H. 8956 Locita Cinantya A. 8994
Reina Mutia N. 8958 Nur Aainaa Aqila B.K 8998
Diana Anggraini 8960

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai
langkah-langkah sistematis. (Suriasumantri, 2005). Sedangkan, metode ilmiah adalah
teknik pendekatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah. Metode
ilmiah memiliki tahap-tahap sistematis dalam suatu penelitian ilmiah (Danusubroto,
2013). Hasil dari penelitian ilmiah dapat berupa pengetahuan, namun tidak semua
pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan
dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yang tercantum dalam metode ilmiah.

Untuk dapat dinyatakan sebagai ilmu, suatu pengetahuan harus dapat ditelaah
dengan menggunakan landasan ilmu pengetahuan yang terdiri dari aspek ontologis,
epistemologis dan aksiologis. Ontologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan logika. Dengan
menggunakan landasan ontologi, dapat membicarakan tentang objek atau hakikat yang
ditelaah oleh suatu ilmu (Noerhadi, 1998). Landasan epistemologi pada dasarnya
merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif
pengalaman manusia dalam interaksinya dengan diri sendiri, lingkungan sosial dan alam
sekitarnya. maka epistemologi adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat evaluatif, normatif
dan kritis (Sudarminta, 2002). Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya
Filsafat Ilmu mengatakan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari
tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan serta kaitannya dengan kaidah-kaidah
moral.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penelahaan metode ilmiah ditinjau dari
landasan ontologis dan epistemologis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penelahaan metode ilmiah ditinjau dari aspek ontologis?
2. Bagaimana penelahaan metode ilmiah ditinjau dari aspek epsitemologis?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui penelahaan metode ilmiah ditinjau dari aspek ontologis
2. Mengetahui penelahaan metode ilmiah ditinjau dari aspek epsitemologis

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Pikir

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Keaslian Penelitian
Rumusan Masalah
Telaah Pustaka
Hipotesis
Kerangka Berpikir
Desain Penelitian
Landasan
Ontologis Apa Populasi dan Sampel
penelahaan ilmiah
Variabel dan Definisi
Operasional
Instrumen Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Kesulitan penelitian
Metode Etika penelitian
ilmiah Hasil Penelitian
Pembahasan Hasil Penelitian
Kesimpulan
Telaah Pustaka
Uji Validitas dan
Reliabilitas
Epistemologis Bagaimana Analisis Data
Saran
Kesimpulan

B. Landasan Teori

Metode Ilmiah

Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya
sesudah atau dibalik sesuatu, dan “Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh. Ada juga
yang mengatakan metode berasal dari bahasa Yunani ‘Methodos’ yang berarti jalan. Sedangkan

3
dalam bahasa latin ‘methodus’ berarti cara. Metode menurut istilah adalah suatu proses atau atau
prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh
suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara
kerja ilmiah. (Sumantri, 2010)

Sebelum menuju ke penjelasan mengenai ilmiah, terlebih dahulu harus mengetahui


definisi dari ilmu. Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Pengertian “Ilmiah” secara istilah dapat diartikan sebagai sesuatu hal yang bersifat
keilmuan/sains (pemahaman tentang sesuatu yang dapat diterima secara
logika/akal/pikiran/penalaran).Ilmu yang ilmiah (Ilmu Pengetahuan) adalah ilmu yang diperoleh
dan dikembangkan dengan mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia
secara ilmiah, yakni dengan menerapkan metode ilmiah. (Sumantri, 2010).

Sehingga diperoleh metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai
tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru
atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Namun, tidak semua pengetahuan disebut
ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-
syarat tertentu. (Sumantri, 2010).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu pengetahuan dapat disebut dan dikatakan sebagai ilmiah
adalah sebagai berikut:

1. Objektif, artinya pengetahuan sesuai dengan objeknya atau didukung dengan fakta
empiris.
2. Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh dnegan menggunakan cara-cara tertentu yang
teratur dan terkontrol.
3. Sistematik, pengetahuan itu disusun dalam suatu sistem yang satu sama lain saling
berkaitan dan saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang
utuh.
4. Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya dapat diamati oleh seseorang atau
beberapa orang saja, tetapi semua ornag dengan cara eksperimen yang sama akan
memperoleh hasil yang sama pula. (Ruwanto, 2006)

4
Kriteria Metode Ilmiah

Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu
pengetahuan. Bisa-tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang sangat bergantung
pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur
kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris tapi
tidak logis, maka tidak akan digolongkan sebagai ilmu pengetahuan. Sebaliknya, meskipun
fenomena pengetahuan logis tetapi tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan.
Dengan demikian metode ilmiah selalu diikuti oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta.
(Qomar, 2006)
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian dapat disebut metode ilmiah,
metode tersebut harus memiliki kriteria sebagia berikut:
a. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dari penelitian, yang akan dikumpulkan dan
dianalisis haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Penemuan atau pembuktian
janganlah didasarkan pada daya khayal atau legenda.
b. Bebas dari Prasangka
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks harus digunakan
prinsip-prinsip analisis. Semua masalah harus dicari sebab serta pemecahannya dengan
analisis logis.
c. Menggunakan Hipotesis
Dalam metode ilmiah, saintis harus dituntun dalam proses berpikir analitis. Hipotesis
harus ada untuk menggolongkan persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan
yang ingin dicapai sehingga hasil yang diperoleh akan tepat mengenai sasaran.
d. Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif.
Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dengan menggunakan akal yang
sehat.
e. Menggunakan Teknik Kuantitatif
Ukuran seperti ion, ohm, kilogram dan sebagainya harus selalu digunakan. Hindari
ukuran seperti sejauh mata memandang, sehitam aspal, dan sebagianya sebagai ukuran

5
kuantitatif. Kuantifikasi termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking
dan rating. (Ruwanto, 2006)

Ontologis

Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on / ontos yang bermakna being atau ada, dan
logos yang bermakna logic atau ilmu. Jadi, ontologi bisa diartikan The theory of being qua being
(teori tentang keberadaan sebagai keberadaan), atau ilmu tentang yang ada. (Bakhtiar, 2004).
Ontologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada)
dengan berdasarkan logika. Dengan menggunakan landasan ontologi, dapat membicarakan
tentang objek atau hakikat yang ditelaah oleh suatu ilmu (Noerhadi, 1998)
Pertanyaan-pertanyaan ontologis berfokus pada sifat dari realita dan hal apa yang harus
kita kaji. Kesepakatan para ilmuwan mengenai ontologi membentuk latar belakang bagi cara
mereka berteori. Ontologi adalah studi mengenai sesuatu yang ada dan tidak ada atau dengan
kata lain mempelajari mengenai sesuatu yang ada atau prinsip umum mengenai sesuatu yang ada.
Ontologis memberikan kita suatu cara pandang terhadap dunia dan pada apa yang
membentuknya karakteristik-karakteristik pentingnya. (West and Turner, 2008)

Epistemologis

Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti
pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat
yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya)
pengetahuan. (Suriasumantri, 2005)

Sebagai cabang ilmu filsafat, epistemologi bermaksud mengkaji dan mencoba


menemukan ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan manusia. Bagaimana pengetahuan itu
pada dasarnya diperoleh dan diuji kebenarannya? Manakah ruang lingkup atau batas-batas
kemampuan manusia untuk mengetahui? Epistemologi juga bermaksud secara kritis mengkaji
pengandaian-pengandaian dan syarat-syarat logis yang mendasari dimungkinkannya
pengetahuan serta mencoba memberi pertanggungjawaban rasional terhadap klaim kebenaran
dan objektivitasnya. Pertanyaan pokok "bagaimana saya tahu bahwa saya dapat tahu?" mau

6
dicoba untuk dijawab secara saksama. Epistemologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya juga
merupakan suatu upaya rasional untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman
manusia dalam interaksinya dengan diri, lingkungan sosial, dan alam sekitarnya (Sudarminta,
2002).

Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induktif. Berpikir
deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten
dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif
pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai
sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Secara konsisten dan koheren maka
ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus
penelaahan (Suriasumatri, 2005).

Penjelasan yang bersifat rasional ini dengan kriteria kebenaran koherensi tidak
memberikan kesimpulan yang bersifat final, sebab sesuai dengan hakikat rasionalisme yang
bersifat pluralistik, maka dimungkinkan disusunnya berbagai penjelasan terhadap suatu objek
pemikiran tertentu (Suriasumatri, 2005). Di sinilah pendekatan rasional digabungkan dengan
pendekatan empiris sebagai langkah-langkah yang sempuna yang dapat mengkonstruksi
pengetahuan ilmiah. Langkah-langkah inilah yang ditelaah dalam epistemologi ilmu yang juga
disebut metode ilmiah (Suryana, 2010).

7
BAB III

PEMBAHASAN

Berikut merupakan penelahaan metode ilmiah ditinjau dari aspek ontologis dan epistemologis :

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merupakan masalah penelitian yang membutuhkan solusi. Masalah harus dijawab dengan
sebuah keputusan yang masuk akal dan dapat diteliti. (Indriantoro dan Supomo, 2002) Hal ini
sesuai dengan dasar ontologi yang membahas tentang segala sesuatu yang ada (dalam latar
belakang, yaitu masalah). (Mustansyir dan Munir, 2006). Dasar ontologi kenyataan atau
keberadaan sesuatu. (Delfgraauw, 1992)

B. Tujuan Penelitian

Merupakan pernyataan singkat yang menjawab pertanyaan penelitian untuk mengembangkan


pengetahuan yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian(Indriantoro dan Supomo, 2002).
Hal ini tidak termasuk dalam dasar ontologi atau epistimologi karena ontologi menjelaskan
tentang mengkaji masalah dan epistimologi membahas proses dalam usaha untuk mendapatkan
pengetahuan. Tujuan Penelitian termasuk dalam dasar aksiologi karena aksiologi menjelaskan
tentang penerapan nilai (dalam hal ini, penelitian). (Suriasumantri, 2005)

C. Manfaat Penelitian

Merupakan gambaran kegunaan penelitian yang ditujukan pada subyek-subyek tertentu untuk
perkembangan ilmu dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak termasuk dalam
dasar ontologi atau epistimologi karena ontologi menjelaskan tentang mengkaji masalah dan
epistimologi membahas proses dalam usaha untuk mendapatkan pengetahuan. Manfaat penelitian
termasuk dalam dasar aksiologi karena aksiologi juga menjelaskan tentang teori nilai dan makna
(dalam hal ini, penelitian). (Notohadiprawiro, 2006)

D. Keaslian Penelitian

8
Keaslian penelitian dikemukakan dengan menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi belum
pernah dipecahkan oleh peneliti terdahulu atau dinyatakan dengan tegas perbedaan penelitian ini
dengan yang terdahulu. Hal ini termasuk dalam dasar ontologi karena ontologi menjelaskan
tentang mengkaji problem, sehingga dengan mengkaji penelitian tersebut dapat diketahui apakah
sama dengan penelitian yang lain. (Moleong, 2008)

E. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam karya ilmiah termasuk aspek ontologis. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikatakan oleh (Thoha, 2003) bahwa perumusan masalah merupakan ontologi sains. Dalam
rumusan masalah terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai penelitian apa yang dilakukan oleh
penulis karya ilmiah sehingga rumusan masalah dikatakan termasuk dalam aspek ontologis.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

Dalam suatu telaah pustaka atau kajian pustaka terdapat garis besar penelitian. Garis besar
penelitian tersebut meliputi:
1. Membahas mengenai objek apa saja yang dikaji dalam penelitian, bagaimana bentuk atau
wujud hakiki objek tersebut, bagaimana hubungan objek dengan daya pikir manusia yang
dirasakan atau ditangkap panca indera manusia
2. Bagaimana proses yang memungkinkan digalinya pengetahuan yang berupa ilmu dari
hasil penelitian, bagaimana prosedurnya, hal hal apa saja yang perlu dipertimbangkan
agar memperoleh hasil dari penelitian yang benar (Budiharto, 2006)
Berdasarkan hal hal penting tersebut maka telaah pustaka mengandung unsur atau landasan
ontologis dan landasan epistemologis.
1. Telaah pustaka dari sudut pandang ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari
Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh
Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis yang terkenal diantaranya
Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum mampu

9
membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Ontologi adalah ilmu yang
membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality yang berbentuk
jasmani / kongkret maupun rohani / abstrak (Bakhtiar, 2006).
Dalam suatu telaah pustaka terdapat kerangka penelitian yaitu suatu penjelasan yang
didasarkan pada teori atau literatur yang telah dibaca sebelumnya. Kerangka penelitian
memiliki objek variabel penelitian yang berhubungan satu sama lain yang diketahui dari
literature yang sudah dibaca sebelumnya. Hubungan objek variabel penelitian tersebut
meliputi yang dipengaruhi dan yang mempengaruhi. Landasan ontologis mampu melihat
atau menelaah dari sudut pandang objek apa yang ditinjau oleh ilmu dan bagaimana
wujud hakiki objek tersebut. Landasan ontologis ini sesuai dengan isi kerangka penelitian
yaitu meninjau tentang apa objek kerangka penelitian dan bagaiman wujud hakiki objek
tersebut.
2. Telaah pustaka dari sudut pandang Epistemologi
Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan
pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu. Epistemologi juga disebut
teori pengetahuan (theory of knowledge). Masalah epistemologi bersangkutan dengan
pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Dalam pembahasan filsafat, epistemologi
dikenal sebagai sub sistem dari filsafat. Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu
membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin
dipikirkan (Suriasumatri, 2003).
Telaah pustaka adalah presentasi, klasifikasi dan evaluasi tentang apa yang telah ditulis oleh
peneliti peneliti lain mengenai suatu objek tertentu. Meskipun demikian, tinjauan pustaka bukan
hanya sekedar “daftar belanja’ tentang apa yang telah dikemukakan oleh orang lain telaah
pustaka disusun berdasarkan tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, dan masalah yang akan
dipecahkan. Bersama dengan tujuan penelitian, telaah pustaka membentuk garis besar yang
disusun oleh orang lain dalam bidang tersebut dan dikemas sedemikian rupa untuk memahami
kebutuhan peneliti itu sendiri.
Telaah pustaka ditinjau dari landasan epistemologis menjelaskan bahwa dalam menyusun
suatu penelitian dibutuhkan teori penelitian yang didasarkan pada teori pengetahuan. Landasan
epistemologis ini mengacu atau memfokuskan pada teori pengetahuan tersebut. Obyek dari
epistemologi bisa juga merupakan “seluruh proses yang terlibat dalam suatu usaha untuk

10
memperoleh pengetahuan” (Suriasumantri, 2005). Sehingga jika ditinjau dari landasan
epistemologis, telaah pustaka suatu penelitian merupakan uraian yang membahas bagaimana
peneliti mengalirkan jalan pemikiran secara logis dalam rangka memecahkan masalah yang telah
dirumuskan.

B. Hipotesis
Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan
yang diajukan.Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung
hipotesis tersebut. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis
ditolak atau diterima. Maka dari pengertian tersebut hipotesis dapat dimasukkan dalam kategori
aksiologis (Suriasumantri, 2005).

C. Kerangka Berpikir
Dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang
mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait. Kerangka berpikir disusun secara
rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang teruji kebenarannya dengan memperhatikan
bukti empiris yang relevan dengan permasalahan. Kerangka berpikir termasuk dalam
episemologi (Suriasumantri, 2005).

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian memaparkan apa, mengapa dan bagaimana masalah akan diteliti.
Penyusunan desain penelitian ditetapkan setelah topik penelitian ditentukan. Desain penelitian
mengandung dua inti penting yaitu substansi penelitian dan metode penelitian (Gulo, 2000).

Dalam hal ini, desain penelitian merupakan aspek ontologis dan epistimologis. Dari aspek
ontologis dapat ditinjau dari adanya paparan mengenai penelitian apa yang akan dilakukan, serta
apa substansi yang terkait di dalamnya. Sedangkan dari aspek epistimologis, dapat ditinjau dari
paparan mengenai bagaimana penelitian tersebut akan dilakukan, hal ini tertuang dalam
penjelasan mengenai metode penelitian.

11
B. Populasi dan Sampel

Populasi terdiri atas sekumpulan objek yang menjadi pusat penelitian, yang dari padanya
terkandung informasi yang ingin diketahui. Setiap objek merupakan satuan analisis. Sampel
merupakan bagian dari populasi. Pada bagian ini dijelaskan mengenai target populasi dan sampel
yang akan dituju serta bagaimana prinsip proses penarikan sampel (Gulo, 2000).

Dari hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sub bab ini merupakan aspek ontologis dan
epistimologis dari sebuah metode penelitian.

C. Variabel dan Definisi Operasional

Jenis variable penelitian merupakan aspek ontologis, karena menjelaskan variable apa yang
akan diteliti. Definisi operasional variable merupakan aspek ontologis dan epistimologis karena
menjabarkan apa yang dimaksud dari variable yang digunakan beserta penjelasan mengenai
skala pengukuran dan metode pengukurannya.

D. Instrumen Penelitian
1. Penelitian kualitatif
Bagian ini berisi uraian tentang macam spesifikasi instrumen yang digunakan dalam
pengumpulan data. Perlu disertai uraian tentang reliabilitas dan validitasnya serta
pembenaran atau alasan menggunakan instrumen tersebut.
2. Penelitian kuantitatif
Bagian ini berisi uraian tentang macam spesifikasi instrumen yang digunakan dalam
pengumpulan data. Perlu disertai uraian tentang reliabilitas dan validitasnya serta
pembenaran atau alasan menggunakan instrumen tersebut (Nursalam, 2008).
Ditinjau dari filsafat ilmu, instrumen penelitian termasuk ke dalam ontologis. Landasan
ontologis adalah hal-hal yang berkaitan dengan objek yang ditelaah. Oleh karena
divertifikasi ilmu terjadi atas dasar spesifikasi objek telaahannya, setiap disiplin ilmu
mempunyai landasan ontologis yang berbeda. (Budiharto, 2008)

E. Teknik Pengumpulan Data

Secara garis besar teknik yang dapat digunakan untuk pengumpulan data yaitu:

12
1. Wawancara
2. Angket
3. Pengamatan
4. Pemeriksaan (Budiarto, 2002)

Teknik pengumpulan data termasuk dalam landasan epistemiologis. Landasan epistemiologis,


yaitu cara yang dipakai untuk menelaah sehingga ilmu tersebut diperoleh. (Budiharto, 2008)

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas untuk alat ukut yang mnghasilkan nilai kuantitatif. Alat
pengumpul data berupa wawancara terbuka, pedoman observasi, format penjaring data dan
sejenisnya tidak perlu diuji (dan memang tidak dapat diuji) validitas dan reliabilitas. Perihal uji
validitas dan reliabilitas, peniliti dapat saja menggunakan instrumen baku yang validitas dan
reliabilitasnya telah diuji oleh ahli lain. (Danim& Darwis, 2003)

Uji validitas dan realibilitas ditinjau dari filsafat ilmu termasuk dalam epistemologis.
Epistemologi atau filsafat pengetahuan pada dasarnya juga merupakan suatu upaya rasional
untuk menimbang dan menentukan nilai kognitif pengalaman manusia dalam interaksinya
dengan diri, lingkungan sosial dan alam sekitarnya. (Sudarminta, 2002)

G. Analisis Data

Pada proses penelitian memerlukan suatu analisis untuk memperoleh kebenaran data. Hasil
analisis tersebut dapat ditafsirkan untuk menjawab suatu pemasalahan yang telah dirumuskan,
berdasarkan teknik analisis yang telah ditentukan dan sesuai dengan pemasalah yang akan dikaji.
Analisis adalah proses menyusun data yang dapat ditafsikrkan. Di mana analisis data merupakan
tahap suatu proyek penelitian yang mencoba menjawab pertanyaan, “apa yang telah kita
temukan?” dan “apa yang diungkap oleh data?”. Kemudian dalam analisis data ini apa yang
orang lakukan terhadap questioner, wawancara, dokumen, data eksperimen, catatan kancah
(lapangan), atau data lain yang dikumpulkan selama berlangsungnya proyek penelitian. Analisis
ini biasanya dikerjakan setelah selesai pengumpulan data, sebagai penulisan dan pelaporan hasil
penelitian. Analisis data termasuk dalam epistemologis.

H. Kesulitan penelitian

13
1. Desain penelitian kualitatif itu adalah peneliti sendiri, sehingga peneliti lah yang
paham pola penelitian yang akan dilakukan;
2. Masalah penelitian kualitatif yang amat beragam dan kasuistik sehingga sulit
membuat kesamaan desain penelitian yang bersifat umum, karena itu cenderung
desain penelitian kualitatif bersifat kasuistik;
3. Ragam ilmu social yang variasinya bermacam-macam sehingga memiliki tujuan
dan kepentingan yang berbeda-beda pula terhadap metode penelitian kualitatif.
(Burhan, 2008)
4. Mencari sumber yang akuntabel
Sumber yang akuntabel diperlukan dalam rangka mempertanggungjawabkan
keilmiahan suatu karya. Suatu sumber dikatakan akuntabel salah satunya dapat
dilihat dari pengarangnya Sebagai mahasiswa yang selalu membutuhkan referensi
untuk memenuhi tugas kuliah maupun menyusun penelitian, hendaknya harus hati-
hati dalam memilih sumber.
Penyajian sumber juga menentukan kualitas sumber. Misalnya, banyak tulisan-
tulisan yang isinya ilmiah, isinya seputar ilmu bidang yang dikuasai penulis,
penulisnya telah menempuh pendidikan tinggi, namun tulisan tersebut disajikan
dalam situs jejaring sosial yang tidak resmi, misalnya dalam blog. Sumber tersebut
menjadi tidak akuntabel. Sumber dalam dunia maya, seperti blog, situs-situs tidak
resmi yang tidak mendapatkan izin pembublikasian tidak dapat dikatakan sebagai
sumber yang akuntabel.Namun demikian, tidak berarti bahwa semua sumber dari
dunia maya tidak akuntabel.Sebagai fungsinya yang mempermudah komunikasi
dan sumber pengetahuan yang mendunia, dunia maya banyak memberikan
keuntungan bagi penggunanya salah satunya menyediakan sumber-sumber ilmiah
hasil penelitian di seluruh dunia baik dalam bentuk buku maupun jurnal yang telah
mendapat izin publikasi dan dapat dibaca maupun didownload.Tulisan-tulisan
penelitian yang telah menjadi jurnal baik nasional maupun internasional dan buku-
buku bacaan primer yang pengarangnya berkualitas merupakan sumber-sumber
yang sangat akuntabel.

Dilihat dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan penelitian termasuk
ontologis.
14
I. Etika penelitian

Sebagai peneliti, kita tidak akan bisa membuat proyek penelitian kita berhasil tanpa ada
bantuan dari orang lain. Jika peneliti mengharapkan mereka (calon responden) untuk
menyisihkan waktu mereka yang berharga untuk membantu kita (peneliti), maka sebaiknya
kitapun memberikan mereka sesuatu sebagai timbal baliknya. Banyak orang yang dengan senang
hati memberikan banyak informasi personal selama penelitian kita, oleh karena itu kitapun perlu
menghargai mereka dan informasi yang mereka berikan dengan penuh kejujuran dan
kehormatan.Hal seperti inilah yang merupakan Kode Etik Penelitian.

Konsep etika penelitian bermanfaat untuk:

1. Memberikan struktur untuk analisis dan membuat keputusan.


2. Membantu dan mengingatkan peneliti untuk melindungi subjek (manusia).
3. Memberikan definisi praktis tentang manfaat dan risiko sesuai dengan
pedoman untuk mengevaluasi dan menimbang manfaat serta risiko penelitian yang
dilakukan.

Terdapat beberapa masalah etika dalam penelitian seperti misalnya:

1. Tidak adanya informed consent


2. Pemaksaan atau intimidasi terhadap relawan
3. Menggunakan populasi yang rentan
4. Eksploitasi populasi rentan
5. Tidak memberikan informasi
6. Tidak memberikan pengobatan
7. Tidak memberikan informasi mengenai risiko
8. Membahayakan subyek
9. Risiko bagi subyek melebihi manfaat
10. Penipuan
11. Pelanggaran hak-hak subyek

Prinsip-Prinsip yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti berkaitan dengan etika antara lain:

15
1. Plagiarisme
Tindakan mengutip ide orang lain tanpa mengakui/menyebutkan sumbernya.
2. Manipulasi Penelitian
Meliputi tindakan peneliti yang memalsukan, mengarang, atau menciptakan data sendiri
sesuai dengan keinginan peneliti.
3. Identitas Pribadi dari Objek Penelitian
Identitas pribadi dari objek yang diteliti perlu dirahasiakan demi melindungi karier,
pergaulan, privasi, maupun status sosial dari yang bersangkutan.
4. Akses ke Objek Penelitian
Jika objek yang diteliti menyangkut properti pribadi, maka diperlukan ijin dari pemilik
demi menghormati hak milik orang lain.
5. Independensi Penelitian.
Peneliti harus menjaga independensinya sebagai wujud pertanggungjawaban profesional.

Etika penelitian termasuk ke dalam ontologis.

BAB IV. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian dalam karya ilmiah termasuk aspek epistimologis. Sebab, hasil penelitian
merupakan suatu pembuktian dari hipotesis dimana hipotesis merupakan suatu dugaan sementara
yang akan dijadikan teori baru apabila sesuai dengan hasil penelitian. Sedangkan, aspek
epitimologis merupakan pertanggung jawaban pernyataan pengetahuan yang dimiliki manusia.

(Suriasumantri, 2005)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian karya ilmiah termasuk aspek epistimologis. Aspek epistimologis
memiliki sifat empirisme dan positivisme. Postivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang
logis, ada bukti empirisme, yang terukur. Pembahasan penelitian merupakan pembahasan logis
yang membandingkan hasil penelitian dengan teori yang telah ada sehingga bisa mendapatkan

16
teori baru. Oleh sebab itu, pembahasan hasil penelitian dikatakan termasuk aspek epistimologis.
(Mustansyir & Munir, 2006)

BAB V. KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan bukan hasil penelitian melainkan interpretasi penulis tentang hasil penelitian.
Kesimpulan harus singkat dan padat. Sesudah membaca pendahuluan, kadang kala pembaca
yang sibuk langsung beralih pada kesimpulan sehingga kesimpulan yang dibuat penulis haruslah
komprehensif.
Kesimpulan yang disusun penulis berisi penilaian terhadap hipotesis yang meliputi apakah
suatu hipotesis yang telah dibuat sebelumnya diterima atau ditolak. Penilaian terhadap hipotesis
ini didasarkan pada proses pengujian terhadap fakta fakta yang ada dari hasil penelitian dan
cukup kuat untuk dijadikan penilaian terhadap hipotesis. Hipotesis yang telah terbukti
kebenarannya kemudian menjadi pengetahuan baru.
Kesimpulan merupakan interpretasi penulis tentang keseluruhan kaya ilmiah tersebut sehingga
dalam penyusunannya bisa didasarkan pada tiga landasan yaitu landasan ontologis,
epistemologis, dan aksiologis (Suriasumantri, 2005).

B. Saran
Saran dibuat sesuai dengan kesimpulan sehingga digolongkan sebagai epistemologis
(Suriasumantri, 2005).

17
BAB IV

KESIMPULAN

1. Metode ilmiah adalah teknik pendekatan yang memiliki tahap-tahap sistematis dalam suatu
penelitian ilmiah yang dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah.
2. Ontologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang
ada) dengan berdasarkan logika.
3. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau
sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan
4. Kerangka karya ilmiah yang termasuk ke dalam aspek ontologis terdiri dari Latar Belakang,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Rumusan Masalah, Telaah
Pustaka, Hipotesis, Kerangka Berpikir, Desain Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel dan
Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Kesulitan penelitian,
Etika penelitian, Hasil Penelitian, Pembahasan Hasil Penelitian, dan Kesimpulan. Sedangkan
yang termasuk ke dalam aspek epistemologis terdiri dari Telaah Pustaka, Uji Validitas dan
Reliabilitas, Analisis Data, Saran, dan Kesimpulan. Terdapat beberapa kerangka ilmiah yang
dapat masuk baik ke dalam aspek ontologis maupun epistemologis yaitu Telaah Pustaka dan
Kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar , Amsal. 2006. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Budiarto, E. 2002. Biostatistika. Jakarta: EGC
Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi.
Jakarta: EGC
Danim, S. & Darwis. 2003. Metode Penelitian Kebidanan: Prosedur, Kebijakan, dan Etik.
Jakarta: EGC.
Danusubroto, S. 2013. Kajian Ilmiah Masalah Perbedaan Pendapat 4 Pilar Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara. Yogyakarta: PSP UGM.
Delfgraauw, B. 1992. Sejarah Ringkas Filsafat Barat (Terjemahan Soejono Soemargono).
Yogyakarta: Tiara Wacana Jogja
Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Hartono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: LSFK2P.

18
Indriantoro, N dan Supomo, B. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntasi dan
Manajemen.Edisi 1. Yogyakarta: BPFE
Kelinbaum, D.G., kupper, L.L., & Muller, K.E. 1998. Applied Regression Analysis and Other
Multivariable Methods. New York: Duxbury Press. ITP (An International Thomson
Publishing Company).
Kirk, Roger E. 1995. Experimental Design Procedural Sciences. New York: Brooks/Cole. ITP
(An International Thomson Publishing Company).
Mason, R.D. Lind, D.A. & Marchal, W.G. 1994. Statistic an Introduction (Second edition). New
York: Harcourt Brace Jovanovich Publishing
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. 1992. Qualitative data Analysis. Diterjemahkan
oleh Tjetjep Rohendi Rohidi; pendamping Mulyarto. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Moleong, J.L. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mustansyir, R dan Munir, M. 2006. Filsfat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajarode Pene
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Noerhadi. T. H., 1998, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Diktat Kuliah), Pascasarjana Universitas
Indonesia
Notohadiprawiro, T. 2006. Metode Penelitian dan Penulisan Ilmiah. Yogyakarta: UGM
Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional Hingga Metode
Kritik. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Ruwanto, Bambang. 2006. Asas-Asas Fisika. Penerbit Yudhistira: Jakarta.
Sudarminta, J. 2002. Epistemologi dasar. Yogyakarta: Kanisius
Sumantri, Jujun Suria. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar Harapan:
Jakarta
Suriasumantri, J. 2005. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Thoha, M. 2003. Membangun Paradigma Baru Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan.
Jakarta: PPE-LIPI
West, Richard dan Turner, L.H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi 3rd ed: Analisis dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Humanika. H.55

19

Anda mungkin juga menyukai